• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pelaksanaan Sekolah Dalam Upaya Menanggulangi Penyimpangan Perilaku Siswa di SMA Islam At-Taqwa Kandanghaur

Dalam dokumen BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN (Halaman 47-58)

Sejak pertama lahir di dunia, manusia terus mengalami proses sosialisasi dengan lingkungan sekitarnya. Pertama kali manusia mengalami sosialisasi di dalam lingkungan keluarga dimana manusia mendapatkan kasih

sayang dan nilai-nilai dasar yang berguna untuk kehidupannya kelak, seperti moral, budi pekerti, akhlak dan sopan santun. Perkembangan ini selanjutnya mengarah pada sosialisasi lingkungan, dimana merupakan tempat bermain dalam masa kanak-kanak. Hal ini merupakan perkembangan anak yang dimana perkembangan ini akan dilanjutkan dalam lingkungan sekolah, dimana orang tua memberikan tanggung jawab kepada sekolah sebagai lingkungan pendidikan, atau lingkungan sosialisasi yang baru kepada anak.

Saat memasuki usia sekolah, proses sosialisasi tersebut mulai bertambah luas seiring semakin tingginya jenjang pendidikan yang dijalani.

Seperti bersosialisasi dengan guru maupun teman-teman sebaya yang secara geografis berjauhan dengannya. Dalam sosialisasi tersebut tentunya akan berdampak positif ataupun sebaliknya dalam perkembangan moralnya.

Seperti mendapatkan dukungan/motivasi dari guru dan teman-teman untuk berprestasi tentunya akan berdampak positif bagi perkembangan anak itu sendiri. Begitu juga sebaliknya, apabila mendapatkan pengaruh-pengaruh buruk dari teman-teman sebayanya seperti berkelahi, merokok, dan kenakalan-kenakalan remaja lainnya dan hal tersebut dibiarkan saja tanpa ada pengendalian atau kontrol dari guru dan orang tua, tentu saja berdampak negatif bagi perkembangan anak itu sendiri.

Untuk menanggulangi dan mencegah munculnya perilaku menyimpang atau kenakalan di kalangan siswa, maka perlu upaya pembinaan terhadap siswa secara terintegrasi antara sekolah dengan orang tua siswa, dan masyarakat. Pembinaan ini dapat efektif dan efisien, jika dilakukan dengan tindakan konkrit oleh sekolah secara formal dalam bentuk program yang berkelanjutan baik yang bersifat kurikuler maupun ekstrakurikuler dalam upaya menanggulangi penyimpangan perilaku. Sekolah adalah sebuah tempat untuk menimba ilmu, sarana sosial, dan sarana berorganisasi. Di sekolah tidak hanya mendapatkan ilmu pengetahuan, tetapi juga bisa mengasah keterampilan minat dan bakat serta mendorong siswa untuk menyesuaikan perilaku berdasarkan nilai dan norma yang berlaku dalam masyarakat.

Dari hasil wawancara dengan Bapak Sgy (37 thn) sebagai Wakasis, pengurus dan pembina Pramuka menjelaskan langkah yang diambil sekolah terhadap anak-anak yang tidak mengikuti ekskul wajib (pramuka) yaitu bermasalah dengan penilaian karena pembina ekskul pramuka itu selaku guru bidang studi juga jadi setidaknya akan berpengaruh terhadap proses penilaian.

Sanksi yang sekolah berikan yaitu berupa denda yang dialokasikan untuk kas pramuka kalau misalkan nanti ada kegiatan paling misalkan hukuman bentuk fisik seperti push up dan tidak lebih dari itu.

Pernyataan yang dipaparkan oleh Bapak Sgy (37 thn) atas pertanyaan bagaimana pelaksanaan sekolah dalam upaya menanggulangi penyimpangan perilaku siswa terkait dengan kegiatan ekstrakulikuler tersebut sangatlah tegas dalam menjalankan peraturan-peraturan sekolah dalam hal ini tata tertib harus dibuat untuk ditegakkan secara disiplin dan konsisten. Adanya peraturan-peraturan itu tiada lain untuk menjamin kehidupan yang tertib dan tenang, ketika siswa melanggar aturan maka ia harus menerima konsekuensinya yaitu berupa hukuman atau sanksi yang diberikan sekolah. Hal ini sesuai dengan teori yang dikemukakan oleh Nasution (2014:18) yaitu:

Sekolah memegang peranan penting dalam sosialisasi anak-anak, salah satunya yaitu menggunakan tindakan positif dan negatif untuk mengharuskan murid mengikuti kelakuan yang layak dalam bimbingan sosial. Yang termasuk dalam tindakan positif ialah pujian, hadiah, dan sebagainya dan yang negatif yaitu hukuman, celaan dan sebagainya.

Selain menegakkan peraturan-peraturan dan tata tertib sekolah, langkah lain yang dilakukan sekolah dalam pelaksanaan program sebagai upaya menanggulangi penyimpangan perilaku siswa yaitu berdasarkan pernyataan yang dikemukakan oleh Bapak Fqh (41 thn) sebagai guru BP/BK menjelaskan bahwa sejauh ini sekolah telah melakukan pembinaan mental dan melakukan home visit sebagai tolok ukur perilaku siswa di sekolah dan diluar sekoah.

Sekolah sebagai suatu lembaga pendidikan mutlak harus mengadakan kerja sama dengan orang tua siswa, karena siswa berada di sekolah waktunya sangat terbatas, untuk memantau perkembangan siswa. Baik dari segi pengetahuan, maupun sikap guru harus lebih aktif untuk bertanya kepada

orang tua tentang bagaimana kehidupan siswa di luar sekolah namun guru juga berkewajiban untuk memberikan laporan dan penjelasan kepada orang tua tentang perkembangan yang dialami oleh siswa sehingga jika ada permasalahan yang dialami oleh siswa akan lebih mudah untuk mencari solusinya. Adapun menurut Ma’mur Jamal (2011:178) mengemukakan kiat-kiat dalam menangani kenakalan remaja di sekolah, yaitu:

a. Keteladanan

b. Pendekatan agama dan kesehatan

c. Optimalisasi pendidikan moral dan budi pekerti d. Pendekatan psikologi yang humanis dan persuasive e. Bimbingan dan konseling

f. Tata tertib sekolah g. Komisi disiplin

h. Kerja sama sekolah, orang tua, dan lingkungan i. Pembekalan aspek hukum

j. Menciptakan ruang kelas dan lingkungan sekolah yang menyenangkan k. Menggunakan tindakan-tindakan preventif

l. Mengisi waktu luang remaja dengan tindakan yang positif.

Berdasarkan hasil wawancara yang sesuai dengan beberapa teori yang telah dipaparkan peneliti menyimpulkan bahwa pelaksanaan sekolah dalam upaya menanggulangi penyimpangan perilaku siswa di SMA Islam At-Taqwa Kandanghaur sudah berjalan dengan baik karena pada dasarnya pihak sekolah baik Kepala Sekolah maupun guru-guru telah berusaha untuk memaksimalkan upaya sekolah dalam menanggulangi penyimpangan perilaku pada siswa.

Sejauh ini sekolah telah melakukan program-programnya yang berkaitan dengan masalah penyimpangan perilaku siswa seperti mengontrol dan mengawasi perilaku siswa, melakukan home visit sebagai tindak lanjut terhadap anak-anak yang bermasalah, dan melakukan tindakan hukuman/sanksi yang tegas terhadap siswa yang melanggar peraturan. Selain itu berdasarkan pengamatan yang diperoleh pada saat observasi, sekolah melaksanakan kegiatan keagamaan setiap hari seperti pelaksanaan shalat

dhuha selanjutnya pembinaan mental melalui siraman rohani yang diberikan oleh guru.

3. Hasil Upaya Sekolah Dalam Menanggulangi Penyimpangan Perilaku Siswa di SMA Islam At-Taqwa Kandanghaur

Program sekolah dan pelaksanaan sekolah terkait upaya sekolah dalam menanggulangi penyimpangan perilaku siswa berdasarkan hasil wawancara dan pengamatan peneliti memang telah berjalan sebagaimana mestinya sesuai dengan peraturan sekolah. Namun dalam kenyataan yang terjadi di SMA Islam At-Taqwa Kandanghaur kasus mengenai penyimpangan perilaku siswa masih kerap terjadi.

Menyikapi perilaku siswa di sekolah, sering kali para guru mendapatkan bentuk perilaku yang menyimpang dari mereka. Pernyataan yang dipaparkan oleh beberapa narasumber menjelaskan bahwa penyimpangan yang terjadi di SMA Islam At-Taqwa Kandanghaur yaitu bolos, telat masuk ke sekolah, sering tidak berangkat ke sekolah, merokok, tidak mengikuti kegiatan ekstrakulikuler, kurang disiplin, dan berpakaian tidak rapih. Akan tetapi tidak semua siswa di SMA Islam At-Taqwa Kandanghaur melakukan tindakan menyimpang, hanya ada beberapa siswa yang melakukan penyimpangan. Berdasarkan bentuk-bentuk penyimpangannya Gunarsa (1986) menggolongkan penyimpangan ke dalam dua jenis, yaitu:

a. Penyimpangan tingkah laku yang bersifat amoral dan asosial, dan tidak diatur dalam undang-undang, sehingga tidak dapat digolongkan kedalam pelanggaran hukum. Contohnya adalah, berbohong, membolos, kabur atau minggat dari rumah, membaca buku porno, berpesta semalam suntuk, berpakaian tidak pantas dan minum minuman keras.

b. Penyimpangan tingkah laku yang bersifat melanggar hukum dengan penyelesaian sesuai dengan undang-undang hukum yang biasa disebut dengan kenakalan remaja (deliquency). Misalnya adalah berjudi, membunuh, memperkosa dan mencuri.

Sedangkan Tintin Rostani dan Elisanti (2009: 95) mengelompokkan bentuk-bentuk penyimpangan berdasarkan pelaku penyimpangan menjadi 3, yaitu sebagai berikut:

1). Individual deviation ( Penyimpangan individual )

Penyimpangan individual dilakukan oleh individu atau orang perorangan. Tujuan individu melakukan penyimpangan didasarkan karena ia sebagai pribadi tidak dapat menyesuaikan dengan nilai dan norma. Atau dengan sengaja melakukan tindakan menyimpang dengan melanggar tata nilai dan peraturan. Sesuai dengan kadar penyimpangannya, pelaku penyimpangan dapat dikenali sebagai berikut;

a). Pembandel, yaitu pelaku penyimpangan yang tidak patuh kepada peraturan, anjuran atau nasihat. Contoh. Seorang siswa yang tidak mau melaksanakan piket kebersihan di kelas.

b). Pembangkang, yaitu pelaku penyimpangan yang tidak taat pada peringatan orang-orang.

c). Pelanggar, yaitu pelaku penyimpangan yang melanggar norma-norma umum yang berlaku.

d). Perusuh atau penjahat, yaitu pelaku penyimpangan karena mengabaikan norma-norma umum sehingga menimbulkan kerugian harta benda atau jiwa dilingkungannya.

e). Munafik, yaitu pelaku penyimpangan yang tidak menepati janji, berkata bohong, mengkhianati kepercayaan dan berlagak membela.

(Tintin Rostani dan Elisanti, 2009: 95).

2). Group deviation ( Penyimpangan kelompok )

Penyimpangan kelompok dilakukan oleh sekelompok orang yang tidak mematuhi nilai dan norma yang berlaku dalam masyarakat. Pelaku penyimpangan kelompok ini melakukan tindakan menyimpang karena perasaan kolektif yang dimiliki oleh anggota kelompok dan perasaan itu tidak memiliki kesamaan dengan anggota lain di luar kelompoknya. (Tintin Rostani dan Elisanti, 2009: 95).

Bentuk penyimpangan kelompok diantaranya tawuran antar pelajar, kebut-kebutan di jalan raya, mendirikan geng yang suka membuat onar, menggoda dan merayu cewek yang melintas, coret-coret tembok orang dan lain sebagainya.

3). Mixture of both deviation ( Penyimpangan campuran)

Penyimpangan campuran ini dilakukan oleh individu dalam sebuah kelompok. Akan tetapi, seiring dengan berjalannya waktu, ia (pelaku penyimpangan) dapat memengaruhi orang lain, sehingga ikut melakukan tindakan menyimpang seperti halnya dirinya. Contoh penyimpangan campuran adalah sindikat narkoba, sindikat uang palsu, ataupun demonstrasi yang berkembang menjadi amuk massa ( Abdi Husairi, 2005:131).

Berdasarkan pernyataan beberapa narasumber dengan beberapa teori menyimpulkan bahwa hasil dari program dan pelaksanaan sekolah dalam upaya menanggulangi penyimpangan perilaku siswa di SMA Islam At-Taqwa Kandanghaur memang belum mencapai maksimal karena masih banyak yang melanggar peraturan sekolah walaupun tidak semua siswa melakukan hal tersebut. Namun, penyimpangan perilaku di SMA Islam At-Taqwa Kandanghaur masih berupa penyimpangan yang sifatnya ringan, seperti bolos, telat masuk ke sekolah, sering tidak berangkat ke sekolah, merokok, tidak mengikuti kegiatan ekstrakulikuler, kurang disiplin, dan berpakaian tidak rapih. Penyimpangan yang terjadi di SMA Islam At-Taqwa Kandanghaur dikategorikan penyimpangan tingkah laku yang bersifat amoral dan asosial, dan tidak diatur dalam undang-undang, sehingga tidak dapat digolongkan kedalam pelanggaran hukum dan berdasarkan observasi yang dilakukan peneliti bentuk penyimpangan yang dilakukan siswa adalah penyimpangan individual melihat kasus-kasus yang pernah terjadi di SMA Islam At-Taqwa Kandanghaur.

1. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Upaya Menanggulangi Penyimpangan Perilaku Siswa di SMA Islam At-Taqwa Kandanghaur

Sekolah merupakan suatu lembaga pendidikan yang berperan penting di dalam penyaluran bakat-bakat setiap individu, dimana di dalam pendidikan terdapat fungsi-fungsi yang akan mengarahkan individu pada kedewasaan baik secara fisik maupun mental. Pendidikan juga berfungsi sebagai agen kontrol sosial, dimana di dalam menjalankan fungsinya sekolah sebagai lembaga pendidikan harus mampu mengontrol (mengendalikan) para peserta didik untuk menjalankan sebagaimana mestinya yaitu memberantas atau memperbaiki suatu perilaku menyimpang dan terjadinya perilaku menyimpang. Tujuan pendidikan tidak hanya dalam segi intelektualnya saja tapi juga mengarah pada pembentukan moral. Untuk itu pendidikan harus mampu menekankan pada pembentukan karakter yang berasaskan pada persatuan dan kesatuan, berbudi pekerti baik dan penanaman nilai-nilai yang sesuai dengan norma-norma.

Oleh karena itu, sekolah memiliki serangkaian program yang mampu mengupayakan penanggulan penyimpangan perilaku siswa. Program-program tersebut berupa kegiatan keagamaan, kegiatan penunjang intrakulikuler yaitu ekstrakulikuler, dan peraturan-peraturan tata tertib sekolah. Seorang siswa dalam mengikuti kegiatan belajar di sekolah tidak akan lepas dari berbagai peraturan dan tata tertib yang diberlakukan di sekolahnya, dan setiap siswa dituntut untuk dapat berperilaku sesuai dengan tata tertib yang berlaku di sekolahnya. Peraturan, tata tertib, dan berbagai ketentuan lainnya yang berupaya mengatur perilaku siswa disebut disiplin sekolah. Disiplin sekolah adalah usaha sekolah untuk memelihara perilaku siswa agar tidak menyimpang dan dapat mendorong siswa untuk berperilaku sesuai dengan norma, peraturan dan tata tertib yang berlaku di sekolah.

Berkenaan dengan tujuan disiplin sekolah, Maman Rachman (1999) mengemukakan bahwa tujuan disiplin sekolah adalah :

1) Memberi dukungan bagi terciptanya perilaku yang tidak menyimpang, 2) Mendorong siswa melakukan yang baik dan benar,

3) Membantu siswa memahami dan menyesuaikan diri dengan tuntutan lingkungannya dan menjauhi melakukan hal-hal yang dilarang oleh sekolah, dan

4) Siswa belajar hidup dengan kebiasaan-kebiasaan yang baik dan bermanfaat baginya serta lingkungannya.

Membicarakan tentang disiplin sekolah tidak bisa dilepaskan dengan persoalan perilaku negatif siswa. Berbagai aturan dan tata tertib sekolah masih sering ditemukan yang merentang dari pelanggaran tingkat ringan sampai dengan pelanggaran tingkat tinggi, seperti bolos, perkelahian, nyontek, pemalakan, pencurian, dan bentuk-bentuk penyimpangan perilaku lainnya.

Tentu saja semua itu membutuhkan upaya pencegahan dan penanggulannya, dan disinilah arti penting disiplin sekolah.

Sekolah sebagai lembaga pendidikan yang berada di tengah-tengah masyarakat hanya akan berhasil apabila ada kerja sama dan dukungan yang penuh pengertian dari masyarakat dan keluarga. Sekolah merupakan suatu kesatuan dari pribadi-pribadi yang berinteraksi. Pribadi-pribadi yang bertemu di sekolah begabung dalam bagian yang melakukan hubungan harmonis.

Terutama hubungan antara guru dan orang tua siswa.

Sekolah sebagai suatu lembaga pendidikan mutlak harus mengadakan kerja sama dengan orang tua siswa, karena siswa berada di sekolah waktunya sangat terbatas, untuk memantau perkembangan siswa baik dari segi pengetahuan, maupun sikap. Guru harus lebih aktif untuk bertanya kepada orang tua tentang bagaimana kehidupan siswa di luar sekolah namun guru juga berkewajiban untuk memberikan laporan dan penjelasan kepada orang tua tentang perkembangan yang dialami oleh siswa sehingga jika ada permasalahan yang dialami oleh siswa akan lebih mudah mencari solusinya.

Soetjipto, dan Raflis Kosasi (2000:118) mengemukakan bahwa guru dan orang tua harus memiliki hubungan dalam konteks antara lain:

a) Guru hendaknya mengadakan hubungan timbal balik dengan orang tua/wali anak didik dalam rangka kerja sama untuk memecahkan persoalan-persoalan di sekolah dan pribadi anak.

b) Segala kesalahfahaman yang terjadi antara guru dan orang tua/wali anak didik, hendaknya diselesaikan dengan musyawarah dan mufakat.

Kendati telah memiliki program-program sekolah dalam upaya menanggulangi penyimpangan perilaku siswa seperti melakukan kunjungan rumah (home visit) sebagai bentuk kerja sama pihak sekolah dan orang tua dalam hal pengawasan siswa, akan tetapi dalam kenyataannya program-program tersebut tidak selamanya bisa berjalan lancar. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi upaya sekolah dalam menanggulangi penyimpangan perilaku siswa. Faktor pendukung dari upaya penanggulangan penyimpangan perilaku antara lain sebagai berikut:

a. Penanaman nilai dan norma terhadap anak b. Penanaman nilai-nilai ketuhanan

c. Pembentukan kepribadian yang kuat

d. Melaksanakan penyuluhan-penyuluhan dan rehabilitasi

e. Mengembangkan kegiatan-kegiatan positif seperti kegiatan ekstrakulikuler.

Sedangkan faktor penghambat dari upaya penanggulangan penyimpangan perilaku diantaranya yaitu:

a. Keterbatasan alokasi waktu memberikan pembinaan dan bimbingan Waktu merupakan salah satu faktor penting untuk keberhasilan dalam memberikan pembinaan dan bimbingan sikap, tutur kata dan tingkahlaku pada peserta didik karena waktu yang cukup dapat memberikan pembinaan dan bimbingan menjadi efektif dan efisien.

b. Pergaulan teman sebaya yang negatif

Pergaulan peserta didik teman sebaya sangat mempengaruhi terutama pergaulan yang negatif di lingkungan sekolah, guru tidak bisa mengawasi peserta didik secara intensif di luar jam pelajarannya. Cara mengatasinya dengan mengarahkan peserta didik untuk bergaul dengan teman yang baik, bahwa waktunya tidak untuk hura-hura tetapi harus dimanfaatkan untuk belajar.

c. Orangtua peserta didik tidak memenuhi panggilan dari pihak sekolah

Pemanggilan orangtua murid dilakukan oleh pihak sekolah jika peserta didik sudah melakukan kenakalan yang berat sulit diatur. Orangtua diundang tidak memenuhi undangan pihak sekolah, cara mengatasinya dengan pemanggilan yang kedua. Pemanggilan kedua orangtua tidak hadir maka dilakukan kunjungan rumah (home visit).

d. Sikap masa bodoh peserta didik terhadap nasihat guru

Peserta didik yang sangat nakal bila diberi nasihat berupa pembinaan dan bimbingan tidak dilaksanakan dengan baik. Cara mengatasinya dengan memberikan perhatian khusus terhadap peserta didik tersebut sehingga dia merasa diperhatikan dan lain hari mau melaksanakan nasihat yang diberikan kepadanya.

e. Media massa tidak layak ditonton

Berbagai tayangan televisi tentang tindak kekerasan, film-film yang berbau pornografi, sinetron yang berisi kehidupan bebas dapat mempengaruhi perkembangan perilaku individu.

Berdasarkan pengamatan dan pernyataan beberapa informan ada beberapa faktor yang mempengaruhi upaya sekolah dalam menanggulangi penyimpangan perilaku siswa di SMA Islam At-Taqwa Kandanghaur menjelaskan bahwa guru hanya melakukan kunjungan rumah (home visit) pada siswa-siswa yang terkait masalah yang cukup serius saja adapun setelah guru atau pihak sekolah melakukan kunjungan rumah (home visit) tidak ada pengawasan yang lebih lanjut dari pihak orang tua. Orang tua cenderung apatis terhadap perilaku anaknya sedangkan sekolah hanya mempunyai tanggungjawab terhadap apa yang terjadi siswa selama di sekolah. Selain faktor keluarga, faktor lingkungan pergaulan juga sangat mempengaruhi terjadinya penyimpangan perilaku siswa. Perkembangan IPTEK dan media massa sangat besar pengaruhnya terhadap perilaku siswa, contohnya siswa bermain handphone pada saat jam KBM akhirnya motivasi belajar pun berkurang, menonton film yang memperlihatkan adegan-adegan yang memicu terjadinya penyimpangan perilaku dan menggunakan internet untuk hal-hal yang tidak bermanfaat. Apabila orang tua tidak mampu mengontrol hal

tersebut dan hanya mengandalkan sekolah, tentu saja hal ini menjadi faktor yang menghambat upaya menanggulangi penyimpangan perilaku siswa.

Berdasarkan jawaban-jawaban informan tersebut terkait faktor-faktor yang mempengaruhi upaya sekolah dalam menanggulangi penyimpangan perilaku siswa, hal ini tidak sesuai dengan beberapa teori yang telah dikemukakan di atas. Menurut hemat penulis, untuk mendukung program sekolah dalam upaya menanggulangi penyimpangan perilaku siswa di SMA Islam At-Taqwa Kandanghaur sangatlah dibutuhkan kerja sama antara pihak sekolah meliputi kepala sekolah, guru, siswa dan orang tua. Dengan demikian, upaya sekolah dalam menanggulangi penyimpangan perilaku siswa bisa direalisasikan dengan baik dan siswa tidak ada lagi yang melakukan penyimpangan serta mengikuti peraturan dan tata tertib sekolah sebagaimana mestinya.

Dalam dokumen BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN (Halaman 47-58)