• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pelaksanaan Sekolah Dalam Upaya Menanggulangi Penyimpangan Perilaku Siswa di SMA Islam At-Taqwa Kandanghaur

Dalam dokumen BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN (Halaman 26-37)

Sehubungan menindaklanjuti terkait dengan program sekolah dalam upaya menanggulangi penyimpangan perilaku siswa di SMA Islam At-Taqwa Kandanghaur tentu berhubungan dengan proses pelaksanaan program sekolah di SMA Islam At-Taqwa Kandanghaur tersebut. Dalam hubungan ini perlu dilakukan penelusuran informasi terutama guru BP/BK, guru Sosiologi dan Wakasis (Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan) serta siswa-siswa yang bermasalah dengan tindak penyimpangan perilaku maupun yang tidak bermasalah.

Dari hasil wawancara dengan guru BP/BK, guru Sosiologi dan Wakasis (Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan) serta siswa-siswa yang bermasalah dengan tindak penyimpangan perilaku maupun yang tidak bermasalah

diperoleh sejumlah informasi tentang pelaksanaan sekolah dalam upaya menanggulangi penyimpangan perilaku siswa di SMA Islam At-Taqwa Kandanghaur.

Berlanjut dengan wawancara yang peneliti lakukan dengan Bapak Fqh (41thn) disela-sela waktu kegiatan belajar mengajar. Namun beliau menyediakan waktunya karena telah memberikan tugas di kelas. Peneliti pun sepintas mengamati kegiatan belajar di kelas, siswa-siswi sedang mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru, ada pula yang sedang bergurau dengan temannya dan ada juga yang berkeliaran keluar-masuk kelas. Kemudian Bapak Fqh meminta untuk melakukan wawancara di teras kelas XI untuk membicarakan sehubungan dengan proses pelaksanaan program sekolah di SMA Islam At-Taqwa Kandanghaur.

Gambar 4.14

Wawancara dengan guru BP/BK

Seperti yang dijelaskan oleh Bapak Fqh (41 thn) sebagai guru BP/BK berikut ini.

Upaya yang dilakukan oleh BK yang pertama pembinaan mental kepada seluruh siswa dan bentuk penegasan aturan bahwa setiap siswa yang tidak taat aturan sekolah maka resikonya ditanggung sendiri.

Sejauh ini kami melakukan home visit, itu kan untuk memberikan tolak ukur bahwa anak bapak dan ibu sekian hari tidak masuk, anak bapak

dan ibu di sekolah melakukan kegiatan ini, ini, dan ini dan seterusnya dan kami melaporkan semua kepada seluruh wali murid langsung ke rumah masing-masing dan alhamdulillahnya untuk masalah narkoba yang berurusan dengan hukum, kami belum melakukan hal itu dan mudah-mudahan jauh dari ranah itu dan baru hanya pendekatan secara kekeluargaan saja berkaitan dengan masalah anak di sekolah.

(Wawancara, 25 Januari 2017).

Berkaitan dengan penjelasan guru BP/BK tersebut, peneliti juga hendak menemui guru sosiologi untuk membicarakan mengenai pelaksanaan sekolah terkait upaya penanggulangan penyimpangan perilaku siswa di SMA Islam At-Taqwa Kandanghaur.

Peneliti memasuki ruangan guru untuk bertemu Ibu Sny (38 thn) sebagai guru Sosiologi, ditengah jam istirahat yang secara kebetulan beliau sedang menikmati hidangan makan siangnya. Dengan berat hati peneliti meminta waktu dan kesediaannya untuk melakukan wawancara setelah makan siangnya selesai dan beliau pun menyanggupinya. Setelah beberapa menit, beliau selesai makan siang dan peneliti bisa memulai melakukan wawancara.

Gambar 4.15

Wawancara dengan guru Sosiologi

Sehubungan dengan pelaksanaan sekolah terkait upaya penanggulangan penyimpangan perilaku siswa di SMA Islam At-Taqwa Kandanghaur

ditegaskan oleh Ibu Sny (38 thn) sebagai guru Sosiologi beliau menjelaskan sebagai berikut:

Kita sebagai guru sudah berusaha sebaik mungkin, kaya ibu mengajar sosiologi pelajaran penyimpangan, ibu sebaik mungkin memberi pengarahan ke anak-anak kalau tingkah laku penyimpangan itu seperti ini contohnya, berusaha menerapkan kalian tuh tidak boleh melakukan seperti ini, memberi saran dan nasihat sesuai dengan materi tersebut.

Karena dalam belajar sosiologi itu kan belajar ilmu nyata, belajar ilmu masyarakat dengan lingkungan bukan berarti ilmu khayalan atau apa.

Jadi apa yang kita pelajari misalkan kita belajar perilaku menyimpang berarti kita memberi contohnya kan langsung ke masyarakat dengan melihat langsung fakta yang ada. Untuk masalah kedisiplinan sekolah telah menerapkan peraturan bahwa siswa yang masuk lewat dari jam 7 akan dikenakan sanksi/hukuman tapi ya tidak berat hanya hukuman ringan saja, kemudian guru-guru memantau siswa di lingkungan sekolah barangkali ada yang masih di luar atau di warung, melakukan kunjungan ke rumah orang tuanya karna biasanya sering kali dari rumah berangkat tapi tidak masuk ke sekolah. Walaupun ini sekolah swasta tapi kan tidak hanya sekedar siswa itu naik kelas saja tetapi benar-benar menerapkan kedisplinan dan peraturannya di sini. Di sini sekolah dan guru-gurunya berusaha keras untuk mendidiknya tetapi kan sebatas selama jam KBM berlangsung dan itu tidak memakan waktu yang banyak selebihnya itu kan pengawasan dari orang tua di rumah. Jadi selama siswa di sekolah kami berusaha mendidik dan mengawasi perilaku mereka. (Wawancara, 25 Januari 2017).

Sementara itu, Bapak Sgy (36 thn) sebagai Wakasis (Wakil Kepala Sekolah Bidang Kesiswaan) pengurus dan pembina Pramuka, menjelaskan mengenai pelaksanaan sekolah dalam upaya menanggulangi penyimpangan perilaku siswa sebagai berikut ini:

Langkah yang kami ambil terhadap anak-anak yang tidak mengikuti ekskul wajib (pramuka) yaitu bermasalah dengan penilaian karena pembina ekskul pramuka itu selaku guru bidang studi juga jadi setidaknya akan berpengaruh terhadap proses penilaian. Kalau untuk ekskul yang lain saya tidak paham. Sanksi yang kami berikan yaitu berupa denda yang dialokasikan untuk kas pramuka kalau misalkan nanti ada kegiatan paling misalkan hukuman bentuk fisik seperti push up dan tidak lebih dari itu. (Wawancara, 25 Januari 2017).

Lebih lanjut beliau juga menambahkan sehubungan dengan kegiatan sekolah lainnya yaitu:

Kalau untuk kegiatan lain yang menunjang pengendalian pada perilaku menyimpang anak itu dengan cara menambahkan kegiatan keagamaan seperti sholat dhuha berjamaah dilanjut siraman rohani yang kami lakukan rutin setiap hari pada pukul 10.00 WIB. Kemudian juga sebelum memulai KBM siswa diharuskan untuk membaca ayat suci Al-Qur’an terlebih dahulu ya kurang lebih selama 10 menitan lah.

Ya Alhamdulillah sih selama ini kami tetap rutin melakukan kegiatan tersebut. (Wawancara, 25 Januari 2017).

Kemudian Ibu Sny (38 thn) sebagai guru Sosiologi juga menambahkan kembali, beliau mengemukakan bahwa:

Kita belajar nilai dan norma, penyimpangan kan berkaitan dengan nilai dan norma. Selain kita belajar ngasih contoh tingkah laku menyimpang itu kan kaya mencuri, narkoba, pergaulan bebas kemudian kita kaitkan dengan nilai dan norma misalkan kita berkelakuan harus baik, sopan kepada siapa saja karena kita hidup di masyarakat. Kemudian kita juga menerapkan norma-normanya kita hidup kan ada aturannya, seperti di sekolah kita harus melakukan disiplin, kalau di luar juga kita harus menggunakan helm ketika berkendara motor dan tidak ugal-ugalan. Memberikan gambaran bahwa perilaku menyimpang itu memberikan dampak seperti ini, seperti ini. Kaya narkoba itu kan pelakunya akan dihukum mati. Saya juga sebagai guru berusaha menerapkan hal seperti itu bahwa narkoba itu bahaya sekali, seks bebas ini akibatnya seperti ini. Kami sebagai guru menginginkan anak-anak menjadi anak yang baik. (Wawancara, 25 Januari 2017).

Pada hari keempat peneliti melakukan observasi yaitu pada tanggal 26 Januari 2017 tepatnya pukul 08.30 WIB. Sekolah tampak sepi karena pada jam-jam tersebut merupakan waktu berlangsungnya kegiatan belajar mengajar di kelas. Peneliti melihat-lihat dan mengamati kegiatan belajar mengajar di setiap kelas. Beberapa dari mereka ada yang sedang memperhatikan guru yang sedang menerangkan pelajaran dan tampak pula ada yang sedang berjalan dan tidak memperhatikan gurunya. Kondisi kelas terlihat sangat sepi dan tidak sedikit juga bangku-bangku yang kosong entah itu karena siswanya yang tidak masuk sekolah ataupun sedang berada di luar kelas. Seperti yang tampak pada gambar berikut ini.

Gambar 4.16

Kegiatan Belajar Mengajar

Kemudian peneliti pun beranjak melihat kelas yang lainnya. Kali ini mata peneliti tertuju pada kelas yang memang sedang gaduh karena tidak ada guru yang berada di kelas tersebut. Peneliti mencoba menanyakan pada salah satu guru yang sedang melaksanakan piket tentang kondisi kelas yang tidak diisi oleh guru tersebut dan beliau menjawab bahwa gurunya ijin tidak bisa masuk kelas pada hari ini. Akhirnya peneliti pun memberanikan diri untuk meminta ijin memanfaatkan waktu luang kelas yang kosong tadi untuk diisi dengan wawancara dengan sejumlah siswa terkait dengan pelaksanaan sekolah dalam menanggulangi penyimpangan perilaku dan guru piket tersebut menyetujuinya.

Dengan membawa ijin kuasa yang diberikan oleh guru piket, peneliti memasuki kelas XI yang sedang gaduh dan mencoba mengalihkan perhatian mereka. Pertama-tama peneliti memperkenalkan diri terlebih dahulu, dan mengutarakan maksud dan tujuan peneliti berada di SMA Islam At-Taqwa Kandanghaur terlebih lagi memasuki kelas mereka.

Peneliti bermaksud untuk menanyakan kepada siswa kelas XI terkait mengenai pelaksanaan sekolah melalui peran-peran guru dalam upaya menanggulangi penyimpangan perilaku siswa. Berdasarkan hasil wawancara

dengan sepuluh siswa/klien baik yang bermasalah terkait penyimpangan ataupun yang tidak melakukan penyimpangan.

gam

Gambar 4.17 Wawancara dengan siswa

Mereka masing-masing menuturkan seperti berikut ini.

Ynt (17 thn) mengemukakan bahwa: Guru Sosiologi tentunya guru yang memiliki upaya yang amat besar dari guru-guru lainnya dalam membentuk perilaku sosial siswa, guru sosiologi pun selalu menekankan kepada kita semua bagaimana caranya kita berperilaku yang baik terhadap sesama, sehingga kita selaku siswa-siswi sekolah ini kita bisa memiliki perilaku yang baik. (Wawancara, 26 Januari 2017).

Hal senada pun diungkapkan oleh Hzh (16 thn), dan Frd (17 thn) yang mengemukakan bahwa:

Guru BK maupun Sosiologi ataupun guru-guru lainnya selalu memberikan gambaran kepada kami ketika belajar bahwa perilaku yang baik itu seperti ini dan perilaku yang tidak baik seperti itu dan kita sebisa mungkin harus menjauhi perilaku-perilaku tidak baik itu.

(Wawancara, 26 Januari 2017).

Gambar 4.18 Wawancara dengan siswa

Berikutnya disusul oleh Bgs (17 thn), Mmn (18 thn), Krn (17 thn), Lcs (16 thn), dan Hrl (18 thn). Mereka siswa-siswa yang mempunyai permasalahan sama yaitu melakukan bolos pada saat jam KBM berlangsung, mengemukakan perihal yang sama bahwa:

Waktu ketahuan bolos ya awalnya ditegur, dinasehati terus dikasih surat peringatan kalau masih bolos lagi. Guru BK juga bilang bakalan dilaporkan ke Kepala sekolah dan memanggil orang tua kalau terus-terusan bolos. (Wawancara, 26 Januari 2017).

Lain halnya dengan Rgn (18 thn) yang mengemukakan sebagai berikut: Saya pernah ketahuan ngerokok di lingkungan sekolah dan dikasih surat peringatan terus orang tua saya juga dipanggil ke sekolah. (Wawancara, 26 Januari 2017). Berikutnya Cyn (17 thn) menceritakan bahwa:

Kalau kasus saya sih, saya sering tidak berangkat ke sekolah, dan juga sering bolos pas masuk sekolah. Waktu itu ibu Nap katanya sih ke rumah kata orang tuaku, aku nggak tau karna emang aku lagi main sama temen. Terus sering dinasihati, supaya rajin ke sekolah dan nggak bolos lagi. (Wawancara, 26 Januari 2017).

Pada tanggal 27 Januari 2017 yaitu pada hari Jum’at, peneliti kembali datang ke sekolah. Pada hari sebelumnya peneliti telah memperoleh data mengenai pelaksanaan sekolah dalam upaya menanggulangi penyimpangan perilaku siswa dengan beberapa narasumber di atas, akan tetapi hari ini peneliti kembali melakukan observasi. Peneliti melihat siswa yang mulai berhamburan dari kelas masing-masing karena saat itu sekitar pukul 10.00 WIB terdengar suara pengumuman yang berasal dari lantai atas yang menyerukan agar berkumpul di tempat ibadah yang terletak di tengah-tengah ruangan kelas untuk melaksanakan shalat dhuha berjama’ah dilanjut dengan siraman rohani.

Peneliti pun bergegas menuju ke tempat ibadah dan bermaksud untuk mengamati berlangsungnya kegiatan sholat dhuha berjama’ah. Kemudian dilanjut dengan siraman rohani yang pada saat itu dibawakan oleh Bapak Fqh.

Kenyataan dilaksanakannya kegiatan keagamaan tersebut, Ynt (17 thn) memberikan penjelasan lebih lanjut terkait kegiatan yang dilakukan di sekolah berkenaan dengan salah satu upaya menanggulangi penyimpangan perilaku siswa yang mengemukakan bahwa: Kalau tiap hari itu emang wajib ikut shalat dhuha sekitar jam 10.00, kalau yang gak ikut nanti dicatat sama ketua kelas terus dilaporin ke wali kelas. (Wawancara, 27 Januari 2017).

Gambar 4.19

Shalat Dhuha Berjama’ah

Pelaksanaan shalat dhuha berjama’ah yang dilakukan oleh siswa SMA Islam At-Taqwa Kandanghaur yang rutin dilakukan setiap hari pukul 10.00 WIB tampak terlihat seperti gambar di atas.

Gambar 4.20 Siraman Rohani

Adapun yang menjadi penceramah siraman rohani pada hari itu adalah Bapak Fqh sebagai guru BP/BK. Beliau mentausiahkan tentang kewajiban seorang anak terhadap orang tua seperti patuh kepada perintah orang tua,

belajar dengan sungguh-sungguh, berperilaku yang baik terhadap orang tua maupun orang lain dan berbakti kepada orang tua.

Gambar 4.21

Mendengarkan Siraman Rohani

Siswa-siswi SMA Islam At-Taqwa Kandanghaur berkumpul di tempat ibadah setelah melaksanakan shalat dhuha berjama’ah untuk kemudian mendengarkan siraman rohani yang diberikan oleh guru.

Dari paparan di atas dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan sekolah dalam upaya menanggulangi penyimpangan perilaku di SMA Islam At-Taqwa Kandanghaur sudah berjalan dengan baik karena pada dasarnya pihak sekolah baik Kepala Sekolah maupun guru-guru telah berusaha untuk memaksimalkan upaya sekolah dalam menanggulangi penyimpangan perilaku pada siswa. Sejauh ini sekolah telah melakukan program-programnya yang berkaitan dengan masalah penyimpangan perilaku siswa seperti mengontrol dan mengawasi perilaku siswa, melakukan home visit sebagai tindak lanjut terhadap anak-anak yang bermasalah, dan melakukan tindakan hukuman/sanksi yang tegas terhadap siswa yang melanggar peraturan.

3. Hasil Upaya Sekolah Dalam Menanggulangi Penyimpangan Perilaku

Dalam dokumen BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN (Halaman 26-37)