• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.2. Hasil Penelitian

4.2.2. Hasil Wawancara dengan Decoder (Khalayak)

Tiga kategori framework of knowledge, technical infrastructure, dan

relations of production juga mempengaruhi pemaknaan khalayak terhadap

pesan. Maka dari itu, peneliti mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan berbagai faktor yang mungkin mempengaruhi bagaimana khalayak membangun makna. Dari jawaban atas pertanyaan tersebut, peneliti menggolongkan jawaban khalayak menurut tiga kategori yang mempengaruhinya.

A. Framework of Knowledge

Bagian dari framework of knowledge khalayak yang ditanyakan oleh peneliti kepada informan, antara lain latar belakang agama dan pemahaman khalayak terhadap ajaran karma, pandangan khalayak terhadap dunia spiritual dan pengalaman spiritual khalayak, pandangan khalayak mengenai tayangan Karma dan apakah Karma sebuah tayangan mistis, alasan menonton Karma, daya tarik Karma, pesan yang diperoleh khalayak melalui Karma dan pandangan yang berubah, dan pandangan khalayak mengenai profesi paranomal/ fortuneteller/ spiritual consultant.

Latar Belakang Agama dan Pemahaman Khalayak terhadap Ajaran Karma

Peneliti hendak mengetahui latar belakang agama yang dianut oleh para informan, bagaimana kedekatan mereka terhadap agama, dan bagaimana ajaran karma yang mereka yakini.

Berdasarkan agama yang dianut, ada tiga informan, yaitu Ratna, Veronica, dan Gunawan yang dulunya sempat menganut agama Buddha sebelum akhirnya berpindah agama.

Ratna pernah ikut orang tuanya beragama Buddha/Konghucu di masa kecil, namun saat ia duduk di bangku SD, ia juga sudah cukup mengenal agama Kristen karena ikut kegiatan sekolah minggu bersama teman-temannya. Ratna mulai mempelajari agama Katolik sekitar 1990-an, kemudian dibaptis Katolik pada 1993. Ia memiliki kedekatan dengan agama Katolik yaitu dengan menghayati ajaran ibadah agama Katolik berdoa setiap hari dan sering berdoa novena. Ia aktif di lingkungan sebagai bendahara

seksi sosial gereja, namun tidak selalu mengikuti ibadah ekaristi setiap minggu. Ia datang ke gereja untuk ikut ibadah ekaristi ketika tidak ada halangan atau urusan pergi ke tempat lain.

Ratna sudah mengenal ajaran karma sejak ia menganut agama Buddha/Konghucu. Ia memahami karma sebagai dampak dari perbuatan baik atau jahat seseorang yang akan diterima pada saat hidup kembali setelah reinkarnasi.

Kalo orang jahat, kalo orang yang begini, nanti reinkarnasinya bisa jadi begini, kalo orang baik, reinkarnasinya hidupnya menjadi lebih baik. Nah gitu, he em. Kalo di Buddha kan percaya adanya reinkarnasi. (Wawancara, 7 Juni 2018)

Veronica menganut agama Buddha saat masa kecil, sebelum akhirnya saat duduk di bangku SMP ia dibaptis Katolik. Ia pindah agama menjadi Katolik dengan alasan mengikuti tantenya yang terlebih dahulu menganut agama Katolik. Ia mengaku tidak rutin mengikuti ibadah ekaristi setiap minggu dan hanya datang ke gereja ketika ia bertugas paduan suara, namun ia aktif di lingkungan sebagai anggota dari seksi sosial gereja. Ia juga mengaku tidak sering berdoa pribadi dan menganggap semua agama sama baiknya. Pernyataan ini menunjukkan bahwa ia tidak memiliki kedekatan secara khusus dengan agama tertentu.

… saya juga bukan orang yang terlalu fanatik dengan satu agama. Karena buat saya agama semua baik. Tergantung kitanya aja. (Wawancara, 13 Juni 2018)

Veronica sudah mengenal ajaran karma sejak ia menganut agama Buddha. Ia memahami karma sebagai dampak dari perbuatan seseorang

yang juga berkaitan dengan waktu. Perbuatan baik akan menghasilkan karma baik di waktu mendatang. Waktu dianggap sebagai elemen yang dapat menjawab karma baik atau buruk seseorang.

… kalo kita berbuat baik ya karmanya baik. Kalo kita itu ya pasti kan makanya tuh diemin aja kan pasti ada suatu saat, satu titik kan waktu yang menjawab semua. (Wawancara, 13 Juni 2018)

Gunawan menganut agama Buddha sebelum akhirnya pada 1997 dibaptis Kristen. Ia mengaku jarang beribadah di gereja maupun berdoa pribadi. Baginya, yang penting adalah berbuat kebaikan saja.

… kita sih pikir kalo kita udah berbuat baik ya sama aja sih dalam hati mah. Yang penting kita berbuat baik, udah cukup lah. (Wawancara, 13 Juni 2018)

Gunawan juga mengungkapkan bahwa menurutnya semua agama sama saja. Sama seperti Veronica, ia beranggapan semua agama baik karena mengajarkan kebaikan. Pernyataan ini juga menunjukkan bahwa ia tidak memiliki kedekatan secara khusus dengan agamanya.

Dalam pikiran saya sih semua agama bagus. Gak ada yang jelek, ini agama ini lebih bagus, gak ada. Sama aje bagus. Orang ngajarin kebaikan sih agama. Gak ada ajaran ngajarin kejahatan, gak ada. Bagus semua. Makanya kita gak fanatik orangnya. Mau dibawa ke Masjid kita ikut.. dibawa ke Buddha kita ikut.. Ikut aja. Sama. (Wawancara, 13 Juni 2018)

Gunawan sudah mengenal ajaran karma sejak dahulu. Ia memahami karma sebagai dampak dari perbuatan buruk seseorang, sehingga jika ia diperlakukan buruk oleh orang lain, ia tidak mau membalas perbuatan itu.

Buat dia tau ini dosa, ke dukun apa, orang mau jahatin orang. Gak boleh itu, entar ada karmanya. … Sebelom nonton Karma juga kita dijahatin sama orang kita gak pernah mau bales sih. (Wawancara, 13 Juni 2018)

Berbeda dengan ketiga informan di atas, Oey Lian Hoa awalnya sempat menganut agama Katolik, dibaptis secara Katolik pada 1978, namun kemudian sejak ia menikah yaitu pada 1983, ia menganut agama Buddha sampai sekarang. Ia mengaku setiap hari berdoa sehari tiga kali kepada Ti Kong di rumah, namun jarang beribadah ke vihara. Oey Lian Hoa mengaku dirinya memang tidak disuruh oleh siapapun untuk menganut agama Buddha, ia mempercayai bahwa ia masuk ke agama tersebut secara otomatis karena di kehidupan sebelumnya ia adalah seorang pembantu vihara.

Sebenernya Ai agama Buddha juga gak disuruh. Secara otomatis aja gitu karena kehidupan itu, otomatis. Tapi setelah ai masuk dibilangin, emang karma masa lalu elu katanya pembantu vihara. Dibilangin. Jadi oh pantesan, makanya lebih percaya lagi, pantesan gua kalo baca Salam Maria tiap ikut pertemuan gak pernah hafal. Barang ai tau, oh emang rupanya kita bukan di sini. (Wawancara, 12 Juni 2018)

Ia mengenal ajaran karma sejak menganut agama Buddha. Ia memahami karma ada tiga macam berdasarkan waktu, yaitu masa lalu, sekarang, dan masa depan. Ada karma baik dan karma buruk. Seseorang mendapat yang baik atau yang buruk, itu berdasarkan perbuatannya di masa lalu sebelum reinkarnasi maupun di masa hidup sekarang. Sementara karma masa depan adalah karma yang belum terlihat.

… Jadi itu karma kan, karma masa lalu, sekarang, dan akan datang. Itu karma baik dan buruk, yang dimaksud karma itu bukan karma oh lu karma luh. Karma itu ada yang baik, ada yang buruk. Kalo kita

tanem karma baik, perbuatan baik, dapetnya karma baik, ya gak? Kalo kita tanem karma buruk, ya gak, dapetnya karma buruk. (Wawancara, 12 Juni 2018)

Menurut Oey Lian Hoa, di Alkitab pun ada ajaran karma, yaitu siapa yang menanam, dia yang menuai. Ada sebab dan ada akibat. Baginya, ini adalah pemahaman yang sama dengan ajaran karma di agama Buddha.

Sebenernya di Alkitab juga ada loh, siapa yang menanam, dialah yang menuai. Itulah karma. Gak cuma ajaran Buddha aja, semua agama juga ada. Islam juga ada. Kalo kita kenapa-kenapa, jangan tanya dia, kamu tanya apa yang kamu telah perbuat. Sebenernya. Jadi sebab-akibat. Sama ama kita. (Wawancara 12 Juni 2018)

Iwan menganut agama Katolik sejak dahulu hingga sekarang. Ia cukup memiliki kedekatan dengan agama Katolik dengan menghayati ajaran ibadah agama Katolik berdoa novena, rosario, dan ibadah. Ia juga aktif sebagai koordinator blok paroki, namun tidak selalu ke gereja jika ada halangan atau urusan ke tempat lain. Baginya, beribadah yang penting adalah dalam perbuatan melayani Tuhan dan komunikasi dengan Tuhan.

Yang penting perbuatan kita pelayanan terhadap Tuhan. Komunikasi. Itulah yang namanya beribadah. Kita komunikasi sama Tuhan, kita begimana, kita deket.. relasi kita. (Wawancara, 13 Juni 2018)

Iwan mengaku hanya pernah mendengar tentang karma, namun belum memahami ajaran karma yang sesungguhnya.

Saya gak mengerti sampe sana ya. Kita gak mengerti sampai ke sana. Bisa perbuatan, bisa juga kriteria karma. Bisa ya. Ya. Kita pun gak mengerti karma itu artinya apaan karena di Katolik kan gak ada. (Wawancara, 13 Juni 2018)

Pandangan Khalayak Terhadap Dunia Spiritual dan Pengalaman Spiritual Khalayak

Dalam tayangan Karma, ada unsur-unsur spiritual atau mistis yang ditampilkan di setiap episodenya. Untuk itu, peneliti hendak mengetahui pengalaman spiritual khalayak dan pandangan mereka terhadap dunia spiritual. Tiga orang informan khalayak yaitu Iwan, Oey Lian Hoa, dan Gunawan mengaku mempunyai pengalaman spiritual.

Iwan di masa lalunya pernah mengalami lari ke “orang pintar” untuk menyelesaikan masalah, namun kemudian disadarkan oleh istrinya, Ratna, bahwa itu salah dan seharusnya jika ada masalah lari ke agama sendiri. Sejak saat itu, ia rajin berdoa novena kepada Bunda Maria yang diyakini dalam agama Katolik.

Ia juga pernah punya pengalaman “diganggu” saat mendoakan novena untuk anaknya yang “diganggu” melalui mimpi. Novena yang

seharusnya berjalan selama sembilan hari, putus di tengah jalan karena diganggu, namun setelah selesai novena, anaknya sudah dalam keadaan tenang alias tidak diganggu lagi.

Kita dari sini kita kirim dia novena. Makanya dia kalau ada apa-apa, saya selalu novena. Tanya istri saya. Kalau gak nyambung, kalau saya diganggu, novena saya putus. Dalam tiga hari, dalam empat hari putus. Saya pernah kok putus. Tiga hari. Saya langsung bangun. Ketiduran! Begh! Wah ilang! Besokannya nyambung lagi. Gitu. Baru selesai. Selesai kayaknya anteng. Makanya itu yang namanya kuasa Tuhan. Kita itu harus bisa begitu. (Wawancara, 7 Juni 2018)

Selain pengalaman pribadi yang berhubungan langsung dengan dunia mistis, Iwan juga pernah mendengar-dengar kisah mengenai orang yang mengalami dampak dari berhubungan dengan makhluk gaib maupun menyaksikan sendiri peristiwa orang lain. Ketika dahulu bekerja di Bali, ia melihat ada orang yang bicara sembarangan dan langsung didatangi penduduk asli Bali untuk dibersihkan dari makhluk gaib menggunakan air kembang suci. Akibat pengalaman-pengalaman ini, Iwan percaya akan eksistensi dunia gaib.

Iwan memandang masyarakat Indonesia memang masih kental dalam kaitannya dengan hal-hal mistis, terutama di daerah yang bukan perkotaan.

Kalo kamu tinggal di daerah, wow… seram. Apalagi di NTB, di NTB, di salah satu kota, salah satu kota di NTB ya, dari jam setengah 8 sampe jam 12 itu anjing melonglong kamu gak ngerti. Itu di salah satu kota. Makanya tadi saya bilang, banyak-banyak berdoa. (Wawancara, 7 Juni 2018)

Informan yang memiliki pengalaman lebih dekat lagi dengan dunia spiritual yaitu Oey Lian Hoa. Sebelum punya pengalaman spiritual bersama suaminya, Oey Lian Hoa tidak percaya dan tidak tahu apa pun mengenai dunia spiritual atau gaib. Ia kemudian menjadi percaya sejak memiliki banyak pengalaman spiritual sejak bersama dengan suaminya yang adalah pembimbing spiritual beragama Buddha. Ia banyak menyaksikan sendiri suaminya menyembuhkan banyak orang dari penyakit nonmedis.

Ya paling contohnya ya nonmedis itu, atau yang Ai (sebutan untuk dirinya) bilang, ke dokter bilangnya gak kenapa-napa tapi orangnya sakit. Cara pengobatan Ichong (sebutan untuk suaminya) sih cuma kasih air. (Wawancara, 12 Juni 2018)

Oey Lian Hoa menganggap saat ini masyarakat Indonesia ada yang percaya dan ada yang tidak percaya dengan hal-hal spiritual. Orang yang tidak percaya kemungkinan adalah orang yang tidak pernah mengalami atau punya pengalaman spiritual seperti ia dan suaminya. Sementara yang sudah mengalami, pasti akan percaya.

Menurutnya, orang yang menggunakan jalan pintas dengan cara mistis tidak terpengaruh dari latar belakang pendidikan atau agama tertentu, melainkan siapa pun bisa saja melakukannya tergantung mental orang tersebut. Ia menduga orang yang menggunakan jalan pintas mistis tidak tahu ajaran karma, bahwa apa yang ia tanam akan ia tuai.

Sebenernya sih gak harus beragama, gak harus berpendidikan atau gak berpendidikan ya. Tergantung orangnya aja sih sebenernya ya. … Iya mental. Mungkin dia gak banyak tau gitu tentang karma, kalo dia tanem ini, dapet ini, mungkin ya. (Wawancara, 12 Juni 2018)

Selain Iwan dan Oey Lian Hoa, Gunawan juga mempunyai sebuah pengalaman mistis. Ia pernah melihat makhluk halus berwujud seorang ibu-ibu berbaju putih di taman dekat tempat tinggalnya. Sebelum mengalami peristiwa itu, ia juga sudah mempercayai keberadaan makhluk gaib dan sudah banyak mendengar cerita-cerita dari temannya yang punya kemampuan “melihat”. Ia juga mengaku pernah mengalami sakit sesak

Setelah dirawat selama sepuluh hari di RS, ia merasa belum sembuh, kemudian memutuskan datang ke “orang pintar”. Di sana “orang pintar”

tersebut menyembuhkan Gunawan dengan mengambil paku dari kepalanya. Gunawan sampai saat ini tidak yakin apakah benar paku itu berasal dari kepalanya karena ia tidak merasakan apa pun. Ia tidak yakin apakah ia sembuh dari penyakit sesak napas itu karena pekerjaan si “orang pintar”,

sehingga ia tidak yakin ini termasuk pengalaman spiritual.

Menurut Gunawan, orang Indonesia yang berkaitan dengan dunia spiritual atau mistis masih banyak. Hal ini terjadi karena tradisi sejak zaman dahulu.

Kayaknya demen sih ye. Orang sini demen. Ke dukun-dukun demen. Banyak, kita dengerin aja tuh orang Indonesia sih demen. Agamanya sih taat, tapi ke dukun juga jalan. (Wawancara, 13 Juni 2018)

Sementara itu dua informan lainnya, yaitu Veronica dan Ratna mengaku tidak pernah mengalami sama sekali hal-hal yang berkaitan dengan dunia spiritual atau gaib, namun mereka percaya bahwa hal-hal mistis memang ada. Berikut ini kutipan jawaban Ratna:

Ada. Ada. Percaya atau tidak. Believe or not. Emang ada dunia lain di luar kita, gitu. Percaya saya. Yang gaib-gaib gitu percaya saya. (Wawancara, 7 Juni 2018)

Berikut ini kutipan jawaban Veronica:

Ee, mungkin ada. Mungkin bisa, tapi di sini tuh lebih lebih lebih lebih tau aja ternyata banyak ya. Kalo dulu kan, apa iya? Tapi kalo di sini kan yang masuk kan rata-rata begitu kan? Ih kok banyak ya?

Gitu.. kalo dulu kan cuma ya tau aja ada ada di dunia lain kan pasti efeknya kan pasti ada gitu loh. (Wawancara, 13 Juni 2018)

Apakah Karma Sebuah Tayangan Mistis, Alasan Menonton Karma, Daya Tarik Karma

Kelima informan memandang tayangan Karma dengan perspektif yang berbeda-beda dan dengan alasan menonton yang berbeda-beda pula.

Alasan Ratna terus menonton Karma karena ingin mengetahui pemecahan masalah partisipan yang kompleks dan berbeda-beda setiap harinya. Pernyataan ini menunjukkan bahwa daya tarik Karma bagi Ratna terletak pada solusi kisah partisipannya:

Dari kisah pertama saya nonton, terus sampe saya nonton itu, gini. Setiap orang itu kadang mengalamin suatu masalah. Nah di situ ada pemecahannya. Setiap hari kan masalahnya berbeda-beda. Nah, itu yang bikin saya nonton. Karena setiap hari masalahnya berbeda-beda. Entar ada yang masalah keluarga, entar ada masalah persaingan bisnis, entar ada masalah.. setiap hari kan partisipannya itu masalahnya banyak gitu loh, kompleks. Nah, itu yang bikin aku jadi nonton tiap hari di situ. Pengen tau gitu. (Wawancara, 7 Juni 2018)

Peneliti hendak mengetahui apakah tayangan Karma dianggap oleh khalayak sebagai tayangan mistis karena kedekatannya dengan isu-isu dunia spiritual atau gaib. Ratna menganggap tayangan mistis adalah film horror dan klenik, sementara Karma sama sekali tidak ada unsur klenik. Menurutnya, isi tayangan Karma adalah partisipan membagikan

pengalaman dan Roy Kiyoshi berusaha mencari solusinya tanpa cara klenik. Berikut penjelasan Ratna:

Mm... Dibilang mistis enggak juga. Bukan, bukan mistis sih. Saya bilang Karma ini bukan, bukan mistis. Bukan tayangan mistis. Kalo aku bilang ya, tayangan Karma ini tuh kayak ee.. mengingatkan kita gitu loh. Mengingatkan kita untuk oh ya lu tuh hidup di dunia itu jangan mau-maunya elu. Apa yang kamu perbuat ini nanti akan kamu pertanggungjawabkan. Nah itu. Jadi menurut aku bukan tayangan mistis. Tayangan mistis itu kan yang horror horror, film-film horror, film-film yang klenik-klenik, nah itu baru tayangan mistis. Ini kan tidak ada klenik-kleniknya. Ini kan share pengalaman dan itu kan rata-rata partisipannya kan share pengalaman dia, nah Roy berusaha mencarikan jalan keluar, dan ee.. gak ada yang ini pake apa, kamu harus setiap malam Jumat ee.. nyalain dupa, beli kembang apa, kan gak ada disuruh-suruh begitu. Jadi menurut aku bukan mistis. Tidak ada mistisnya sama sekali. (Wawancara, 13 Juni 2018)

Iwan mengaku menyukai Karma karena para partisipannya yang jujur, tidak dapat berbohong. Dari pernyataan ini, terlihat bahwa daya tarik Karma bagi Iwan terletak di para partisipan yang selalu menceritakan kisah mereka apa adanya.

Iwan secara tegas mengatakan bahwa menurutnya Karma bukan tayangan mistis. Berikut penjelasan Iwan:

Bukan. Ini semacem kayak tayangan.. ini sih sebenernya bagus sih. Ini buat untuk menyadarkan orang-orang. Eh lu jangan berbuat musyrik lagi lu, eh lu jangan berbuat macem-macem. Pelajaran, jadi pelajaran. Buat kita tuh berbaik hati.. Mistis nggak. (Wawancara, 13 Juni 2018)

Oey Lian Hoa mengaku alasannya menonton Karma adalah karena apa yang ditayangkan memang bukan fiksi, melainkan kehidupan nyata manusia. Pernyataannya ini menunjukkan bahwa daya tarik Karma bagi

Oey Lian Hoa terletak pada keaslian tayangan tersebut atau kesesuaiannya dengan kehidupan nyata:

Itu nyata kehidupan. Masalahnya si Ichong kan ngobatin orang nonspiritual. Itu kan bagi orang spirit biasa belum tentu percaya kan? Kayak gitu. … Kan penyakit ada 2. Medis sama nonmedis. Itu yang nonmedis yang kek gitu-gitu. Dan kehidupan masa lalu begitu bener itu kenyataan itu, bukan rekayasa. Memang kehidupan nyata. (Wawancara, 10 Juni 2018)

Menurut Oey Lian Hoa, Karma juga bukan tayangan mistis. Baginya, Karma adalah tayangan yang menceritakan kehidupan manusia yang terjadi secara nyata. Berikut kutipan dari Oey Lian Hoa:

Kenyataan. Cerita tentang kehidupan manusia, iya. Nyata itu memang ada. Ada kejadian seperti itu, tayangan itu bener. (Wawancara, 10 Juni 2018)

Veronica mengaku alasannya menonton Karma adalah karena iseng saja. Ia mengaku sebenarnya tidak hobi menonton televisi, sehingga hanya Karma saja tayangan televisi yang ia tonton. Ia juga menyebutkan bahwa Karma membuatnya mengetahui bahwa ada orang yang terkena ilmu gaib seperti santet, serta pembawaan Roy Kiyoshi bagus karena tidak mengajarkan yang buruk. Berikut pengakuan Veronica:

Eeee.. ya baru tau aja oh ada ya kena santet, oh ada ya itu. Gitu loh. Terus, bagus sih karena pembawaannya kan juga bagus, karena dia kan gak ngajarin yang kayak gimana. (Wawancara, 13 Juni 2018)

Daya tarik Karma bagi Veronica terletak pada kepribadian Roy Kiyoshi yang ia senangi. Ia memandang Roy sebagai pribadi yang lucu,

baik, rendah hati, punya inner beauty yang menarik. Berikut ini kutipan pendapat Veronica tentang Roy:

Roy nya lucu. …Lucu dan baik gitu loh. … Iya, karena dia kan lebih lebih low profile ya. Maksudnya meskipun dia pinter atau apa tapi kan dia selalu udahlah gitu loh. Terus kalo dia ngadepin apa juga kan dia lebih banyak.. dia rendah hati ya gitu loh. … Dia itu apa ya,

charming-nya itu yang bikin lucu. Jadi inner beauty-nya yang bikin

lucu, bukan dia punya itunya face-nya gitu. (Wawancara, 13 Juni 2018)

Veronica juga menganggap tayangan Karma bukan sebuah tayangan mistis. Baginya, tayangan mistis adalah yang menyeramkan dan sengaja menantang setan, seperti contohnya tayangan Uji Nyali di Trans 7. Berikut pernyataan Veronica:

Bukan mistis, kalo mistis itu kan kalo yang serem-serem kayak yang misalnya apa sih, Uji Nyali, itu kan mistis kan. Setan diuji. Ya kan? Mungkin itu kan buat uji nyali dia kan bisa, tapi itu kan yang aneh-aneh. Itu emang konyol saya bilang. (Wawancara, 13 Juni 2018)

Hampir sama dengan Veronica, daya tarik tayangan Karma bagi Gunawan terletak pada Roy Kiyoshi. Hanya saja, bukan kepribadian atau sifat Roy yang menarik bagi Gunawan, melainkan kemampuan supranaturalnya. Ia menyukai kemampuan Roy mengetahui masa lalu seseorang serta melihat apa yang tidak dapat dilihat manusia pada umumnya. Gunawan menjelaskannya sebagai berikut:

Kita demennya si Roy ini bisa tau masa lalu orang dia bisa tau. … Iya Roy. Dia bisa tau digituin aja (pegang kepala), dia bisa tau. Padahal masa lalu loh. Kayak dia rumahnya di mana, dia bisa masuk ke rumah orang itu, dari pikiran dia tuh dia giniin (pegang kepala). Dia teropong, dia bisa tau di rumahnya ada apa ada apa. Padahal dia

Dokumen terkait