• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

2) Hasil Wawancara

Wawancara dilakukan dengan menggunakan pedoman wawancara yang telah diperbaiki berdasarkan hasil validasi. Wawancara dilakukan kepada PLH Kepala Sekolah, guru kelas II, dan 10 siswa kelas II. Berikut akan dipaparkan hasil wawancara dari ketiga narasumber.

a) Hasil Wawancara Kepala Sekolah

Kegiatan wawancara pertama dilakukan kepada PLH ketersediaan dan penggunaan alat peraga Matematika di SD Kanisius Tegalmulyo. Selain itu wawancara ini berguna untuk mengetahui kesulitan belajar yang dialami oleh siswa ketika PLH mengajar di kelas II pada tahun sebelumnya. Kegiatan wawancara dilaksanakan pada Rabu, 7 Desember

2016. Berikut dipaparkan mengenai hasil wawancara yang disajikan pada tabel 4.10

98 Tabel 4.10 Hasil Wawancara dengan PLH SD Kanisius Tegalmulyo

Topik Pertanyaan Hasil Wawancara

Informasi berkaitan

dengan sekolah

SD Kanisius Tegalmulyo memiliki 9 guru dan 1 karyawan. Seluruh siswa berjumlah 56 siswa. Kelas 1 berjumlah 7 siswa, seluruhnya berjenis kelamin perempuan. Di mana dua diantaranya berkebutuhan khusus, karena tingkat pemahamannya masih jauh di bawah siswa-siswa lainnya. Kelas 2 berjumlah 10 siswa, terdiri dari 4 siswa laki-laki dan 6 siswa perempuan. Kelas 3 berjumlah 7 siswa yang terdiri dari 2 siswa perempuan dan 5 siswa laki-laki. Kelas 4 terdiri dari 13 siswa yang terdiri dari 7 siswa perempuan dan 6 siswa laki-laki. Kelas 5 berjumlah 5 siswa di mana hanya erdapat 1 siswa perempuan. Sedangkan kelas 6 berjumlah 14 siswa yang terdiri dari 5 siswa perempuan dan 9 siswa laki-laki. KKM untuk mata pelajaran Matematika di kelas 1 dan 2 yaitu 73. Sedangkan untuk kelas 3-6 yaitu 74. Namun pada tahun ini KKM untuk siswa kelas 6 diturunkan menjadi 72. Kurikulum yang digunakan sekolah ada 2 macam, yaitu KTSP dan Kurikulum 2013. Untuk kelas 1-3 menggunakan Kurikulum 2013, sedangkan kelas 4-6 menggunakan KTSP. Dalam kegiatan pembelajaran, sekolah sudah menyarankan agar para guru menggunakan meode yang menyenangkan. Selain itu juga diharapkan guru memiliki kreatifitas dalam menciptakan alat peraga guna membantu pemahaman siswa dalam mempelajari suatu materi.

Ketersediaan alat peraga di sekolah antara lain:

a. Alat peraga

Matematika yang

sudah ada di sekolah

b. Pengadaan alat peraga Matematika di sekolah c. Perawatan alat peraga Matematika di sekolah

Beberapa alat peraga sudah tersedia, namun memang tidak selengkap yang diharapkan. Untuk alat peraga yang berkaitan dengan Matematika terdapat papan kubus satuan untuk materi perkalian dan penjumlahan. Selain itu juga terdapat poster yang berisikan huruf-huruf yang telah tersusun sedemikian rupa hingga membentuk tulisan dari setiap bilangan, tujuan dari alat peraga ini untuk mengenalkan tulisan dari suatu angka atau bilangan. Ada juga alat peraga yang menunjukkan bangun-bangun ruang. Setiap alat peraga sudah dimanfaatkan semaksimal mungkin dalam kegiatan belajar mengajar. Untuk usaha dalam mengupayakan keberadaan alat peraga, selama ini sekolah hanya menggunakan yang sudah tersedia saja. Jika membutuhkan sarana pendukung yang belum tersedia, sekolah masih belum mengupayakan alat peraga. Para guru hanya mendownload-mendownload file yang sekiranya dapat membantu siswa dalam memahami materi. Karena untuk beberapa materi yang sekiranya anak-anak kesulitan dalam memahami secara manual, memang abstraksinya dirasa perlu menggunakan bantuan alat peraga. Untuk cara dan upaya sekolah dalam merawat alat peraga hanya dengan cara menyimpannya dengan baik di dalam lemari khusus alat peraga. Penggunaan alat peraga

Matematika dalam pembelajaran

Sekolah sudah menyarankan guru untuk menggunakan alat peraga.Tetapi semua kembali kepada guru, apakah guru mampu berkreatifitas dalam menciptakan alat peraga atau tidak.

99

Topik Pertanyaan Hasil Wawancara

Penelitian yang pernah dilakukan di sekolah berkaitan dengan alat peraga

Sebelumnya belum pernah ada yang melakukan penelitian di SD Kanisius Tegalmulyo

Kesulitan yang dialami

guru dalam

menyampaikan materi

pembelajaran Matematika

Materi yang terasa sulit ketika mengajar yaitu perkalian, karena hanya dalam 1 semester mereka harus memahami perkalian dengan hasil di bawah 100. Di sisi lain ketika ulangan akhir semester mereka harus dipaksakan mampu menyelesaikan perkalian 1 angka dikali 2 angka, sedangkan perkalian dasar 1-10 saja mereka terkadang belum hafal. Sehingga program tematik itu memang jadi terasa sangat berat untuk seusia anak kelas 2. Beberapa anak masih merasa sulit pada materi penjumlahan, khususnya pada teknik meminjam dan menyimpan. Hal ini kemungkinan dikarenakan ketika kelas 1 hanya satu semester mereka mempelajari penjumlahan hingga puluhan. Sementara penjumlahan hingga ratusan juga hanya dipelajari ketika kelas 2 semester 1. Ketika masuk semester 2, mereka sudah harus mempelajari perkalian. Untuk soal perkalian dengan bentuk soal cerita siswa masih sangat kesulitan dalam memahami maksud

dari soal. Sering sekali muncul pertanyaan “Bu, yang ini dibagi atau dikali?” walaupun sebenarnya di dalam soal

cerita sudah tersedia kata kunci, seperti “ada dua kelereng dibawa dua anak” berartikan masing masing anak membawa dua kelereng, tetapi siswa masih kesulitan ketika diminta menentukan jumlah seluruh kelereng yang ada. Sedangkan untuk soal perkalian yang berbentu gambar dan simbolik dirasa lebih mudah dipahami oleh siswa. Sehingga untuk alat peraga perkalian yang bisa menunjang kegiatan belajar mengajar kembali lagi kekreatifitas guru. Untuk faktor intern yang menyebabkan siswa mengalami kesulitan dalam menyelesaikan soal perkalian itu semua kembali ke anak itu sendiri. Namun yang jelas peran orang tua sangat berpengaruh dalam hal ini, terutama dalam hal waktu. Ketikan ada orang tua yang turut aktif mendampingi belajar anaknya khususnya yang mau mengikuti saran dari guru, misalnya “Bu, kalau di rumah setiap hari itu sambil ngobrol anaknya ditanyain (mencongak)”. Sehari mencongak bilangan kali 2 saja, mulai dari dua kali 1 sampai dua kali sembilan, dalam satu hari saja. Untuk mereka para orang tua yang mau menerapkan apa yang disarankan, hasilnya cukup baik. Anak-anak jadi lebih terbiasa dan cepat dalam menentukan hasil perkalian dasar. Tetapi mereka para orang tua yang mungkin memiliki keterbatasan waktu di rumah, memang benar hasilnya anak menjadi tidak begitu menguasai perkalian dasar.

Usaha yang dilakukan

untuk mengatasi

Setiap hari setelah renungan pagi dilakukan kegiatan mencongak. Jadi sehari sebelumnya guru sudah menginformasikan ke siswa jika besok akan ada kegiatan mencongak, misalkan perkalian kali 2. Sehingga pagi harinya siswa sudah siap dengan bukunya yang diberi nomor 1-10, ketika kegiatan mencongak berlangsung siswa

100

Topik Pertanyaan Hasil Wawancara

kesulitan-kesulitan di

atas

sampai ×9 yang diberikan secara acak. Kemudian dilihat hasilnya, apabila semua siswa sudah memperoleh nilai di

atas 50, maka hari berikutnya dilanjutkan dengan perkalian kali 5. Kegiatan mencongak ini setiap harinya dimulai dari kali 2, kali 5, kali 9, kali 3, kali 4, kali 6, kali 7, dan kali 8. Begitu urutan yang diberikan. Karena perkalian kali 2 dianggap perkalian yang paling mudah, kemudian kali 5 dan kali 9. Setelah itu baru kembali lagi keperkalian kali 3, kali 4, kali 6, kali 7, dan kali 8. Apabila hasil dari kegiatan mencongak di hari tersebut masih terdapat siswa yang memperoleh nilai 40, 30, 20, maka hari berikutnya kegiatan mencongak kembali dilakukan dengan angka perkalian yang sama. Untuk perkalian 6-9 siswa juga diajarkan dengan bantuan jarimatika. Selain itu kegiatan belajar mengajar juga dilakukan dengan metode yang menyenangkan, seperti memberi games ataupun melakukan kegiatan belajar berkelompok. Hal ini dilakukan agar siswa tidak merasa takut, melainkan merasa senang ketika belajar Matematika.

b. Hasil Wawancara Guru Kelas II

Kegiatan wawancara kedua dilakukan kepada Guru Kelas II SD Kanisius Tegalmulyo. Wawancara dilakukan guna mengetahui ketersediaan dan penggunaan alat peraga Matematika di SD Kanisius Tegalmulyo. Selain itu wawancara ini berguna untuk mengetahui kesulitan belajar yang dialami oleh siswa terutama pada mata pelajaran Matematika. Kegiatan wawancara dilaksanakan pada Rabu, 7 Desember 2016. Berikut dipaparkan mengenai hasil wawancara yang disajikan pada tabel 4.11.

Tabel 4.11 Hasil Wawancara dengan Guru Kelas II SD Kanisius Tegalmulyo

Indikator Hasil Wawancara

Kesulitan yang dialami guru dalam

menyampaikan materi pembelajaran Matematika

Kesulitan yang dirasakan ketika mengajar siswa kelas II terutama pada mata pelajaran Matematika yaitu ketika membuat suatu persoalan Matematika terlihat mudah, bukan mencari penyelesaian secara instan. Jika persoalan terlihat mudah maka siswa akan lebih paham maksud dari persoalan tersebut dan dapat menentukan penyelesaiannya. Karena setiap siswa pasti memiliki gambaran sendiri-sendiri pada satu permasalahan yang sama. Di sinilah yang membuat sulit, bagaimana membuat semua siswa fokus pada gambaran yang sama? Untuk soal-

101 soal penjumlahan dan pengurangan, teknik menyimpan dan meminjam terutama pada bilangan ratusan masih dirasa sulit bagi siswa. Menurut guru kelas II Matematika itu sulit, sehingga perlu sering diajarkan supaya siswa tidak mudah lupa. Sedangkan untuk pemahaman siswa terhadap materi perkalian guru belum begitu mengetahui karena baru akan mengajar perkalian di semester 2 nanti. Untuk kesulitan-kesulitan yang dialami siswa biasanya disebabkan karena mereka sulit untuk berkonsentrasi dan kurang teliti. Penyebab lainnya bisa saja karena kurangnya bimbingan dari orang tua ketika di rumah. Karena perlu juga sebenarnya menyadarkan setiap orang tua murid bahwa mendampingi belajar terutama pada Matematika sangat penting bagi anak. Di kelas II ada 1 anak yang masih lemah dalam membaca, mungkin ini juga ada kaitannya dengan sulitnya anak dalam menyelesaikan persoalan Matematika, terutama pada soal cerita. Karena apabila kemampuan membacanya masih kurang maka akan sulit dalam memahami soal cerita. Soal cerita memang juga dirasa sulit bagi siswa lainnya untuk dipahami. Mungkin karena jumlah kosakata yang diketahui oleh siswa masih kurang. Seperti ayah membeli ayam sekian, sampai rumah mati sekian, dalam hal ini mereka terkadang masih belum mengetahui kalau mati itu berarti dikurang, nanti beli lagi berarti ditambah. Apalagi pada operasi hitung campuran. Mereka lebih mudah memahami soal simbolik yang jelas terlihat ini tambah ini, ini kurang ini, ini kali ini, ini bagi ini.

Usaha yang dilakukan untuk mengatasi

kesulitan-kesulitan di atas

Cara yang dilakukan untuk mengatasi masalah tersebut yaitu dengan banyak memberikan latihan dan praktek, jadi Matematika “didril” terus, “dipush” terus. Selain itu gunakan contoh yang sekiranya mereka benar-benar mengalami dalam kehidupan sehari-hari. Misalkan perumpamaan ayah membeli bebek, perumpamaan itu jarang dialami oleh setiap siswa, karena belum tentu semua ayah mereka pernah membeli bebek. Maka gunakan perumpamaan yang lain.

Ketersediaan alat peraga di kelas antara lain:

a. Alat Alat peraga

Matematika yang dimiliki oleh kelas

b. Pengadaan alat peraga

Matematika oleh guru

Alat perga yag tersedia di sekolah masih kurang sehingga para guru harus membuatnya sendiri. Ketika dirasa butuh alat peraga, guru baru membuat. alat peraga yang dibuat pun bukan alat peraga yang permanen, namun hanya yang bersifat sementara sehingga mudah rusak. Misalnya membuat alat peraga untuk jam, guru hanya membuat dari gambar saja atau menggunakan papan yang dijadikan jam. Untuk materi perkalian guru belum pernah membuat alat peraga, karena baru di tahun ini mengajar di kelas II. Sedangkan untuk upaya pengadaan alat peraga hanya ketika ada waktu luang dan ketika dirasa anak membutuhkan alat peraga terutama pada materi yang sepertinya anak akan sulit membayangkan. Alat peraga tersebut dibuat sendiri oleh guru.

Penggunaan alat peraga Matematika dalam pembelajaran

Ketika dirasa anak membutuhkan alat peraga terutama pada materi yang sepertinya anak akan sulit membayangkan guru akan mengupayakan menggunakan alat peraga. Karena dengan alat peraga anak akan terlihat lebih mampu memahami materi. Apalagi bagi siswa kelas II, mereka lebih mudah memahami materi apabila mereka melihat bentuknya seperti apa karena membayangkan itu sulit. Jadi perlu digunakan alat inderanya sehingga mereka bisa

102 melihat bagaimana bentuk angkanya, bagaimana bentuk bendanya, dan lain sebagainya. Selain jam, alat yang pernah dibuat oleh guru yaitu seperti tabel penjumlahan dan perkalian. Alat peraga sangat membantu pemahaman siswa, karena guru jarang menggunakan metode diskusi seperti kerja kelompok. Hal ini dikarenakan waktu yang disediakan cukup terbatas, sehingga guru masih sering menggunakan metode ceramah.

c. Hasil Wawancara Siswa Kelas II

Kegiatan wawancara selanjutnya dilakukan kepada 10 siswa kelas II SD Kanisius Tegalmulyo. Wawancara dilakukan guna mengetahui ketersediaan dan penggunaan alat peraga Matematika di SD Kanisius Tegalmulyo. Selain itu wawancara ini berguna untuk mengetahui kesulitan dan sejauh mana kemampuan belajar yang dialami oleh siswa terutama pada mata pelajaran Matematika materi perkalian. Kegiatan wawancara dilaksanakan selama 2 hari yaitu 5 siswa pada Rabu, 22 Februari 2017 dan 5 siswa pada Kamis, 23 Februari 2017. Berikut dipaparkan mengenai hasil wawancara yang disajikan pada tabel 4.12 dan 4.13.

Tabel 4.12 Hasil Wawancara Hari Pertama dengan Siswa Kelas II SD Kanisius Tegalmulyo

Indikator Hasil Wawancara

Tanggapan terhadap pembelajaran Matematika yang selama ini terjadi

1. Menurut siswa, pelajaran Matematika yang selama ini diikuti terasa menyenangkan. Selama pembelajaran Matematika guru

mengawali dengan memberikan catatan, memberikan penjelasan, kemudian latihan, selanjutnya membahas soal. Soal dibahas dengan cara meminta siswa menjawab secara bergantian satu persatu sesuai dengan posisi tempat duduk. Tempat duduk sendiri sejak awal sudah diatur oleh guru kelas. Selama kegiatan belajar mengajar guru sangat jarang mengajak berdiskusi secara berkelompok. bahkan mungkin dapat dikatakan tidak pernah ada diskusi kelompok.

2. Menurut siswa, pelajaran Matematika yang selama ini diikuti terasa menyenangkan. Selama pembelajaran Matematika guru

mengawali dengan memberikan catatan, memberikan penjelasan. Sembari menjelaskan biasanya guru juga memberikan sedikit cerita yang berkaitan dengan materi pembelajaran, dengan kata lain guru masih menggunakan metode ceramah. Kemudian guru akan memberikan latihan soal, selanjutnya membahas soal tersebut.

103

Indikator Hasil Wawancara

3. Bagi siswa Matematika terasa menyenangkan. Setiap kegiatan belajar Matematika berlangsung, guru selalu memulai dengan

memberikan materi dengan cara memberikan catatan, kemudian guru akan menjelaskan materi yang telah disampaikan dengan metode ceramah. Setelah itu guru akan memberikan latihan soal kemudian dibahas dengan cara meminta siswa menjawab secara bergantian.

4. Menurut siswa Matematika merupakan pelajaran yang menakutkan. Hal ini disebabkan karena ketika ada PR dan siswa

merasa kesulitan, kedua orang tuanya tidak dapat membantu menyelesaikan PR Matematika yang diberikan guru. Sedangkan guru sendiri selalu memberikan PR terutama pada mata pelajaran Matematika. Selama mengajar, guru selalu mengawali dengan memberikan materi yang berupa catatan, kemudian dilanjutkan dengan memberikan soal latihan. Selanjutnya siswa akan diminta untuk mengerjakan secara individu setelah itu akan dibahas, setiap siswa akan mendapat giliran untuk menjawab setiap soal secara bergantian. Selain itu siswa juga menyatakan bahwa setiap pagi, guru akan mengajak untuk melakukan kegiatan mencongak. Kegiatan ini dilakukan dengan cara meminta semua siswa maju ke depan untuk menjawab setiap pertanyaan yang diberikan oleh guru secara bergantian.

5. Menurut siswa Matematika itu pelajaran yang menyenangkan. Selama belajar Matematika di sekolah, guru selalu mengajar

dengan cara memberikan latihan soal kemudian akan dibahas dengan cara meminta siswa memberikan jawaban secara bergantian pada nomor soal yang berbeda. Selama kegiatan belajar mengajar siswa jarang sekali melakukan kegiatn secara berkelompok. Penggunaan alat peraga dalam pembelajaran Matematika

1. Selama kegiatan belajar mengajar guru pernah menggunakan alat peraga, namun masih jarang. Salah satu alat peraga yang

pernah digunakan yaitu spidol. Namun menurut siswa menggunakan atau tidak menggunakan alat peraga siswa tetap merasa paham dengan yang diajarkan oleh guru.

2. Selama pembelajaran berlangsung, terkadang guru menggunakan alat peraga. Ketika mempelajari materi perkalian guru

pernah menggunakan spidol sebagai alat peraga. Menurut siswa, pembelajaran Matematika lebih mudah jika menggunakan bantuan alat peraga.

3. Sebelumnya guru pernah mengajarkan Matematika dengan bantuan spidol sebagai alat peraga. Alat peraga tesebut

digunakan untuk menjelaskan materi perkalian dan pembagian. Menurut siswa mempelajari Matematika menggunakan alat peraga terasa lebih mudah dibandingkan tanpa menggunakan alat peraga.

104

Indikator Hasil Wawancara

4. Selain itu dalam proses belajar mengajar guru terkadang juga memanfaatkan alat peraga. Guru menggunakan spidol sebagai

alat peraga untuk membantu pemahaman siswa terutama pada materi perkalian. siswa merasa lebih mudah mempelajari perkalian menggunakan bantuan alat peraga.

5. Sebelumnya guru pernah menggunakan spidol sebagai alat peraga materi perkalian. Siswa juga merasa lebih mudah

memahami materi dengan bantuan alat peraga. Kesulitan belajar yang dialami siswa dalam pembelajaran Matematika

1. Materi yang dirasa sulit ktika mempelajari Matematika yaitu perkalian, terutama pada perkalian lebih dari 1 angka. Untuk

materi penjumlahan dan pengurangan siswa tidak lagi merasa kesulitan walaupun menggunakan sistem meminjam ataupun menyimpan. Bentuk soal cerita, bergambar, maupun simbolik juga tidak terasa sulit bagi siswa.

2. Materi yang dirasa sulit bagi siswa yaitu materi pembagian. Siswa masih belum memahami dengan baik dalam

menyelesaikan persoalan pembagian. Pada materi perkalian, siswa juga masih merasa kesulitan terutama pada perkalian dengan 2 angka. Sedangkan untuk materi penjumlahan dan pengurangan siswa juga masih belum paham ketika dijelaskan oleh guru. Sehingga siswa masih merasa kesulitan terutama ketika menggunakan teknik meminjam dan menyimpan. Namun menurut siswa, ketika mereka masih merasa tidak paham guru akan kembali mencoba menjelaskan dengan cara memberikan contoh soal yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari sehinga dapat meningkatkan pemahaman siswa. Untuk bentuk- bentuk soal Matematika terutama pada materi perkalian, siswa merasa kesulitan ketika diminta menyelesaikan bentuk soal cerita. Karena siswa masih merasa kesulitan dalam memahami maksud soal, sehingga siswa lebih senang mengerjakan soal bentuk simbolik.

3. Siswa masih merasa kesulitan dalam menyelesaikan persoalan pada materi perkalian dan pembagian. Untuk perkalian dan

pembagian dengan 1 angka, siswa masih bisa memahami dengan baik, namun ketika harus menyelesaikan persoalan materi perkalian dan pembagian dengan 2 angka, siswa masih merasa kesulitan. Namun untuk materi penjumlahan dan pengurangan siswa tidak lagi merasa kesulitan. Apabila berdasarkan bentuk soal, siswa masih merasa kesulitan ketika harus menyelesaikan persoalan Matematika berbentuk soal cerita, terutama pada materi perkalian.

4. Selama ini siswa tidak begitu menyukai Matematika dikarenakan orang tuanya akan memarahinya apabila siswa tidak

memperoleh hasil yang memuskan dalam pelajaran Matematika. Sedangkan orang tua sendiri kurang mampu mendampingi siswa ketika belajar di rumah dan mengalami kesulitan. Untuk materi Matematika ang dirasa sulit bagi siswa yaitu materi perkalian dan pembagian. Pada materi perkalian siswa masih kesulitan dalam menentukan hasil perkalian 2 angka,

105

Indikator Hasil Wawancara

sedangkan untuk pembagian siswa masih merasa kesulitan mulai dari pembagian dasar. Namun untuk materi penjumlahan siswa sudah tidak merasa kesulitan baik dengan/tanpa teknik meminjam dan menyimpan. Untuk bentuk soal, siswa masih merasa kesulitan ketika diminta menyelesaikan soal bentuk cerita karenasusah untuk memahami sehingga tidak mengerti maksud dari isi soal.

5. Untuk meteri Matematika yang dirasa sulit bagi siswa yaitu perkalian dan pembagian. Pada materi perkalian siswa masih

merasa kesulitan dalam menentukan hasil perkalian dengan 2 angka. Sedangkan untuk materi penjumlahan dan pengurangan siswa sudah tidak merasa kesulitan lagi. Bentuk soal yang dirasa sulita bagi siswa yaitu bentuk soal cerita pada materi perkalian dan pembagian, terutama pada soal cerita campuran dari perkalian dan pembagian.

Usaha yang dilakukan untuk mengatasi kesulitan- kesulitan di atas

1. Ketika di rumah, siswa meluangkan waktu setiap harinya pukul 17.00-18.00 WIB untuk belajar ataupun mengerjakan PR.

Ketika belajar siswa terkadang didampingi mamanya karena ayahnya berada di luar kota untuk bekerja. Selain mamanya, siswa terkadang juga didampingi nenek atau pakdhenya terutama ketika meminta bantuan dalam menyelesaikan persoalan Matematika.

2. Ketika di rumah siswa jarang sekali meluangkan waktu untuk belajar. Hanya ketika ada PR saja siswa akan meluangkan

waktu untuk mengerjakan PR sembari belajar. Jika tidak ada PR siswa lebih memilih untuk bermain dengan adiknya. Ketika mengalami kesulitan dalam mengerjakan PR, siswa biasanya akan meminta bantuan kedua orang tuanya.

3. Ketika di rumah, siswa jarang meluangkan waktu untuk belajar. Siswa meluangkan waktu untuk belajar hanya ketika

mendapatkan PR dari guru di sekolah. Ketika siswa merasa kesulitan dalam menyelesaikan PR, siswa akan meminta bantuan ibunya karena ayahnya tidak tinggal bersama siswa yang bersangkutan.

4. Ketika sudah di rumah siswa terkadang menyempatkan untuk belajar. Tetapi ketika sudah merasa mengantuk, siswa menjadi

tidak belajar. Siswa juga mengatakan jika sudah mengantuk siswa akan mudah tertidur sehingga meninggalkan aktivitas belajarnya dan menjadi tidak sempat menggosok gigi sebelum tidur. Namun ketika belajar siswa tetap didampingi oleh kedua orang tuanya. Untuk soal Matematika yang tidak begitu sulit, terkadang ayahnya akan membantu, namun tidak banyak. Ibu dari siswa mengatakan bahwa beliau sama sekali tidak dapat membantu menyelesaikan persoalan Matematika karena dulu ketika sekolah hanya memperoleh nilai 4 pada mata pelajaran Matematika.

Dokumen terkait