• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

B. Pembahasan

Penelitian ini didasarkan dari hasil identifikasi masalah melalui wawancara dan observasi. Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil wawancara dan observasi menunjukkan bahwa ketersediaan alat peraga di SD Kanisius Tegalmulyo masih sangat terbatas sebagai pendukung kegiatan pembelajaran. Keterbatasan waktu guru untuk membuat alat peraga menjadi salah satu kendala. Dampak dari kondisi tersebut salah satunya yaitu siswa mengalami kesulitan dalam belajar Matematika. Permasalahan tersebut dialami terutama pada materi perkalian (Komunikasi dengan siswa Rabu, 22 Februari

2017 – Jumat, 3 Maret 2017). Berdasarkan hasil kuesioner menunjukkan bahwa 100% guru merasa terbantu dengan adanya alat peraga, terutama dalam membantu siswa memahami materi Matematika. Hal tersebut juga didukung oleh 100% siswa kelas II SD Kanisius Tegalmulyo yang lebih menyukai belajar Matematika menggunakan alat peraga. Seluruh pernyataan tersebut menjadi bahan pertimbangan bagi peneliti untuk melakukan penelitian dan pengembangan mengenai alat peraga Matematika.

Pengembangan yang dilakukan menggunakan metode Montessori dengan 5 karakteristiknya, yaitu menarik, bergradasi, auto correction, auto education, dan kontekstual. Karakteristik tersebut menjadi pedoman bagi peneliti dalam mengembangkan alat peraga yang sesuai dengan kebutuhan siswa. Kelima karakteristik tersebut kemudian dikembangkan menjadi 10 pertanyaan dalam kuesioner analisis kebutuhan siswa dan 14 pertanyaan dalam kuesioner analisis kebutuhan guru. Kuesioner yang digunakan peneliti untuk siswa merupakan kuesioner tertutup yang bertujuan untuk memudahkan siswa dalam menjawab pertanyaan yang diberikan. Namun peneliti juga memberikan kesempatan bagi siswa jika ingin menambahkan pendapat mereka mengenai jawaban dari kuesioner tersebut. Sedangkan kuesioner yang digunakan peneliti untuk guru merupakan kuesioner terbuka yang bertujuan untuk memberikan kesempatan bagi guru untuk menyampaikan pendapat maupun jawaban secara bebas. Hasil dari kuesioner analisis kebutuhan tersebut menjadi landasan dalam mengetahui kebutuhan alat peraga bagi siswa dan guru.

Dari hasil kuesioner tersebut diperoleh bahwa siswa lebih menyukai belajar Matematika menggunakan alat peraga. Selain itu siswa juga lebih berkonsentrasi, bersemangat, aktif, antusias apabila menggunakan alat peraga dalam pembelajaran Matematika. Sehingga peneliti memutuskan untuk mengembangkan alat peraga dengan ciri auto education, di mana diharapkan siswa mampu belajar secara mandiri terutama dalam penggunaan alat peraga. Dalam pembuatan alat peraga, peneliti juga menerapkan karakteristik kontekstual, yaitu memanfaatkan potensi lokal dalam membantu siswa memahami materi pelajaran. Salah satunya memanfaatkan kayu jati sebagai bahan utama pembuatan alat peraga berbasis Montessori. Selain aman, kayu jati juga mudah ditemukan karena banyaknya hutan kayu jati terutama di daerah Jawa Tengah. Selain itu siswa juga merasa senang menggunakan alat peraga yang berwarna terang dalam pembelajaran Matematika. Karena warna terang pada alat peraga dapat membuat lebih menarik. Sehingga pemilihan warna menjadi bahan pertimbangan bagi peneliti. Selain itu warna yang digunakan dalam Montessori merupakan hal yang penting supaya anak tidak bingung ketika menggunakan alat peraga. Sehingga warna yang dipilih yaitu merah, biru, hijau, dan coklat sebagai kategori warna cerah. Guru dan siswa juga menginginkan alat peraga yang ringan, dapat digunakan secara individu maupun berkelompok, dan memiliki harga yang terjangkau. Hal tersebut menjadi bahan pertimbangan peneliti untuk membuat alat peraga yang dapat digunakan secara individu maupun berkelompok. Selain itu peneliti juga merekomendasikan alat peraga dengan berat <1,5 kg dan dengan kisaran harga Rp100.000-Rp300.000,00.

Selain itu alat peraga papan perkalian ini tidak hanya digunakan untuk kelas II, tetapi juga bisa digunakan untuk tingkatan kelas selanjutnya yaitu kelas III. Ciri auto correction juga menjadi salah satu ciri yang dikembangkan dalam alat peraga. Ciri tersebut terlihat dari adanya pengendali kesalahan atas aktivitas siswa dalam menggunakan alat peraga. Pengendali kesalahan terdapat pada bagian belalang kartu soal. Di mana telah dituliskan jawaban dari soal perkalian yang terdapat pada sisi depan. Jawaban tersebut dicetak berwarna hijau dan biru dengan tujuan untuk mencocokkan kesesuaian dengan jumlah manik-manik pada alat peraga yang menunjukkan hasil perkalian. Hal ini dikarenakan guru menginginkan alat peraga yang dapat membantu siswa mengetahui kesalahannya sendiri. Siswa pun juga menginginkan alat peraga yang dapat membantu menemukan kesalahannya dan menemukan jawaban yang benar dengan menggunakan alat peraga.

Selanjutnya alat peraga yang telah dikembangkan, divalidasi oleh beberapa ahli yang meliputi ahli Montessori, guru senior, dan guru kelas II SD Kanisius Tegalmulyo. Hasil validasi tersebut menjadi bahan evaluasi peneliti dalam pengembangan 5 ciri alat peraga berbasis Montessori tersebut. Berdasarkan tabel 4.27 terlihat bahwa seluruh item dari 5 indikator mendapatkan nilai rata-rata 3,79. Dengan kata lain pengembangan alat peraga tersebut dapat dikatakan sudah sesuai dengan ciri-ciri alat peraga berbasis Montessori. Secara singkat dapat dikatakan bahwa alat peraga papan perkalian sesuai dengan ciri- ciri yang dikembangkan.

Selanjutnya alat peraga papan perkalian diuji cobakan kepada 10 siswa kelas II SD Kanisius Tegalmulyo. Setelah melakukan uji coba secara terbatas, peneliti meminta siswa untuk memberikan penilaian terkait dengan papan perkalian yang telah digunakan. Hasil dari penilaian tersebut menjadi bahan evaluasi pengembangan yang telah dilakukan oleh peneliti.

Kedua data yang diperoleh dari hasil uji validasi produk oleh siswa maupun oleh ahli, dapat terlihat seluruh item mendapatkan nilai pada kategori sangat baik. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pengembangan alat peraga papan perkalian sesuai dengan 5 ciri alat peraga berbasis Montessori.

161 BAB V

PENUTUP

Dalam bab ini menguraikan mengenai kesimpulan, keterbatasan penelitian, dan saran. Kesimpulan merupakan hasil penelitian yang menjawab hipotesis penelitian. Keterbatasan penelitian berisikan tentang terbatasnya kemampuan yang dimiliki oleh peneliti. Saran berisikan mengenai beberapa saran bagi para peneliti selanjutnya yang ingin meneliti hal yang serupa. Berikut merupakan uraian mengenai hal-hal tersebut.

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil dan pembahasan pada bab sebelumnya, dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Alat peraga papan perkalian berbasis Montessori yang dikembangkan memiliki ciri-ciri (1) menarik, hal ini terlihat dari kelengkapan soal yang terdiri dari soal simbolik dan soal cerita, bentuk dan warna alat peraga papan perkalian beserta manik-maniknya yang termasuk dalam kategori warna terang; (2) bergradasi, hal ini terlihat dalam penggunaan alat peraga papan perkalian melibatkan lebih dari satu indra, selain itu alat peraga ini juga dapat digunakan bagi siswa di jenjang kelas selanjutnya yaitu kelas 3; (3) auto correction, hal ini terlihat dari adanya jawaban pada bagian belakang kartu soal yang dicetak dengan warna hijau dan biru sesuai dengan jumlah manik-manik pada hasil perkalian sebagai pengendali kesalahan; (4) auto education, hal ini terlihat anak dapat menggunakan alat

peraga secara mandiri dan peletakkan slot pada sisi tengah bagian atas papan dengan tujuan agar semakin banyak kemungkinan bilangan yang akan digunakan; (5) kontekstual, terlihat dari adanya hubungan antara pembelajaran dengan konteks yang ada pada lingkungan sekitar di mana dapat membantu menyelesaikan persoalan sehari-hari yang berkaitan dengan masalah perkalian, selain itu pembuatan alat peraga dilakukan dengan memanfaatkan bahan maupun potensi yang ada pada lingkungan sekitar.

2. Alat peraga yang dikembangkan yaitu papan perkalian berbasis Montessori untuk siswa kelas II SD Kanisius Tegalmulyo. Alat peraga ini memiliki kualitas sangat baik dan dapat membantu siswa kelas II dalam memahami konsep perkalian dan membantu dalam menentukan hasil perkalian dengan hasil dua angka. Sehingga alat peraga papan perkalian yang dikembangkan layak untuk digunakan pengujian pada tahap berikutnya.

B. Keterbatasan Penelitian

Berikut merupakan beberapa keterbatasan dalam penelitian ini, antara lain:

1. Proses validasi mengalami hambatan, hal ini dikarenakan kurangnya ketelitian dalam penyusunan instrumen. Sehingga menyebabkan proses validsi dilakukan dua kali.

C. Saran

Saran yang dipertimbangkan bagi peneliti selanjutnya yang akan mengembangkan alat peraga pembelajaran:

1. Instrumen validasi sebaiknya dipersiapkan dengan sungguh-sungguh sebelum dilakukan validasi.

2. Alat peraga papan perkalian berbasis Montessori yang telah dikembangkan dapat digunakan dalam menerapkan sifat distributif dalam menentukan hasil perkalian.

3. Alat peraga papan perkalian berbasis Montessori dapat dikembangkan agar dapat digunakan bagi siswa berkebutuhan khusus.

164

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Susanto. 2013. Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar. Jakarta: Prenadamedia Group

Ali Imron. 1996. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Pustaka Jaya

Creswell, John W. 2013. Research Design Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan Mixed. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Eko Putro Widoyoko. 2016. Penilaian Hasil Pembelajaran di Sekolah. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Febrianty, Sonia Noor dan Sri Widayati, Pengaruh Alat Permainan Montessori Terhadap Kemampuan Berhitung Anak 1-10 Kelompok A KB-TK Arisska, III(3), 2014. Jurnal Pendidikan

Diakses pada tanggal 30 Agustus 2016 pukul 12.10 WIB dari

https://www.google.co.id/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=2&cad=r ja&uact=8&ved=0ahUKEwjrwubSprzQAhWJpo8KHRqCAnkQFgghMAE& url=http%3A%2F%2Fejournal.unesa.ac.id%2Farticle%2F11167%2F19%2Fa rticle.pdf&usg=AFQjCNF9Ulvs246nbYAeTxGr4qTHjA09lA&bvm=bv.1397 82543,d.c2I

Gutek, Gerald Lee. 2013. Metode Montessori. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Hamid Darmadi. 2014. Metode Penelitian Pendidikan dan Sosial (Teori Konsep Dasar dan Implementasi. Bandung: Alfabeta

Hosnan, M. 2016. Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Bogor: Ghalia Indonesia Magini, Agustina Prasetyo. 2013. Sejarah Pendekatan Montessori. Yogyakarta:

Kanisius

Manab, Abdul. 2015. Penelitian Pendidikan Pendekatan Kualitatif. Yogyakarta: Kalimedia

Mardapi, Djemari. 2008. Teknik Penyusunan Instrumen Tes dan Nontes. Yogyakarta: Mitra Cendikia Press

Margono, S. 2010. Metodologi Penelitian Pendidikan. Jakarta: PT Rineka Cipta Moleong, Lexy J. 2009. Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi, Bandung:

PT Remaja Rosdakarya

Montessori, Maria. 2002. The Montessori Method, New York:Frederick A. Stokes Company

Nana Syaodih Sukmadinata. 2008. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Nana Syaodih Sukmadinata. 2009. Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Nora Agustina. 2014. Perkembangan Peserta Didik. Yogyakarta: Deepublish. Qodratillah, Meity Taqdir. 2011. Kamus Bahasa Indonesia untuk Pelajar. Badan

Pengembangan dan Pembinaan Bahasa, Jakarta.

Runtukahu, Tombokan dan Selpius Kandou. Pembelajaran Matematika Dasar Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media

Singgih G. Gunarsa. 1981. Dasar dan Teori Perkembangan Anak. Jakarta: BPK Gunung Mulia

Siti M. Amin. 2004. Matematika SD di sekitar kita : untuk kelas II semester 1 (Jilid 2A), Jakarta: Esis

Siti M. Amin. 2004. Matematika SD di sekitar kita : untuk kelas II semester 2 (Jilid 2B). Jakarta: Esis

Siti M. Amin. 2004. Matematika SD di sekitar kita : untuk kelas III semester 1 (Jilid 3A). Jakarta: Esis

Soesilowati. 2011. Perkalian Itu Asyik dan Menyenangkan, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama

Sugiyono. 2016. Metode Penelitian dan Pengembangan, Bandung: Alfabeta Suharsimi Arikunto. 2010. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi

Aksara

Sulardi. 2007. Pandai Behitung Matematika SD Jilid 2, Jakarta: Erlangga

Sundayana, Rostina H.,\ 2015. Media dan Alat Peraga Dalam Pembelajaran Matematika Untuk Guru, Calon Guru, Orang Tua dan Para Pecinta Matematika, Bandung: Alfabeta

Suyono dan Hariyanto. 2011. Belajar dan Pembelajaran Teori dan Konsep Dasar. PT Remaja Rosdakarya, Bandung

[1] LAMPIRAN

Lampiran 1 Instrumen Identifikasi Potensi Masalah

Dokumen terkait