• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hasan Al Banna sangat konsen memberikan kajian dan ceramah pada kalangan ini, secara rutin setiap pekan sebagai bukti keinginannya yang kuat

4. Muk hayam atau Mu ’asykar

Mukhayam dalam sejarah Jamaah merupakan penerapan dan pengembangan dari sistem jawalah. Sistem jawalah dalam Jamaah memiliki kedudukan tersendiri yang secara sekilas dapat diuraikan sebagai berikut:

Sistem jawalah dalam Jamaah merupakan pengembangan dari kelompok rihlah. Ketika markas umum Jamaah berpindah ke Al Atbah, dimana tempat baru ini memiliki areal yang luas, Ustadz Hasan Al Banna melihat bahwa jihad dalam Islam harus dimunculkan dalam bentuknya yang konkrit Yakni dengan menyiapkan para pemuda yang haus akan aktivitas dan gerakan demi mempeijuangkan Islam, agar mereka menjadi anggota grup mukhayam, yang di tangan merekalah ide jihad dalam Islam dapat terwujud.41

5.

Daurah

Daurah adalah aktivitas mengumpulkan sejumlah akhwat yang relatif banyak di suatu tempat untuk mendengarkan ceramah, kajian,

40 Ibid.; him. 280 41 Ibid, him. 298

penelitian dan pelatihan tentang suatu masalah, dengan mengangkat tema tertentu yang dirasa penting bagi keberlangsungan amal Islam.42

6. Nadwah

Nadwah adalah sekumpulan orang yang berkumpul di suatu tempat pertemuan atau sejenisnya, untuk melakukan kajian dan musyawarah suatu urusan.

Nadwah di masa sekarang berarti sebuah pertemuan yang menghimpun sejumlah pakar dan para spesialis untuk mengkaji suatu tema ilmiah atau persoalan, dimana setiap mereka memberikan pendapatnya dengan argumentasi dan bukti-bukti.43

7.

Muktamar

Muktamar menurut bahasa berarti makanul i ’timar (tempat bermusyawarah).

M u’ja m Istilah A l Ulum A lIjtim a ’iyah (Kamus istilah Ilmu-ilmu Sosial) menjelaskan bahwa muktamar ada dua macam, yakni : muktamar resmi dan muktamar umum.

Muktamar resmi ini khusus untuk menunjuk kepada suatu forum resmi yang memiliki kepentingan tertentu dalam aspek tujuan maupun produk-produk yang mungkin dihasilkan, seperti ratifikasi peijanjian atau dokumen. Sedangkan muktamar umum, ia menampung sejumlah peserta, kadang-kadang hingga ratusan. Keikutsertaannya bersifat terbuka bagi

42 Ibid,him. 323

65

semua organisasi maupun, individu-individu tertentu. Muktamar diselenggarakan dalam waktu tertentu untuk saling tukar pendapat tentang suatu tema yang dikaji dan untuk membuat beberapa rekomendasi yang perlu disebarluaskan. 44

Sedangkan fase-fase yang dilakukan oleh Ikhwanul Muslimin dalam mentarbiyah (mendidik dan membina) Akhawat Muslimah adalah sebagai berikut:

1. Mendiagnosis kondisi masyarakat, sebagai langkah awal mengatasi masalah, seperti masalah dekadensi moral dan kerusakan moral dan kerusakan sosial, baik di rumah, di jalan, di pabrik, di kedai, di semua kalangan dan semua lingkungan.

2. Melakukan langkah-langkah pengobatan yang logis. Caranya antara la in :

a) Menyebarkan ajaran-ajaran Islam dan menghembuskan berbagai nilai dan prinsipnya ke dalam hati wanita muslimah dan keluarganya.

b) Cara terbaik memperbaiki suatu bangsa ialah dengan memperbaiki keluarga. Dan cara terbaik memperbaiki keluarga ialah dengan memperbaiki kaum wanitanya. Karena kaum wanita mempunyai pengaruh besar atas semua dimensi kehidupan.

c) Keharusan memahami berbagai ajaran Islam dan mengamalkannya.

3. Tidak meremehkan peranan wanita dalam masyarakat. Sebab tugasnya termasuk yang paling sacral dan mempunayi dampak yang mendalam terhadap masyarakat. Disamping itu, wanita pada hakikatnya mampu memperbaiki bangsa secara keseluruhan.

4. Pernyataan tersebut menegaskan kepada muslimah langkah-langkah menuju tujuannya, yaitu memperbaiki muslimah berdasarkan ajaran- ajaran Islam. Berbagai langkah tersebut tersimpul sebagai berikut: a) Memahami Islam secara baik

b) Mengamalkan berbagai ajaran dan nilai Islam dalam semua kegiatan kehidupan.

c) Menyebarkan dakwah Islam dan meniupkan nilai-nilai ke dalam dada muslimah.45

E. M an haj Hasan Al Banna

Hasan Al Banna adalah sosok pendidik yang memiliki kemauan buat untuk mendidik generasi mukmin yang diharapkan dapat membawa kebangkitan um at Hasan Al Banna berusaha menyeru kepada manusia agar kembali kepada kemurnian ajaran Islam seperti yang disampaikan Rasulullah Muhammad saw.

Hasan Al Banna menyadari sepenuhnya bahwa peran kaum wanita dalam perjuangan Islam sangat penting dan mempunyai pengaruh besar dalam proses kaderisasi.

45 Ali Abdul Halim Mahmud, Ikhwamd Muslimin Konsep Gerakan Terpadu, Jilid I

(Manhaj A t Taffciyah “ inda A l Ikhwanul Muslimin), Terjemah oleh Syafril Halim, Gema Insani Press, Jakarta, 1997, him. 218-219

67

Peran seorang muslim menurut Hasan Al Banna adalah melakukan islah (perbaikan) terhadap jiwa, hati dan ruh serta menghubungkannya dengan Allah SWT. Kemudian mentamhim masyarakat ini sehingga di dalamnya terbentuk sebuah jam a’ah yang sholeh, yang beramar ma’ruf nahi munkar. Selanjutnya dari jam a’ah yang sholih ini akan lahir daulah yang sholih pula.46

Hasan Al Banna mengkoordinir peran kaum wanita melalui divisi akhwatul muslimin, yang merupakan bagian dari ikhwanul muslimin. Diri

akhwat muslimah ini memiliki undang-undang dasar sebagai berikut :47

1. Berpartisipasi dalam proyek-proyek sosial yang bermanfaat sesuai dengan kondisi, tenaga dan lingkungan para akhwat.

2. membantu (sebatas kemampuan akhwat) menjalankan agenda-agenda perbaikan dasar yang dicanangkan oleh jamaah Ikhwanul Muslimin secara umum.

3. Pada tanggal 2 Shafar tahun 1371 H bertepatan dengan tanggal 2 November 1951 M diberlakukan kembali prospektus divisi akhwat muslimah dengan tambahan sebagai berikut:

a. Bila memungkinkan sebaiknya kantor cabang divisi akhwat muslimah dan tempat kajiannya menggunakan kantor cabang ikhwanul muslimin atau rumah-rumah akhwat, atau masjid-masjid yang dikelola oleh ikhwan.

b. Pembinaan divisi akhwat diserahkan kepada mursyid ‘am Ikhwanul Muslimin yang bertindak sebagai ketua.

46 Hasan Al Banna, Fikroh Ikhwanul M uslimin, dalam Ahmad Isa ‘Asyur, Hadits

Tuslalsa7 Ceramah-ceramah Hasan Al Ranna teij Era h te m a fa SoL» "HUM him »17

Divisi akhwat muslimah membentuk beberapa lajnah, untuk memberikan dukungan penuh baik moral maupun material terhadap saudara-saudaranya yang tertimpa kezaliman sang penguasa. Beberapa lajnah itu antara lain :

a. Lajnah pertama, bertugas menyiapkan makanan dan pakaian untuk anggota ikhwanul muslimin yang mendekam dipenjara

b. Lajnah kedua, bertugas mengadakan kunjungan secara kontinyu kepada keluarga ikhwan yang terpenjara dan memberikan berbagai hal yang dibutuhkan oleh keluarga tersebut.

Hasan Al Banna sangat konsem memberikan kajian dan ceramah pada divisi akhwatul muslimah sebagai bentuk pendidikan dan pembinaan secara rutin setiap pekan. Hal ini sebagai bukti keinginannya yang kuat untuk menyebarkan pemahaman Islam yang benar pada kaum wanita. Dari hasil pembinaan yang secara rutin tersebut, divisi akhwat muslimah meneruskan dakwahnya masyarakat secara luas melalui interaksi langsung dengan masyarakat ataupun seruan melalui tulisan pada majalah ikhwanul muslimin.

Pada rubrik “keluarga” di surat kabar harian Ikhwanul Muslimin, divisi akhwalul muslimah menuliskan sepuluh wasiat untuk para istri, yaitu :48 49

1. Berorientasi untuk mentaati Allah dan RasulNya serta mencintai keduanya

48 Ibid., him. 28 49 Ib id , him. 24-25

69

2. Komitmen pada adab (tata krama Islam) sebelum nilai estetika dan

tidak menggunakan harta suami kecuali atas ijinnya.

3. Perhatian istri harus terfokus pada kewajiban-kewajibannya di rumah dan perbaikan urusan kerumah tanggaan.

4. Menetapi rasa malu terhadap suami, mentaatinya, dian tatkala ia sedang berbicara dan mendengarkannya serta menghormatinya.

5. Menghormati keluarga dan kerabat suami

6. Qona'ah (puas) dengan rezeki yang diberikan oleh Allah melalui suami

7. Mendahulukan hak suami atas hak siapapun setelah hak Allah dan RasulNya

8. Tidak menyebut-nyebut kekayaan, kecantikan dan kedudukannya pada suami

9. Tidak keluar dari rumah kecuali atas ijin suami.

10. Selalu cemburu kepada suaminya dan menjaga perasaan serta kehormatan suaminya.

- ' Z

Meski para akhwat muslimah yang tergabung dalam divisi akhwatul muslimah ikhwanul muslimin sibuk dengan aktivitas dakwahnya di luar rumah, mereka tetap melaksanakan kewajiban-kewajiban mereka sebagaimana yang telah ditetapkan Allah. Karena manhaj yang diusung divisi ini adalah manhaj Islam. Dakwah mereka adalah dakwah Islamiyah.

Diantara kewajiban tersebut adalah : a. Kewajiban terhadap agamanya

Kewajiban ini meliputi : kewajiban beriman kepada Allah dan hari akhir, dan wajib menjaga sekuat mungkin atas semua perintah dan larangan yang diturunkan oleh Allah, tanpa berlebih-lebihan sehingga melampaui kemudahan yang telah diberikan oleh Allah.

b. Kewajiban terhadap akalnya

Ukhti muslimah harus membekali akalnya dengan hakekat- hakekat yang benar, makna-makna hdiup yang terbaik dan pengetahuan yang benar. Ia juga harus membekali akal pikirannya dengan sejarah Islam dan pengetahuan modem baik yang terkait dengan sosial kemasyarakatan, ekonomi, kesehatan serta dasar-dasar keilmuan lainnya.

c. Kewajiban terhadap rumahnya

Ukhti muslimah hams membangun rumah tangganya sejak awal di atas dasar takwa, dan menebarkan semangat robbani dan berusaha menjadikan seluruh kebutuhannya dalam batas kecukupan. Bagi wanita, rumah adalah kerajaannya dan ia adalah ratunya, yang bertanggung jawab untuk mengatur dan mengelolanya. Akan tetapi ia juga harus memahami bahwa suaminya adalah qowam (pemimpin)

71

d. Kewaj i ban terhadap masyarakat

Ukhti muslimah harus berusaha memboikot segala kebusukan yang ada di masyarakat, dan berusaha menyebarkan fitrah-fitrah Islam yang matang dan prinsip-prinsip yang lurus kepada masyarakat. Ia harus memberikan keteladanan yang baik kepada masyarakat.

e. Kewajiban menyerukan dakwah

Ukhti muslimah harus menyeru (mengajak) orang-orang yang ada di sekitarnya untuk beirman kepada Allah dan hari akhir, mengajak untuk selalu mengingat Allah, memerintahkan yang ma’ruf dan mencegah yang munkar dan hendaklah ukhti muslimah memberi kabar gembira kepada kaum muslimah tentang Islam.

Begitulah sistem yang integral dan komprehensif ini telah membekali kehidupan para akhwat muslimah. Dengan sistem ini telah mencetak satu generasi yang unik di tengah situasi krisis akibat dominasi materialisme dan rongrongan berbagai penyakit peradaban.

A N A L IS IS

A. Relevansi Pemikiran Hasan Al-Banna T erhadap Kondisi Muslimah Masa

Sekarang.

Hasan Al Banna sangat serius dalam memperhatikan perkembangan Akhwatul Muslimah. Salah satu bentuk dari keseriusan beliau adalah dengan mendirikan sekolah khusus wanita yang disebut “Madrasah Ummahatul Mu’minin”. Melalui sekolah ini Hasan Al Banna mencoba menerapkan Manhaj Islam.

Sekolah khusus putri tersebut dibangun di atas sistem modem yang Islami. Memadukan antara adab Islam serta petunjuknya yang luhur bagi para pemudi, kaum istri, dan kaum ibu dengan kebutuhan-kebutuhan serta tuntutan- tuntutan masa berupa ilmu-ilmu teoritis serta ilmu-ilmu terapan.1

Sekolah ini merupakan tempat untuk mendidik muslimah dan memperdayakan kemampuan yang dimiliki Akhwatul Muslimah. Terbuki dengan berdirinya divisi Akhwat yang merupakan bagian atau sayap dakwah Ikhwanul Muslimin. Dengan demikian potensi yang dimiliki Akhwatul Muslimah dapat berkembang dengan optimal.

Tujuan dari pembentukan Divisi Akhwatul Muslimah adalah menyeru kepada akhlak-akhlak mulia dan mejelaskan berbagai bahaya penyimpangan yang merebak dikalangan Muslimah. Beberapa perangkat yang menjadi

1 Mahmud Muhammad Al Jauhari, Divisi W ani at Ikhwanul Muslimin. Pesan dn Sejarah

Perjuangannya, terj. KhozinA bu Faqih, Lc., Al-I’tisham Cahaya Umat, Jakarta, 2001, hlm.8

73

andalan divisi ini antara lain kajian-kajian dan ceramah-ceramah di berbagai perkumpulan khusus kaum wanita, nasihat-nasihat secara pribadi, penulisan dan penerbitan/

Anggota divisi Akhwatul Muslimah dituntut aktif untuk mengadakan penyadaran terhadap masyarakat disekitamya. Mereka sudah tidak lagi hanya berkutat pada masalah-masalah domestik rumah tangga.

Hasan Al Banna tidak hanya menuntut anggota divisi Akhwatul Muslimah untuk aktif mendidik masyarakat, tetapi beliau juga memperhatikan pendidikan para angggota divisi tersebut Kebutuhan ilmu bagi para anggota divisi Akhwatul Muslimah merupakan modal bagi mereka untuk mendidik masyarakat Apa yang dapat diberikan kepada masyarakat apabila mereka tidak memilika apa-apa? Sebagaimana disebutkan dalam bab 111 bahwa tujuan pendidikan bagi wanita muslimah tidak hanya bertujuan untuk kebaikan diri dan keluarga, akan tetapi juga memiliki tujuan yang lebih luas yaitu untuk masyarakat2 3. Menurut Hasan Al Banna, wanita muslimah haruslah memiliki kepribadian Islam yang merupakan hasil dari pendidikan yang meliputi sepuluh aspek, yaitu 4:

1. Salim A l Aqidah (bersihnya aqidah). Setiap individu dituntut untuk memiliki kelulusan aqidah yang hanya dapat mereka peroleh melalui pemahaman terhadap Al Qur'an dan As Sunah

2 Ibid.,him. 10

3 Cahyadi Takariawae, dkk, Keakkmatam l Bersam a T trbtyah U iM W m tim r* Tmmataa

Amanah, Era Intermedia, Solo, 2005, him. 41

2. Shahih Al Ibadah (lurusnya ibadah). Setiap individu dituntut untuk beribadah sesuai dengan tuntunan syariat. Pada dasarnya ibadah bukanlah hasil ijtihad seseorang karena ibadah tidak dapat diseimbangkan melalui penambahan, pengurangan atau penyesuaian dengan kondisi dan kemajuan zaman.

3. Matin A l Khuluq (kukuhnya akhlak). Setiap individu dituntut untuk memiliki ketangguhan akhlak sehingga mampu mengendalikan hawa nafsu dan syahwat.

4. Qodir ‘ala al kasb (mampu mencari penghidupan). Setiap individu dituntut untuk mampu menunjukkan potensi dan kreat5ivitasnya dalam kebutuhan hidup.

5. M utsaqaf al fik r (luas wawasan berpikirnya). Setiap individu dituntut untuk memiliki keluasan wawasan. Ia harus mampu memanfaatkan setiap kesempatan untuk mengembangkan wawasan.

6. Qowiy A l Jism (kuat fisiknya). Setiap individu dituntut untuk memiliki kekuatan fisik melalui sarana-sarana yang dipersiapkan Islam.

7. M ujahid li nafsih (pejuang diri sendiri). Setiap individu dituntut untuk memerangi hawa nafsunya dan mengukuhkan diri di atas hukum-hukum Allah melalui ibadah dan amal shaleh.

8. Munazham j i syu ’unih (teratur urusannya). Setiap individu dituntut untuk mampu mengatur segala urusannya sesuai dengan aturan Islam.

9. Harits ala wagtih (memperhatikan waktunya). Setiap individu dituntut untuk mampu memelihara waktunya sehingga akan terhindar dari

75

kelalaian, juga mampu menghargai waktu orang lain sehingga tidak akan membiarkan orang lain melakukan kesia-siaan.

10. Nafi’ L i Ghairih (bermanfaat bagi orang lain). Setiap individu harus menjadikan dirinya bermanfaat bagi orang lain.

Untuk mencapai sepuluh aspek tersebut, Hasan Al Banna menetapakan sarana-sarana untuk mendidik Akhwatul Muslimah. Adapun perangkat atau sarana yang digunakan adalah:

1. Usrah

Yaitu perkumpulan Akhwatul Muslimah yang bertumpu pada ta ’a rru f (saling kenal), tafahum (saling memahami), takaful (saling menanggung) sebagai rukun dalam Usrah. Inilah M a’had Tarbiyah ruhiyah bagi Ikhwanul Muslimin. Melalui Usrah ini, Akhwatul Muslimah dididik agar memiliki kekuatan spiritual kegamaan, kepribadian dan akhlak mulia, sehinngga ia dapat menjadi teladan bagai anggota masyarakat lainnya.

Tujuan dari Usrah ini dapat dicapai melalui program-program yang diadakan Usrah, antara lain r3

Taujih (pengarahan) Tarbiyah (pembinaan)

Tadrib (pelatihan), bertujuan untyuk mengembangkan segenap kemampuan dan potensi dengan melatihnya secara baik. 5

5 Dr. Ali Abdul Halim Mahmud, Perangkat Tarbiyah Ikhwanul Muslimin, teij. Wahid

Taqwim Wal Mutabaah (evaluasi dan kontrol), usaha untuk memperbaiki dan mengembangkan setelah mengetahui titik kelemahan dan kekurangannya, bahkan titik kekuatan dan kesempurnaannya.

2. Kaiibah

Merupakan program untuk melatih para anggota untuk hidup bersama antara sebagian yang lain dalam waktu yang tidak sebentar. Melalui Katibah ini anggota dididik untuk memiliki sifat pengendalian diri, kecerdasan akal, ketaatan dan kedisiplinan, karena dalam katibah anggota dibiasakan untuk taat dan disiplin, hadir tepat pada waktu yang telah ditentukan, tidur pada waktunya, bangun pada waktunya, kenyang ada aturannya, dan sabar juga ada aturannya. Semua itu merupakan perangkat penting untuk melatih disiplin dan mendidik perilaku.

3. Rihlah

Rihlah merupakan salah satu perangkat yang digunakan Hasan Al Banna untuk mendidik anggotanya. Rihlah ini bertujuan untuk menciptakan iklim sosial keakhwaian yang dipandu dengan nilai-nilai islam dan kedisiplinan secara fisik sehari penuh. Rihlah ini mencurahkan perhatiannya pada aspek fisik, didalamnya para anggota diberi kebebasan untuk bergerak, berolahraga dan berlatih.

4. Mukhayaam dan Mnasykar

Yaitu mengumpulkan anggota dalam beberapa waktu dalam suatu tempat untuk memberikan pengarahan dan penugasan serta pengikatan

77

ukhuwah Islamiyah diantara mereka. Sistem Mukhayam ini merupakan tindak lanjut dari program rihlah, jadi Mukhayam ini memiliki tujuan yang hampir sama dengan rihlah.

5. Daurah

Daurah merupakan aktifltas yang berkala dalam waktu tertentu. Dalam daurah ini diberikan ceramah, kajian, penelitian dan pelatihan tentang suatu masalah dengan mengangkat tema yag dirasa penting. Dengan daurah, anggota mendapatkan pengetahuan, wawasan dan keterampilan yang dapat diajarkan kepada masyarakat.

6. Nadwah

Nadwah adalah sekumpulan orang yang berkumpul di suatu tempat pertemuan untuk melakukan kajian dan musyawarah untuk urusan tertentu. Pertemuan ini menghimpun sejumlah pakar dan para spesialis untuk mengkaji suatu tema ilmiah atau persoalan yang dihadapi dan dapat memetakan kebutuhan masyarakat.

7. Muktamar

Muktamar merupakan perangkat untuk mendidik anggota yang lebih luas lagi. Persoalan yang dibahas lebih luas daripada apa yang dibahas di Nadwah. Hasil dari Muktamar dapat diakses secara umum oleh masyarakat

Demikian hal-hal yang dilakukan Hasan Al Banna melalui Jamaah Ikhwanul Muslimin dalam mendidik wanita musltmah agar berpegang teguh pada nilai-nilai Islam dan mampu mengajak masyarakat lain untuk menjadi

lebih baik, dan terhindar dari berbagai kemaksiatan yang akan menghancurkan kehidupan masyarakat. Dari tujuh sarana untuk mendidik anggota akhwatu! muslimah tersebut, yang langsung dapat dirasakan hasilnya adalah usrah, katibah, rihlah, mukhayam, daurah. Karena ke empat sarana tersebut yang langsung melibatkan anggota akhwatul muslimah.

Apa yang ditetapkan Hasan Al Banna tentang model pendidikan Akhwatul Muslimah patut kita jadikan contoh. Tatanan aktifitas yang berstruktur dan termanajemen dengan rapi dapat menghasilkan produk-produk yang unggul, yaitu manusia-manusia yang memiliki kecerdasan emosional, spiritual, kemampuan fisik dan ketrampilan yang seimbang.

Kondisi muslimah saat ini yang mengalami degradasi moral membutuhkan pembinaan berkesinambungan dan tertata secara rapi. Agar muslimah memiliki pemahaman yang menyeluruh tentang nilai-nilai Islam. Ilmu tersebut tidak hanya sebatas pengetahuan akan tetapi dapat diaplikasikan dengan sebaik-baiknya karena dalam proses pembinaan tersebut ada proses kontrolling dan evaluasi.

Pendidikan yang ada saat ini cenderung hanya sebatas transfer ilmu pengetahuan, belum ada transfer perilaku sehingga banyak muncul generasi- generasi yang memiliki pengetahuan tinggi tetapi bermental lemah. Banyak muslimah yang berkarir tetapi meninggalkan kodratnya sebagai muslimah, meninggalkan dibelakangnya generasi yang lemah.

Sehingga tepatlah apa yang ditetapkan oleh Hasan Al Banna, sebuah metode pendidikan yang berkesinambungan dan variatif, mentrasfer ilmu dan

79

ahlak, memberikan kebutuhan dunia dan akhirat, memberikan pemahaman tentang arti keseimbangan.

B. Implikasi Konsep Pesan Sosial W anita Muslimah dalam Pendidikan Hasan Al Banna terhadap Pergerakan Kaum W anita.

Munculnya gerakan divisi Akhwatul Muslimah dengan bermanhajkan Islam telah memberikan inspirasi pada berbagai organisasi wanita Islam. Konsepsi tentang pengorganisasian Akhwatul Muslimah dianggap sangat efektif dalam pembentukan masyarakat Islam yang kondusif. Melalui pengorganisasian ini dapat mencetak figur-figur teladan yang mengagumkan. Setiap figur dari mereka telah mencerminkan makna luhur yang telah lama hilang dari masyarakat, berupa figur-figur yang hanya bisa dibaca dalam lembaran-lembaran buku dan diketahui dari berbagai cerita dan dongeng. Apa lagi dominasi materialisme atas segalanya, telah membuat nilai seseorang diukur dengan kadar harta yang dimilikinya dan membuat manusia semakin berlomba-lomba untuk mengumpulkan harta tanpa mempedulikan jalan yang halal atau haram untuk bisa meraih kedudukan terhormat di tengah masyarakat Dominasi syahwat terhadap perilaku manusia telah membuat mereka hanya berlomba-lomba dalam perzinaan dan perselingkuhan. Di tengah masyarakat, kebobrokan merajalela di semua kalangan, sehingga akhlak mereka rusak dan karakter mereka dikendalikan oleh hawa nafsu dan kepentingan sesaat.

Di tengah gelombang keterpurukan dan dekadensi moral serta berbagai kondsi yang sangat memprihatinkan ini, ternyata Hasan Al Banna berhasil menghimpun pemuda-pemudi terbaik dan mendidik mereka menjadi generasi yang sanggup menantang gemerlap harta. Mereka mau mengorbankan semua itu demi dakwah, menjauhkan dari hawa nafsu dan menguburkannya dalam- dalam, hidup bersih, dan teijaga, menolak keseronokan dan sama sekali tidak ada keinginan untuk melakukannya, sehingga mereka seakan sekelompok malaikat di tengah alam syaitan.

Manhaj divisi ini mengangkat harkat dan martabat kaum wanita menjadi teladan hidup bagi agama yang telah disia-siakan oleh pemeluknya sendiri. Mereka telah memberikan contoh terbaik kepada umat manusia untuk membuktikan kepada mereka bahwa agama ini mampu meru bah kondisi kacau balau menjadi teratur.

Dalam kesempatan pendek ini, kami ingin mengutarakan beberapa bukti sejarah dan teladan yang benar dari kalangan wanita yang telah terbina dengan manhaj akhwai muslimat (divisi kewanitaan ikhwanul muslimin), sehingga keimanan memenuhi hatinya, cahaya Al Qur’an menerangi jiwanya, lalu mereka menyertai saudaranya, suaminya atau anaknya untuk bersama- sama meninggikan bendera dakwah Hallah dan berjihad bersama mereka untuk melawan kesewenang-wenangan.

81

Kisah jihad aktivitas muslimah.

la beijanji kepada dirinya untuk ikut serta dengan saudara - saudaranya dalam menghadapi ujian mereka. Maka ia segera memberikan perhatian kepada keluarga orang-orang yang terpenjara, la berkeliling ke rumah-rumah mereka untuk merawat dan membimbing putra-putri mereka. Yang ini diurusi seluruh kebutuhannya di sekolah atau di perguruan tinggi dan yang itu dicarikan seorang akh yang baik dan layak untuk menjadi suami terkasihnya. Ia selalu mengurusi mereka semua secara bergantian, membayarkan hutang-hutang mereka, membawakan pakaian musim dingin dan musim panas untuk mereka, membayarkan sewa rumah untuk mereka. Di dalam dadanya terdapat alamat mereka semua dan penjelasan yang lengkap mengenai kondisi kehidupan dan sosial mereka. Ia tidak tidur kecuali mereka semua telah tertidur dan tidak tenang sehingga terpenuhi segala kebutuhan mereka.

Tidak seberapa lama, aktivitasnya tercium oleh hidung dan terdengar oleh telinga para thagut, akhirnya ia ditangkap pada 1965 M dan dijebloskan

Dokumen terkait