• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERAN SO SIAL W ANITA M USLIM AH DALAM PENDIDIKAN (Telaah terhadap Pemikiran Hasan Al Banna)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PERAN SO SIAL W ANITA M USLIM AH DALAM PENDIDIKAN (Telaah terhadap Pemikiran Hasan Al Banna)"

Copied!
103
0
0

Teks penuh

(1)

PERAN SO SIAL W ANITA M USLIM AH DALAM PENDIDIKAN (Telaah terhadap Pemikiran Hasan Al Banna)

SKRIPSI

Diajukan untuk M emenuhi Kewajiban dan Melengkapi Syarat G una M emperoleh G elar Saijana Pendidikan Islam (S.Pd.I)

JURUSAN TARBIYAH

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI

(2)

Jl. Stadion 03 Telp. (0298) 323706, 323433 Fax 323433 Salatiga 50721 Website : \v\v\\ .stainsalatiua.ae.id E -m ail: administrasi@stainsalatiga.ac.id

D E K L A R A S I

BismiUahirrahntanirrahim

Dengan penuh kejujuran dan tanggung jawab, peneliti menyatakan bahwa skripsi ini tidak berisi materi yang pernah ditulis oleh orang lain atau pernah diterbitkan. Demikian juga skripsi ini tidak berisi satupun pikiran-pikiran orang lain, kecuali informasi yang terdapat dalam referensi yang dijadikan bahan rujukan.

Apabila di kemudian hari ternyata terdapat materi atau pikiran-pikiran orang lain di luar referensi yang peneliti cantumkan, maka peneliti sanggup mempertanggungjawabkan kembali keaslian skripsi ini di hadapan sidang munaqosyah skripsi.

Demikian deklarasi ini dibuat oleh peneliti untuk dapat dimaklumi.

Salatiga, 20 Agustus 2008 Peneliti

IDATUL FITRI NIM. 111 01 46

(3)

Dr. Muh Saerozi, M.Ag Dosen STAIN Salatiga

NOTA PEMBIMBING Lamp. : 3 eksemplar Hal : Naskah Skripsi

Sdr. Idatul Fitri

Salatiga, 20 Agustus 2008

Kepada Yth.

Ketua STAIN Salatiga di

-SALATIGA

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Setelah diadakan pengarahan, bimbingan, koreksi dan perbaikan seperlunya, maka skripsi Saudari:

Nama : Idatul Fitri NIM. : 111 01 046 Jurusan : Tarbiyah Progdi : PAI

Judul : PERAN SOSIAL WANITA MUSLIMAH DALAM PENDIDIKAN (Telaah terhadap Pemikiran Hasan Al Banna)

Sudah dapat diajukan dalam sidang munaqasah.

Demikian surat ini, harap menjadikan perhatian dan digunakan sebagaimana mestinya.

Wassalamu ’alaikum Wr. Wb.

(4)

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI

SALATIGA

Jl. Stadion No. 2 Salatiga (0298) 323706

P E N G E S A H A N

SKRIPSI Saudari : Idatul Fitri dengan Nomor Induk Mahasiswa : 111 01 046 yang berjudul PERAN SOSIAL WANITA MUSLIM DALAM PENDIDIK dimunaqosahkan dalam Sidang Panitia Ujian, Program Studi Pendidikan Agama Islam Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga, pada hari Selasa, 16 September 2008 M, yang bertepatan dengan tanggal 16 Ramadhan 1429 H. Dan telah diterima sebagai bagian dari syarat-syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam.

Salatiga, 16» 2008 M 16 Ramadhan 1429 H Panitia Ujian

Ketxfd Sidang

r. Imam Sutomo, M.Ag / NIP. 150 216 814

Sekretaris

Dr. Muh. S aeroA M.Ag NIP. 150 247 014

Penguji II

Yedi Efriadi, M.Ag 150 318 023

NIP. 150 247 014

(5)

MOTTO

“Sekuat apapun kesadaran seseorang atau sejernih apa pun pikiran

0

seseorang, jik a tak m em iliki keinginan ya n g kuat, m aka pikiran-pikiran itu

tidak akan m enjadi kenyataan ” ( H. M. Anis M atta, L c .) *

"O rang ya n g hidup bagi dirinya sendiri akan hidup sebagai orang kerdil dan

m ati sebagai orang kerdil. Akan tetapi orang ya n g hidup bagi orang lain akan

hidup sebagai orang besar dan m ati sebagai orang besar

( Sayyid Quthb ) *

* H. M. Anis Matta, Lc., M odel M anusia Muslim Pesona A bad 21, Syamii, Bandung, 2004, him. 64

, M encari Pahlawan Indonesia, Tarbawi Press, Jakarta, 2003

v

(6)

S krip si in i ku persembahkan kepada :

1. Bapak- dan m am ali tercinta ya n g telah mengasuh, membimbingku dalam langkah

hidupku, terima kasih ata s segala pengorbanannya.

2. % akgk,dan keponakanku tersayang

3. Teman- tem an seperjuangan d i Safira, Zam rud, WaCisong, N u r N am idah MHbawani,

V sta d za h - V sta d za h BJ4V<D H 'N u r u f Islam Suruh

4. Bara m ujahid kecikku d i BJ4 Z)B> / T N u r u f Islam Suruh

(7)

KATA PEN GA N TAR

Alhamdulillah segala puji hanya milik Allah SWT, Tuhan semesta alam. Hanya dengan izin dan karuniaNya pula penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Sholawat dan salam kepada Nabi Muhammad saw, Nabi penutup zaman yang telah memberi bimbingan dan tauladan kepada umatnya.

Dalam penulisan skripsi yang berjudul PERAN SOSIAL WANI'I'A MUSLIMAT! DALAM PENDIDIKAN (Telaah terhadap Pemikiran Hasan Al Banna), yang dimaksudkan guna memenuhi salah satu persyaratan dalam memperoleh gelar sarjana dalam Ilmu Tarbiyah pada Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga, penulis berusaha mencurahkan segenap kemampuan yang dimiliki. Semoga penulis dan pembaca dapat mengambil manfaat dari skripsi ini. Amin.

Dengan penuh rrsa hormat, perkenankanlah penulis mengucapkan terima kasih kepada :

L Bpk. Dr. Imam Sutomo, M.Ag selaku ketua Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri Salatiga.

2. Bapak Dr. H. Muh Saerozi, M.Ag selaku dosen pembimbing yang telah banyak meluangkan waktu dan pemikirannya dalam mengarahkan dan membimbing penulis.

3. Bapak dan ibu dosen serta karyawan karyawati STAIN Salatiga yang telah membekali ilmu pengetahuan dan pelayanan yang baik kepada penulis.

(8)

dan banyak berkorban baik moril maupun spirituil.

5. Sahabat Comp yang banyak membantu dalam mengetikkan skripsi ini.

6. Seluruh ikhwah DPC PKS Suruh yang banyak memberikan motivasi dan dorongan terselesainya skripsi ini.

7. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang telah ikut membantu dalam menyelesaikan penyusunan skripsi ini.

Semoga semua yang telah mereka berikan dicatat sebagai amal sholeh di sisi Allah SWT, dan mendapat balasan yang baik.

Semoga skripsi yang sederahan ini bisa memberikan manfaat dan sebagai manusia biasa, penulis menyadari akan banyaknya kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Oleh karenanya penulis sangat berterima kasih apabila pembaca budiman berkenan memberikan tanggapan, kritik dan saran-sarannya, guna perbaikan skripsi ini.

Akhirnya, penulis mengucapkan terima kasih dan semoga karya ini dapat bermanfaat, amin ya Robbal’alamin.

Salatiga, Agustus 2008 Penulis

Idatul Fitri

(9)

BA BI PENDAHULUAN

A. L atar Belakang Masalah

Memperbincangkan masalah wanita tidak akan pernah habisnya. Sejak dahulu hingga sekarang wacana tentang wanita selalu menjadi bahan pembicaraan yang sangat penting. Terlebih lagi dengan munculnya sekian banyak gerakan feminisme yang mempersoalkan peran wanita yang dianggap maijinal. Separuh lebih masyarakat terdiri dari wanita. Hal ini menunjukkan bahwa peran dan posisi wanita sangat penting dalam masyarakat

Kaum wanita memiliki peran yang tidak sedikit dalam membentuk masyarakat Islam. Masyarakat Islami terbentuk dari keluarga-keluarga Islami. Kaum wanitalah yang akan turut membentuk masyarakat Islam yang diawali dari pembentukan keluarga Islami. Meski demikian upaya untuk mengangkat harkat dan martabat serta memberdayakan kaum wanita sangat sedikit. Bahkan yang sedikit itu tidak tertata rapi sehingga tidak mampu mencapai cita-citanya.

Kenyataan yang ada di masyarakat bahwa jumlah wanita mendominasi masyarakat, sehingga tidak selayaknya masyarakat mengabaikan, menganiaya, memarginalkan, dan mengeliminir hak-hak wanita. Kekerasan yang dialami para tenaga keija wanita (TKW) Indonesia di Saudi Arabia yang mencapai 80% yang berupa : gaji ditahan majikan, jam keija terlalu panjang, dan

(10)

berbagai bentuk pelecehan dan kekerasan, termasuk perkosaan.1 Adanya perdagangan perempuan yang dijadikan sebagai PSK (Pekerja Seks Komersial), kekerasan rumah tangga (KDRT) yang dilakukan suami, dan bantuan bagi korban bencana alam yang tidak sensitif gender, merupakan contoh dari adanya pengabaian terhadap hak-hak perempuan.

Sekian banyak kalangan, baik ulama, intelektual, tokoh pembaharu, dan tokoh pendidik telah menaruh perhatian yang demikian serius terhadap persoalan wanita. Mereka menyerukan agar setiap orang memenuhi hak-hak wanita, memuliakannya serta tidak bersikap aniaya ataupun keras terhadap wanita.* 2

Sebagian masyarakat beranggapan bahwa cukuplah wanita itu belajar, bekerja, memikul tanggung jaw ab, mengelola harta dan menentukan jodohnya. Akan tetapi sebagian lagi beranggapan bahwa hak wanita lebih dari itu. Wanita berhak untuk melakukan aborsi tanpa argumen yang bisa dipertanggung jawabkan, melakukan f r e e s e x, homo seksual, berontak terhadap keluarga, serta melawan agama, norma, masyarakat dan adat istiadat. Usaha ini tertuang dalam Konferensi Perempuan yang diselenggarakan di Beijing, akhir September 1995 silam. ’

Saat ini kaum wanita terjebak dalam dua sikap yang sama-sama tidak sejalan dengan fitrahnya. Di satu sisi, kaum wanita merasa tidak mempunyai

'N ur Said, P erem puan dalam H im pitan Teologi dan H A M di In d o n esia, Pilar Religia. Yogyakarta. 2005. him. 65

2Y usuf Al Qordhawi, P erem puan dalam P e rsp e k tif Isla m, terj. Ghazali Mukri, Pustaka Fatimah. Yogyakarta, 2006, him. 3

(11)

3

hak. Ia hanya berperan sebagai istri atau ibu rumah tangga yang tidak mempunyai hak lebih, sekedar menunggu perintah suami dan menerima perlakuan yang tidak manusiawi. Di sisi lain wanita ingin memberontak dari kodratnya sebagai wanita, mengejar bayang-bayang semu yang dijanjikan oleh para penyeru emansipasi wanita.

Islam telah menempatkan dan menghargai kaum wanita dengan sangat mulia. Turunnya surat An N isa ’ (wanita) merupakan bukti pemuliaan dan penghormatan terhadap kaum hawa. Surat ini menceritakan beberapa perkara penting yang berkaitan dengan wanita, keluarga, daulah, dan masyarakat. Dan inti surat tersebut adalah menceritakan tentang wanita dan hak-haknya.4

Islam memuliakan perempuan dengan memenuhi hak, melindungi dan memeliharanya sebagai anak perempuan, istri, ibu dan sebagai anggota masyarakat Ia telah menempatkan kemuliaan perempuan dan mempertegas jati diri kemanusiaannya, sehingga berhak memdapatkan taklif, tanggung jawab, balasan dan berhak masuk surga, sebagai mana kaum laki-laki. Hal ini telah dipertegas dalam Al -Qur’an surat At-Taubah ayat 71

(12)

“Dan orang-orang yang beriman, laki-laki dan perempuan sebagian mereka adalah menjadi penolong sebagian yang lain. Mereka menyuruh (mengerjakan) yang m a ’ruf, mencegah yang munkar, mendirikan sholat, menunaikan zakat, dan mereka taat kepada Allah dan rosulNya. Mereka itu akan diberi rahmat oleh Allah. Sesungguhnya Allah maha perkasa lagi maha bijaksana”.5

Al Qur’an telah menempatkan laki-laki dan perempuanpada posisi yang sama dalam memikul tanggung jawab besar untuk memajukan kehidupan sosial kemasyarakatan yang Islami, yaitu tanggung jawab amar m a’r u f nahi munkar. Untuk mewujudkan masyarakat Islami di mulai dari pembentukan keluarga Islami. Dalam membentuk keluarga Islami, perempuan sebagai istri atau ibu memegang peranan penting sebagai pendidik.

Dalam realita kehidupan, peran perempunsebagai pendidik berada dalam berbagai tingkat, di rumah sebagai ibu, di sekolah sebagai guru, di perguruan tinggi sebagai dosen,dan di masyarakat sebagai pekeija sosial, dai atau pendidik masyarakat Apapun kapasitas yang dimiliki perempuan,tugas dan tanggung jawabnya adalah satu,yaitu sebagai pendidik Oleh karena itu, harus ada upaya untuk menyadarkan wanita secara serius, rapi dan berkesinambungan.

Hasan Al Banna pada abad 20-an yang dipandang sebagai tokoh pembaharu yang dapat disejajarkan dengan tokoh-tokoh pembaharu masa- masa sebelumnya, telah memberikan gambaran tentang model pergerakan wanita masa kini yang telah diperankan oleh divisi wanita Ikhwanul

(13)

5

Muslimin 6 Beliau sesungguhnya adalah penyeru umat agar mengamalkan Al Qur'an dan berpegang teguh kepada sunah nabi yang agung. Nabi Muhammad saw lewat tangan beliau Allah SWT telah berkenan memberi petunjuk kepada puluhan ribu mahasiswa, buruh, petani, pedagang, dan berbagai golongan masyarakat lain.7 Beliau memberikan ceramah, kajian keilmuan untuk mendidik muslimah.

Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis tertarik untuk mengkaji lebih lanjut pemikiran Hasan Al Banna tentang “Peran Sosial Wanita Muslimah dalam Pendidikan”.

B. Rumusan Masalah

Berpijak dari latar belakang tersebut, maka berbagai masalah perlu dijawab, “Bagaimanakah konsep peran sosial wanita muslimah dalam pendidikan yang digagas oleh Hasan Al Banna”. Untuk menjawab pertanyaan tersebut terlebih dahulu perlu dijawab pertanyaan berikut:

1. Bagaimana konsep Hasan Al Banna tentang peran sosial wanita muslimah dalam pendidikan ?

2. Bagaimana penerapan konsep Hasan Al Banna tentang peran sosial wanita muslimah dalam pendidikan pada gerakan Ikhwanul Muslimin yang didirikannya ?

6Mahmud Muhammad Al Jauhari, D ivisi W anita Ikhw anul M uslim in, Peran dan Sejarah P rrjmmngaauy a , te j. K haria Abu Faq&, Lcl, A l rtisfaom Cahaya Umat, Jakarta, 2003,

him. 4

Hasan A l Banna, f i i at r i fW gfrnt — MkhmamMMhadmumJ^tay Anis Marta, Lcl, Era

(14)

3. Bagaimana implikasi pemikiran Hasan Al Banna tentang peran sosial wanita muslimah dalam pendidikan terhadap pergerakan kaum wanita saat ini ?

C. Tujuan

Yang ingin dicapai dalam penyusunan skripsi ini adalah :

1. Mengungkap dan mengkaji bagaimana konsep pemikiran Hasan Al Banna tentng peran sosial wanita muslimah dalam pendidikan.

2. Mengungkap bagaimana penerapan konsep Hasan Al Banna tentang peran sosial wanita muslimah dalam pendidikan pada gerakan Ikhwanul Muslimin.

3. Mengungkap dan mengkaji bagaimana implikasi pemikiran Hasan Al Banna tentang peran sosial wanita muslimah dalam pendidikan terhadap pergerakan kaum wanita saat ini.

D. Manfaat Hasil Penelitan

Adapun manfaat yang akan dicapai dari penelitian ini adalah :

1. Memberikan sumbangan keilmuan sejarah tentang usaha yang dilakukan oleh Hasan Al Banna terhadap pemberdayaan kaum wanita.

2. Memberikan wacana kepada kaum wanita muslimah, bagaimana ia harus memerankan peranannya di masyarakat

E. Telaah Pustaka

(15)

7

1. “Pem ikiran Moderat Hasan Al Banna”, yang ditulis oleh Musthala Muhammad Thahan. Tulisan ini berisikan tentang pokok- pokok pemikiran Hasan Al Banna. Tulisan ini mengenalkan pada para pembaca tentang pemikiran Hasan Al Banna yang terangkum dalam Risalah T a’lim, berupa arkanul bai’at (rukun baiat), yaitu :

a. Al Fahm (pemahaman), merupakan syarat asasi dalam merealisasikan tuntunan agama, karena ilmu dan pemahaman merupakan misi utama yang dibawa islam dan di ajarkan oleh Rasulullah.

b. A l Ikhlas

c. A l am al

d. A ’jih a d

e. A l tadhiyah (pengorbanan)

f. A t h t ha ’at

g. A /s tsabat (teguh) h. A l tajarud (bersih)

i. A l ukhuwah

j. A t s tsiqoh (percaya)

(16)

Ukhuwah yang menghasilkan kesadaran politik, strategi politik, ukhuwah yang menghasilkan pejuang- pejuang sejati dan ukhuwah yang menghasilkan syuro’ atau majlis permusyawaratan yang tidak memaksakan pendapat tetapi menghargai perbedaan pendapat dan mengutamakan mufakat, merupakan kekuatan politik yang akan mengokohkan pemerintahan.

3. “Tarbiyah Islamiyah dan Kebangkitan Islam(Telaah Terhadap Pemikiran Hasan A l Banna). Skripsi inin di tulis oleh Mukhlisin, mahasiswa jurusan Pendidikan Agama Islam STAIN Salatiga angkatan 2000. Tulisan ini mengkaji pemikiran dan apa yang telah di lakukan Hasan Al Banna dengan gerakan Ikwnul Musliminnya terhadap kebangkitan Islam. Secara ringkas tujuan yang ingin di capai Hasan Al Banna dengan tarbiyah islamiyah adalah terciptanya pribadi-pribadi muslim, pemerintahan Islam dan negara islam yang memimpin negara islam, menyatukan umat Islam yang terpecah belah, mengembalikan keagungannya, menyerahkan kembali tanah air mereka yang hilang dan negeri mereka yang telah teijajah. y

(17)

9

Dapat kita lihat dari uraian singkat di atas bahwa dalam penelitian dan penulisan terhadap pemikiran Hassan Al Banna, belum ada yang membahas secara rinci dan mendalam tentang peran sosial wanita muslimah dalam pendidikan. Oleh karena itu penulis akan membahasnya secara rinci.

F. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian

Untuk mengumpulkan data penulis menempuh riset kepustakaan untuk mengkaji sumber tertulis yang telah dipublikasikan yang menyangkut dan membicarakan permasalahan yang penulis teliti.

Riset kepustakaan {library research) adalah penelaahan kepustakaan, yaitu penelitian yang berusaha mencari teori-teori, konsep- konsep, generalisasi-generalisasi yang dapat dijadikan landasan teoritis bagi penelitian yang akan dilakukan.8

2. Sumber Data

a. Sumber data sekunder

Sumber data sekunder adalah buah karya Hasan Al Banna diantaranya buku Memoar Hasan A l Banna, Risalah Pergerakan Ikhwanul Muslimin jilid 1 dan jilid 2, D ivisi Wanita Ikhwanul Muslimin Peran dan Sejarah Perjuangannya.

(18)

Sumber data tersier adalah buku-buku dan sumber lain yang digunakan untuk melengkapi dan merupakan penunjang penelitian ini. 3. Metode Komperatif

Yaitu penyelidikan diskriptif yang berusaha mencari pemecahan melalui analisa tentang perhubungan-perhubungan sebab akibat, yakni yang meneliti faktor-faktor tentang yang berhubungan dengan situasi atau fenomena yang diselidiki dan membandingkan satu faktor dengan yang lain.8 9

Dengan metode ini penulis membandingkan antara satu sumber dengan sumber yang lain atau satu pendapat dengan pendapat yang lain untuk diambil kesimpulan yang benar atau mendekati benar.

4. Metode Analisis Data

Suatu analisis untuk mencari atau mengumpulkan data diskriptif serta data aktual, maka dalam pengolahan data penulis menganalisa isinya.10

Dalam menerapkan metode ini penulis menggunakan data-data dari buku-buku yang relevan dengan masalah kajian, surat kabar, majalah atau dokumen lain.

(19)

11

G Sistem atika Penulisan

Untuk memudahkan dalam mencerna masalah yang dibahas, penulis menggunakan sistematika sebagai berikut :

BAB 1 : PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Berisikan tentang alasan pemilihan judul B. Rumusan Masalah

Berisikan rumusan masalah tentang konsep Hasan Al Banna terkait judul sekripsi

C. Tujuan Penyusunan Skripsi

Berisikan tujuan yang ingin dicapai dalam penyusun sekripsi D. Manfaat Hasil Penelitian

Berisikan manfaat yang akan dicapai dari hasil penelitian E. Telaah Pustaka

Berisikan tulisan- tulisan tentang Hasan Al Banna yang telah ditulis oleh penulis lain

F. Metode Penelitian

Berisikan tentang metode yang dipilih untuk penulisan sekripsi

G. Sistematika Penulisan Skripsi

BAB II : RIWAYAT HIDUP IMAM HASAN AL BANNA A. Biografi Imam Hasan Al Banna

(20)

C. Kondisi Masyarakat Mesir

D. Konsentrasi Imam Hasan Al Banna pada Kaum Wanita BAB III : KONSEP TENTANG PERAN SOSIAL WANITA MUSLIMA1I

DALAM PENDIDIKAN

A. Pengertian Peran Sosial Wanita Muslimah dalam Pendidikan B. Kedudukan Wanita dalam Islam

C. Pandangan Islam mengenai Peran Sosial Wanita Muslimah dalam Pendidikan

D. Manhaj Peran Sosial Wanita Muslimah dalam Pendidikan Menurut Hasan Al Banna

BAB IV : ANALISIS

A. Konsep Imam Hasan Al Banna tentang Peran Sosial Wanita Muslimah dalam Pendidikan

B. Implikasi Konsep Peran Sosial Wanita Muslimah dalam Pendidikan Imam Hasan Al Banna terhadap Pergerakan Kaum Wanita

BAB V : PENUTUP

(21)

BAB II

RIWAYAT HIDUP IMAM HASAN AL BANNA

A. Biografi Imam Hasan Al Banna

Hasan Al Banna dilahirkan di kota Al Mahmudiyah, propinsi Al Bahirah pada 14 Oktober 1906 M.1 Ia berasal dari sebuah perkampungan petani yang terkenal kuat mentaati ajaran dan nilai-nilai Islam, serta keluarga ulama yang dihormati

Hasan Al Banna adalah anak sulung dari Syaikh Ahmad Abdurrahman Al Banna yang terkenal dengan gelar As S a ’atiy, lantaran profesinya sebagai tukang reparasi jam. Syaikh Ahmad adalah seorang ulama hadits, ia menyusun sanad-sanad Imam empat madzhab.1 2

Ibunya adalah seorang wanita yang cerdas, pemimpin, punya wawasan tentang masa depan. Di sisi lain, ibunya juga mempunyai sifat yang sangat dominan, yaitu keras kepala. Jika ia mengambil keputusan, maka susah baginya untuk menarik kembali keputusan itu. Sifat inilah yang menurun pada Hasan Al Banna. Namun sifat keras kepala ini kemudian menjelma menjadi sifat keras lainnya yaitu keras kemauan dan bertekad baja.3

1 Muhammad Abdul Hamid, 100 Pelajaran dari Para Pemimpin Ikhwanul M uslimin, terj. AunurRafkfShaleh Tamfakl, Lc_. Rofchaoi Pwss, M arta, 2001, t o t 7

2 Jum’ah Amin Abdul Aziz, Tarikh A l Ikhwan A l M uslimin; M asa Pertumbuhan dan P rofil Sang PemdSri f a j R dbby llerwihowoi. Era Intermedia, Solo, 2005, him, 169-170

3 Ib id, him. 170

(22)

Orang tua Hasan Al Banna sangat memperhatikan pendidikan Hasan Al Banna. Mereka bertekad agar Hasan Al Banna bisa menyelesaikan belajarnya sampai jenjang tertinggi.

Hasan Al Banna merupakan sosok anak yang sangat berbakti pada orang tuanya. Ketika beliau kecil, ia membantu ayahandanya mereparasi jam. Setelah bekeija di Isma’iliyah, beliau tetap membantu ayahnya, dengan memberikan seperempat atau sepertiga dari gajinya.

Disamping membantu keluarga pada masalah keuangan, Hasan Al Banna juga membantu mendidik saudara-saudamaya dari sisi akhlak dan keilmuan. Beliau menulis sebuah surat yang dipersembahkan untuk ayahandanya.

“Ayahanda yang mulia, sekarang saya mengerti bahwa anak-anak jika terbiasa disiplin di dalam nanah, maka mereka akan terbiasa disiplin dalam semua aktivitasnya...”4

Hasan Al Banna mulai menaruh perhatian terhadap dakwah semenjak kecil. Beliau sibuk melakukan amar m a ’r u f nahi munkar. Diantara faktor yang membantu beliau melakukan aktivitas dakwah adalah kebaikan akhlak, kesupelan dalam pergaulan, keunggulan dalam bidang akademis, kejujuran, ketulusan dan komitmen pada ajaran Islam. Beliau selalu mengumandangkan adzan zhuhur dan ashar di mushola sekolah.5

4 Ib id , him. 173-174

(23)

15

Imam Syahid Hasan Al Banna bukanlah tipe pemuda yang mengisi kehidupannya sebagaimana pemuda-pemuda yang lain di masanya. Semangat dan idealisme di masa mudanya ia gunakan untuk memikirkan Islam dan kaum muslimin tak berhenti pada telaah, study ilmiah maupun tesis-tesis ilmiah yang berkutap pada wacana. Tapi beliau berjuang dengan gigih untuk membumikannya dalam sebuah realitas kehidupan.

Hasan Al Banna dengan gigih melakukan amar ma 'ru f nahi munkar.

Suatu hari, ketika beliau berjalan-jalan melewati tepi sungai Nil, melihat ada seorang pembuat kapal menggantungkan patung orang telanjang yang terbuat dari kayu pada tiang kapalnya. Hal ini jelas bertentangan dengan etika dan moral. Apalagi di tempat itu banyak sekali kaum wanita yang bolak balik mengambil air. Kemudian Hasan Al Banna melaporkan hal ini kepada aparat setempat Aparat itu menanggapi dengan serius, dan seketika itu pula ia pergi bersamanya untuk memberikan peringatan kepada pemilik kapal tersebut dan memerintahkan agar menurunkan patung saat itu juga.6

Sikapnya yang tegas penuh makna membuktikan adanya dorongan yang kuat dari dirinya yang merindukan agar orang yang ia seru dapat terangkat dari lembah kegelapan kepada cahaya, bukan untuk menghakimi dan menyalahkan, karena dibalik itu semua tersimpan kasih sayang yang mendalam kepada sesama.

^Betapa inginnya kami agar umat mi mengetahui bahwa mereka lebih kami cintai daripada diri kami sendiri. Kami berbangga ketika jiwa- jiw a kami gugur sebagai penebus bagi kehormatan mereka, jika

(24)

memang tebusan itu yang diperlukan. Atau menjadi narga oa<_. tegaknya kejayaan, kemuliaan, dan terwujudnya cita-cita mereka, jika memang itu harga yang harus dibayar, dan terwujudnya cita-cita mereka, jika memang itu harga yang harus dibayar. Tiada sesuatu yang membuat kami bersikap seperti ini selain rasa cinta yang teiah mengharu biru hati kami, menguasai perasaan kami, memeras habis air mata kami, dan mencabut rasa mgm tidur dari pelupuk «nara kami. Betapa berat rasa di hati ketika kami menyaksikan bencana yang mencabik-cabik umat ani, sementara kka hanya sanggup menyerah pada kehinaan dan pasrah oleh keputusasaan” 7

Tiada yang menyulut api cinta sebesar ini, kecuali cinta kepada sesama yang dilandasi karena cinta kepada Allah SWT. Zat yang Maha mencintai. Hal ini menjadi bukti apa yang disabdakan Rasulullah saw.

t' t V *

C '

V/

Tidaklah sempurna iman seseorang dari kalian hingga mencintai

saudamaya (sesama muslim) sebagaimana ia mencintai dirinya sendirT (HR. Bukhari Muslim)8

Patriot ini tidak hanya berhenti dalam aktivitas hubungan sesama, tapi juga mampu menghiasi malamnya dalam munajat agung kepada sang pencipta walaupun di tengah-tengah kesibukan yang menyita waktu dan hari-harinya. Dalam sebuah kisah dituliskan : 9

(25)

17

Beberapa saat kemudian Syahid mengulangi pertanyaannya dan dijawab dengan jawaban yang sama.

Akh Umar berkata di dalam hati, apabila beliau bertanya lagi maka saya tidak akan menjawab.

Ustadz Al banna mengira bahwa akh Umar telah tidur. Kemudian ustadz Al Banna keluar mengendap-endap dengan pelan-pelan dari kamar seraya menenteng kedua sandalnya dan pergi tanpa beralas kaki ke tempat wudlu untuk berwudlu. Kemudian pergi ke ruang yang paling ujung lalu menggelar sajadah dan mulai melaksanakan shalat tahajud.

Begitulah keutamaan kepribadian Hasan Al Banna, selain masih banyak lagi hal yang lain yang menghiasi pribadinya, yang selalu berusaha menempa diri dengan tarbiyah robbcmiyah. Beliau besar dengan pendidikan yang menopang tumbuh besarnya nilai-nilai Islam dalam dirinya.

B. Pendidikan Hasan Al Banna 1. Madrasah Ar Rasyad

(26)

mengarungi keras zaman. Beliau memasukinya pada sekitar umur 8 tahun dan menjalaninya dalam waktu 4 tahun.10 11

Madrasah Ar Rasyad memiliki kurikulum yang mengacu pada lembaga-lembaga yang bagus. Materi pelajarannya mencakup hadits- hadits Nabi dengan target hafalan dan pemahaman, pelajaran insya'

(mengarang), qawa ’id (tata bahasa Arab) dan praktiknya. Selain itu juga diajarkan tentang kesusastraan yang dikemas dalam pelajaran mu t ha la ’ah

(bacaan/wacana), im la’ (dikte) dan pelajaran makhfuzhat (hafalan kata- kata hikmah) berupa syair atau prosa yang indah." Pelajaran-pelajaran khusus yang ada di Madrasah Ar Rasyad ini tidak ditemui di madrasha- madrasah lain semisalnya.

Di Madrasah Ar Rasyad, ada seorang guru yang sangat melekat di hati Hasan Al Banna, ustadz Muhammad Zahran. Beliau mempunyai teknik mengajar dan mendidik efektif dan produktif. Meskipun beliau tidak pernah belajar ilmu-ilmu pendidikan dan juga tidak pernah memperoleh teori-teori psikologi. Beliau lebih banyak bersandar pada kebersamaan hati nurani antara dirinya dengan murid-muridnya. Beliau sering menggunakan anekdot atau syair untuk memotivasi anak didiknya.

Dikarenakan kesibukan ustadz Muhammad Zahran, maka Madrasah Ar Rasyad diserahkan pengelolaannya kepada ustadz-ustadz lain, yang kurang setara dengan ustadz Muhammad Zahran dalam aspek

(27)

\

kepribadian dan kapasitas keilmuannya. Sehingga Madrasah Ar Rasyad mengalami kemunduran.

Kondisi tersebut mengakibatkan Hasan Al Banna pindah dari Madrasah Ar Rasyad meskipun belum menyelesaikan hafalan Al Qur'annya, dimana beliau baru menghafal sampai QS. A l Isra ’.

2. Madrasah Pdadiyah

Madrasah Pdadiyah adalah madrasah sejenis ibtidaiyah hanya tanpa pelajaran bahasa asing, namun ada tambahan beberapa pelajaran tentang undang-undang pertanahan dan perpajakan, serta sedikit tentang agrikultural, disamping mendalami secara luas tentang ilmu bahasa nasional (bahasa Arab) dan ilmu agama.12

Ayah Hasan Al Banna adalah seorang ayah yang memperhatikan dengan benar-benar pendidikan keagamaan anaknya, beliau ingin sekali melihat Hasan Al Banna menghafal Al Qur'an menjadi seorang penghafal Al Qur’an. Sehingga beliau membantu penyelesaian hafalan Al Qur’an di rumahnya. Dengan demikian Hasan Al Banna harus membagi waktunya untuk belajar di sekolah, beraktivitas dan untuk menghafal Al Qur’an.

Selain belajar di sekolah dan di rumah, Hasan Al Banna juga mengikuti organisais yang ada di madrasha dan mulai berinteraksi dengand unia dakwah. Salah satu organisasi tersebut adalah Perhimpunan Akhlak Mulia yang dirintis oleh salah satu tenaga pengajar di Madrasah Pdadiyah, yaitu Muhammad Afandi Abdul Khaliq Rahimahullah, semang

19

(28)

guru matematika dan olah raga. Substansi tata aturan internal (Perhimpunan Akhlak Mulia) terkandung dalam ungkapan sebagai berikut : “Barang siapa memaki saudaranya didenda satu millim (mata uang terkecil Mesir); yang memaki ayahnya didenda dua millim; yang memaki ibunya didenda satu Qirsy (sen Mesir); yang mencela agamanya didenda dua Qirsy; yang bertengkar dengan temannya didenda dua Qirsy” 13

Dalam peijalanannya perhimpunan ini dapat melakukan programnya dengan baik. Akan tetapi kegiatan internal ini ternyata belum dapat memuaskan keinginan para siswa dalam melakukan perbaikan. Sehingga beberapa orang siswa dan guru berkumpul dan memutuskan untuk membuat sebuah organisasi keislaman dengan nama Jam 'iyah Man

‘A l Muharramat (Asosiasi Anti Haram).14

Salah satu kegiatan asosiasi ini adalah memberikan teguran berupa surat yang diberikan secara rahasia oleh anggota asosiasi kepada orang yang didapati melakukan hal-hal yang dilarang syari’a t Anggota asosiasi inipun dirahasikan untuk mempermudah penyelidikan terhadap hal-hal yang haram yang dilakukan yang ada kemungkinan ditutupi jika anggota asosiasi dikethaui oleh khalayak.

Dari sinilah Hasan Al Banna juga belajar bagaimana membagi waktu untuk antara aktivitas dakwah, belajar dan menghafal Al Qur'an yang membuat kedewasaan tumbuh dengan baik dalam dirinya. Sehingga

(29)

21

beliau dapat memenuhi janjinya, yakni melanjutkan hafalan Al Qur'an yang pernah dimulainya dahulu di Madrasah Ar Rasyad, kini ia tambah seperempatnya lagi hingga surat Yasin,15

3. Madrasah Al Mu’allimin Al Awwaliyah di Damanhur

Hasan Al Banna masuk di Madrasah Al Mu’allimin pada usia tiga belas setengah tahun dan hafalan Qur’annya kurang seperempat Hasan Al Banna dapat masuk ke madrasah ini dengan dispensasi, tidak mempersoalkan syarat usia dan dengan peijanjian menambah hafalan Al Qur'an dan tetap akan dilakukan tes tertulis dan lisan.

Di Damanhur ini banyak berkembang pemikiran-pemikiran tasawuf diantaranya adalah At Tariqoh A l Hashafiyah. Jiwa yang dipenuhi dengan rasa ingin tahu membuat Hasan Al Banna banyak berinteraksi dengan ikhwan A l Hashafiyah (para pengikut tarekat Hashafiyah). Keindahan budi pekerti, kerendahan hati dan semangat ruhiyah dari para ikhwan Al Hashafiyah membuat terpesona hati Hasan Al Banna, sehingga beliau ikut bergabung dengan halaqoh dzikir para ikhwan A l Hashafiyah.

... syaikh Ai Has&an (pemimpin tarekat a i nasnanyau; wnu»

mengiangkan di telingaku. Beliau meninggalkan pengaruh yang demikian mendalam pada jiwaku. Kerinduan untuk dapat melihat syaikh, naendampmgmya, dan mengambil manfaat darinya, terus mewarnai pikiran saya dari waktu ke waktu...16

Di Damanhur Hasan Al Banna banyak belajar dari para ulama besar seperti Syaikh Hasan Hizbek rohimahullah, yang juga mengajar di

(30)

Damanhur. Beliau mengajarkan pada Hasan Al Banna kitab Ihya’ Ulumuddin.

Fase ini merupakan fase transformasi dalam kehidupan Hasan Al Banna, dari sisi keilmuan dan intelektual, “Hari-hari di madrasah Mu’allimin selama tiga tahun adalah hari-hari tenggelam dalam lautan tasawuf dan ibadah. Meski demikian, hari-hari itu tidak pernah kosong dari belajar dan menambah ilmu di luar pelajaran-pelajaran yang telah ditentukan madrasah. Hal itu disebabkan oleh dua perkara.

Pertama, perpustakaan ayahnya, dorongannya untuk gemar membaca dan ayahnya sering memberi hadiah kitab-kitab yang banyak berpengaruh pada dirinya.

Kedua, adanya motivasi para ustadz kepada Imam Hasan Al Banna dan adanya keterpautan ruhani dengan mereka, seperti ustadz Syaikh Abdul Aziz ‘Athiyah, yang kala itu menjabat sebagai kepala madrasah Mu’allimin.17

4. Darul Ulum

Setelah lulus dari madrasah Mu’allimin, Hasan Al Banna sebenarnya enggan untuk melanjutkan ke Darul Ulum. Cara pandang Imam Ghazali dalam masalah ilmu banyak berpengaruh pada Imam Hasan Al Banna, yaitu bahwa sesungguhnya ilmu yang wajib adalah ilmu yang sebatas dibutuhkan untuk menunaikan kewajiban-kewajiban, mencari penghiupdan dan setelah itu diamalkan. Maka Hasan Al Banna sering

(31)

23

berkata dalam hati, mengapa dirinya ingin masuk Darul Ulum ? Apakah untuk memperbanyak ilmu pengetahuan, sementara ilmu sudah ada di dalam buku-buku dan sudah dimiliki para ulama ? sedangkan jika untuk kepentingan dunia, maka itu adalah seburuk-buruk perilaku manusia.18

Dalam kondisi seperti itu, ustadz Syaikh Farhat Salim yang sangat mencintai Hasan Al Banna datang dengan penuh bijaksana dan lemah lembut mengajak diskusi secara serius dan mendorong Hasan Al Banna untuk mendaftar ke Darul Ulum. Diantara kata-kata Syaikh Farhat Salim adalah : “Kamu sekarang sudah berada diambang pintu untuk memperoleh sertifikat mengajar. Ilmu tidak akan membawa madlarat. Keikutsertaanmu pada ujian Darul Ulum merupakan uji coba untuk menghadapi ujian yang lebih besar. Kesempatan kali ini tidak akan tergantikan. Majulah agar engkau dapat memperoleh hakmu sendiri! Saya yakin engkau akan tulus”.19

Sejak tahun pertama di Darul Ulum, Hasan Al Banna sudah unggul di kelasnya. Beliau mendapatkan beasiswa tiap bulan dari Universitas Darul Ulum. Uang tersebut beliau gunakan untuk membeli kitab-kitab yang bermutu.

Hasan Al Banna tidak merasa cukup hanya dengan membaca sekilas dalam berbagai bidang ilmu yang pada akhirnya hanya memberikan pengetahuan yang sedikit Masa di Darul Ulum adalah fase beragamnya wawasan intelektual Hasan Al Banna. Kajiannya tidak

(32)

terbatas pada pelajaran yang statis saja. Bahkan para siswa dan para guru

membahas berbagai macam persoalan yang umum, baik persoalan politik

atau sosial. Materi yang dipelajari di Darul Ulum meliputi ilmu-ilmu bahasa, sastra, syari’at, geografi, sejarah, metode-metode pendidikan teoritis dan praktis, juga politik ekonomi.

C. Karya-karya Hasan Al Banna

Orang-orang di sekitar Hasan Al Banna meminta agar beliau menulis buku untuk menampung pengetahuannya yang mencengangkan. Tetapi beliau malah menjawab, “Saya tidak menyusun buku, tugasku adalah mencetak kader yang kukirim ke suatu daerah, lalu ia menghidupkannya”.20 21

Kader adalah buku hidup yang dapat menemui manusia, masuk ke akal dan menembus hati mereka. Kader dapat menuangkan isi hati, jiw a dan akalnya kepada manusia. Disamping itu kader dapat mencetak kader lain, sebagaimana beliau telah mencetaknya.

Buku-buku khusus karya Hasan Al Banna tidaklah begitu banyak. Hanya beberapa buku yang telah dicetak berulang-ulang, diantaranya: 22

1. Rasailul Imam Asy Syahid Hasan A l Banna. Dalam edisi Indonesia beijudul Risalah Pergerakan Ikhwanul Muslimin. Buku ini menjadi rujukan utama dalam mengenal pemikiran dan manhaj jam a’ah Ikhwanul Muslimin secara umum.

20 Ibid., him. 200

(33)

25

2. Mudzakkiratud D a’wah wad D a ’iyah. Dalam edisi Indonesia berjudul

Memoar Hasan A l Banna, untuk Dakwah dan D a’inya. Namun memoar ini tidak mencakup seluruh fase perjalanan hidup beliau dan terhenti penulisannya pada tahun 1942.

3. A d D a ’watu Ilallah, merupakan rubrik khusus tulisan Hasan Al Banna dalam jalah Al Fathul Islami.

4. A l M a’surat, yaitu dzikir-dzikir harian yang disusun Hasan Al Banna berdasarkan Al Qur'an dan had its.

D. Karir Akademis Hasan Al Banna

Setelah menyelesaikan pendidikannya di Madrasah Mu’allimin Awwaliyah di Damanhur, Hasan Al Banna melaksanakan ujian keckaapan mengajar, ia menempati peringkat pertama di madrasah dan peringkat kelima di tingkat nasional. Hasil ujian ini merupakan kejutan pertama bagi Hasan Al Banna, sedang keberhasilannya masuk di Universitas DaruI Ulum adalah kejutan kedua. Sedangkan kejutan yang ketiga adalah dewan pimpinan wilayah Buhairoh secara serius menunjuknya sebagai guru di madrasah kharbata Awwaliyah.23

Adanya tawaran dari Dewan Pimpinan Wilayah Buhairoh tersebut, membuat Hasan Al Banna harus berfikir apakah diterima atau kembali belajar di DaruI Ulum. Tetapi pada akhirnya Hasan Al Banna memilih untuk melanjutkan belajar di DaruI Ulum.

(34)

Setelah menamatkan studinya di DaruI Ulum, pada tahun 1927 M, ketika itu Hasan Al Banna baru berusia 21 tahun, beliau ditunjuk menjadi guru bahasa Arab di Isma’iliyah.24 Pada waktu itu kondisi umat Islam sedang mengalami kegoncangan hebat. Kekholifahan Usmaniyah (di Turki), sebagai pengayom umat Islam di seluruh dunia mengalami keruntuhan.

Keruntuhan khilafah Usmaniyah (di Turki) juga berdampak pada kondisi umat Islam di Mesir. Maka mulailah Hasan Al Banna berdakwah mengajak manusia kepada Allah, mengajak manusia memberantas

kejahiliyahan (kebodohan). Beliau memulai dakwahnya dengan menggalang beberapa muridnya, kemudian beliau berdakwah di kedai-kedai kopi.

Setelah Hasan Al Banna menjadi guru selama 19 tahun di Isma’iliyah, beliau meletakkan jabatannya sebagai guru pada tahun 1946. Beliau berkonsentrasi pada penyusunan kegiatan dakwah di Isma’iliyah.25

E. Kondisi Masyarakat Mesir

Mesir merupakan bumi yang subur, airnya segar, udaranya sejuk, rezeki dan kekayaannya melimpah, di tengah-tengah peradaban, kebudayaan dan ilmu pengetahuan tertua, serta kaya dengan peninggalan-peninggalan spiritual dan material yang bernilai tinggi.

Di negara Mesir terdapat berbagai bahan baku industri, beragam hasil pertanian, dan bahkan seluruh bahan yang dibutuhkan oleh negara-negara kuat di dunia. Setiap orang asing yang singgah di Mesir merasa sembuh dari

(35)

27

sakitnya, kaya dari kemiskinannya, terhormat setelah hina, dan damai setelah

berputus asa dengan kesengsaraan. Akan tetapi, bagi orang Mesir sendiri, apa

yang sudah diperolehnya ? tidak ada sama sekali! Adakah kebodohan,

kemiskinan, dan kelemahan tersebar di negara berperadaban maju,

sebagaimana tersebar di Mesir yang kaya, negeri tempat lahirnya peradaban,

ilmu pengetahuan, dan pemimpin bangsa-bangsa Timur ? 26

Kesengsaraan yang dihadapi masyarakat Mesir disebabkan oleh

kebobrokan sistem sosial yang berlaku di Mesir. Sejak 100 tahun, Eropa telah

menjajah Mesir secara politis, militer, undang-undang, pendidikan, bahasa,

ilmu pengetahuan, dan seni. Masyarakat Mesir dibuat terkagum-kagum

terhadap bangsa Eropa, dan terlalu berbaik sangka kepada penjajah, bangsa

Eropa, sampai kepemimpinanpun diserahkan kepada mereka. Masyarakat

Mesir tidak menyadari bahwa bangsa Eropa memberikan barang-barang

berbahaya, seperti khamar, kesenangan, pelacuran. Dan hal-hal yang bermanfaat atau kelebihan bangsa Eropa ditutupi dari masyarakat Mesir.

Kehidupan sosial bangsa Mesir pada awal abad 20 ditandai dengan munculnya beberapa fenomena dan faktor penting yang berpengaruh secara luas terhadap pembentukan kehidupan sosial. Beberapa faktor terpenting tersebut adalah :27

1. Adanya penjajahan dan hal-hal yang mengikutinya, seperti kezaliman,

perusakan dan penindasan

26 Hasan Al Banna, Risalah Pergerakan ikhwanul M uslimin J ilid 2, tij. Anis Malta, Lc.,

Era Intermedia, Solo, 2005. him.

(36)

2. Adanya keterbelakangan ilmu pengetahuan dan hal-hal yang

mengikutinya, seperti hilangnya hak masyarakat dan rusaknya nilai dan

norma sosial.

Pada masyarakat Mesir terdapat strata sosial dengan perbedaan

mencolok. Hal ini melahirkan semacam penindasan sosial, perasaan tertekan

dan terhina. Ada tiga strata sosial yang terdapat pada masyarakat Mesir di

awla abad 20, yaitu : 28

1. Strata Sosial Kelas Atas

Strata ini terdiri dari para tuan tanah dan perkebunan, pemilik

perusahaan dan industri, pemilik bank dan lembaga-lembaga keuangan.

Kelompok strata ini menjalani kehidupan sosialnya dengan cara yang

sama, yakni selalu dengan penuh hura-hura, bermewah-mewahan dan

kesenangan. Mereka memiliki hubungan erat antara satu dengan yang lain

lewat jalur perkawinan dan keturunan.

Kelompok strata ini terdiri dari beberapa golongan sosial, yaitu :

a. Para tuan tanah

Mereka adalah kumpulan orang yang kebanyakan membentuk

partai-partai politik dan dewan konstitusi.

b. Kapitalisme perdagangan dan industri

Kelompok ini menghindarkan diri dari pembuatan industri-

industri berat di Mesir, seperti industri listrik, besi dan baja. Mereka

hanya membatasi diri pada pengelolaan industri-industri sederhana dan

tidak membutuhkan tenaga-tenaga ahli dan terlatih.

28Ibid

(37)

29

c. Bangsa Asing

Mereka adalah orang-orang yang sebagian besar bekeija di

industri-industri besar, penukaran valuta asing dan pegawai tinggi

administrasi. Kebanyakan mereka tinggal terpisah dari penduduk

Mesir, di sebuah lokasi yang disediakan secara khusus. Pemerintah

juga memperlakukan mereka secara khusus, karena mereka memiliki

kekuatan modal dan hukum.

2. Strata Sosial Menengah

Strata ini terdiri dari orang-orang yang memiliki lahan skala

menengah, para pedagang skala menengah. Sejumlah besar cendekiawan

dan para pejabat pemerintahan. Kaum terpelajar dan mahasiswa dari

kelompok strata ini lebih memperhatikan permasalahan-permasalahan

politik dari pada kondisi sosial mereka, dimana mereka merupakan

sekelompok kecil dari mayoritas penduduk yang masih diliputi oleh

kebodohan.

3. Strata Sosial Bawah

Kelompok ini terdiri dari para petani dan pegawai rendah.

Sebagian besar dari kelompok ini hanya menjadi petani upahan para tuan

tanah. Mereka tidak memiliki tanah sendiri, karena dirampas oleh tuan

tanah. Kehidupan mereka sangat lekat dengan kemiskinan, kebodohan,

(38)

F. Konsentrasi Hasan Al Banna pada Kaum W anita

Wanita muslimah merupakan unsur pokok bagi perkembangan

masyarakat yang sehat. Muslimah harus dipersiapkan menjadi pelaku

perbaikan masyarakat dengan proses pendidikan Islamiyah. Antara laki-laki

dan wanita harus mendapatkan pendidikan secara seimbang agar proses

pembangunan masyarakat berjalan selaras.

Para perempuan muslimah bukanlah suplemen atau pelengkap dalam

perbaikan masyarakat Mereka adalah pelaku aktif sebagaimana kaum laki-

laki bertindak sebagai subjek pembangunan. Justru karena keduanya

merupakan unsur asasi dalam perbaikan maka tarbiyah Islamiyah yang

menghantarkan kepada kebaikan kepribadian juga harus dilakukan kepada

keduanya. Tidak mungkin melakukan perbaikan masyarakat dengan pelaku

yang penuh cacat dan kejelekan.

Jika pra perempuan muslimah tidak dipersiapkan melalui kegiatan

tarbiyah, akan menyebabkan mereka senantiasa menjadi korban kemajuan

zaman. Perempuan dari zaman ke zaman dihadapkan pada sejarah yang

buram, sampai Islam datang dan nasib mereka tercerahkan seiring dengan

kejayaan Islam. Islam menyediakan proses tarbiyah yang membuat mereka

menjadi dimuliakan dengan peran yang signifikan untuk melakukan

perbaikan.* 30

'29 Cahyadi Takari awan, dkk., Keakhwatan 1: Bersama Tarbiyah Ukhti Muslimah

(39)

31

Begitu pula Hasan Al Banna, beliau sangat menaruh perhatian pada

kaum muslimah. Ada beberapa faktor mengapa Hasan Al Banna sangat

memperhatikan kaum muslimah, diantaranya :

1. Sejarah Rasulullah saw. ketika membai'at kaum laki-laki dan wanita di

Bai'atul Aqobah pertama dan kedua. Ini faktor yang pertama dan paling

utama.

2. Kesamaan utuh dalam hal pahala dan dosa seperti yang telah dijelaskan

oleh ayat Al Qur'anul k a ru n /1 Allah SWT berfirman :

Barangsiapa yang mengerjakan am at saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan. (QS. An N a h l: 97)31 32

Rasa tanggung jawab dakwah ilallah dan ketundukannya terhadap

perintah Allah SWT telah menggerakkan Hasan Al Banna untuk

mengumandangkan perintah Tuhannya. Karena itu, bergemalah suara dakwah

yang menyeru manusia untuk beribadah kepada Allah dan kembali kemanhaj

Islam, sebagai sistem hidup. Seruan ini ditujukan kepada kaum laki-laki dan

kaum wanita, tanpa ada perbedaan diantara keduanya.

31 Mahmud Muhammad Al Jauhari, D ivisi Wanita Ikhwanul M uslimin Peran dan Sejarah

Perjuangan, 1 * ^ K litv in A bu Faqih. L c^ A l rtish om C ahaya U m at, Jakarta, 2 0 0 3 , him . 14-15

(40)

Hasan AI Banna menyadari sepenuhnya bahwa peran kaum wanita

dalam perjuangan Islam sangat penting dan mempunyai pengaruh besar dalam

proses kaderisasi. Oleh karena itu dibentuklah D ivisi Akhwai yang terdiri dari

para istri anggota Ikhwanul Muslimin, putri-putri mereka, kerabat-kerabat

mereka dan kaum wanita yang simpatik dengan lembaga dakwah.3j Divisi ini bertugas untuk mengkoordinasikan dan mengatur sistem keija, serta perangkat-perangkat penyebaran dakwah di kalangan kaum wanita.

Agar aktivitas berjalan dengan selamat, dan sejalan dengan adab serta hukum-hukum Islam, maka harus dibentuk divisi khusus akhwai, yang terpisah secara tepat, kepengurusan dan berbagai aktivitasnya dari aktivitas

ikhwan. Akan tetapi, pada akhirnya divisi ini tetap tunduk pada tata tertib jama’ah Ikhwanul Muslimin dan menjadi salah satu sayap (bagian) dari

berbagai aktivitas yang dikendalikan oleh aturan main Ikhwanul Muslimin.

Untuk menjamin keberlangsungan risalah misinya tersebut perlu adanya prospektus undang-undang dasar akhwai muslimah, yaitu sebagai berikut:

1. Berpartisipasi dalam proyek-proyek sosial yang bermanfaat sesuai dengan kondisi, tenaga dan lingkungan pada akhwat. Diantara proyek-proyek yang dibangun tersebut adalah : klinik, tempat penitipan anak, panti asuhan anak-anak yatim, sekolah-sekolah, penyaluran bantuan untuk keluarga- keluarga miskin, dan lain sebagainya. 33

(41)

33

2. Membantu (sebatas kemampuan akhwat muslimah) menjalankan agenda-

agenda perbaikan dasar yang dicanangkan oleh jam a'ah Ikhwanul

Muslimin secara umum.

3. Pada tanggal 2 shafar tahun 1371 H bertepatan dengan tanggal 2

November tahun 1951 M diberlakukan kembali prospektur Divisi Akhwat

Muslimah dengan tambahan sebagai berikut:

a. Bila memungkinkan, sebaiknya kantor cabang Divisi Akhwat

Muslimah dan tempat kajiannya menggunakan kantor cabang

Ikhwanul Muslimin, atau rumah-rumah akhwat atau masjid-masjid

yang dikelola ikhwan. Tetapi, kantor harus dikosongkan dari para

ikhwan saat ada pertemuan atau kajian khusus akhwat.

b. Pembinaan Divisi Akhwat diserahkan kepada mursyid 'am Ikhwanul

Muslimin yang bertindak sebagai ketua.

Sejak tanggal diberlakukannya prospektus divisi yang telah direvisi

pada 1951 M tersebut, cabang D ivisi Akhwat Muslimah telah mencapai

(42)

KONSEP TENTANG PERAN SOSIAL WANITA MUSLIMAH DALAM PENDIDIKAN

A. Pengertian Peran Sosial Wanita Muslimah dalam Pendidikan

Posisi wanita dalam membentuk lingkungan yang baik sangatlah

penting.b ahkan ia setengah yang paling menentukan dalam kehidupan bangsa

tersebut Karena wanita adalah madrasah perdana yang akan membentuk dan

memformat generasi.1 Pola bagaimana yang diterima anak, itulah yang

menentukan peijalanan bangsa dari sudut pandang um at Lebih dari itu semua

wanita adalah orang pertama yang memberikan kontribusi dalam kehidupan

pemuda dan bangsa.

Wanita muslimah seperti halnya kaum laki-laki dituntut untuk peduli

terhadap masalah-maalah sosial dan politik yang berkembang dalam

masyarakat Kaum wanita muslimah dituntut untuk ambil bagian sesuai

dengan batas-batas kemampuan dan kondisinya dalam membangun

masyarakat melalui kegiatan amar ma’ru f nah i munkar serta memberikan

nasihat, atau dengan mendukung usaha yang positif dan menentang hal-hal

yang negatif.1 2

Sebagaimana termaktub dalam Al Qur'an surat An Nisa ’ : 124

1 Hasan Al Bana, Risalah Pergerakan Jkhwanul M uslimin 2, teij- Anis Malta, dkk., Era Intermedia, Solo, 2005, bbn. 46

2 Cahyadi Takariawan, Fikih Politik Kaum Perempuan, Tiga Lentera Utama, Yogyakarta,

2002, him. 112

(43)

35

r'L * /'S J ° r c «j 'J/ K° ' n( 'S o ' C s o s o'' v/ '* S \ j ? > > * J (_ £ ' j ' j f i o U r U l '

j

“Barangsiapa yang mengerjakan amal-amal saleh, baik laki-laki maupun wanita sedang ia orang yang beriman, maka mereka itu masuk ke dalam surga dan mereka tidak dianiaya walau sedikitpun”?

Surat At Taubah ayat 71

n / s ' . "f - S 'v s ^ * j ^

* * * u f " .

Dan orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan, sebahagian mereka (adalah) menjadi penolong bagi sebahagian yang lain...*

Dari ayat di atas menunjukan bahwa antara laki- laki dan perempuan tidak ada pembedaan dalam beramar m a ’r u f riahi munkar, mengadakan perbaikan dimasyarakat. Allah memberikan pahala yang sama ke pada laki- laki dan perempuan yang melakukan kebaikan.

Sejak dulu keikutsertaan wanita dalam aktivitas sosial dan pertemuannya dengan kaum laki-laki, baik secara kebetulan maupun disengaja untuk suatu tujuan yang baik, sudah merupakan corak kehidupan yang umum dalam masyarakat muslim dalam bidang umum dan khusus. Secara garis besar keikutsertaan wanita dalam bidang umum dapat diklasifikasikan dalam berbagai kegiatan beirkut in i: 3 4 5

3 Departemen Agama RI, AI Qur'an dan Terjemahnya, CV. Diponegoro, Bandung, 2004,

him. 78

4 Ibid., him. 158

5 Abdul Halim Abdul Syukur, Kebebasan W anita 2 , l a j . ChairuI Halim G em a Insani

(44)

1. Kegiatan masjid, misalnya melaksanakan sholat wajib, sholat jenazah, atau

sholat jenazah di masjid.

2. Kegiatan majlis-majlis ta ’lim dan pertemuan dengan ulama, baik di

masjid, mushola, maupun rumah para ulama.

3. Pergi ke baitullah (masjid haram) yang telah dijadikan Allah sebagai

tempat berkumpulnya bagi umat manusia serta tempat yang aman untuk

menunaikan ibadah haji dan umroh.

4. Tempat-tempat penyelenggaraan hari raya

5. Berperan di ruang pengadilan, baik di dalam maupun di luar masjid,

misalnya berperkara dengan pria atau wanita atau jika perlu bersumpah

li’an antara suami dan istri di hadapan umum.

6. Menangani urusan jenazah, seperti ta ’ziah, menyampaikan rasa bela

sungkawa dan santunan, menyalatkan jenazah, atau melawat

(mengantarkan) jenazah walaupun tidak sampai kuburan.

7. Berperan di medan jihad. Kaum wanita ikut berkendaraan di barisan

belakang kaum laki-laki dan untuk menyiapkan makanan, minuman,

mengobati orang-orang yang luka, serta memindahkan orang-orang yang

terbunuh dan terluka setelah peperangan usai.

8. Berperan dalam bermughbahalah, sebagaimana ketika Rasulullah saw,

(45)

37

Dalam kehidupan riil, peranan wanita sebagai pendidik berlangsung di berbagai tingkat, di rumah sebagai ibu, di sekolah sebagai guru, di perguruan tinggi sebagai dosen, dan di masyarakat sebagai pekerja sosial, dai atau pendidik masyarakat. Apapun kapasitas yang dimiliki seorang wanita, tugas dan tanggung jawab utamanya adalah sebagai pendidik.

Keikutsertaan wanita dalam kehidupan sosial membuka peluang baginya untuk menggeluti lebih banyak lagi bidang-bidang kebaikan, menumbuhkan rasa kepedulian dan memberi berbagai macam pengalaman. Keikutsertaan ini juga akan memberikan peluang pada wanita untuk menjalankan perannya sebagai pendidik masyarakat dan menebarkan kebaikan.

Sebagai pendidik masyarakat wanita muslimah juga membutuhkan pendidikan sebagai bekal bagi perannya di masyarakat. Pendidikan bagi wanita muslimah tidak hanya bertujuan untuk kebaikand iri dan keluarganya, akan tetapi juga memiliki tujuan yang lebih luas, yaitu untuk masyarakat. Tujuan pendidikan bagi wanita muslimah yang pertama adalah membentuk kepribadian sebagai muslimah yang utuh, baik segi ruhiyah (spiritual),

fikriyah (intelektual), khuluqiyah (moral), jasadiyah (fisik), dan amaliyah

(operasional).6

Menurut Hasan Al Bana, kepribadian Islam meliputi sepuluh aspek, sebagai berikut i n i : 7

6 Cahyadi Takariawan, dkk, Keakhwatan 1, Bersama Tarbiyah Ukthi M uslimah Tunaikan Amanah, E ra Interm edia, Solo, 2005, him . 41

(46)

1. Salim A l Aqidah (bersihnya aqidah). Setiap individu dituntut untuk

memiliki kelulusan akidah yang hanya dapat mereka peroleh melalui

pemahaman terhadap Al Qur'an dan As Sunah

2. Shahih A l Ibadah (lurusnya ibadah). Setiap individu dituntut untuk

beribadah sesuai dengan tuntunan syariat. Pada dasarnya ibadah bukanlah

hasil ijtihad seseorang karena ibadah tidak dapat diseimbangkan melalui

penambahan, pengurangan atau penyesuaian dengan kondisi dan kemajuan

zaman.

3. Matin A l Khuluq (kukuhnya akhlak). Setiap individu dituntut untuk

memiliki ketangguhan akhlak sehingga mampu mengendalikan hawa nafsu

dan syahwat.

4. Qodir ‘ala al kasb (mampu mencari penghidupan). Setiap individu

dituntut untuk mampu menunjukkan potensi dan kreat5ivitasnya dalam

kebutuhan hidup.

5. M utsaqaf al fik r (luas wawasan berpikirnya). Setiap individu dituntut

untuk memiliki keluasan wawasan, la harus mampu memanfaatkan setiap

kesempatan untuk mengembangkan wawasan.

6. Qowiy A l Jism (kuat fisiknya). Setiap individu dituntut untuk memiliki

kekuatan fisik melalui sarana-sarana yang dipersiapkan Islam.

7. M ujahid li n a f s ih (pejuang diri sendiri). Setiap individu dituntut untuk

memerangi hawa nafsunya dan mengukuhkan diri di atas hukum-hukum

(47)

39

8. Munazham f i syu ’unih (teratur urusannya). Setiap individu dituntut untuk

mampu mengatur segala urusannya sesuai dengan aturan Islam.

9. Haris ala waqtih (memperhatikan waktunya). Setiap individu dituntut

untuk mampu memelihara waktunya sehingga akan terhindar dari

kelalaian, juga mampu menghargai waktu orang lain sehingga tidak akan

membiarkan orang lain melakukan kesia-siaan.

10. N a fi’ L i Ghairih (bermanfaat bagi orang lain). Setiap individu harus

menjadikan dirinya bermanfaat bagi orang lain.

Tarbiyah bagi muslimah hendaknya mampu menumbuhkembangkan

berbagai sifat positif dalam kepribadian, sehingga lahirnya pribadi

mempesona, buah dari proses tarbiyah yang berksinambungan.

Tujuan pendidikan wanita muslimah yang kedua adalah

mempersiapkan wanita muslimah untuk menjadi aktivis dakwah atau da’iyah.

islam tak hanya menuntut seseorang untuk sholeh secara individual, akan

tetapi shaleh secara sosial. Untuk itulah tarbiyah menghantarkan perempuan

muslimah untuk memiliki kepribadian sebagai da’iyah yang aktif mengajak

masyarakat melakukan kebaikan dan mencegah mereka dari keburukan.8

Untuk dapat menjalankan fungsinya sebagai da’i di masyarakat secara

baik, wanita muslimah harus membekali dirinya dengan ilmu pengetahuan

{sains), teknologi, kepemimpinan dan keterampilan-keterampilan praktis.

Dengan demikian wanita muslimah dalam mendidik masyarakat tidak hanya dengan teori (ucapan) tetapi juga memberikan keteladanan yang baik, riimana *

(48)

setiap gerak langkah, tutur kata, perilaku, dan kehidupan kesehariannya

senantiasa diperhatikan umat.

Peran wanita muslimah dalam mendidik masyarakat telah dicontohkan

para shohabiyah di zaman Rasulullah Muhammad saw, baik semasa hidup

ataupun sepeninggal Rasulullah saw. Peran ini telah dicontohkan oleh istri

Rasulullah saw Ummahatul mukminin Aisyah ra. Beliau memberikan

bimbingan, pengajaran dan pendidikan kepada kerabat, shahabat, dan tabi’in

baik laki maupun perempuan. Orang banyak meminta fatwa atau bertanya

kepada Aisyah tentang segala permasalahan, lalu Aisyah menjawabnya pada

waktu itu juga, sehingga mereka mendapatkan berkah dari pembelajama sunah

Nabi langsung dari lisan Aisyah ...9

Peran tersebut juga telah dicontohkan oleh Divisi Akhwat Muslimah yang merupakan bagian dari Ikhwanul Muslimin yang didirikan oleh Hasan Al Banna. Divisi ini merupakan kumpulan dari para wanita muslimah untuk mengkoordinasikan dan mengatur sistem keija serta perangkat-perangkat penyebaran dakwah di kalangan kaum wanita,10 * untuk menyeru kepada akhlak-akhlak mulia dan menjelaskan berbagai bahaya penyimpangan di kalangan wanita muslimah.

Kegiatan yang dilakukan D ivisi Akhwat Muslimah antara lain mengadakan kajian-kajian dan ceramah-ceramah di berbagai perkumpulan khusus kaum wanita, nasihat-nasihat secara pribadi, penulisan dan

9 Sulaiman An Nadawi, Aisyah the G reat Woman in Islam, teij-1 man Firdaus, Lc., Qisthi Press, Jakarta, 2007, him. 256

(49)

4 1

penerbitan.11 Majalah Ikhwanul Muslimin yang terbit pada permulaan Rabi’ul

Akhir 1365 H, bertepatan dengan 5 Maret 1946 M memuat kritikan pedas dari

D ivisi Akhwat Muslimah yang ditujukan pada Inggris di Kairo saat itu, atas

kesewenangan tentara Inggris yang berkuasa terhadap rakyat Mesir (warga

sipil).12 Pada rubrik “keluarga” di surat kabar Harian Ikhwanul Muslimin,

salah seorang akhawat menulis pembahasan singkat dengan tema “Pilar-pilar

Rumah Tangga Muslim”, yang berisi sepuluh wasiat yang ditujukan untuk

para istri, agar kebahagiaan menyelimuti keluarga. Berikut adalah ringkasan

sepuluh waisat dalam tulisan tersebut: 13

1. Berorientasi untuk mentaati Allah dan RasulNya serta mencintai

keduanya.

2. Komitmen pada adab (tata krama) sebelum nilai estetika dan tidak

menggunakan harta suami kecuali atas ijinnya.

3. Perhatian istri harus terfokus pada kewajiban-kewajibannya di rumah dan

perbaikan urusan kerumah tanggaan.

4. Menetapi rasa malu terhadap suami, mentaatinya, diam tatkala ia sedang

berbicara dan mendengarkannya serta menghormatinya

5. Menghormati keluarga dan kerabat suami

6. Q ona’ah (puas) dengan rezeki yang diberikan oleh Allah melalui suami.

7. Mendahulukan hak suami atas hak siapapun, setelah hak Allah dan

RasulNya.

" Ibid., him. 10

(50)

8. Tidak menyebut-nyebut kekayaan, kecantikan, dan kedudukannya kepada

suami

9. Tidak keluar dari rumah kecuali atas ijin suami

10. Selalu cemburu kepada suaminya dan menjaga perasaan serta kehormatan

suaminya.

Dari uraian di atas, penulis dapat menyimpulkan bahwa pengertian peran sosial wanita muslimah dalam pendidikan adalah keikutsertaan wanita muslimah dalam setiap kegaitan yang bertujuan untuk, mendasarkan masyarakat dan membentuk lingkungan yang baik (b i’ah sholihah).

B. Kedudukan Wanita dalam Islam

Al Qur’an sebagai pedoman umat Islam bukanlah semata-mata koleksi hukum : Al Qur'an tidak hanya berisi larangan dan perintah, tetapi berisi hukum sekaligus sejarah, seruan sekaligus interpretasinya.

(51)

43

menindas perempuan, sehingga tugas utama feminis radikal adalah untuk

menolak institusi keluarga.14

Bagaimana pandangan Al Qur'an mengenai wanita? maka kita

perhatikan dari penciptaannya. Al Qur'an dengan jelas mengatakan bahwa

Allah menciptakan wanita dari sifat dan esensi yang sama dengan pria.

Mengenai Adam Al Qur'an mengatakan, “Tuhanmu telah menciptakan kamu

dari satu jiwa, dan daripadanya Allah menciptakan pasangannya” (QS. 4 : 1 ) .

Berkenaan dengan seluruh manusia, Al Qur'an mengatakan, “Allah

menciptakan pasanganmu dari jenismu sendiri”. Dalam Al Qur'an tidak terdapat atu jejakpun tentang apa yang terdapat dalam kitab-kitab suci lain bahwa wanita diciptakan dari satu bahan yang lebih rendah dari bahan untuk pria serta pandangan-pandangan yang menghina lainnya. Demikian pula mengenai kisah Adam, yang dibuang dari surga, karena ditipu oleh wanita. Iblis menggoda Hawa, dan Hawa menggoda Adam.15

Oleh karena itu pokok pangkal timbulnya pandangan rendah dan hina terhadap derajat kaum wanita berkisar pada persoalan Hawa, maka secara tegas Al Qur'an menerangkan tentang Adam dan Hawa (QS. 7 : 19-20, 21, 22). Maka Islamlah yang pertama-tama menegaskan bahwa wanita adalah manusia bukan benda, bukan binatang, bukan jin serta bukan syaitan. Wanita adalah makhluk ciptaan Allah yang dihormati dan dimuliakan sebagaimana kaum laki-laki, ia mendapatkan kemuliaan tas ketakwaannya (QS. 4 : 124).

14 Siti Muslikhati, Feminisme dan Pemberdayaan Perempuan dalam Timbangan Islam,

Gema In san Press, Jakarta 2004, Um. 35

(52)

Dalam Islam, masalah wanita mendapatkan perhatian khusus. Dalam Al Qur'an terdapat satu surat yang khusus membicarakan masalah wanita yang disebut surat An Nisa’. Dengan begitu Al Qur'an menolak konsep yang tersiar pada masa itu yang hingga kini masih tetap ada di kalangan tertentu dan bangsa tertentu di dunia, dan dengan cara itulah Islam membersihkan wanita dari tuduhan sebagai sumber godaan dan dosa.

1. Ayat-ayat Al Qur'an tentang wanita a. Surat An Nisa ’ ayat 19

“Hai orang-orang yang beriman, tidak halal bagi kamu mempusakai

“Bagi laki-laki ada hak bagian dari harta peninggalan ibu-hapa dan

kerabatnya, dan bagi wanita ada hak bagian (pula) dari harta

peninggalan ibu-bapa dm kerabatnya, baik sedikit atau banyak

menurut bahagian yang telah ditetapkan"}1

c. Surat A l Maidah ayat 28

. . . 5 / t* *1}^ <3' j C l l j

16 Departemen Agama RI, op. cit.., him. 64 17 Ibid., him. 62

(53)

45

Laki-laki yang mencuri dan perempuan yang mencuri, potonglah tangan keduanya (sebagai) pembalasan bagi apa yang mereka kerjakan dan sebagai siksaan dari Allah

Dan masih banyak lagi ayat-ayat Al Qur'an yang menjelaskan tentang wanita. Dari ayat-ayat di atas jelaslah bahwa tidak ada gagasan yang meremehkan wanita, justru sebaliknya dari ayat-ayat Al Qur'an tersebut membuktikan bahwa Islam berusaha menghilangkan pandangan yang menghina dan meremehkan wanita. Al Qur'an dengan tegas mengatakan wanita pun memiliki hak dan kewajiban yang sama, pendidikan tidak tergantung pada jenis kelamin. Bahkan wanita bisa mendapatkan derajat yang lebih tinggi dari pada laki-laki dihadapan Allah atas keimanan dan ketakwaannya.

Kemuliaan yang dianugerahkan Islam kepada kaum perempuan merupakan bagian integral dari kemuliaan yang dianugerahkan Islam kepada seluruh manusia. Kemuliaan ini dibangun atas dasar ealitas kemanusiaan semata. Kesetaraan kemuliaan ini teijadi manakala dibingkai oleh selendang ketakwaan dan amal soleh.18 19

2. Peran Wanita dalam Islam

Dalam Islam wanita menempati peran yang penting, yaitu : a. Wanita Sebagai Anak

Pada masa jahiliyah, orang-orang Arab selalu sinis terhadap kelahiran anak perempuan. Seorang ayah tega mengubur hidup-hidup bayi perempuannya, karena takut jatuh miskin dan takut mendapat

18 Ibid., him. 62

19 M. Said Ramadhan Al Bnthi, Perrmpmm nm tiva KjrrjaSmu m Sistem B arat dam KeadSbm

(54)

ayah ketika ia diberitahu bahwa istrinya melahirkan bayi perempuan,

akan mengatakan, “Ya Tuhan anak perempuan tidaklah sebahagia anak

laki-laki, pertahanannya hanya menangis dan perhatiannya hanyalah

mencuri”.20

Pada kondisi masyarakat yang demikian itu, Islam tampil

dengan meletakkan persepsi bahwa anak perempuan, seperti halnya

anak laki-laki, sebagai pemberian dan karunia Allah. Dia memberikan anak perempuan kepada hamba-hambaNya sesuai dengan yang dikehendaki. Firman Allah dalam Q S.A sy Syura (42) ayat 49-50 :

.n J >

/ j -'S O / . / //■ /y o/ » , ' / / X-/-y ’

“...D ia menciptakan apa yang D ia kehendaki. D ia memberikan anak-anak perempuan kepada siapa yang Dia kehendaki dan memberikan anak-anak lelaki kepada siapa yang Dia kehendaki, atau Dia menganugerahkan kedua jen is laki-laki dan perempuan (kepada siapa yang dikehendaki-Nya), dan Dia menjadikan mandul siapa yang Dia kehendaki. Sesungguhnya Dia Maha Mengetahui lagi Maha Kuasa ”2'

Al Qur'an telah memberikan protes keras terhadap perilaku sadis dari orang-orang yang membunuh anak-anak mereka, baik perempuan maupun laki-laki. Firman Allah dalam QS. A l A n ’am (6) :

140

Referensi

Dokumen terkait

Dwi Puja Kesuma, yang ditulis oleh Editiawarman; kedua , Kebijakan Kriminal Terhadap Cyber Sex (Menggunakan Internet Untuk Tujuan Seksual) Dalam Pembaharuan Hukum

Wedu Merauke saat ini yaitu sebesar 1.050,250 m3/hari sehingga tidak mampu memenuhi kebutuhan air masyarakat Kelurahan Rimba Jaya untuk 20 tahun yang akan datang sebesar

Dari hasil penelitian menunjukkan kualitas air bersih secara fisik dan kimiawi di kota Makassar masih baik dan telah memenuhi syarat walaupun masih terdapat kepala

tersebut nantinya akan digunakan dalam pembentukan model regresi probit ordinal. Hasil estimasi parameter menggunakan metode Maximum Likelihood dapat dilihat pada

“Analisis Sumberdaya Kelautan Di Wilayah Pengelolaan Perikanan (WPP) 714, 715 dan 718 Dalam Rangka Pengelolaan Sumberdaya Kelautan Dan Perikanan” pada tahun 2015 ini

Jika suku bunga yang ditetapkan memiliki selisih yang cukup besar untuk mengkompensasi risiko berinvestasi di suatu negara, maka kemungkinan besar dana asing akan

Perubahan. Terwujudnya organisasi PPSDM POM yang efektif. Indeks Reformasi Birokrasi PPSDM POM. Nilai AKIP PPSDM POM. Tersedianya SDM PPSDM POM yang Indeks Profesionalitas

1) Aplikasi Pemesanan Online pada Restoran Bebek Goreng Harissa berbasis Android dapat membantu konsumen dalam melakukan pemesanan makanan dan resevasi hanya dengan