• Tidak ada hasil yang ditemukan

RIWAYAT HIDUP IMAM HASAN AL BANNA

D. Karir Akademis Hasan Al Banna

Setelah menyelesaikan pendidikannya di Madrasah Mu’allimin Awwaliyah di Damanhur, Hasan Al Banna melaksanakan ujian keckaapan mengajar, ia menempati peringkat pertama di madrasah dan peringkat kelima di tingkat nasional. Hasil ujian ini merupakan kejutan pertama bagi Hasan Al Banna, sedang keberhasilannya masuk di Universitas DaruI Ulum adalah kejutan kedua. Sedangkan kejutan yang ketiga adalah dewan pimpinan wilayah Buhairoh secara serius menunjuknya sebagai guru di madrasah kharbata Awwaliyah.23

Adanya tawaran dari Dewan Pimpinan Wilayah Buhairoh tersebut, membuat Hasan Al Banna harus berfikir apakah diterima atau kembali belajar di DaruI Ulum. Tetapi pada akhirnya Hasan Al Banna memilih untuk melanjutkan belajar di DaruI Ulum.

Setelah menamatkan studinya di DaruI Ulum, pada tahun 1927 M, ketika itu Hasan Al Banna baru berusia 21 tahun, beliau ditunjuk menjadi guru bahasa Arab di Isma’iliyah.24 Pada waktu itu kondisi umat Islam sedang mengalami kegoncangan hebat. Kekholifahan Usmaniyah (di Turki), sebagai pengayom umat Islam di seluruh dunia mengalami keruntuhan.

Keruntuhan khilafah Usmaniyah (di Turki) juga berdampak pada kondisi umat Islam di Mesir. Maka mulailah Hasan Al Banna berdakwah mengajak manusia kepada Allah, mengajak manusia memberantas

kejahiliyahan (kebodohan). Beliau memulai dakwahnya dengan menggalang beberapa muridnya, kemudian beliau berdakwah di kedai-kedai kopi.

Setelah Hasan Al Banna menjadi guru selama 19 tahun di Isma’iliyah, beliau meletakkan jabatannya sebagai guru pada tahun 1946. Beliau berkonsentrasi pada penyusunan kegiatan dakwah di Isma’iliyah.25

E. Kondisi Masyarakat Mesir

Mesir merupakan bumi yang subur, airnya segar, udaranya sejuk, rezeki dan kekayaannya melimpah, di tengah-tengah peradaban, kebudayaan dan ilmu pengetahuan tertua, serta kaya dengan peninggalan-peninggalan spiritual dan material yang bernilai tinggi.

Di negara Mesir terdapat berbagai bahan baku industri, beragam hasil pertanian, dan bahkan seluruh bahan yang dibutuhkan oleh negara-negara kuat di dunia. Setiap orang asing yang singgah di Mesir merasa sembuh dari

24 Kumiawan Supriyadi, dkk^ Artikel Internet “Syaikh h asan Albarma, 19 Februari 1993 ^ B inti Jamahnfin, Artikel Internet. A sy Syahid Imam Hasan A l Banna, letak jawatan guru untuk berdakwah

27

sakitnya, kaya dari kemiskinannya, terhormat setelah hina, dan damai setelah berputus asa dengan kesengsaraan. Akan tetapi, bagi orang Mesir sendiri, apa yang sudah diperolehnya ? tidak ada sama sekali! Adakah kebodohan, kemiskinan, dan kelemahan tersebar di negara berperadaban maju, sebagaimana tersebar di Mesir yang kaya, negeri tempat lahirnya peradaban, ilmu pengetahuan, dan pemimpin bangsa-bangsa Timur ? 26

Kesengsaraan yang dihadapi masyarakat Mesir disebabkan oleh kebobrokan sistem sosial yang berlaku di Mesir. Sejak 100 tahun, Eropa telah menjajah Mesir secara politis, militer, undang-undang, pendidikan, bahasa, ilmu pengetahuan, dan seni. Masyarakat Mesir dibuat terkagum-kagum terhadap bangsa Eropa, dan terlalu berbaik sangka kepada penjajah, bangsa Eropa, sampai kepemimpinanpun diserahkan kepada mereka. Masyarakat Mesir tidak menyadari bahwa bangsa Eropa memberikan barang-barang berbahaya, seperti khamar, kesenangan, pelacuran. Dan hal-hal yang bermanfaat atau kelebihan bangsa Eropa ditutupi dari masyarakat Mesir.

Kehidupan sosial bangsa Mesir pada awal abad 20 ditandai dengan munculnya beberapa fenomena dan faktor penting yang berpengaruh secara luas terhadap pembentukan kehidupan sosial. Beberapa faktor terpenting tersebut adalah :27

1. Adanya penjajahan dan hal-hal yang mengikutinya, seperti kezaliman,

perusakan dan penindasan

26 Hasan Al Banna, Risalah Pergerakan ikhwanul M uslimin J ilid 2, tij. Anis Malta, Lc.,

Era Intermedia, Solo, 2005. him. 9.'-

2. Adanya keterbelakangan ilmu pengetahuan dan hal-hal yang mengikutinya, seperti hilangnya hak masyarakat dan rusaknya nilai dan norma sosial.

Pada masyarakat Mesir terdapat strata sosial dengan perbedaan mencolok. Hal ini melahirkan semacam penindasan sosial, perasaan tertekan dan terhina. Ada tiga strata sosial yang terdapat pada masyarakat Mesir di awla abad 20, yaitu : 28

1. Strata Sosial Kelas Atas

Strata ini terdiri dari para tuan tanah dan perkebunan, pemilik perusahaan dan industri, pemilik bank dan lembaga-lembaga keuangan. Kelompok strata ini menjalani kehidupan sosialnya dengan cara yang sama, yakni selalu dengan penuh hura-hura, bermewah-mewahan dan kesenangan. Mereka memiliki hubungan erat antara satu dengan yang lain lewat jalur perkawinan dan keturunan.

Kelompok strata ini terdiri dari beberapa golongan sosial, yaitu : a. Para tuan tanah

Mereka adalah kumpulan orang yang kebanyakan membentuk partai-partai politik dan dewan konstitusi.

b. Kapitalisme perdagangan dan industri

Kelompok ini menghindarkan diri dari pembuatan industri- industri berat di Mesir, seperti industri listrik, besi dan baja. Mereka hanya membatasi diri pada pengelolaan industri-industri sederhana dan tidak membutuhkan tenaga-tenaga ahli dan terlatih.

28Ibid

29

c. Bangsa Asing

Mereka adalah orang-orang yang sebagian besar bekeija di industri-industri besar, penukaran valuta asing dan pegawai tinggi administrasi. Kebanyakan mereka tinggal terpisah dari penduduk Mesir, di sebuah lokasi yang disediakan secara khusus. Pemerintah juga memperlakukan mereka secara khusus, karena mereka memiliki

kekuatan modal dan hukum. 2. Strata Sosial Menengah

Strata ini terdiri dari orang-orang yang memiliki lahan skala menengah, para pedagang skala menengah. Sejumlah besar cendekiawan dan para pejabat pemerintahan. Kaum terpelajar dan mahasiswa dari kelompok strata ini lebih memperhatikan permasalahan-permasalahan politik dari pada kondisi sosial mereka, dimana mereka merupakan sekelompok kecil dari mayoritas penduduk yang masih diliputi oleh kebodohan.

3. Strata Sosial Bawah

Kelompok ini terdiri dari para petani dan pegawai rendah. Sebagian besar dari kelompok ini hanya menjadi petani upahan para tuan tanah. Mereka tidak memiliki tanah sendiri, karena dirampas oleh tuan tanah. Kehidupan mereka sangat lekat dengan kemiskinan, kebodohan, penyakit, kelemahan dan kehinaan.

F. Konsentrasi Hasan Al Banna pada Kaum W anita

Wanita muslimah merupakan unsur pokok bagi perkembangan masyarakat yang sehat. Muslimah harus dipersiapkan menjadi pelaku perbaikan masyarakat dengan proses pendidikan Islamiyah. Antara laki-laki dan wanita harus mendapatkan pendidikan secara seimbang agar proses pembangunan masyarakat berjalan selaras.

Para perempuan muslimah bukanlah suplemen atau pelengkap dalam perbaikan masyarakat Mereka adalah pelaku aktif sebagaimana kaum laki- laki bertindak sebagai subjek pembangunan. Justru karena keduanya merupakan unsur asasi dalam perbaikan maka tarbiyah Islamiyah yang menghantarkan kepada kebaikan kepribadian juga harus dilakukan kepada keduanya. Tidak mungkin melakukan perbaikan masyarakat dengan pelaku yang penuh cacat dan kejelekan.

Jika pra perempuan muslimah tidak dipersiapkan melalui kegiatan tarbiyah, akan menyebabkan mereka senantiasa menjadi korban kemajuan zaman. Perempuan dari zaman ke zaman dihadapkan pada sejarah yang buram, sampai Islam datang dan nasib mereka tercerahkan seiring dengan kejayaan Islam. Islam menyediakan proses tarbiyah yang membuat mereka menjadi dimuliakan dengan peran yang signifikan untuk melakukan perbaikan.* 30

'29 Cahyadi Takari awan, dkk., Keakhwatan 1: Bersama Tarbiyah Ukhti Muslimah

Tunaikan Amanah, Era Intermedia, Solo, 2005, him 32-33 30 Ib id , him. 33

31

Begitu pula Hasan Al Banna, beliau sangat menaruh perhatian pada kaum muslimah. Ada beberapa faktor mengapa Hasan Al Banna sangat memperhatikan kaum muslimah, diantaranya :

1. Sejarah Rasulullah saw. ketika membai'at kaum laki-laki dan wanita di Bai'atul Aqobah pertama dan kedua. Ini faktor yang pertama dan paling utama.

2. Kesamaan utuh dalam hal pahala dan dosa seperti yang telah dijelaskan oleh ayat Al Qur'anul k a ru n /1 Allah SWT berfirman :

Barangsiapa yang mengerjakan am at saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan. (QS. An N a h l: 97)31 32

Rasa tanggung jawab dakwah ilallah dan ketundukannya terhadap perintah Allah SWT telah menggerakkan Hasan Al Banna untuk mengumandangkan perintah Tuhannya. Karena itu, bergemalah suara dakwah yang menyeru manusia untuk beribadah kepada Allah dan kembali kemanhaj Islam, sebagai sistem hidup. Seruan ini ditujukan kepada kaum laki-laki dan kaum wanita, tanpa ada perbedaan diantara keduanya.

31 Mahmud Muhammad Al Jauhari, D ivisi Wanita Ikhwanul M uslimin Peran dan Sejarah

Perjuangan, 1 * ^ K litv in A bu Faqih. L c^ A l rtish om C ahaya U m at, Jakarta, 2 0 0 3 , him . 14-15

32 Departemen Agama RI, A l Qur'an dan Terjemah, CV. Diponegoro, Bandung, 2004, him. 222

Hasan AI Banna menyadari sepenuhnya bahwa peran kaum wanita dalam perjuangan Islam sangat penting dan mempunyai pengaruh besar dalam proses kaderisasi. Oleh karena itu dibentuklah D ivisi Akhwai yang terdiri dari para istri anggota Ikhwanul Muslimin, putri-putri mereka, kerabat-kerabat mereka dan kaum wanita yang simpatik dengan lembaga dakwah.3j Divisi ini bertugas untuk mengkoordinasikan dan mengatur sistem keija, serta perangkat-perangkat penyebaran dakwah di kalangan kaum wanita.

Agar aktivitas berjalan dengan selamat, dan sejalan dengan adab serta hukum-hukum Islam, maka harus dibentuk divisi khusus akhwai, yang terpisah secara tepat, kepengurusan dan berbagai aktivitasnya dari aktivitas

ikhwan. Akan tetapi, pada akhirnya divisi ini tetap tunduk pada tata tertib jama’ah Ikhwanul Muslimin dan menjadi salah satu sayap (bagian) dari

berbagai aktivitas yang dikendalikan oleh aturan main Ikhwanul Muslimin.

Untuk menjamin keberlangsungan risalah misinya tersebut perlu adanya prospektus undang-undang dasar akhwai muslimah, yaitu sebagai berikut:

1. Berpartisipasi dalam proyek-proyek sosial yang bermanfaat sesuai dengan kondisi, tenaga dan lingkungan pada akhwat. Diantara proyek-proyek yang dibangun tersebut adalah : klinik, tempat penitipan anak, panti asuhan anak-anak yatim, sekolah-sekolah, penyaluran bantuan untuk keluarga- keluarga miskin, dan lain sebagainya. 33

33

2. Membantu (sebatas kemampuan akhwat muslimah) menjalankan agenda- agenda perbaikan dasar yang dicanangkan oleh jam a'ah Ikhwanul Muslimin secara umum.

3. Pada tanggal 2 shafar tahun 1371 H bertepatan dengan tanggal 2 November tahun 1951 M diberlakukan kembali prospektur Divisi Akhwat Muslimah dengan tambahan sebagai berikut:

a. Bila memungkinkan, sebaiknya kantor cabang Divisi Akhwat Muslimah dan tempat kajiannya menggunakan kantor cabang Ikhwanul Muslimin, atau rumah-rumah akhwat atau masjid-masjid yang dikelola ikhwan. Tetapi, kantor harus dikosongkan dari para ikhwan saat ada pertemuan atau kajian khusus akhwat.

b. Pembinaan Divisi Akhwat diserahkan kepada mursyid 'am Ikhwanul Muslimin yang bertindak sebagai ketua.

Sejak tanggal diberlakukannya prospektus divisi yang telah direvisi pada 1951 M tersebut, cabang D ivisi Akhwat Muslimah telah mencapai 150 cabang yang tersebar di penjuru Mesir.

KONSEP TENTANG PERAN SOSIAL WANITA MUSLIMAH

Dokumen terkait