• Tidak ada hasil yang ditemukan

Ada tiga bentuk perilaku pencarian pengobatan yang dilakukan oleh masyarakat Madura, khususnya di Desa Jrangoan ini, yaitu pengobatan ke kiai, dukun, dan tenaga kesehatan. Pengobatan dengan pertolongan kiai dilakukan jika si sakit mengalami demam yang ditengarai akibat perbuatan makhluk halus. Maka, kiai akan memberikan air yang sudah didoakan, lalu diminumkan atau disemburkan ke pasien. Kiai dianggap sebagai orang yang dapat mengusir setan karena kiai merupakan tokoh agama yang menguasai ilmu agama dan dekat dengan Tuhan. (Widyasari, Ratna, dkk., 2012).

Sejak bidan desa aktif dan berada di tengah-tengah masyarakat selama 2 tahun terakhir, dukun bayi perlahan-lahan bergeser perannya, yaitu hanya merawat bayi pascapersalinan dan sebagai dukun pijat walaupun ada beberapa dukun yang memang sejak awal berprofesi sebagai dukun pijat. Masyarakat meminta pertolongan dukun pijat jika mereka merasa pegal-pegal, terjatuh, atau bermasalah dengan tulang, termasuk juga pijat pada bayi yang sakit saben dan oleh. Putri (2009) menjelaskan bahwa ada banyak sekali manfaat pemijatan bayi, di antaranya adalah membuat bayi menjadi rileks dan tenang. Sirkulasi darah dan oksigen yang lancar, otomatis membuat imunitas tubuh bayi menjadi lebih baik. Bukan hanya

secara fisik, pijat bayi juga sangat mempengaruhi emosi karena aktivitas

pijat akan menjalin ikatan (bonding) antara anak dan orang tua.

Unsur utama pijat bayi adalah sentuhan (touch), bukan tekanan (pressure). Namun, hasil observasi di lapangan, proporsi tekanan lebih dominan dalam proses pijat bayi. Di Desa Jrangoan, dukun pijat adalah orang yang sudah tua dan perempuan, namun pasien tidak terbatas pada jenis kelamin perempuan. Kemampuan memijatnya diperoleh secara turun- temurun. Prosesi pemijatan dilakukan di langgar atau rumah dukun.

Alternatif lain yang dilakukan masyarakat ketika membutuhkan pengobatan adalah berobat ke tenaga kesehatan, dalam hal ini bidan desa. Walaupun bidan desa ini baru 2 tahun bertugas di Jrangoan, masyarakat desa mengenal dan akrab dengan bidan desa tersebut karena ia sabar dan ramah. Mereka percaya bahwa obat yang diberikan bidan adalah obat yang manjur. Bidan juga sangat aktif dalam kegiatan Posyandu. Posyandu ini

Simpang Jalan Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak

Garis Tangan Perempuan Madura, Tantangan Pelayanan Kesehatan Ibu

27

Bab 2

dikelola oleh klebun sebagai penanggung jawab umum dan putri tertua

klebun sebagai penanggung jawab operasional yang dibantu oleh kader PKK. Sementara bidan berperan sebagai tenaga pelaksana di lapangan. Sehari-hari bidan ini tinggal di Polindes. Polindes ini berada di dalam lingkungan Madrasah Al-Ihsan. Karena lingkungan pesantren merupakan lokasi yang sangat dikenal warga, maka warga pun tidak sulit untuk menuju Polindes. Sementara pengobatan yang memanfaatkan jasa dokter sangat jarang dilakukan. Dokter yang bertugas di Puskesmas jarang berada di tempat karena alasan yang kurang jelas. Dokter dan rumah sakit yang ada di kota menjadi alternatif terakhir jika bidan tidak dapat menangani.

Penutup

Keberadaan pondok pesantren di tengah Desa Jrangoan sangat mempengaruhi perkembangan dan perilaku masyarakat di sekitarnya. Masyarakat Desa Jrangoan sangat menghormati kiai dan nyai. Mereka akan melakukan segala hal yang diperintahkan oleh kiai dan nyai. Masyarakat Madura memiliki karakteristik yang khas, yaitu kepatuhan terhadap kiai lebih tinggi dibandingkan kepatuhan terhadap aparat pemerintah maupun tenaga kesehatan. Kepatuhan yang tinggi kepada kiai setempat sebetulnya dapat menjadi potensi yang menguntungkan bagi petugas kesehatan. Dengan kata lain, petugas kesehatan harus dapat menjalin kerja sama yang baik dengan tokoh agama setempat yang dijadikan panutan oleh masyarakat sehingga kegiatan health promotion yang dilakukan oleh tenaga kesehatan dapat dengan mudah diterima oleh masyarakat.

Petugas kesehatan juga dapat melibatkan klebun dan orang tua/ mertua dari ibu hamil, karena pada dasarnya pengambilan keputusan dalam tindakan perawatan kehamilan dan pascapersalinan yang dilakukan oleh ibu hamil tidak lepas dari campur tangan orang tua/mertua. Mayoritas masyarakat desa yang berpendidikan rendah membuat mereka lebih percaya pada pengalaman, dan pengalaman orang tua mereka menjadi rujukan utama dalam merawat kehamilan, persalinan, dan seterusnya.

Masyarakat Desa Jrangoan, yang kehidupan sehari-harinya begitu kental dengan ajaran Islam, memiliki anjuran bagi ibu hamil dan suaminya

Simpang Jalan Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak

Garis Tangan Perempuan Madura, Tantangan Pelayanan Kesehatan Ibu

28

Bab 2

untuk memperbanyak membaca Alquran, terutama surat-surat khusus yang dibaca ketika hamil, seperti Surat Yusuf dan Surat Maryam. Anjuran tersebut dilakukan dengan harapan bahwa kesehatan ibu dan bayi terjaga selama proses kehamilan dan mendapat keselamatan pada saat persalinan. Kegiatan ini merupakan potensi karena secara psikologis dapat membawa ketenangan jiwa bagi ibu hamil. Ketenangan jiwa pada masa kehamilan ini akan berdampak positif pada kesehatan ibu hamil dan upaya perawatan kehamilannya pun menjadi lebih baik. Tradisi selametan ketika hamil juga memiliki tujuan yang sama. Ketika pemikiran bawah sadar ini aktif, ibu hamil akan merasa rileks, emosi lebih stabil, merasa bahagia, nyaman, dan aman karena secara spiritual yakin sudah ada perlindungan bagi dia dan calon bayinya. Hal inilah yang akan membuat ibu hamil siap dalam menghadapi persalinan. Sementara kendalanya adalah mitos banyak

anak banyak rezeki mengakibatkan orang tua mengalami kesulitan dalam

mengasuh dan membesarkan anak-anaknya.

Konsep taneyan lanjhang atau pola extended family yang dilakukan oleh masyarakat Madura juga dapat dijadikan prasarana untuk mempromosikan kesehatan. Jika selama ini dibentuk kader di setiap dusun, maka alangkah lebih baik lagi jika dibentuk kader yang bertanggung jawab atas setiap satu

taneyan lanjhang. Kader ini dibimbing oleh tenaga kesehatan setempat terkait segala hal yang berhubungan dengan kesehatan, khususnya kesehatan ibu dan anak dengan penekanan pada pola pengasuhan anak (Widyasari, dkk., 2012).

Daftar Pustaka

Handayani L, Maryani H. 2002. Mengatasi Penyakit Anak dengan Ramuan

Tradisional. Jakarta: Agro Media Pustaka.

Hoffman, L. W and Hoffman, M. L. 1973. The Value of Children to Parents. In: Fawcett, James T. (ed.) Psychological Perspectives on Population. New York: Basic Books: 19-76.

Kemenkes. 2010. IPKM Indeks Pembangunan Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Badan Litbang Kesehatan. Kementerian Kesehatan RI.

Simpang Jalan Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak

Garis Tangan Perempuan Madura, Tantangan Pelayanan Kesehatan Ibu

29

Bab 2

Pramono, M.S., Wulansari, S., Lestari, W., Sadewo, F.X., Sutikno, 2011.

Determinan Angka Kematian Bayi di Jawa Timur dengan Pendekatan

Statistika Spasial, Laporan Penelitian Pusat Humaniora Kebijakan Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat, Badan Litbangkes. Putri, A., 2009. Pijat dan Senam untuk Bayi dan Balita, Panduan Praktis Memijat

Bayi dan Balita. Yogyakarta: Brilliant Offset.

Tari, Romana, 2011. Mengenal Tradisi Budaya Nusantara Seputar Kehamilan. http://kesehatan.kompasiana.com/ibu-dan-anak/2011/10/02/ mengenal-tradisi-budaya-nusantara-seputar-kehamilan/. Sitasi: 9 Oktober 2012.

Widyasari, Ratna, dkk., 2012. Etnik Madura, Desa Jrangoan, Kecamatan Omben, Kabupaten Sampang, Provinsi Jawa Timur. Jakarta: Badan Litbang Kesehatan Kemkes RI.

31

Pendahuluan

K

ondisi kesehatan Provinsi Aceh setelah konflik dan bencana alam

masih banyak membutuhkan perhatian. Salah satu kabupaten di Provinsi Aceh yang masih mempunyai banyak permasalahan kesehatan adalah Kabupaten Gayo Lues yang berjarak kurang lebih 475 kilometer dari Banda Aceh (ibu kota Provinsi Aceh). Berdasarkan hasil Riset Dasar Kesehatan (Riskesdas) yang dilakukan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, Kementerian Kesehatan tahun 2007, Indek Pembangunan Kesehatan Masyarakat (IPKM) Kabupaten Gayo Lues berada pada peringkat 439 dari 440 kabupaten yang ada di Indonesia. Peringkat ini menempatkan Kabupaten Gayo Lues berada di posisi kedua IPKM terburuk yang ada di Indonesia setelah Kabupaten Pegunungan Bintang yang terdapat di Provinsi Papua.

Indikator IPKM meliputi banyak hal, di antaranya adalah mengenai kesehatan ibu. Kondisi kesehatan ibu tersebut dapat dilihat dari berbagai indikator seperti cakupan Ante Natal Care (ANC), Post Natal Care (PNC), dan persalinan oleh tenaga kesehatan. Berdasarkan data Riskesdas 2007, cakupan ANC Kabupaten Gayo Lues adalah 25%. Cakupan ini jauh di

PERAN DUKUN KAMPUNG GAYO