• Tidak ada hasil yang ditemukan

Nilai-nilai sebagai Potensi dan Kendala

Berdasarkan uraian tersebut dapat ditemukan jawaban mengapa ANC di Kabupaten Gayo Lues mempunyai cakupan terendah di antara kabupaten lain yang terdapat di Provinsi Aceh. Meskipun studi yang dilakukan di Desa Tetingi belum bisa dikatakan bisa mewakili kondisi Kabupaten Gayo Lues pada umumnya, namun setidaknya kondisi Desa Tetingi tersebut bisa memberikan sedikit jawaban mengapa ANC di Kabupaten Gayo Lues menjadi terendah, sehingga bisa menemukan rancangan model untuk meningkatkan kesehatan ibu di Gayo Lues.

Menurut hemat kami, terdapat dua pihak yang berlawanan yang berpengaruh dalam kesehatan ibu, yaitu pihak dukun kampung dan masyarakat, serta pihak bidan desa dengan pemerintah. Dukun kampung yang secara tidak langsung mendapat pandangan negatif dalam kacamata pembuat kebijakan dan dunia kesehatan medis, justru mempunyai nilai positif dalam kacamata masyarakat. Hal ini disebabkan karena dukun kampung bukan hanya berperan sebagai pengobat yang diyakini oleh masyarakat dapat menyembuhkan suatu penyakit, tetapi juga berperan

Simpang Jalan Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak Peran Dukun Kampung Gayo dalam Kesehatan Ibu

43

Bab 3

sebagai aktor utama dalam pelaksanaan tradisi yang dipercaya oleh masyarakat. Sementara itu, bidan desa yang dititipkan oleh pemerintah sebagai agen perubahan dalam kesehatan, tidak atau kurang mengetahui dan memahami nilai-nilai budaya yang telah tertanam dalam masyarakat, bahkan ia hendak menanamkan nilai-nilai baru yang dinilai masih “aneh” dalam kacamata masyarakat. Hal inilah yang menyebabkan mengapa bidan desa tidak mendapat tempat di hati masyarakat. Secara garis besar, berikut nilai positif dan negatif yang dimiliki oleh bidan kampung dan bidan desa.

Tabel 3.1. Nilai-nilai Dukun Kampung dan Bidan Desa dalam Anggapan Masyarakat di Desa Tetingi. Kecamatan Blang Pegayon, Kabupaten Gayo Lues, NAD

Penyedia Layanan Kesehatan Ibu Positif (+) Negatif (-) Dukun kampung

1. Aktor utama dalam pelaksanaan tradisi

2. Mengetahui makna di balik tradisi 3. Memahami bagaimana cara

melakukan tradisi

4. Berasal dari masyarakat setempat 5. Bisa berbahasa daerah setempat

sehingga mudah berkomunikasi dengan masyarakat setempat 6. Mempunyai kegiatan yang sama

dengan masyarakat setempat, seperti pekerjaan

7. Sudah berpengalaman lebih dari 30 tahun

Pengalaman diambil dari keturunan yang mempunyai reputasi baik dalam masyarakat

1. Tidak mempunyai pendidikan dalam kesehatan ibu 2. Tidak mempunyai peralatan yang canggih

Simpang Jalan Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak Peran Dukun Kampung Gayo dalam Kesehatan Ibu

44 Bab 3 Penyedia Layanan Kesehatan Ibu Positif (+) Negatif (-)

Bidan Desa 1. Mempunyai pendidikan tentang kesehatan ibu

2. Mempunyai peralatan yang canggih 1. Tidak bisa berbahasa daerah setempat 2. Tidak mengetahui dan memahami tradisi masyarakat setempat 3. Tidak mempunyai kegiatan yang sama dengan masyarakat setempat sehingga interaksi sosial terbatas 4. Bukan berasal dari masyarakat setempat 5. Pengalaman baru 3 tahun 6. Masih muda

Berdasarkan uraian tersebut di atas tampak bahwa salah satu faktor rendahnya ANC dan persalinan oleh tenaga kesehatan di Kabupaten Gayo Lues disebabkan karena tingginya tingkat kepercayaan masyarakat terhadap dukun kampung dan rendahnya tingkat kepercayaan masyarakat terhadap bidan desa. Untuk menangani hal tersebut, berbagai unsur yang terlibat dalam kesehatan ibu perlu diperhatikan seperti dukun kampung, bidan desa, masyarakat, dan pemerintah. Di antara unsur-unsur tersebut, pemerintah merupakan unsur penggerak di antara unsur-unsur yang lain agar kesehatan ibu di Kabupaten Gayo Lues dapat meningkat.

Simpang Jalan Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak Peran Dukun Kampung Gayo dalam Kesehatan Ibu

45

Bab 3

Saran

Masyarakat sebagai sasaran mempunyai kedekatan dengan dukun kampung karena dukun kampung tersebut telah menjadi bagian dari masyarakat setempat. Sementara itu, bidan desa yang ditugaskan secara khusus oleh pemerintah untuk membawa perubahan kesehatan dalam masyarakat, harus berbaur dengan masyarakat yang mempunyai pandangan yang berbeda dengannya mengenai kesehatan. Oleh sebab itu, untuk mencapai tujuan yang sama, perlu perlu adanya dialog antara dua belah pihak agar keinginan masing-masing dapat dicapai. Dialog tersebut dilakukan dengan cara pendekatan dalam waktu yang rutin, kontinu, dan panjang.

Langkah pertama dalam pendekatan tersebut dimulai dengan cara meminimalisasi nilai negatif yang dimiliki oleh dukun kampung dan bidan desa. Dukun kampung yang tidak mempunyai pendidikan dan pengetahuan tentang kehamilan, risiko kehamilan, dan persalinan yang aman dan bersih seperti yang diperoleh oleh bidan desa, hendaknya diberikan pengetahuan tersebut. Begitu pula sebaliknya, bidan desa hendaknya juga mempelajari nilai-nilai positif yang dimiliki dukun kampung agar bisa diterima oleh masyarakat setempat, seperti mengetahui dan memahami ritual masyarakat setempat, bisa berbahasa masyarakat setempat, dan sering melakukan interaksi sosial dengan masyarakat setempat. Bagaimana cara berinteraksi sosial dengan masyarakat setempat agar bisa diterima dengan baik mungkin perlu menjadi salah satu mata kuliah wajib dalam pendidikan kebidanan. Hal ini dilakukan karena bidan bekerja dalam sektor jasa dan pengabdian masyarakat.

Daftar Pustaka

Bahry R. 2009. Kamus Umum Bahasa Gayo-Indonesia. Blangkejeren: Pemerintah Kabupaten Gayo Lues.

Emzir. 2011. Metodologi Penelitian Kualitatif; Analisis Data. Jakarta: PT.

Simpang Jalan Pelayanan Kesehatan Ibu dan Anak Peran Dukun Kampung Gayo dalam Kesehatan Ibu

46

Bab 3

Faisal, Sanapiah. 1990. Penelitian Kualitatif; Dasar-dasar dan Aplikasi. Malang: YA3.

Foster, dan Anderson. 2011. Antropologi Kesehatan. Jakarta: UI-Press. Melalatoa. 1982. Kebudayaan Gayo. Jakarta: PN Balai Pustaka.

Ratna, Nyoman Kutha. 2010. Metodologi Penelitian; Kajian Budaya dan Ilmu

Sosial Humaniora Pada Umumnya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Soerachman, Rachmalina. 2009. Studi Kejadian Kesakitan dan Kematian

pada Ibu dan Bayi yang Melakukan Budaya Sei di Kabupaten Timor Tengah Selatan, Nusa Tenggara Timur. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (belum dipublikasikan).

Tantawi I, S. Buniyamin. 2011. Pilar-Pilar Kebudayaan Gayo Lues, Medan: Usupress.

Wiradnyana, Ketut, dan Taufikurrahman Setiawan. 2011. Merangkai Identitas Gayo. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia.

_______ _. 2008. Asuhan Persalinan Normal dan Inisiasi Menyusu Dini. Jakarta: Jaringan Nasional Pelatihan Klinik.

________. 2008. Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar Provinsi Nanggroe Aceh

Darussalam Tahun 2007. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan.

________. 2010. LaporanNasionalRisetKesehatanDasar2007. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan.

________. 2011. Gayo Lues dalam Angka 2011. Gayo Lues: Badan Pusat Statistik (BPS).

________. 2011. Profil Kesehatan Provinsi Aceh. Banda Aceh: Dinas Kesehatan Provinsi Aceh.

47

Pendahuluan

B

agi orang luar di Pulau Seram, Maluku, tidak banyak yang kenal dengan sebutan negeri Ita Wotu Nusa. Sebutan ini merupakan upaya

mengidentifikasi diri masyarakat Seram Timur setelah secara administratif

terpisah dari Kabupaten Maluku Tengah berdasarkan UU Nomor 40,

pasal 9, tahun 2003. Secara harafiah kata Ita artinya kita, Wotu adalah membangun, dan Nusa untuk menyebut pulau. Jadi kata ita wotu nusa

dimaknai secara bebas sebagai kita adalah pembangun negeri.