• Tidak ada hasil yang ditemukan

Bab 3. Budi Pekerti Luhur Dalam Kehidupan

C. Hidup Dalam Kebersamaan

Manusia bukanlah makhluk individual, ia tidak bisa hidup sendirian. Sebagai makhluk sosial manusia hidup bersama manusia lainnya beserta alam sekitarnya.

Sungguh budi luhur pribadi akan benar-benar teruji dalam mempraktikkannya dalam kehidupan bersama. Kehidupan bersama (kehidupan sosial) terdiri dari hubungan dan gabungan antar manusia. Sistem sosial itu memiliki struktur tertentu yang memiliki kelembagaan, status-keanggotaan, cakupan, bentuk-bentuk hubungan, dan nilai-nilai bersama baik alamiah maupun yang disepakati. Kehidupan sosial dengan batasan-batasan kebersamaannya bersama faktor alam sekitar membentuk lingkungan sosial.

Dalam lingkungan sosial manusia menggunakan nilai budi luhur pribadi untuk bersikap, sesuai norma-norma (adat-tradisi, aturan, hukum, keagamaan, budaya) yang berlaku. Aktivitas kehidupan sosial menjadi tempat untuk belajar mempraktikkan nilai-nilai Budi Luhur Kehidupan kebersamaan. Sembari kita menjalani hidup bersama saat itu pula kita bergelut demi menggapai harapan dan tujuan kehidupan, menuju KEBENARAN dan DAMAI dalam kehendak Tuhan Yang Maha Benar.

Lima jalan perilaku berbudi pekerti luhur sosial ketulusan, kemandirian berbakti, welas asih-memberi, kecintaan dan damai yang harus dilalui sekaligus menjadi tujuan dalam kehidupan sosial kita, kedamaian itu sendiri. Perilaku dan perbuatan berbudi pekerti luhur kita praktikkan dalam berbagai aktivitas

menjadi nilai-nilai kehidupan sosial, antara lain : Norma keramahtamahan, norma penghidupan (bekerja), adat dan kepedulian, gotong royong dan kebersamaan (toleransi).

1. Ramah-tamah Keseharian

Tradisi sosio-kultural masyarakat Indonesia yang khas, salah satunya adalah etika beramah-tamah, warisan leluhur menumbuhkan budi pekerti luhur. Budi pekerti luhur itu mencakup perilaku kebajikan:

a. Sopan Santun

■ Etika ramah-tamah. Kebiasaan senyum, salam, dan sapa dilakukan dengan tulus;

■ Ketulusan. Berbuat baik tak sekedar membalas kebaikan tetapi justru teruji ketika menghadapi situasi sebaliknya. Ketulusan menjaga martabat orang lain, meminta maaf dan memaafkan orang lain. Memperbaiki dampak kesalahan sendiri maupun dampak kesalahan orang lain.

■ Berbagi. Kemauan memberi kepada yang kurang mampu. Meringankan orang yang memikul beban berat atau tertimpa musibah.

■ Rendah hati. Kelebihan tidak untuk disombongkan, Gunakanlah semua keberlimpahan diri untuk meningkatkan kewajiban membantu, berempati dan mencerahkan orang yang membutuhkan di sekitar kehidupan, dan

■ Ramah Lingkungan. Berperilaku ramah terhadap alam, bersikap memelihara dan memulihkan, bukan sekedar menguras sumber dayanya. Kehidupan sangat bergantung kepada alam, lingkungan yang tidak sehat merusak kehidupan, kerusakan alam mengancam masa depan kehidupan.

b. Kerja Keras Dan Kerja Cerdas

Hidup harus menafkahi baik diri sendiri maupun keluarga dengan kerja keras, belajar ketulusan dan ketabahan. Akal sehat, kecerdasan, kreativitas dan keuletan sangat kita perlukan. Bagian-bagian sikap kerja keras dengan kebenaran:

■ Potensi. Kenalilah potensi diri, berpikir positif terhadap diri sendiri. Optimis, selalu tanya: Saya bisa melakukan apa;

■ Kemauan. Segerakan jangan menunda. Budayakan upaya keras pantang menyerah. Belajarlah sambil melakukannya agar senantiasa melakukan sebaik yang kita bisa.

■ Ketabahan. Resiko dan kegagalan adalah tantangan. Hadapilah kegagalan demi kegagalan dengan mengambil pelajaran dari pengalaman. Tabah dengan hasil yang lebih kecil.

■ Mandiri. biasakan memanfaatkan potensi diri semaksimal mungkin. Buanglah impian besar yang lebih bergantung pada orang lain di luar kendali diri;

■ Berpikir kritis. “Tenaga kalah dibandingkan cara.” Pekerjaan yang bertumpu pada tenaga melelahkan, kecerdasan berpikir tingkat tinggi sangat perlu untuk pemecahan masalah.

■ Kreativitas. Katakan selalu: seharusnya banyak cara, metode dan jalan membuat sesuatu lebih mudah, lebih efisien, dan efektif. Terutama biasakan memikirkan hal-hal di luar kebiasaan.

■ Kerja Sama. Itu Keharusan. Satu aspek pekerjaan selalu terkait dengan bidang yang berbeda-beda. Kita harus aktif mencari mitra yang sesuai dan memelihara kemitraan. Bangun jaringan kemitraan yang lebih luas, utamakanlah berkolaborasi dengan orang-orang berbeda potensi dan kemampuan.

■ Hargai Prestasi. Setiap keberhasilan sekecil apa pun patut dipelihara dan disyukuri. Prestasi demi membangun prestasi yang lebih besar. Jangan cepat puas diri. Di atas langit masih ada langit.

■ Berbakti. Hasil jerih payah kita sebagian disisihkan untuk hidup bersama, berbelas kasih, mencintai sesama. Sebagian lagi adalah menegakkan kewajiban menyembah Pencipta untuk berterima kasih, serta bermohon kemurahannya.

■ Hidup Sederhana. seperlunya, sebutuhnya, secukupnya, dan sepantasnya juga bentuk dari rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa. (www.psycologytoday.

com)

c. Peduli Sesama

Tradisi kepedulian terhadap sesama telah menjadi bagian pola hidup keseharian sejak dari dahulu, menumbuhkan budi pekerti luhur.

■ Ketulusan. Kepedulian itu akan muncul ketika di dalam diri kita terdapat empati. Pada saat menemukan orang lain menghadapi masalah maka sikap berbudi luhur akan mendorong kita spontan berempati. Kepedulian sering tidak tulus, tertutupi oleh sikap transaksional perbuatan yang bersyarat (baik terus terang atau terselubung) bahkan berpura-pura terlihat mirip kepedulian.

Seseorang yang memiliki hati tulus dan kemampuan berempati (dapat merasakan getar hati orang lain) dengan mudah mengetahui jika ada udang dibalik batu.

■ Berbakti. Kebersamaan dilandasi berbakti terhadap lembaga sosial menuntun kita senantiasa bertanggung jawab menunaikan tugas dan kewajiban kita dalam lembaga sosial (komunitas) di mana kita berada. Kita memikul

Nasehat Kehidupan

Kita melakukan hal baik tidaklah berhitung dari untung rugi ekonomis. Tetapi lebih

sesuai kemampuan kita berkontribusi.

Pengorbanan hal-hal pribadi untuk kepentingan bersama merupakan asas dari kepedulian.

■ Suka Menolong. Rasa suka artinya tidak terbebani. Menolong sudah menjadi sifat naluri manusia berbudi pekerti luhur. Ada rasa puas, cinta dan rasa tenang damai dapat membantu orang lain yang membutuhkan. Bagaimana dengan dirimu? Di sekolah ataupun ketika beraktivitas di luar pasti kamu sering menemukan permasalahan orang lain. Dua kemungkinan; berpikir untuk memberi pertolongan atau mendiamkan, atau malah menghindarinya?

■ Kemanusiaan. Rasa kemanusian harus dikedepankan sebagai bukti ketulusan. Rasa kemanusiaan tidak boleh dibatasi ego diri atau kelompok, bahkan didahulukan dalam hukum dan keadilan. Penegak hukum misalnya, membebaskan manusia lemah yang melanggar hukum karena alasan tidak tega menimpakan beban yang lebih berat lagi. Rasa kemanusian sebagai sesama ciptaan Tuhan, mengatasi semua pembatasan. Menolong yang membutuhkan sekalipun tak kenal, pada keadaan musibah, bencana, sekalipun di luar komunitas/ lingkup diri kita, di daerah lain bahkan negara berbeda.

■ Tanggap bencana. Peristiwa bencana alam besar sering terjadi di Indonesia, letusan gunung berapi, gempa bumi, tsunami dan banjir. Di tahun 2020 Indonesia dan dunia dilanda bencana Pandemi Covid19. Dalam situasi bencana dan masa-masa pemulihan setelah bencana sangat diperlukan kepedulian semua pihak atas dasar kemanusiaan, rela berkorban dan suka menolong.

Begitu banyak hal yang dapat dilakukan dalam situasi seperti itu, memberi sumbangan, membangun dapur umum, menjadi relawan evakuasi, pengumpul dana, menyalurkan bantuan dan sebagainya. Pembelajaran pendidikan tanggap bencana sangat penting untuk kesiagaan.

d. Gotong Royong

Gotong royong itu hebat. Sudah ada dan menjadi tradisi sejak dari zaman leluhur kita. Tapi sangat modern. Di dalamnya ada kerja sama dengan pola kerja tim dengan prinsip kolaborasi.

Gotong royong berasaskan kekeluargaan tanpa ada pamrih atau upah. Dengan gotong royong para leluhur bisa melakukan hal-hal yang hampir tidak masuk akal.

Nasehat Kehidupan

Aku mampu belajar menahan hawa nafsu dan mawas diri, mempraktikkan jalan hidup: tulus, hidup mandiri-berbakti, welas asih, cinta, damai. Agar diriku mendekat pada kehendak Tuhan Yang Maha Esa, Hidup di jalan Kebenaran-Nya.

Membangun irigasi yang sangat teratur, membuat rumah adat yang rumit dan besar, membangun benteng desa, dengan menggunakan teknik manual sederhana sesuai zamannya.

Gotong royong dilandasi sikap berbakti dalam mewujudkan kecintaan dan kedamaian. Perilaku gotong royong dilandasi beberapa prinsip di antaranya

■ Tulus dan Berbakti. Kita tidak selalu menilai tindakan dari keuntungan diri sendiri. Bermanfaat bagi orang lain, dan demi kebersamaan itu menyenangkan.

Kekeluargaan, Kebersamaan, Mengutamakan kepentingan umum, daripada kepentingan kelompok atau pribadi. Partisipasi atau keturutsertaan sangat penting baik yang kuat maupun yang lemah, semuanya bermanfaat.

■ Prioritas mendahulukan yang mendesak. Budaya gotong royong sangat melekat dengan masyarakat tradisional. Komunitas penghayat kepercayaan sebagai model pengemban ajaran para leluhur pastilah masih mempertahankan prinsip kegotongroyongan itu dengan ketat. Semua meninggalkan kepentingan pribadinya mengutamakan kesuksesan kegiatan bersama itu.

Kegiatan 3.1. Mari Bereksplorasi

Refleksikan sikap dan pemahamanmu

Berikan poin dari 0 (sangat tidak sesuai) sampai dengan 4 poin (sangat sesuai) pada kolom sesuai sikapmu!

No Pernyataan Budi Pekerti Poin

1 Masyarakat pedesaan agraris lebih sering bergotong royong dari pada masyarakat urban di kawasan kota industri 2 Bergotong royong membangun sikap berbakti pada kesatuan

dan kebersamaan tercermin pada upacara ritual penghayat 3 Sikap mementingkan diri sendiri, tidak suka

bergotong-royong bertentangan dengan sila “Persatuan Indonesia”

4 Gotong royong di Indonesia berasal dari Timur Tengah mulai berkembang setelah kerunTuhan Majapahit, 5 Nilai budi pekerti luhur yang ditumbuhkan melalui tradisi

gotong royong di antaranya berbakti dan suka menolong

Gambar 3.2. Tani Organik Parmalim membuat 30 Ton kompos padat

Sumber : Kemendikbud/ Marubat Sitorus (2017)

Kegiatan 3.2. Mari Bereksplorasi

1. Setelah memahami bentuk dan pola kegotongroyongan, kumpulkan informasi terkait bentuk-bentuk kegotongroyongan yang terdapat dalam tradisi masyarakat di daerahmu. Tuliskan pokok-pokoknya.

2. Bandingkan Intensitas dan jenis kegiatan kegotongroyongan yang ada di antara masyarakat agraris pedesaan dengan masyarakat urban (perkotaan). Faktor apa saja penyebab perbedaannya? (Kaitkan dengan budi pekerti, nilai spiritual, keragaman profesi)

3. Susunlah jawabanmu dalam tulisan esai singkat.

2. Toleransi Dalam Keberagaman

Keengganan kita menerima akan kenyataan perbedaan dan keragaman adalah bentuk awal penyangkalan kepada kebenaran. Nafsu menjadikan diri sendiri sebagai pusat tolok ukur kebenaran pola pikir, pandangan, tindakan menandakan budi pekerti yang kita peragakan masih terikat pada keinginan-keinginan menjadikan diri sendiri (kelompok) sebagai ukuran kebenaran. Kebenaran yang kita yakini tidaklah mutlak, artinya masih memiliki kemungkinan kurang dan lebih.

Toleransi dalam keberagaman sesungguhnya tiada lain dengan mengalah dalam Kejujuran, keikhlasan dan kerendahan hati. Toleran artinya longgar, menerima tidak sesuai pada satu prinsip yang kita yakini sebelumnya, menyangkut ukuran nilai, syarat dan sekat nilai, pada batas ambang lebih atau kurang.

Dengan adanya keluwesan, tidak kaku, tidak selalu menganggap harga mutlak memungkinkan kita dapat sungguh-sungguh lepas dari sekat perbedaan, bersama dalam keberagaman. Ditingkat keluarga, dan masyarakat dari mulai komunitas-komunitas kecil bertetangga, satu kaum, satu daerah atau suku, satu bangsa dan satu bumi (keberagaman global).

Menumbuhkan sikap toleransi dalam diri kita perlu membiasakan diri :

1. Nilai yang berbeda itu lazim, tetapi selalu ada persamaannya, jalan tengah, atau nilai ambang batas toleransinya.

2. Kebenaran bukan milik pribadi, kelompok atau golongan, kebenaran pastilah bersifat semesta, besar dan harus dapat berlaku diterima umum/universal.

3. Membuka diri dalam pergaulan yang luas dengan individu yang beragam.

4. Tunduk kepada nilai-nilai universal kemanusiaan yang bermartabat 5. Menjunjung tinggi kesamaan hak dan derajat di depan hukum negara.

6. Kebenaran tidak dapat dibela dengan mencederai kebenaran lainnya.

7. Mengalah bukan berarti kalah, melainkan bijaksana.

Kita menerapkan toleransi mulai dari dimensi kemanusiaan diri, keluarga, kerabat dan lingkup komunitas sosial, hingga berbangsa dan bernegara. Etika budi luhur menjunjung tinggi adanya aturan komunitas yang disepakati bersama demi kedamaian.

Indonesia yang sangat majemuk ini harus dijaga dan dirawat bersama.

Salah satunya dengan sikap toleransi seluruh elemen bangsa. Semua rakyat Indonesia mengaku memiliki kebudayaan dan adab yang tinggi dan berbudi luhur.

Semua memiliki agama dan kepercayaan yang juga mengajarkan kebaikan dan menghormati sesamanya. Toleransi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara juga dilandasi menerima kenyataan diri sebagai bagian dari rumah besar Negara Kesatuan Republik Indonesia. Kesadaran ke-Indonesiaan kita menerima norma dan aturan bersama, semua individu dan komunitas di dalamnya harus tunduk dan berlindung pada hukum, aturan dan norma Indonesia; Empat pilar berbangsa dan bernegara Indonesia adalah : 1) Pancasila, 2) UUD 1945, 3) Bhinneka Tunggal Ika, dan 4) NKRI.

Akhir-akhir ini marak terjadi aksi-aksi tidak toleran (intoleran) di negeri ini. Sikap intoleran diawali dengan limpahan pemikiran dan ucapan mementingkan kelompok, golongan atau komunitas. Lebih memilukan lagi sikap intoleran itu dengan sengaja disebarluaskan dengan cepat. Menghasut sesamanya dengan membakar semangat

Kegiatan 3.3. Mari Bereksplorasi Berdasarkan uraian di atas,

1. Carilah bentuk-bentuk peristiwa toleransi dalam lingkup berbangsa dan bernegara (misalnya toleransi keberagaman agama dan kepercayaan) 2. Kemukakanlah faktor-faktor pemicu maraknya peristiwa intoleransi dan

anarkisme akhir-akhir ini (Kaitkan dengan budi pekerti, nilai spiritual, kemajuan teknologi).

3. Kemukakan langkah-langkah yang perlu mengantisipasi agar dirimu terhindar dari sikap dan tindakan intoleran dan anarkisme.

4. Susunlah jawabanmu dalam tulisan esay singkat.

Kaitkan jawabanmu dengan kegiatan kalian mewujudkan perilaku nyata berbudi pekerti luhur dalam kehidupan sehari-hari. Untuk itu Gunakan lembar kegiatan Mari Bereksplorasi Berbuat Kebajikan hal. (85) untuk membuat kegiatan terjadwal berbuat kebajikan secara nyata. Dan Untuk mengetahui tingkat pemahaman dan perkembangan sikap diri kalian masing-masing, renungkan butir-butir sikap pada daftar refleksi.