• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

2.3 Gangguan Elektrolit

2.3.2 Gangguan Keseimbangan Kalium

2.3.2.2 Hiperkalemia

Disebut hiperkalemia bila kadar kalium dalam plasma lebih dari 5 mEq/L.

Dalam klinis ditemukan gejala akibat gangguan konduksi listrik jantung, kelemahan otot sampai dengan paralisis sehingga pasien merasa sesak napas.

Gejala ini timbul pada kadar K > 7 mEq/L atau kenaikan yang terjadi dalam waktu cepat. Dalam keadaan asidosis metabolik dan hipokalsemi, mempermudah timbulnya gejala klinik hiperkalemia (Setiati et al., 2014).

1.4 FAKTOR SOSIODEMOGRAFI IBU

Demografi adalah ilmu yang mempelajari persoalan dan keadaan perubahan penduduk yang berhubungan dengan komponen-komponen perubahan tersebut seperti kelahiran, kematian, migrasi sehingga menghasilkan suatu keadaan dan komposisi penduduk menurut usia dan jenis kelamin tertentu (Lembaga Demografi FE UI, 2000). Dalam pengertian yang lebih luas, demografi juga memerhatikan berbagai karakteristik individu maupun kelompok yang meliputi karakteristik sosial dan demografi, karakteristik pendidikan dan karakteristik

ekonomi. Karakteristik sosial dan demografi meliputi: jenis kelamin, usia, status perkawinan, dan agama. Karakteristik pendidikan meliputi: tingkat pendidikan.

Karakteristik ekonomi meliputi jenis pekerjaan, status ekonomi dan pendapatan (Mantra, 2000). Faktor sosiodemografi ibu yang mempengaruhi terjadinya diare ialah tingkat pendidikan ibu, status bekerja ibu, dan usia ibu (Arimbawa et al., 2016).

2.4.1 Tingkat Pendidikan Ibu

Pendidikan merupakan suatu hal yang penting, semakin tinggi pendidikan seseorang diharapkan mampu menjadikan seseorang untuk selalu melaksanakan sesuatu yang sifatnya penting untuk diri sendiri maupun orang di sekitarnya (Mahyudi, 2013). Tingkat pendidikan yang tinggi pada seseorang akan membuat orang tersebut lebih berorientasi pada tindakan preventif, memiliki status kesehatan yang lebih baik dan mengetahui lebih banyak tentang masalah kesehatan (Susana et al., 2015). Pendidikan seseorang yang tinggi memudahkan orang tersebut dalam penerimaan informasi, baik dari orang lain maupun media massa. Banyaknya informasi yang masuk akan membuat pengetahuan tentang penyakit diare semakin bertambah (Notoatmodjo, 2010). Seorang ibu yang berpendidikan tinggi akan memiliki pengetahuan yang lebih tentang sanitasi lingkungan dan penatalaksanaan diare pada balita dibandingkan dengan ibu yang pendidikannya lebih rendah (Kemenkes RI, 2015). Menurut penelitian, kelompok ibu dengan status pendidikan menengah ke atas mempunyai kemungkinan 1,25 kali memberikan cairan rehidrasi oral dengan baik pada balita di banding dengan kelompok ibu dengan status pendidikan SD ke bawah. Diketahui juga bahwa pendidikan merupakan faktor yang berpengaruh terhadap mobiditas dan mortalitas balita (Siauta, 2015).

2.4.2 Status Bekerja Ibu

Pekerjaan adalah suatu rangkaian tugas yang dirancang untuk dikerjakan oleh satu orang dan sebagai imbalan akan diberikan upah dan gaji menurut kualifikasi dan berat ringannya pekerjaan tersebut. Kehidupan ekonomi keluarga akan lebih baik pada keluarga dengan ibu bekerja jika dibandingkan dengan keluarga yang hanya menggantungkan kehidupan ekonominya pada kepala keluarga atau ayah.

Menurut penelitian, ibu yang bekerja kurang memerhatikan kondisi balitanya, sebab waktu di habiskan banyak di luar rumah sehingga anak dititipkan pada orang lain yang mana pola asuhnya tidak diketahui dengan jelas (Siauta, 2015).

2.4.3 Usia Ibu

Usia merupakan bagian dari penentu perilaku ibu dalam bertindak menangani diare balita (Notoatmodjo, 2010). Pada dasarnya semakin bertambah usia seseorang, maka akan semakin bertambah kedewasaan dan semakin banyak menyerap informasi. Pengetahuan yang baik dipengaruhi oleh informasi yang diterima dan faktor pengalaman. Penyerapan pengetahuan melalui pengalaman ini berdasarkan pada pengamatan terhadap gejala-gejala yang timbul melalui tanggapan panca indera manusia. Seseorang yang telah lama hidup tentunya telah mengalami banyak hal dan memperoleh berbagai informasi yang akan menambah pengetahuannya (Novrianda et al., 2014).

2.5 KERANGKA TEORI

Gambar 2.5 Kerangka teori.

Faktor Sosiodemografi Ibu a. Tingkat Pendidikan Ibu b. Status Bekerja Ibu

c. Usia Ibu Kejadian Diare

pada Balita

Gangguan Elektrolit Tatalaksana Diare

Etiologi:

a.Virus b.Protozoa c.Bakteri d.Helminth

Dehidrasi

Faktor Perilaku Faktor Lingkungan

2.6 KERANGKA KONSEP

Ket : Diteliti Tidak Diteliti

Gambar 2.6 Kerangka konsep.

2.7 HIPOTESIS

a. Ada hubungan antara tingkat pendidikan ibu dengan dehidrasi pada balita penderita diare.

b. Ada hubungan antara tingkat pendidikan ibu dengan gangguan elektrolit pada balita penderita diare.

c. Ada hubungan antara status bekerja ibu dengan dehidrasi pada balita penderita diare.

d. Ada hubungan antara status bekerja ibu dengan gangguan elektrolit pada balita penderita diare.

Faktor Sosiodemografi Ibu a. Tingkat Pendidikan Ibu b. Status Bekerja Ibu c. Usia Ibu

Variabel Independen Variabel Dependen Dehidrasi pada Penderita Diare Gangguan Elektrolit pada Penderita Diare Penatalaksanaan Diare

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 RANCANGAN PENELITIAN

Penelitian ini adalah penelitian yang bersifat analitik observasional dengan pendekatan cross sectional, yaitu dengan mengambil sampel penderita diare yang mengalami dehidrasi dan tanpa dehidrasi. Hubungan antara variabel yaitu faktor sosiodemografi ibu dengan dehidrasi dan gangguan elektrolit pada penderita diare, ditentukan berdasarkan data yang dikumpulkan dari rekam medis Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan pada Januari 2017 – Desember 2018.

3.2 LOKASI PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan yang berlokasi di Jl. Bunga Lau No. 17, Medan. Lokasi ini dipilih sebagai tempat penelitian oleh karena merupakan salah satu rumah sakit pendidikan di Sumatera Utara.

3.3 POPULASI DAN SAMPEL PENELITIAN 3.3.1 Populasi

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian yang diteliti dan telah memenuhi kriteria yang ditetapkan oleh peneliti. Populasi target pada penelitian ini adalah balita yang menderita diare. Populasi terjangkaunya adalah balita yang tercatat dengan diare di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan selama periode Januari 2017 – Desember 2018.

3.3.2 Sampel

Sampel penelitian yang diambil merupakan subjek dari populasi yang dipilih dan telah memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi.

Kriteria Inklusi

1. Pasien anak berusia 1 bulan – 5 tahun.

2. Pasien diare dengan diagnosis gastroenteritis.

Kriteria Eksklusi

1. Data pendidikan dan status bekerja ibu di rekam medis yang tidak lengkap Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini adalah secara consecutive sampling. Teknik tersebut dipilih oleh karena proses pengumpulan data pada penelitian ini dengan mengambil data dari hasil rekam medik pasien yang berkunjung ke Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan pada tahun 2017-2018.

Pada penelitian ini, besar sampel dihitung berdasarkan metode penelitian yang dipakai yaitu uji hipotesis terhadap 2 kelompok independen (Sastroasmoro and Ismael, 2014). Maka rumus yang dipakai adalah:

n1= n2 = ( √ √( ))

( ) (3, 1)

Keterangan:

n1,n2 = banyaknya sampel penelitian Zα = deviat baku alfa = 1,96 Zβ = deviat baku beta = 0,84

P2 = proporsi pada kelompok yang nilainya merupakan clinical judgement = 0,3

Q2 = 1 – P2 = 0,7

P1 = proporsi dehidrasi pada kelompok standar = 0,6 Q1 = 1 – P1 = 0,4

P1 – P2 = selisih proporsi yang dianggap bermakna = 0,3 P = proporsi total = ½ (P1Q1) = 0,12

Q = 1 – P = 0,88

(P1 diperoleh dari penelitian Christy, 2014).

Berdasarkan perhitungan diatas, diperoleh besar sampel untuk tiap kelompok sebanyak 37 orang.

3.4 METODE PENGUMPULAN DATA

Jenis data yang digunakan adalah data sekunder yang diperoleh dari rekam medis di Rumah Sakit Umum Pusat Haji Adam Malik Medan pada tahun 2017 – 2018.

3.5 DEFINISI OPERASIONAL

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah dehidrasi dan gangguan elektrolit pada penderita diare sebagai variabel dependen serta faktor sosiodemografi ibu sebagai variabel independen.

Definisi operasional untuk penelitian ini meliputi:

1. Dehidrasi pada penderita diare

a. Definisi : Keadaan berkurangnya volume cairan pada penderita diare.

b. Cara ukur : Observasi c. Alar ukur : Rekam medis d. Hasil ukur : 1) Dehidrasi

2) Tanpa Dehidrasi e. Skala ukur : Nominal

2. Gangguan elektrolit pada penderita diare

a. Definisi : Penderita diare dengan elektrolit:

(i) Hiponatremia (Na < 135 mEq/L) (ii) Hipernatremia (Na >145 mEq/L) (iii)Hipokalemia (K <3,5 mEq/L) (iv) Hiperkalemia (K >5 mEq/L) b. Cara ukur : Observasi

c. Alat ukur : Rekam medis

d. Hasil ukur : 1) Gangguan elektrolit 2) Tidak gangguan elektrolit e. Skala ukur : Nominal

3. Faktor sosiodemografi ibu : Terdiri dari tingkat pendidikan, status bekerja, dan usia ibu yang mempengaruhi kejadian diare balita.

1) Tingkat pendidikan ibu

a. Definisi : Pendidikan formal terakhir yang sedang atau pernah dicapai oleh subjek. Dengan kriteria :

(i) SD (ii) SMP (iii)SMA

(iv) Perguruan Tinggi

Dikelompokkan menjadi ≤ 9 tahun (i dan ii) dan >

9 tahun (iii dan iv) b. Cara ukur : Observasi

c. Alat ukur : Rekam medis d. Hasil ukur : 1) ≤ 9 tahun

2) > 9 tahun e. Skala ukur : Nominal 2) Status bekerja ibu

a. Definisi : Kegiatan pokok ibu yang dilakukan setiap hari untuk memperoleh upah/gaji.

b. Cara ukur : Observasi c. Alat ukur : Rekam medis d. Hasil ukur : 1) Bekerja

2) Tidak bekerja e. Skala ukur : Nominal

3) Usia ibu (Tidak tercantum di rekam medis)

3.6 ANALISIS DATA

Pada penelitian ini, data yang telah dikumpulkan akan dianalisis dengan sistem komputerisasi menggunakan program perangkat lunak statistik. Analisis data meliputi:

1. Analisis Univariat

Analisa univariat dimaksudkan untuk memperoleh gambaran dehidrasi dan gangguan elektrolit terhadap tingkat pendidikan ibu, status bekerja ibu, dan usia pada balita penderita diare. Data disajikan dalam bentuk tabel frekuensi.

2. Analisis Bivariat

Analisa bivariat dimaksudkan untuk mengetahui hubungan antara variabel independen dan variabel dependen dengan menggunakan uji chi square, dasar keputusan penerimaan hipotesis berdasarkan tingkat signifikan dengan nilai p < 0,05. Bila syarat chi square tidak terpenuhi, dilakukan analisis dengan uji fischer-exact.

3. Analisis Multivariat

Analisa ini bertujuan untuk mengetahui besar pengaruh seluruh variabel independen terhadap variabel dependen serta dapat mengetahui faktor yang paling berpengaruh terhadap dehidrasi dan faktor yang paling berpengaruh terhadap gangguan elektrolit pada balita penderita diare. Uji multivariat yang dilakukan yaitu uji regresi logistik.

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 DESKRIPSI LOKASI PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan di RSUP H. Adam Malik yang terletak di Jalan Bunga Lau, Kelurahan Kemenangan Tani, Kecamatan Medan Tuntungan, Kota Medan, Provinsi Sumatera Utara. RSUP H. Adam Malik Medan merupakan rumah sakit kelas A dengan SK Menkes No. 2233/Menkes/SK/XI/2011 yang memberikan pelayanan kedokteran spesialis dans subspesialis luas. rumah sakit ini menjadi pusat rujukan kesehatan untuk wilayah pembangunan A yang meliputi Provinsi Sumatera Utara, Aceh, Sumatera Barat dan Riau.

4.2 KARAKTERISTIK RESPONDEN

Besar sampel dalam penelitian ini adalah sebesar 74 pasien yang telah memenuhi kriteria inklusi dan ekslusi dengan 37 pasien mengalami dehidrasi dan 37 pasien tanpa dehidrasi pada balita penderita diare. Semua data sampel diambil dari data sekunder, yaitu rekam medis pasien lama dan pasien baru pada balita penderita diare dari Januari 2017 sampai Desember 2018. Karakteristik sampel penelitian dapat dilihat pada tabel 4.1.

Tabel 4.1 Karakteristik responden

No Karakteristik

Diare

Dehidrasi Tanpa Dehidrasi 1. Usia (bulan), n(%)

1 – 12 12 (32,4) 2 (5,4)

13 – 24 7 (18,9) 4 (10,8)

25 – 36 9 (24,3) 17 (45,9)

37 – 48 5 (13,5) 6 (16,2)

49 – 60 4 (10,8) 8 (21,6)

2. Jenis Kelamin, n(%)

4.3 HUBUNGAN SOSIODEMOGRAFI IBU DENGAN DEHIDRASI

Tabel 4.2 Hasil analisis hubungan sosiodemografi ibu dengan dehidrasi pada balita diare

Diare berdasarkan tingkat pendidikan ibu ditemukan pada kelompok pendidikan ibu > 9 tahun sebanyak 23 kasus (62,2%) dan diikuti dengan kelompok pendidikan ibu ≤ 9 tahun sebanyak 14 kasus (37,8%). Penelitian Christy (2014) juga mendapatkan kelompok pendidikan ibu > 9 tahun yang mengalami dehidrasi paling banyak sebesar 16 orang (53,3%). Hal ini tidak sejalan dengan teori yang menyatakan bahwa tingkat pendidikan yang tinggi pada seseorang akan membuat orang tersebut lebih berorientasi pada tindakan preventif, memiliki status kesehatan

yang lebih baik dan mengetahui lebih banyak tentang masalah kesehatan termasuk diare (Susana et al., 2015). Dengan pendidikan yang tinggi, maka tingkat kesehatan dan kesejahteraan akan semakin baik, sebaliknya seseorang dengan pendidikan yang rendah akan memiliki tingkat kesehatan dan kesejahteraan yang kurang baik (Depdikbud, 2009). Hasil penelitian ini dapat disebabkan oleh faktor lain yaitu sanitasi makanan (Hartati, 2018).

Dari hasil analisis menggunakan chi square, dapat diketahui bahwa hubungan tingkat pendidikan ibu dengan status dehidrasi pada balita penderita diare memiliki nilai p = 0,036 yang menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara tingkat pendidikan ibu dengan status dehidrasi pada balita penderita diare.

Hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan pendidikan merupakan hal yang penting jika berkaitan dengan informasi kesehatan (Olakunle, 2012). Pendidikan memengaruhi kesehatan dalam beberapa cara, yaitu pengetahuan dan perilaku kesehatan (Herwindasari, 2014). Pendidikan juga merupakan suatu faktor yang memengaruhi seseorang dalam menyerap dan memahami pengetahuan yang telah diperoleh. Semakin tinggi pendidikan ibu maka akan lebih mudah menerima pesan-pesan kesehatan dan cara-cara pencegahan penyakit yang dialami dalam hal ini penyakit diare dan dehidrasi diare. Serta semakin banyak informasi yang masuk, maka semakin banyak pula pengetahuan yang diperoleh, termasuk pengetahuan kesehatan (Christy, 2014).

Berdasarkan tabel 4.2, balita diare yang mengalami dehidrasi paling banyak berdasarkan status bekerja ibu ditemukan pada kelompok ibu yang bekerja sebanyak 26 kasus (70,3%) dan diikuti kelompok ibu yang tidak bekerja sebanyak 11 kasus (29,7%). Hal ini sejalan dengan teori yang menyatakan ibu yang bekerja tidak memiliki waktu yang cukup untuk mengurus balitanya (Wijaya, 2012).

Aktivitas atau pekerjaan yang dilakukan ibu di luar rumah, menjadikan kegiatan untuk mengasuh dan merawat balita terbatas dan memungkinkan balita diasuh oleh keluarganya dan pola asuh yang dilakukan kepada balita selain dari ibu balita akan membuat perubahan pada pola asuh yang diberikan kepada balita (Eka, 2016).

Dari hasil analisis menggunakan chi square, dapat diketahui bahwa hubungan status bekerja ibu dengan status dehidrasi pada balita penderita diare memiliki nilai p = 0,034 yang menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara status bekerja ibu dengan dehidrasi pada balita penderita diare. Penelitian Christy (2014) juga mendapatkan adanya hubungan antara status bekerja ibu dengan status dehidrasi pada balita penderita diare dengan nilai p = 0,01. Hal ini sesuai dengan teori yang menyatakan pekerjaan ibu dapat berpengaruh terhadap penatalaksanaan awal diare pada balita. Ibu yang bekerja menghabiskan waktu dengan anaknya rata-rata kurang dari 2,4 jam dibandingkan dengan ibu yang tidak bekerja dalam melakukan perawatan pada anak. Selain itu, ibu yang bekerja memiliki risiko penyakit yang lebih tinggi (Herwindasari, 2014).

Tabel 4.3 Hasil analisis multivariat status dehidrasi pada balita penderita diare

p value OR

Pendidikan ibu 0,039 3,836

1,069-13,764

Status Bekerja ibu 0,031 3,381

1,121-10,199

Usia balita 0,018 7,514

1,401-40,199 Berdasarkan tabel 4.3, dapat diketahui bahwa pendidikan ibu, status bekerja ibu, dan usia balita menjadi faktor yang signifikan terhadap dehidrasi diare. Usia balita menjadi faktor yang paling dominan terhadap dehidrasi balita penderita diare dengan nilai OR = 7,514. Usia yang mengalami dehidrasi pada diare paling banyak adalah 1 tahun sampai 2 tahun sebanyak 60% (Grandinata, 2019).

4.4 HUBUNGAN SOSIODEMOGRAFI IBU DENGAN GANGGUAN ELEKTROLIT

Tabel 4.4 Hasil analisis hubungan sosiodemografi ibu dengan dehidrasi pada balita diare

Diare

Berdasarkan tabel 4.4, balita diare yang mengalami gangguan elektrolit paling banyak berdasarkan tingkat pendidikan ibu ditemukan pada kelompok pendidikan ibu > 9 tahun sebanyak 43 kasus (78,2%) dan diikuti dengan kelompok pendidikan ibu ≤ 9 tahun sebanyak 12 kasus (21,8%). Dari hasil analisis menggunakan chi square, dapat diketahui bahwa hubungan tingkat pendidikan ibu dengan status elektrolit pada balita penderita diare memiliki nilai p = 0,086 yang menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara tingkat pendidikan ibu dengan status elektrolit pada balita penderita diare. Hal ini tidak sesuai dengan teori yang menyatakan bahwa seorang ibu yang berpendidikan tinggi akan memiliki pengetahuan yang lebih tentang penatalaksanaan diare pada balita agar terhindar dari gangguan elektrolit dibandingkan dengan ibu yang pendidikannya lebih rendah (Kemenkes RI, 2015).

Berdasarkan tabel 4.4, balita diare yang mengalami gangguan elektrolit paling banyak berdasarkan status bekerja ibu ditemukan pada kelompok ibu yang bekerja sebanyak 36 kasus (65,5%) dan diikuti dengan kelompok ibu yang tidak bekerja sebanyak 19 kasus (34,5%). Dari hasil analisis menggunakan chi square, dapat diketahui bahwa hubungan status bekerja ibu dengan status elektrolit pada balita

penderita diare memiliki nilai p = 0,029 yang menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara status bekerja ibu dengan status elektrolit pada balita penderita diare. Hal ini disebabkan karena ibu yang bekerja kurang memerhatikan kondisi balitanya, sebab waktu yang dihabiskan banyak di luar rumah sehingga anak dititipkan pada orang lain yang mana pola asuhnya tidak diketahui dengan jelas sehingga diare tidak tertangani dan jatuh kepada gangguan elektrolit (Siauta, 2015).

Tabel 4.5 Hasil analisis multivariat status elektrolit pada balita penderita diare

p value OR

Pendidikan ibu 0,047 0,267

0,073-0,980

Status bekerja ibu 0,129 2,450

0,769-7,804

Usia balita 0,109 5,952

0,671-52,765

Jenis kelamin balita 0,206 2,194

0,650-7,408 Berdasarkan tabel 4.5, hanya pendidikan ibu yang berhubungan signifikan dengan gangguan elektrolit sedangkan status bekerja ibu, usia balita, dan jenis kelamin balita tidak berhubungan signifikan dengan gangguan elektrolit.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 KESIMPULAN

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan pada penelitian mengenai hubungan faktor sosiodemografi ibu dengan dehidrasi dan gangguan elektrolit pada balita penderita diare, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Terdapat hubungan antara tingkat pendidikan ibu dengan dehidrasi pada balita penderita diare.

2. Tidak terdapat hubungan antara tingkat pendidikan ibu dengan gangguan elektrolit pada balita penderita diare. Namun, berdasarkan hasil multivariat tingkat pendidikan ibu berpengaruh signifikan terhadap gangguan elektrolit.

3. Terdapat hubungan antara status bekerja ibu dengan dehidrasi pada balita penderita diare.

4. Terdapat hubungan antara status bekerja ibu dengan gangguan elektrolit pada balita penderita diare. Namun, berdasarkan hasil analisis multivariat status bekerja ibu tidak berpengaruh terhadap gangguan elektrolit.

5.2 SARAN

Dari serangkaian proses penelitian yang telah dilakukan, maka dapat diberikan beberapa saran yang mungkin dapat bermanfaat bagi semua pihak yang terkait dalam penelitian ini. Adapun saran tersebut berupa:

1. Diharapkan kepada orang tua khususnya ibu untuk meningkatkan pengetahuan dan informasi mengenai tindakan preventif, sanitasi lingkungan, dan penatalaksanaan diare pada balita.

2. Diharapkan kepada orang tua khususnya ibu untuk memberikan pola asuh yang baik dengan meluangkan waktu yang cukup kepada balita agar balita terhindar dari masalah kesehatan termasuk diare.

3. Bagi RSUP H. Adam Malik Medan khususnya instalasi rekam medis agar memerhatikan kelengkapan dari data rekam medis. Kelengkapan data akan sangat membantu peneliti dalam melakukan penelitian yang berhubungan dengan pengambilan data rekam medis dan dalam mempelajari perjalanan penyakit pasien.

4. Diharapkan penelitian ini dapat memberikan informasi dan dapat dijadikan sebagai bahan acuan untuk penelitian selanjutnya.

DAFTAR PUSTAKA

Ahmad, M. S., Wahid, A., Ahmad, M., Mahboob, N. and Mehmood, R. 2016, 'Prevalence of Electrolyte Disorders Among Cases of Diarrhea with Severe Dehydration and Correlation of Electrolyte Levels with Age of the Patients', Journal of the College of Physicians and Surgeons Pakistan (JCPSP), vol. 26, no. 5, pp. 394–398, doi: 2322.

Amin, L.Z. 2015, „Tatalaksana Diare Akut‟, Countinuing Medical Education, vol.

42, no. 7, pp. 504-508.

Arimbawa, W., Dewi, K. A. T., and Ahmad, Z. B. 2016, „Hubungan Faktor Perilaku dan Faktor Lingkungan terhadap Kejadian Diare pada Balita di Desa Sukawati Kabupaten Gianyar Bali Tahun 2014‟, Directory of Open Access Journals (DOAJ), vol. 6, no. 1, pp. 8-15.

Canavan, A. and Arant, B. S. 2009, „Diagnosis and Management of Dehydration in Children‟, American Family Physician, vol. 80, no. 7, pp. 692–696.

Christy, M. Y. 2014, „Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Dehidrasi Diare pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Kalijudan‟, Jurnal Berkala Epidemiologi, vol. 2, no. 3, pp. 297-308.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia 2009, Epidemiologi Penyakit Diare pada Balita [Internet], accessed 06 April 2019, Available at:

http://aici.co.id/epidemiologi-penyakit-diare-pada-balita/

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan 2009, Rencana Strategi Departemen Pendidikan Nasional tahun 2010-2014, Jakarta.

Dinas Kesehatan Kota Medan 2016, Data dan Informasi Profil Kesehatan

Anak Balita di Indonesia (Analisis Lanjut Data Sdki 2012)‟, Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat, vol. 7, no. 1, pp. 64-72.

Grandinata, W. S., Bikin, W. S., and Suarca, Kadek 2019, „Hubungan antara dehidrasi dengan penurunan berat badan pada anak diare usia 1 sampai 5 tahun di ruangan kaswari dan poliklinik anak RSUD Wangaya kota Denpasar‟, Direcroy of Open Access Journals (DOAJ), vol. 10, no. 1, pp.

23-27.

Hardhi and Amin 2013, Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnose Medis, Media Action Publishing, Yogyakarta.

Hartati, Susi, and Nurazila 2018, „Faktor yang Mempengaruhi Kejadian Diare pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Rejosari Pekanbaru‟, Jurnal Endurance, vol. 3, no. 2, pp. 400-407.

Herwindasari, Erisa 2014. „Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu Dengan Penatalaksanaan Awal Diare Pada Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas Perumnas II Pontianak Tahun 2013‟, Jurnal Mahasiswa Fakultas Kedokteran Untan.

Ikatan Dokter Anak Indonesia 2009, Pedoman Pelayanan Medis, IDAI, Jakarta.

Kemenkes RI 2011, Situasi Diare di Indonesia, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.

Kemenkes RI 2015, Higiene dan Diare. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.

Kemenkes RI 2018, Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2017, Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.

Lembaga Demografi FE UI 2000, Dasar-Dasar Demografi, Lembaga Penerbit FE UI, Jakarta.

Longo, D. L. and Fauci, A. S. 2014, Harrison Gastroenterologi dan Hepatologi, Buku Kedokteran EGC, Jakarta, pp. 39-52.

Mahyudi 2013, „Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Diare Pada Anak Usia Sekolah di Wilayah Kerja Puskesmas Salatungo Kabupaten Soppeng‟, Jurnal Ilmiah Kesehatan Diagnosis ,vol. 3, no. 4, pp. 47-54, doi: 20013.

Mantra, I. B. 2000, Demografi Umum, Pustaka Pelajar, Jakarta.

Marcdante, K. J., Kliegman, R. M., Jenson, H. B. and Behrman, R. E. 2014, Nelson Ilmu Kesehatan Anak Esensial. 6th ed. Elsevier, Singapore, pp.

139-158.

Notoatmodjo, S. 2010, Konsep Perilaku dan Perilaku Kesehatan, Rineka Cipta, Jakarta.

Notoatmodjo, S. 2010, Pendidikan dan Perilaku Kesehatan, Rineka Cipta, Jakarta.

Notoatmodjo, S. 2010, Ilmu Perilaku Kesehatan, Rineka Cipta, Jakarta

Novrianda, D., Yeni, F., dan Asterina, „Hubungan Karakteristik Ibu dengan Pengetahuan tentang Penatalaksanaan Diare pada Balita‟, Ners Jurnal Keperawatan, vol. 10, no. 1, pp. 159-166.

Olakunle, J. M., O. Valentine U, A. S. Kamaldeen, and A. S. Muhammad Buhari 2012, „Assessment of Mother‟s Knowledge of Home Management of Childhood Diarrhea in A Nigerian Setting‟, International Journal of Pharmaceutical Research and Bio-science (IJPRBS), vol. 1, no. 4, pp.

168–184.

Pati, G. P. P., Rose, N. Dk., Hartantyo, I, and Soemantri, Ag. 2013, „Peran Ibu Terhadap Durasi Diare Akut Anak Umur 6-24 Bulan Selama Perawatan‟, Sari Pediatri, vo. 15, no. 1, pp. 56-60.

Riset Kesehatan Dasar 2013, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan 2013, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.

Riset Kesehatan Dasar 2019, Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan 2019, Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.

Sastroasmoro, S. and Ismael, S. 2014, Dasar-Dasar Metodologi Penelitian Klinis’. 5th ed. Sagung Seto, Jakarta, pp. 366-367.

Setiati, S., Alwi, I., Sudoyo, A. W., Simadibrata, M., Setyohadi, B., and Syam, A.

F. (eds), Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. 6th ed. Interna Publishing, Jakarta, pp. 1899 – 1908.

Setiati, S., Alwi, I., Sudoyo, A. W., Simadibrata, M., Setyohadi, B., and Syam, A.

F. (eds), Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. 6th ed. Interna Publishing,

F. (eds), Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. 6th ed. Interna Publishing,

Dokumen terkait