• Tidak ada hasil yang ditemukan

Berdasarkan pada telaah teori dan penelitian sebelunya bahwa Sebagai lembaga kuangan yang berbasis syariah, sudah seharusnya lembaga keuangan tersebut menggunakan pengukuran kinerja yang juga berbasis syariah, terutama harus terbebas dari riba (bunga), maysir (permainan kesempatan atau spekulasi) dan terbebas dari gharar ( ketidakpastiaan) dalam semua operasinya. Mengambil dan mengutip pemaparan (El-Hawary et. Al, 2007) menjelaskan bahwa pengaturan terkait perbankan syariah, belum sepenuhnya memperhitungkan keunikan yang ada di dalam bank syariah tersebut, termasuk pengaturan sistem penilaian kinerja.

Tuntutan kebutuhan manusia dikelompokkan berdasarkan pada tingkat kebutuhan dan skala prioritasnya, menurut Al-Ghazali ada tiga kategori tingkatan kebutuhan itu yaitu daruriyah (kebutuhan primer), hijiyah (kebutuhan sekunder), dan tahsiniyah/takmiliyyah (kebutuhan tersier) (Ismanto, 2016: 127). Al-Ghazali memanfaatkan konsep maqashid sebagai dasar bagi beberapa aturan dalam Islam. Maqashid syariah dikembangkan berdasarkan tiga faktor utama yaitu pendidikan individu, penciptaan keadilan dan pencapaian kesejahteraan, dimana tiga faktor ini sesuai dengan tujuan maqashid shariah yaitu mencapai kesejahteraan dan menghindari keburukan (Jaya, 1996 : 5).

Pengukuran dengan maqasid syariah index dapat digunakan untuk mengetahui sejauh mana tingkat pemenuhan nilai-nilai syariah yang dijalankan pada bisnis perbankan syariah dan teknik analisis data yang digunakan menggunakan uji beda ttest untuk menguji apakah terdapat perbedaan pada nilai maqasid syariah index atau tidak terdapat perbedaan pada nilai maqasid syariah index antara perbankan syariah Indonesia dan Pakistan pada tahun 2007-2016.

Perbankan syariah di Indonesia dan di Pakistan merupakan dua perbankan syariah di dunia yang saat ini sedang berkembang dengan pesat. Sebagai dua negara yang sama-sama tumbuh, perbankan syariah di Indonesia dan di Pakistan memiliki karakteristik yang berbeda misalnya dalam interpretasi madzhab (school of thought) yang dianut oleh kedua Negara (Ascarya, 2007). Hal ini akan berimplikasi pada dominasi akad dan produk yang terdapat pada perbankan syariah di kedua Negara. Perbedaan ini juga akan mempengaruhi nilai Maqasid Syariah Index (MSI) secara keseluruhan dan secara khusus. Oleh karena itu, maka hipotesis yang dibangun adalah sebagai berikut:

H1: Tidak ada perbedaan pada nilai maqashid syariah index (MSI) antara perbankan syariah Indonesia dan Pakistan tahun 2007-2016.

Tujuan syariah pendidikan individu menggambarkan sejauh mana perbankan syariah di Indonesia dan di Pakistan untuk mencapai nilai-nilai

kepatuhan syariah berupa pemberian edukasi dan pemahaman produk- produk perbankan syariah kepada masyarakat luas. Mohammedet al. (2008), menyatakan bahwa tujuan maqasid syariah pertama yaitu mendidik individu. Semakin tinggi anggaran perbankan syariah yang dialokasikan untuk mengembangkan pengetahuan, semakin tinggi perhatian perbankan syariah untuk mencapai tujuan mendidik individu dan teknik analisis data yang digunakan menggunakan analisis deskriptif untuk mengetahui nilai rasio kinerja yang paling tinggi untuk tujuan pertama pendidikan individu antara perbankan syariah Indonesia dan Pakistan tahun 2007-2016.

Dalam penelitian yang dilakukan Antonioet al. (2012) menemukan bahwa perbankan syariah di Yordania dan Indonesia menerapkan keberlanjutan perusahaan dari aspek pendidikan dengan menyumbangkan beasiswa dan sumbangan kepada masyarakat, serta penelitian. Dilihat dari annual report dari kedua Negara di Indonesia dan di Pakistan terdapat perbedaan jumlah anggaran yang disalurkan untuk penelitian, disumbangkan untuk biasiswa, disumbangkan kepada masyarakat, untuk pelatihan dan mengeluaran anggaran untuk publikasi.

Sementara itu Afrinaldi (2013) menyatakan bahwa semakin besar dana beasiswa dan biaya penelitian yang dikeluarkan bank syariah, menunjukkan bahwa bank syariah perhatian terhadap peningkatan pengetahuan masyarakat. Peningkatan dan pengembangan pengetahuan

sebagai salah satu unsur dari maqasid syariah untuk mengukur bagaimana pengaruh maqasid syariah index dalam mencapai tujuan mendidik individu. Berdasarkan keterangan diatas, maka dapat dikatakan bahwa mengembangkan pengetahuan adalah faktor penting yang memengaruhi maqasid syariah, sehingga hipotesis yang diambil yaitu:

H2: Perbankan syariah di Pakistan memiliki nilai rasio kinerja

maqasid syariah index paling tinggi untuk tujuan pertama pendidikan

individu antara perbankan syariah Indonesia dan Pakistan tahun 2007-2016 .

Tujuan syariah untuk menetapkan keadilan menggambarkan sejauh mana perbankan syariah di Indonesia dan di Pakistan mampu mencapai nilai-nilai syariah berupa keadilan kepada stakeholder dapat tercapai. Tujuan ini dideskripsikan dengan 3 pengukuran rasio yaitu rasio fair returns, rasio functional distribution dan rasio interest free product dan teknik analisis data yang digunakan menggunakan analisis deskriptif untuk mengetahui nilai rasio kinerja yang paling tinggi untuk tujuan kedua yaitu menetapkan keadilan antara perbankan syariah Indonesia dan Pakistan pada tahun 2007-2016. Antara dua negara yaitu negara di Indonesia dan di Pakistan memiliki karakteristik yang sama yang akan berimplikasi pada dominasi akad dan produk yang terdapat pada

perbankan syariah (Ascarya, 2007) seperti akad-akad bagi hasil atau jual beli. Oleh karena itu, hipotes kedua dirumuskan sebagai berikut:

H3: Perbankan syariah di Pakistan memiliki nilai rasio kinerja

maqasid syariah index paling tinggi untuk tujuan kedua yaitu

menetapkan keadilan antara perbankan syariah di Indonesia dan Pakistan tahun 2007-2016.

Kesejahteraan masyarakat menggambarkan sejauh mana perbankan di Indonesia dan di Pakistan mempu mencapai nilai-nilai syariah berupa hak-hak bank syariah terkat dengan kepentingan bank itu sendiri dan pemenuhan hak-hak bagi masyarakat. Tujuan tersebut dideskripsikan dengan tiga pengukuran rasio yaitu rasio profit ratios, rasio personal income, dan rasiol investment ratios in real sector (investasi pada sector riil). Semakin tinggi rasio-rasio tersebut semakin baik pula nilai pencapaian syariahnya dan teknik analisis data yang digunakan menggunakan analisis deskriptif untuk mengetahui nilai rasio kinerja yang paling tinggi untuk tujuan ketiga yaitu kepentingan masyarakat antara perbankan syariah Indonesia dan Pakistan pada tahun 2007-2016..

Sementara itu, penelitian dari Mohammad dan Shahwan (2013), menemukan bahwa kepatuhan perbankan terhadap syariah baik dari tujuan ekonomi islam untuk mensejahterakan masyarakat dan perbankan Islam, akan mengangkat posisi perbankan syariah yang luar biasa dari pelanggan

muslim dan non muslim. Tindakan mempromosikan seperti itu, maka prestasi kelembagaan harus dibuktikan oleh bank syariah melalui pemenuhan tujuan maqasid pada bank syariah. Industri perbankan syariah di Indonesia lebih menekankan pada sector riil, namun menurut Muhammad Iqbal (2017) saat ini, di negara Pakistan pada bulan maret pada tahun 2017 yang lalu, aset perbankan syariah mencapai US$17,9 miliar (Rp239,79 triliun) dan meningkat 16 persen dari periode yang sama tahun sebelumnya. Aset bank syariah saat ini sebesar 11,7 persen dari total aset perbankan. Perbankan syariah di negara Pakistan terbukti tumbuh seacara cepat dalam hal pembiayaan pada nasabah. Hal ini akan membentuk tujuan kepentingan masyarakat. Dengan demikia, hepotesis ketiga dapat dirumuskan sebagai berikut:

H4: Perbankan syariah di Indonesia memiliki nilai rasio kinerja

maqasid syariah index paling tinggi untuk tujuan ketiga yaitu

kepentingan masyarakat antara perbankan syariah di Indonesia dan Pakistan pada tahun 2007-2016.

BAB III

METODE PENELITIAN

Dokumen terkait