• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hasil penelitian yang dihasilkan dari pengolahan data SPSS dapat dihasilkan pengujian sebagai berikut :

1. Analisis Deskiptif

Statistik deskriptif ini menunjukkan gambaran umum objek penelitian yang dijadikan sampel penelitian. Dapat dilihat pada table 4.2 mengenai hasil analisis deskriptif sebagai berikut:

Tabel 4.2 Statistik Deskriptif

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

VAR000 03 80 16,76 97,31 48,1672 19,97148 Valid N (listwise) 80

Sumber: data sekunder diolah, 2017

Tabel 4.2 di atas menunjukkan bahwa jumlah pengamatan pada perusahaan yang terdaftar di dalam data statistik perbankan syariah pada bulan Desember 2015 yang telah diterbitkan OJK (Otoritas Jasa Keuangan) dan (Islamic Banks) yang terdaftar di dalam Islamic Bangking Bulletin (Islamic Bangking Department State Bank of Pakistan) pada bulan desember 2016, periode 2007-2016 . Mean atau rata-rata nilai maqasid syariah index 48,1672, nilai maqasid syariah index terendah (minimum) adalah 16,76 dan nilai maqasid syariah index tertinggi (maksimum) adalah 97,31. Dari data di atas dapat diketahui bahwa standar deviasi sebesar 19,97148 lebih kecil dari pada nilai rata-rata sebeasar 48,1672. Berarti nilai maqasid syariah index dalam kondisi baik.

2. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi variabel dependen dan independen atau keduanya mempunyai

distribusi normal atau tidak. Peneliti menggunakan Kolmogorov- smirnov untuk melakukan uji normalitas dengan nilai yang pasti. Adapun uji normalitas dapat dilihat pada table 4.3 berikut:

Tabel 4.3 Uji Normalitas

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Unstandardized Residual N 80 Normal Parametersa,b Mean ,0000000 Std. Deviation 19,59381685 Most Extreme Differences Absolute ,108 Positive ,108 Negative -,068 Kolmogorov-Smirnov Z ,966

Asymp. Sig. (2-tailed) ,308

a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.

Sumber: data sekunder diolah, 2017

Berdasarkan tabel 4.3 diatas diketahui bahwa data terdistribusi normal. Karena Kolmogorov-Smirnov sebesar 0,966 dan sebesar 0,308 lebih besar dari 0,05. Hal ini menunjukkan data residualnya terdistribusi normal, karena nilai signifikansi lebih dari 0,05.

Tabel 4.4

Uji Normalitas Dengan Grafik One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

(MSI) Indonesia (MSI) Pakistan N 40 40 Normal Parametersa,b Mean 44,325871 52,008433 Std. Deviation 16,2550684 22,6594822 Most Extreme Differences Absolute ,120 ,158 Positive ,120 ,158 Negative -,063 -,099 Kolmogorov-Smirnov Z ,758 1,001

Asymp. Sig. (2-tailed) ,614 ,269

a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.

Sumber: data sekunder diolah, 2017

Hasil uji K-S untuk nilai maqasid syariah index (MSI) di Indonesia memberikan nilai 0,758 dengan probabolitas 0,614 yang jauh di atas ɑ = 0,05 jadi dapat disimpulkan bahwa hipotesis nol tidak dapat ditolak atau data nilai maqasid syariah index (MSI) di Indonesia terdistribusi secara normal. Begitu juga dengan uji K-S untuk nilai maqasid syariah index (MSI) di Pakistan menghasilakan nilai K-S 1,001 dengan probabilitas 0,269 yang jauh di atas ɑ = 0,05 yang berarti hipotesis nol tidak dapat ditolak atau nilai maqasid syariah index (MSI) di Pakistan terdistribusi secara normal.

Berikut ini adalah tampilan grafik histogram variabel nilai maqasid syariah index (MSI) di Indonesia dan di Pakistan:

Sumber: data sekunder diolah, 2017 Diagram 4.1 Histogram

Uji Normalitas Dengan Grafik

Nilai Maqasid Syariah Index (MSI) Di Indonesia

Sumber: data sekunder diolah, 2017 Diagram 4.2 Histogram

Uji Normalitas Dengan Grafik

3. Uji Beda Ttest

Pengujian hipotesis uji perbedaan ini dengan menggunakan uji beda ttest disajikan dalam table 4.5. Hipotesis pertama dalam penelitian ini menduga bahwa HA terdapat perbedaan signifikan nilai maqasid syariah index pada perbankan syariah di Indonesia dan di Pakistan. Hasil uji beda ttest dapat dilihat pada table 4.5 berikut:

Tabel 4.5 Uji Beda Ttest

Independent Samples Test

Levene's Test for Equality of Varianc es

t-test for Equality of Means

F Si g. t df Sig. (2- taile d) Mean Diffe rence Std. Error Differe nce 95% Confidence Interval of the Difference Lower Upper VA R00 003 Equal variance s assumed 7,1 46 ,0 09 1,74 2 78 ,085 7,682 57 4,4093 1 - 1,09569 16,46082 Equal variance s not assumed 1,74 2 70,7 35 ,086 7,682 57 4,4093 1 - 1,10991 16,47504

Sumber: data sekunder diolah, 2017

Dari table 4.4 diatas dapat diketahui nilai t hitung sebesar 1,742 dengan probabilitas sebesar 0,85 karena probabilitas ˃ 0,05 maka

dapat disimpulkan bahwa H0 ditrima atau tidak dapat ditolak jadi variance sama, dengan kata lain bahwa tidak ada perbedaan nilai maqasid syariah index diperbankan syariah Indonesia dan di Pakistan pada periode 2007 sampai 2016.

4. Rasio Kinerja Maqashid Shariah Index pada Bank Syariah Di

Indonesia dan Pakistan

Penelitian ini bertujuan untuk melihat perbandingan antara perbankan syariah di Indonesia dan Pakistan ditinjau dari maqashid shariah index. Penelitian ini menggunakan maqashid shariah index untuk mengukur bagaimana selama ini bank syariah melaksanakan tujuan-tujuan syariah dalam menjalankan operasionalnya yang berkaitan dengan tahzib al-fard (pendidikan individu), iqamah al-„adl (menetapkan keadilan keadilan), jalb al muslahah (kepentingan masyarakat), dan apakah terdapat perbedaan atau tidak ada perbedaan di dalam nilai maqashid shariah index. berdasarkan konsep Zahrah.

a. Tujuan Maqashid Syariah Index yang Pertama (Pendidikan)

Tujuan yang pertama dalam maqashid syariah index ini memiliki empat elemen, yaitu pendidikan, penelitian, pelatihan dan publicity. Rasio keuangan kinerja maqashid syariah index pada tujuan pertama dapat dilihat dalam Tabel 4.6 sebagai berikut :

Tabel 4.6

Rasio Kinerja Maqashid Syariah Index yang Pertama Bank Syariah di Indonesia Kinerja Tujuan 1 Tahun R11 R12 R13 R14 PT. Bank Muamalat Indonesia 2007-2010 1,6641 0,0671 0,3221 0,8393 PT. Bank Syariah Mandiri 2007-2010 3,2219 0,0222 0,5072 1,0507 PT. Bank Mega Syariah 2007-2010 0,4825 0,0000 0,4064 0,1210 PT. Bank Syariah Bukopin 2007-2010 0,7522 0,0000 0,4512 0,5762 Bank Syariah di Pakistan Albaraka Bank (Pakistan) Limited 2007-2010 0,3825 0,2637 0,0094 0,1251 BankIslam Pakistan Limited 2007-2010 0,5174 0,3190 2,6740 0,3061

Dubai Islaic Bank Limited

2007-2010 1,2533 0,5471 0,0000 0,1656

Meezan Bank Limited 2007-2010 4,7392 2,4424 2,8064 0,1578

Sumber: annual report, 2007-2016.

Tabel 4.6 menggambarkan persentase pengalokasian dana yang dilakukan oleh perbankan syariah untuk bidang pendidikan, penelitian, pelatihan dan publisitas. Keempat elemen ini merupakan salah satu bentuk kepedulian serta kontribusi yang dapat bank syariah berikan untuk kemajuan perekonomian berbasis prinsip syariah terutama dari segi industri perbankan syariah itu sendiri.

1. Hibah Pendidikan (R11)

Hibah pendidikan yang dikeluarkan oleh bank syariah diberikan dalam bentuk beasiswa serta bantuan kepada

lembaga pendidikan. Hal ini merupakan bentuk kepedulian perusahaan dan juga sebagai wujud tanggung jawab sosial kepada masyarakat (Mutia & Ramadhani, 2016: 12). Dilihat dari table 4.6 rasio kinerja maqasid syariah index pada tahun 2007-2016 di atas, perbankan syariah di Indonesia memiliki penyaluran terbesar untuk di bidang pendidikan adalah Bank Syariah Mandiri dengan total hibah di bidang pendidikan mencapai 3,22% dengan diikuti oleh Bank Muamalat Indonesia mencapai 1,66%, Bank Syariah Bukopin mencapai 0,75%, pada tahun 2013 Bank Mega Syariah mencapai 0,48% .

Sementara itu di Indonesia, kontribusi untuk membantu bidang pendidikan masih tertinggal dibandingkan dengan perbankan syariah di Pakistan. Hal ini dapat dilihat dari tabel 4.6 di atas ke empat perbankan syariah dimana kontribusi terbesar dalam pendidikan di Pakistan mencapai 4,74% yaitu oleh Meezan Bank Limited dan kemudian Dubai Islaic Bank Limited mencapai 1,25%, lalu disusul BankIslam Pakistan Limited mencapai 0,51%, yang terakhir Albaraka Bank (Pakistan) Limited mencapai 0,38% pada tahun 2010. Dengan demikian, persentase penyaluran dana perbankan syariah untuk rasio pendidikan di Pakistan masih lebih baik dibandingkan dengan di Indonesia.

Pendidikan merupakan hal yang sangat penting dan vital. Dengan adanya donasi pendidikan yang diberikan oleh perbankan syariah ini diharapkan dapat melahirkan generasi- generasi yang lebih baik sehingga dapat membantu mempercepat pertumbuhan perekonomian berbasis Islam secara menyeluruh sehingga eksistensi bank syariah dapat terus berlanjut serta semakin berkembang dari waktu ke waktu (Mutia & Ramadhani, 2016: 12) .

2. Pelelitian (R12)

Rasio yang kedua menggambarkan pengeluaran dana yang digunakan untuk tujuan penelitian dan pengembangan terutama dalam pengembangan bank syariah itu sendiri. Penelitian ini diharpkan dapat membantu dalam pengembangan-pengembangan produk-produk baru yang sesuai dengan prinsip-prinsip syariah sehingga dapat memperkuat kedudukan perbankan syariah (Mutia & Ramadhani, 2016: 12).

Dilihat pada tabel 4.6 di atas menunjukkan bahwa Bank Muamalat Indonesia berada pada urutan pertama dalam bidang penelitian mencapai 0,07 %, sedangkan pada urutan kedua di duduki oleh Bank Syariah Mandiri mencapai 0,02%, berdasarkan analisa dari 4 bank syariah tersebut hanya 2 bank

syariah di Indonesia yang menyalurkan dananya untuk penelitian sedangkan di kedua perbank syariah yang lainnya tidak ditemukan pengalokasian dana pada bidang penelitian. Sudah seharusnya, semua perbankan syariah dapat menyediakan dana yang di salurkan untuk bidang penelitian agar kedepanya nanti dapat membantu dalam mengembangkan atau menciptakan produk-produk baru berbasis syariah sehingga dapat memajukan perbankan syariah di Indonesia.

Berdasarkan analisis pada rasio kinerja maqasid syariah index kedua dilihat dari tabel 4.6 di atas perbankan syariah di Pakistan lebih unggul di bandingkan dengan perbankan syariah di Indonesia. di Pakistan, bank syariah yang memiliki penyaluran terbesar di bidang penelitian adalah Meezan Bank Limited mencapai 2,44%, lalu disusul oleh Dubai Islaic Bank Limited yaitu sebesar 0,55%, kemudian BankIslam Pakistan Limited sebesar 0,32%, dan yang terakhir Albaraka Bank (Pakistan) Limited sebesar 0,26%.

3. Pelatihan (R13)

Rasio ketiga dalam rasio kinerja maqasid syariah index yang pertama adalah jumlah dana yang dikeluarkan oleh bank syariah untuk kegiatan pelatihan maupun pendidikan pada para karyawan perbankan syariah. Pelatiahan ini dilakukan untuk

meningkatkan pelatihan ini dilakukan untuk meningkatkan pemahaman serta soft skill maupun hard skill para karyawan sehingga bank dapat beroperasi secara lebih maksimal, selain itu perbankan syariah juga memberikan kesempatan kepada karyawan untuk memberikan pendidikan lebih lanjut sehingga kedepanya nanti para karyawan bisa lebih siap menjalankan tugas-tugas dan tanggung jawab yang lebih tinggi (Mutia & Ramadhani, 2016: 13).

Perbankan Syariah di Indonesia yang berada pada peringkat pertama untuk resio kinerja maqasid syariah index ketiga dapat dilihat dari table 4.6 di atas adalah Bank Syariah Mandiri mencapai 0,50% dengan diikuti oleh pada Bank Syariah Bukopin mencapai 0,45%, Bank Mega Syariah pada mencapai 0,40%, Bank Muamalat Indonesia mencapai 0,32%. Pelatihan yang di berikan perbankan syariah sangat berguna untuk berkembang dan memajukan industri perbankan syariah untuk mengadapi perubahan dan berkembangnya perekonomian dengan begitu cepat dan untuk mengadapi berbagai ancaman termaksuk krisis perekonomian dan lainnya. Perbankan syariah di Pakistan tampaknya hanya satu perbankan syariah yang tidak menyatakan secara jelas mengenai pengalokasian dana untuk kepentingan pelatiahan,

meskipun demikian perbankan syariah di Pakistan lebih unggul di bandingkan perbankan syariah di Indonesia berdasarkan analisis pada rasio kinerja maqasid syariah index dilihat dari table 4.6 di atas bank syariah yang memiliki penyaluran terbesar di bidang pelatihan adalah Meezan Bank Limited mencapai 2,80%, lalu disusul oleh BankIslam Pakistan Limited sebesar 2,67%, dan yang terakhir Albaraka Bank (Pakistan) Limited sebesar 0,009%.

4. Publicity atau Promosi (R14)

Rasio pertama dalam rasio kinerja maqasid syariah index yang keempat dilihat dari table 4.6 di atas adalah publisitas atau promosi. Promosi adalah hal yang penting, karena tanpa promosi perbankan syariah akan lambat berkembang. Hal ini disbabkan karena promosi dapat memiliki pengaruh yang cukup besar dalam hal penarikan minat konsumen. Dengan adanya promosi dari perbankan syariah, maka masyarakat dapat mengetahui semua informasi dari perbankan syariah tersebut dengan jelas mengenai bank syariah, produk-produk bank syariah serta masyarakat dapat mengetahui keunggulan maupun keuntungan yang diperoleh ketika menjadi nasabah perbankan syariah tersebut.

Publikasi juga diharapkan dapat menarik minat masyarakat terutama para investor agar dapat berinvestasi sesuai dengan prinsip agama Islam, sehingga profit yang dihasilkan oleh perbankan syariah tersebut menjadi lebih berkah. Perbankan syariah juga dapat memberikan pengetahuan kepada masyarakat luas mengenai riba, sehingga masyarakat yang khususnya beragama Islam dapat terhindar dari riba. Ciri-ciri dari publikasi atau promosi yang bagus itu adalah yang efektif, handal dan tepat sasaran, yang artinya pesan yang di sampaikan harus lansung terjurus pada konsumen dan para investor, sehingga diharapkan perbank syariah juga bisa menjawab kekhawatiran konsumen bahwa bank syariah sama sekali berbeda dengan bank konvensional yang merupakan menggunakan sistem bunga (riba) (Mutia & Ramadhani, 2016: 14).

Semua perbankan syariah di Indonesia dan di Pakistan yang menjadi objek penelitian mengalokasikan dananya untuk publikasi atau promosi, meskipun ada satu perbankan syariah di Indonesia yaitu Bank Mega Syariah yang mengeluarkan dan mengalokasikan dana untuk promosi dari tahun 2007 sampai 2016, hanya pada tahun 2015 sampai 2016 saja Bank Mega Syariah memberikan dan mengalokasikan dananya untuk

publikasi atau promosi. Hal ini berarti, secara keseluruhan perbankan syariah sadar akan arti pentingnya sebuah promosi yang bisa mempengaruhi konsumen dalam membuat keputusan.

Dilihat dari tabel rasio kinerja maqasid syariah index pada tahun 2007-2016 dilihat dari table 4.6 di atas, perbankan syariah di Indonesia memiliki penyaluran terbesar untuk publikasi adalah Bank Syariah Mandiri dengan total hibah mencapai 1,05% dengan diikuti oleh Bank Muamalat Indonesia mencapai 0,83%, kemudian Bank Syariah Bukopin mencapai 0,58%, dan terakhir Bank Mega Syariah pada tahun 2016 mencapai 0,12% .

Sementara itu dalam hal kontribusi penyaluran dana untuk publikasi perbankan syariah di Indonesia lebih unggul di bandingkan dengan perbangkan syariah di Pakistan. Hal ini dapat dilihat dari table 4.6 di atas ke empat perbankan syariah dimana kontribusi terbesar dalam penyaluran dana untuk publikasi di Pakistan mencapai 10,30% yaitu oleh BankIslam Pakistan Limited dan kemudian di susul Dubai Islaic Bank Limited mencapai 0,16 %, lalu disusul Meezan Bank Limited mencapai 0,15%, yang terakhir Albaraka Bank (Pakistan)

Limited mencapai 0,12%. Dengan demikian, persentase penyaluran dana perbankan syariah untuk rasio publikasi di Indonesia masih lebih baik dibandingkan dengan di Pakistan.

b. Tujuan Maqashid Syariah Index yang Kedua (Menetapkan Keadilan)

Tujuan yang kedua dalam maqashid syariah index ini memiliki tiga elemen, yaitu fair returns, functional distribution, dan interest free product. Rasio keuangan kinerja maqashid shariah index pada tujuan kedua dapat dilihat dalam tabel 4.7 sebagai berikut :

Tabel 4.7

Rasio Kinerja Maqashid SyariahIndexyang Kedua Bank Syariah di Indonesia Kinerja Tujuan 2 Tahun R21 R22 R23 PT. Bank Muamalat Indonesia 2007-2016 0,0000 4,7232 5,2722 PT. Bank Syariah Mandiri 2007-2016 0,0000 3,0822 4,2904 PT. Bank Mega Syariah 2007-2016 0,0000 0,6703 4,8040 PT. Bank Syariah Bukopin 2007-2016 0,0000 3,8354 5,2258 Bank Syariah di Pakistan Albaraka Bank (Pakistan) Limited 2007-2016 2,0177 6,7473 2,6087 BankIslam Pakistan Limited 2007-2016 4,9253 3,1938 0,1255

Dubai Islaic Bank Limited

2007-2016 3,7099 3,1681 4,5738

Meezan Bank Limited 2007-2016 9,6627 2,3377 4,5623

5. Fair Returns (R21)

Rasio kedua dalam rasio kinerja maqasid syariah index yang kepertama adalah fair returns. Bank syariah dituntut dapat melakukan transaksi secara adil yang tidak merugikan nasabahnya. Salah satu yang dapat dilakukan adalah dengan memberikan hasil yang adil dan setara (fair returns). Ukuran yang digunakan adalah rasio profit equalization reserve (PER) bank syariah. Untuk kasus bank syariah di Indonesia, PER belum ditetapkan secara penuh dan belum ada bank syariah yang melaporkan tingkat PER dalam laporan tahunannya ( Afrinaldi, 2013: 8). Hal ini terdapat adanya perbeda dengan perbankan syariah di Pakistan.

Dilihat dari tabel rasio kinerja maqasid syariah index pada dilihat dalam tabel 4.7 di atas, perbankan syariah di Pakistan memiliki penyaluran terbesar untuk fair returns mencapai 9,66% yaitu oleh Meezan Bank Limited dan kemudian di susul BankIslam Pakistan Limited mencapai 4,92%, lalu disusul Dubai Islaic Bank Limited mencapai 3,70% , yang terakhir Albaraka Bank (Pakistan) Limited mencapai 2,01%. Dengan demikian, persentase penyaluran

dana perbankan syariah untuk rasio fair returns di Pakistan masih lebih baik dibandingkan dengan di Indonesia.

6. Functional Distribution (R22)

Rasio kedua dalam rasio kinerja maqasid syariah index yang kedua adalah functional distribution. Rasio kinerja maqasid syariah index yang kedua ini menggunakan pengukuran mudharabah and musyarakah modes, seberapa besar perbangkan syariah di Indonesia dan di Pakistan mengunakan pembiayaan dengan sekema bagi hasil mudharabah dan musyarakah terhadap seluruh model pembiayaan yang diberikan bank syariah. Semakin tinggi model pembiayaan bank syariah menggunakan mudharabah dan musyarakah menunjukkan bahwa bank syariah tersebut meningkatkan fungsinya untuk menetapkan keadilan sosiol ekonomi melalui transaksi bagi hasil (Afrinaldi, 2013: 8).

Dilihat pada tabel 4.7 di atas menunjukan bahwa Bank Muamalat Indonesia berada pada urutan pertama mencapai 4,72%, sedangkan pada urutan kedua di duduki oleh Bank Syariah Bukopin mencapai 3,83%, pada urutan ketiga diduduki oleh Bank Syariah Mandiri mencapai 3,08% yang berada pada

urutan yang terakhir adalah Bank Mega Syariah mencapai 0,67%.

Berdasarkan analisis pada rasio kinerja maqasid syariah index yang kedua dilihat pada tabel 4.7 diatas menggunakan pengukuran mudharabah and musyarakah modes, ini perbankan syariah di Pakistan lebih unggul di bandingkan dengan perbankan syariah di Indonesia. Di Pakistan, bank syariah yang memiliki mengunakan pembiayaan dengan sekema bagi hasil mudharabah dan musyarakah terhadap seluruh model pembiayaan yang diberikan bank syariah terbesar adalah AlBaraka Bank (Pakistan) Limited mencapai 6,75%, lalu disusul oleh BankIslam Pakistan Limited yaitu sebesar 3,19%, kemudian Dubai Islaic Bank Limited sebesar 3,17%, dan yang terakhir Meezan Bank Limited sebesar 2,34%

7. Interest Free Product (R23)

Rasio kedua dalam rasio kinerja maqasid syariah index yang ketiga adalah interest free product. Bank syariah dituntut untuk menjalankan aktivitas perbankan khususnya investasi yang dilakuakn terbebas dari riba. Semakin tinggi rasio investasi yang bebas riba terhadap total investasinya, akan

berdampak positif terhadap berkurangnya kesenjangan pendapatan dan kekayaan dalam kehidupan bermasyarakat.

Dilihat pada tabel 4.7 di atas menunjukan bahwa Bank Muamalat Indonesia berada pada urutan pertama mencapai 5,27%, sedangkan pada urutan kedua di duduki oleh Bank Syariah Bukopin mencapai 5,22%, pada urutan ketiga diduduki oleh Bank Mega Syariah mencapai 4,80% yang berada pada urutan yang terakhir adalah Bank Syariah Mandiri mencapai 4,29%.

Di Pakistan, bank syariah yang mengunakan rasio interest free product terbesar adalah Dubai Islaic Bank Limited mencapai 4,57%, kemudian disusul oleh Meezan Bank Limited sebesar 4,56%, lalu disusul oleh AlBaraka Bank (Pakistan) Limited yaitu sebesar 2,61% dan yang terakhir BankIslam Pakistan Limited sebesar 0,12%. Dengan demikian, persentase penyaluran dana perbankan syariah untuk rasio interest free product di Indonesia masih lebih baik dibandingkan dengan di Pakistan.

c. Tujuan Maqashid Syariah Index yang Ketiga (Kepentingan Masyarakat)

Tujuan yang ketiga dalam maqashid syariah index ini memiliki tiga elemen, yaitu profit ratios, personal income dan investment ratios in real sector. Rasio keuangan kinerja maqashid shariah index pada tujuan kedua dapat dilihat dalam Tabel 4.8 sebagai berikut :

Tabel 4.8

Rasio Kinerja Maqashid SyariahIndexyang Ketiga Bank Syariah di Indonesia Kinerja Tujuan 3 Tahun R31 R32 R33 PT. Bank Muamalat Indonesia 2007-2016 1,2826 0,3219 0,3702 PT. Bank Syariah Mandiri 2007-2016 3,7420 1,0861 0,2539 PT. Bank Mega Syariah 2007-2016 0,1285 0,1486 0,7140 PT. Bank Syariah Bukopin 2007-2016 0,0324 0,0182 3,0452 Bank Syariah di Pakistan Albaraka Bank (Pakistan) Limited 2007-2016 0,0649 0,0453 0,3015 BankIslam Pakistan Limited 2007-2016 0,3315 0,0134 0,6267

Dubai Islaic Bank Limited

2007-2016 0,1589 0,0365 0,8593

Meezan Bank Limited

2007-2016 0,1103 0,0453 0,2813

8. Profit Ratios (R31)

Tujuan perusahaan adalah untuk mendapatkan keuntungan sebesar-besarnya, hal ini lah yang perlu di perhatikan dalam pencapaian tujuan tersebut untuk perbankan syariah, pencapaian keuntungan harus sesuai dengan prinsip syariah itu sendiri. Perusahaan dapat dikatakan baik jika perusahaan tersut mampu mendapatkan keuntungan yang tinggi.

Profitabilitas merupakan sebuah gambaran suksesnya sebuah perusahaan dalam menjalankan funsinya. Apabila beban yang ditanggung perusahaan tersebut lebih besar dari pada pendapatan yang diperoleh, maka dapat dikatakan bahwa perusahaan tersebut telah gagal menjalnkan fungsinya dengan baik. Selain itu,apabila profitabilitas yang semakin meningkat, maka bertambahlah jumlah investor, karena para investor cenderung memilih sebuah perusahaan dengan profit yang semakin meningkat dari tahun ketahun atau minimal stabil dari tahun ketahun (Mutia & Ramadhani, 2016: 17).

Dilihat pada tabel 4.8 di atas menunjukan bahwa Bank Syariah Mandiri berada pada urutan pertama mencapai 3,74% , sedangkan pada urutan kedua di duduki oleh Bank Muamalat Indonesia mencapai 1,28% , pada urutan ketiga diduduki oleh

Bank Mega Syariah mencapai 0,128% yang berada pada urutan yang terakhir adalah Bank Syariah Bukopin mencapai 0,03%.

Di Pakistan, bank syariah yang mengunakan profit ratios terbesar adalah BankIslam Pakistan Limited mencapai 0,33%, kemudian disusul oleh Dubai Islaic Bank Limited sebesar 0,16%, lalu disusul oleh Meezan Bank Limited yaitu sebesar 011% dan yang terakhir AlBaraka Bank (Pakistan) Limited sebesar 0,06%. Dengan demikian, persentase penyaluran dana perbankan syariah untuk profit ratios di Indonesia lebih unggul dibandingkan dengan di Pakistan. 9. Personal Income ( R32)

Rasio ketiga dalam rasio kinerja maqasid syariah index yang kedua adalah personal income. Perbankan syariah memiliki peran penting untuk mendistribusikan kekayaan kepada masyarakat lapisan bawah. Peran penting ini dapat dilakukan perbankan syariah melalui pendistribusikan dana zakat oleh perbankan syariah itu sendiri. Zakat merupakan sesuatu yang sangat khusus karena untuk mendapatkan dana zakat masyarakat harus memenuhi persyaratan dan peraturan- peraturan yang baku yang di keluarkan untuk alokasi, sumber, jumlah dan ukuran atau besarannya yang wajib dikeluarkan

maupun waktu tertentu yang telah ditetapkan oleh perbankan syariah tersebut.

Zakat yang didistribusikan kepada penerima yang tepat dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Semakin tinggi keuntungan yang diperoleh perbankan syariah maka semakin besar pula dana yang di keluarkan untuk zakat. Selain melakukan pemabayaran zakat, perbankan syariah juga bertindak untuk menyalurkan zakat, dalam penyaluran zakat perbankan syariah juga dapat menjalin hubungan kerja sama dengan lembaga-lembaga yang khusus mengelola zakat seperti LAZNAS (Lembaga Amil Zakat Nasional), atau dengan membentuk lembaga penyalur zakat sendiri sehingga dalam menyalurkan dana-dana zakat tersebut dapat berjalan secara efektif.

Dilihat pada tabel 4.8 di atas menunjukan bahwa Bank Syariah Mandiri berada pada urutan pertama mencapai 1,09% , sedangkan pada urutan kedua di duduki oleh Bank Muamalat Indonesia mencapai 0,32% , pada urutan ketiga diduduki oleh Bank Mega Syariah mencapai 0,14% yang berada pada urutan yang terakhir adalah Bank Syariah Bukopin mencapai 0,04% .

Di Pakistan, bank syariah yang mengunakan rasio personal income terbesar adalah Meezan Bank Limited dan AlBaraka Bank (Pakistan) Limited mencapai 0,45%, kemudian disusul oleh Dubai Islaic Bank Limited sebesar

Dokumen terkait