• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

4. Hipotesis

1. Pengaruh Debt to Equity Ratio Terhadap Harga Saham

DER adalah perbandingan antara utang terhadap ekuitas. Rasio ini menunjukkan risiko perusahaan, dimana semakin rendah DER

DER (X1) ROI (X2)

Harga Saham EPS (X3)

NPM (X4)

Variabel Inependen (X)

Variabel Dependen (Y) Kinerja Keuangan

33

mencerminkan semakin besar kemampuan perusahaan dalam menjamin utangnya dengan ekuitas yang dimiliki (Nurfadillah, 2011:46). Berdasarkan penelitian Sambora, Handayani, & Rahayu, 2014 bahwa secara parsial pengaruh variabel DER tidak signifikan terhadap harga saham. Berbeda dengan penelitian Tumandung, Murni,

& Baramuli, 2017 bahwa debt to equity ratio memiliki pengaruh signifikan terhadap harga saham. Hal tersebut sesuai dengan pecking order theory, menurut Myers dalam penelitian (Hestuningrum, 2012:10) menyatakan bahwa perusahaan yang memiliki tingkat profitabilitas tinggi justru tingkat hutangnya rendah. Penggunaaan leverage yang tinggi akan mengganggu kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba. Perusahaan dengan hutang yang tinggi akan bangkrut. Akibatnya investor akan menghindari saham-saham dengan nilai laba yang rendah yang akhirnya akan menurunkan harga saham yang akan berimbas pada harga saham. Berdasarkan hal diatas dapat disimpulkan hipotesis dalam penelitian ini adalah:

H0: Debt to Equity Ratio tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham syariah.

Ha: Debt to Equity Ratio berpengaruh signifikan terhadap harga saham syariah.

2. Pengaruh Return On Invesment (ROI) Terhadap Harga Saham

Return On Investment (ROI) adalah salah satu rasio kunci yang biasa digunakan dalam bisnis. Rasio ini menunjukan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba bersih operasi terhadap total investasi. Semakin besar rasio semakin baik karena berarti semakin besar kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba (Kuswadi, 2008:96). Peningkatan laba ini mempunyai dampak yang positif terhadap kinerja keuangan perusahaan dalam pencapaian tujuan untuk memaksimalkan nilai perusahaan yang akan direspon secara positif oleh investor sehingga permintaan saham perusahaan dapat meningkat

34

dan dapat menaikkan harga saham perusahaan. Dalam penelitian Aminah, Arifati & Supriyant, 2016 bahwa variabel ROI berpengaruh positif terhadap harga saham. Berdasarkan hal diatas dapat disimpulkan hipotesis dalam penelitian ini adalah:

H0: Return On Investment tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham syariah.

Ha: Return On Investment berpengaruh signifikan terhadap harga saham syariah.

3. Pengaruh Earning Per Share (EPS) Terhadap Harga Saham

Earning Per Share (EPS) merupakan rasio antara pendapatan setelah pajak dengan jumlah saham yang beredar. EPS juga merupakan gambaran mengenai kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan bersih dalam setiap lembar saham. EPS mempunyai pengaruh kuat terhadap harga saham dan ketika EPS meningkat maka harga saham juga ikut meningkat demikian pula sebaiknya. EPS meningkat menandakan bahwa perusahaan berhasil meningkatkan taraf kemakmuran investor, dan hal ini mendorong investor untuk menambah jumlah modal yang ditanamkan. Peningkatan jumlah permintaan terhadap saham perusahaan mendorong harga saham naik, sedangkan ketika laba menurun, maka harga saham juga ikut menurun (Yuliani & Supriadi, 2014:112). Berdasarkan penelitian Yuliani &

Supriadi, 2014 bahwa earning per share (EPS) berpenaruh terhadap harga saham. Hal ini sejalan dengan penelitian Sambora, Handayani, &

Rahayu, 2014 bahwa EPS berpengaruh terhadap harga saham.

Berdasarkan hal diatas dapat disimpulkan hipotesis dalam penelitian ini adalah:

H0: Earning Per Share tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham syariah.

Ha: Earning Per Share berpengaruh signifikan terhadap harga saham syariah.

35

4. Pengaruh Net Profit Margin (NPM) Terhadap Harga Saham

Net Profit Margin (NPM) menunjukan berapa besar keuntungan atau laba bersih yang diperoleh oleh perusahaan dari setiap penjualannya (Sugiono, 2009:79). Berdasarkan penelitian Aminah, Arifati & Supriyant, 2016 bahwa variabel NPM berpengaruh negatif tetapi tidak signifikan terhadap harga saham. Hal ini sama dengan Hutapea, Saerang & Tulung, 2017 bahwa NPM tidak berpengaruh signifikan terhadap Harga Saham. Namun dalam penelitian Hutima (2012:15) menjelaskan bahawa Semakin besar rasio ini semakin baik karena kemampuan perusahaan dalam mendapatkan laba melalui penjualan cukup tinggi serta kemampuan perusahaan dalam menekan biaya-biayanya cukup baik. Sebaliknya, jika rasio ini semakin turun maka kemampuan perusahaan dalam mendapatkan laba melalui penjualan dianggap cukup rendah. Selain itu, kemampuan perusahaan dalam menekan biaya-biayanya dianggap kurang baik sehingga investorpun tidak mau untuk menanamkan dananya. Hal tersebut mengakibatkan harga saham perusahaan ikut mengalami penurunan Berdasarkan hal diatas dapat disimpulkan hipotesis dalam penelitian ini adalah:

H0: Net Profit Margin tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham syariah.

Ha: Net Profit Margin berpengaruh signifikan terhadap harga saham syariah.

5. Debt to Equity Ratio, Return On Investment, Earning Per Share dan Net Profit Margin berpengaruh terhadap saham.

DER adalah perbandingan antara utang terhadap ekuitas. Semakin tinggi proporsi DER menyebabkan laba perusahaan semakin tidak menentu dan menambah kemungkinan bahwa perusahaan tidak dapat memenuhi kewajiban pembayaran utangnya. Oleh karena itu semakin tinggi proporsi rasio utang akan semakin tinggi pula risiko Financial

36

suatu perusahaan. Tinggi rendahnya risiko keuangan perusahaan secara tidak langsung dapat mempengaruhi harga saham perusahaan tersebut (Nurfadillah, 2011:46). Return On Investment (ROI) adalah salah satu rasio kunci yang biasa digunakan dalam bisnis. Earning Per Share (EPS) merupakan rasio antara pendapatan setelah pajak dengan jumlah saham yang beredar. EPS mempunyai pengaruh kuat terhadap harga saham dan ketika EPS meningkat maka harga saham juga ikut meningkat demikian pula sebaliknya. Net Profit Margin (NPM) menunjukan berapa besar keuntungan atau laba bersih yang diperoleh oleh perusahaan dari setiap penjualannya (Sugiono, 2009:79).

Berdasarkan hal diatas dapat disimpulkan hipotesis dalam penelitian ini adalah:

H0: Debt to Equity Ratio, Return On Investment, Earning Per Share dan Net Profit Margin tidak berpengaruh signifikan terhadap harga saham syariah.

Ha: Debt to Equity Ratio, Return On Investment, Earning Per Share dan Net Profit Margin berpengaruh signifikan terhadap harga saham syariah.

37

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian lapangan (field research) dengan metode penelitian ini kuantitatif. Kuantitatif adalah penelitan yang menekankan pada pengujian teori-teori, atau hipotesis-hipotesis melalui pengukuran variabel-variabel penelitian dalam angka (quatitative) dan melakukan analisis data dengan prosedur statistik atau permodelan matematis (Efferin, 2012:47).

Penelitian kuantitatif dalam penelitian ini adalah mengolah data Debt to Equity Ratio (DER), Return On Investment (ROI), Earning Per Share (EPS), Net Profit Margin (NPM) dan harga saham adalah perusahaan yang terdaftar Jakarta Islamic Index (JII) tahun 2013-2017.

B. Tempat dan waktu penelitian

Tempat penelitian adalah perusahaan yang terdaftar Jakarta Islamic Index (JII). Penulis melakukan penelitian dimulai dari bulan Februari sampai Juli 2018.

Tabel 3. 1

Rancangan Waktu Penelitian

No Uraian Februari Maret April Mei Juni Juli

1 Pengajuan Proposal √

3 Bimbingan Proposal √ √

4 Seminar Proposal √

5 Revisi Siap Seminar √

6 Pengurusan Surat Izin

Penelitian √

7 Pengumpulan Data √

8 Pengolahan Data dan

Analisis Data √

9 Bimbingan Skripsi √ √

10 Sidang Munaqasah √

(Sumber: data diolah)

C. Populasi dan Sampel

Populasi penelitian ini adalah perusahaan yang terdaftar Jakarta Islamic Index (JII). Sedangkan sampel pada penelitian ini diambil dengan menggunakan teknik non probability sampling yang meliputi purposive sampling. Purposive sampling adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2012:85). Dengan Purposive Sampling, sampel dipilih atas dasar kesesuaian karakteristik dengan kreteria sampel yang ditentukan. Karakteristik tersebut adalah sebagai berikut :

1. Perusahaan yang terdaftar pada Jakarta Islamic Index (JII) tahun 2013 sampai 2017

2. Perusahaan yang selalu terdaftar pada Jakarta Islamic Index (JII) tahun 2013 sampai 2017. 4 ASII PT. Astra International Tbk 5 BSDE PT. Bumi Serpong Damai Tbk

6 ICBP PT. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk 7 INDF PT. Indofood Sukses Makmur Tbk

No Kode

Perusahaan Nama Perusahaan

8 KLBF PT. Kalbe Farma Tbk 9 LPKR PT. Lippo Karawaci Tbk

10 LSIP PT. PP London Sumatra Indonesia Tbk 11 PGAS PT. Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk 12 SMGR PT. Semen Indonesia (Persero) Tbk

13 TLKM PT. Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk 14 UNTR PT. United Tractors Tbk

15 UNVR PT. Unilever Indonesia Tbk 16 WIKA PT. Wijaya Karya (Persero) Tbk

(Sumber: www.idx.co.id)

D. Sumber Data

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan data sekunder. Data sekunder adalah data yang diperoleh dari sumber kedua (Bungin, 2017:132). Penelitian ini menggunakan data yang dipublikasikan oleh Indonesia Stock Exchange (IDX) berupa laporan keuangan dan referensi buku sesuai dengan judul penelitian.

E. Teknik pengumpulan data

Teknik yang penulis gunakan dalam mengumpulan data adalah dokumentasi. Dokumentasi merupakan data yang tidak lansung ditunjukan kepada subjek penelitian. Metode ini dilakukan dengan mengumpulkan data-data atau arsip-arsip yang berhubungan dengan penlitian (Asnawi, 2011:163). Dalam penelitian ini, peneliti mengumpulkan data secara tahunan yaitu dari periode 2013-2017 melalui Indonesia Capital Market Directory (ICMD) dan IDX, serta situs resmi dari Bursa Efek Indonesia (BEI).

F. Teknik analisis data

Analisis data adalah proses penyederhanaan data ke dalam bentuk yag mudah dibaca dan diinterprestasikan. Prosedur pengolahan data dalam penelitian ini dimulai dengan memilahkan data ke dalam variabel-variabel

yang digunakan dalam penelitian ini. Dari hasil operasionalisasi variabel yang akan diuji, nilai variabel tersebut dimasukan dengan program software SPSS for Windows Realease 24.0

1. Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskriptif suatu data yang dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, varian, maksimum, minimum, sum, range, kurtosis dan skewness (kemenangan disribusi) (Ghozali, 2013:19).

2. Uji Asumsi Klasik a. Uji Normalitas

Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi varibel pengganggu atau residual memiliki distribusi normal. Seperti diketahui bahwa uji t dan f mengasumsikan bahwa nilai residual mengikuti distribusi normal. Kalau asumsi ini dilanggar maka uji statistik menjadi tidak valid untuk jumlah sampel kecil. Ada dua cara untuk mendeteksi apakah residual berdisribusi normal atau tidak yaiu dengan analisis grafik dan uji statistik (Ghozali, 2016:154).

b. Uji Multikolonieritas

Uji multikolonieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi di antara variabel independen. Jika variabel independen saling berkorelasi, maka variabel-variabel ini tidak orthogonal.

Variabel orthogonal adalah variabel independen yang nilai korelasi antar sesama variabel independen yang sama dengan nol. Untuk mendeteksi ada atau tidaknya multikolonieritas di dalam model regresi adalah sebagai berikut :

1) Nilai R2 yang dihasilkan oleh suatu estimasi model regresi empiris sangat tinggi, tetapi secara individual variabel-variabel independen banyak yang tidak signifikan mempengaruhi variabel dependen.

2) Menganalisis matrik korelasi variabel-variabel independen.

Jika antar variabel independen ada korelasi yang cukup tinggi (umumnya di atas 0.90), maka hal ini merupakan indikasi adanya multikolonieritas. Tidak adanya korelasi yang tinggi antar variabel independen tidak berarti bebas dari multikolonieritas. Multikolonieritas dapat disebabkan karena adanya efek kombinasi dua atau lebih variabel independen.

3) Multikolonieritas dapat juga dilihat dari (a) nilai tolerance dan lawanya; (b) variance inflation factor (VIF). Kedua ukuran ini menunjukkan setiap variabel independen manakah yang dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Dalam pengertian sederhana setiap variabel independen menjadi variabel dependen (terikat) dan diregres terhadap variabel independen lainnya. Tolerance mengukur variabilitas variabel independen yang terpilih yang tidak dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Jadi nilai tolerance yang rendah sama dengan nilai VIF tinggi (karena VIF = 1/Tolerance). Nilai cutoff yang umum dipakai untuk menunjukkan adanya multikolonieritas adalah nlai tolerance ≤10 atau sama dengan nilai VIF ≥ 10.

Setiap peneliti harus menentukan tingkat kolonieritas yang masih dapat ditolerir. Sebagai misal nilai tolerance = 0.10 sama dengan tingkat kolonieritas 0.95. Walaupun multikolonieritas dapat dideteksi dengan nilai Tolerance dan VIF, tetapi kita masih tetap tidak mengetahui variabel-variabel independen mana sajakah yang saling berkolerasi (Ghozali, 2016:103).

c. Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan menguji apakah dalam model regresi linear ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada problem autokorelasi. Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lainnya. Masalah ini timbul karena residual (kesalahan pengganggu) tidak bebas dari satu observasi ke observasi lainnya. Hal ini sering ditemukan pada data runtut waktu (time series) karena “gangguan” pada seseorang individual/kelompok cenderung mempengaruhi “gangguan” pada individu/kelompok yang sama pada periode berikutnya.

Pada data crossection (silang waktu), masalah autokorelasi relatif jarang terjadi karena “gangguan” pada observasi yang berbeda berasal dari individu, kelompok yang berbeda. Model regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari autokorelasi. Ada beberapa cara yang dapat digunakan untuk mendeteksi ada atau tidaknya autokorelasi. Dalam penelitian ini menggunakan Uji Durbin – Watson (DW test). Uji Durbin Watson hanya digunakan untuk autokorelasi tingkat satu (first order autocorrelation) dan mensyaratkan adanya intercept (konstanta) dalam model regresi dan tidak ada variabel lagi di antara variabel independen. Hipotesis yang akan diuji adalah :

H0 : tidak ada autokorelasi (r = 0) HA : ada autokorelasi (r ≠ 0)

Tabel 3. 4

Pengambilan keputusan ada tidaknya autokorelasi

Hipotesis 0 Keputusan Jika

Tidak ada autokorelasi

Uji Heteroskedastisitas bertujuan menguji apakah dalam model regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan yang lain. Jika varian dari residual satu pengamatan ke pengamatan lain tetap, maka disebut Homoskedatisitas dan jika berbeda disebut Heteroskesdatisitas. Kebanyakan data crossection mengandung situasi heteroskesditisitas karena data ini menghimpun data yang mewakili berbagai ukuran (kecil, sedang dan besar).

Dasar analisis (Ghozali, 2016:134):

1) Jika ada pola tertentu, seperti titik-titik yang tidak membentuk pola tertentu yang teratur (bergelombang, melebar kemudian menyempit), maka mengindikasikan telah terjadi heteroskedastisitas.

2) Jika tidak ada pola yang jelas, serta titik-titik menyebar di atas dan bawah angka nol pada sumbu Y, maka tidak terjadi heterokedastisitas.

3. Uji Regresi Linear Berganda

Model pengujian yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan analisis regresi linear berganda untuk mengtahui pengaruh variabel independen (DER, ROI, EPS, NPM) terhadap varabel dependen (harga saham), dengan persamaan regresi untuk menguji hipotesis adalah (Yusri, 2016:73):

Dimana:

Y = Harga Saham

= Konstanta

, = Koesifisien Regresi Variabel Independen = Debt to equity Ratio (DER)

= Return On Investment (ROI) = Earning Per Share (EPS) = Net Profit Margin (NPM)

= Eror

4. Uji Signifikansi Parameter Individual (Uji Statistik t)

Uji statistik t pada dasarnya menunjukan seberapa jauh pengaruh satu variabel penjelas/independen secara individual dalam menerangkan variasi variabel dependen. Hipotesis no (Ho) yang hendak diuji adalah apakah suatu parameter (bi) sama dengan nol, atau:

1) Ho : bi = 0, Artinya apakah suatu variabel indenpenden bukan merupakan penjelas yang signifikan terhadap variabel dependen.

Hipotesis alternatifnya (HA) parameter suatu variabel tidak sama dengan nol.

2) HA : bi ≠ 0, Artinya variabel tersebut merupakan penjelas yang signifikan terhadap variabel dependen.

Cara melakukan uji t adalah sebagai berkut :

1) Bila jumlah degree of freedom (df) adalah 20 atau lebih, dan derajat kepercayaan sebesar 5%, maka Ho yang menyatakan bi = 0 dapat ditolak bila nilai t lebih besar dari 2 (dalam nilai absolut).

Dengan kata lain kita menerima hipotesis alternatif, yang menyatakan bahwa suatu variabel independen secara individual mempengaruhi variabel dependen.

2) Membandingkan nilai statistik t dengan titik kritis menurut tabel.

Apabila nilai statistik t hasil perhitungan lebih tinggi dibandingkan nilai t tabel, kita menerima hipotesis alternatif yang menyatakan bahwa suatu variabel independen secara individual mempengaruhi variabel dependen (Ghozali, 2016:97).

5. Uji Signifikansi Simultan (Uji Statistik F)

Uji statistik F pada dasarnya menunjukan apakah semua variabel independen atau bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen atau terikat. Hipotesis nol (H0) yang hendak diuji adalah apakah semua parameter dalam model sama dengan nol, atau:

1) Ho: b1 = b2 = = bk = 0 : Artinya, apakah semua variabel independen bukan merupakan penjelas yang signifikan terhadap variabel dependen. Hipotesis alternatifnya (HA) tidak semua parameter secara simultan sama dengan nol.

2) HA : b1 ≠ b2 ≠ ≠ bk ≠ 0 : Artinya semua variabel independen secara simultan merupakan penjelas yang signifikan terhadap variabel dependen.

Untuk menguji hipotesis ini digunakan staristik F dengan kreteria pengambilan keputusan (Ghozali, 2016:96) :

1) Bila nilai F lebih besar dari pada 4 maka Ho dapat ditolak pada derajat kepercayaan 5%. Dengan kata lain menerima hipotesis

alternative, yang menyatakan bahwa semua variabel indpenden secara serentak dan signifikan mempengaruhi variabel dependen.

2) Membandingkan nilai F hasil perhitungan dengan nilai F menurut tabel. Bila nilai F hitung lebih besar dari pada nilai F tabel maka Ho ditolak dan menerima HA.

6. Koefisien Determinasi

Koefisien determinasi (R2) pada intinya mengukur seberapa jauh kemamuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Nilai koefisien determinasi adalah antara nol dan satu. Nilai R2 yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen amat terbatas. Nilai yang mendekati satu berarti variabel-variabel independen memberikan hamper semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen. Secara umum koefisien determinasi untuk data silang (crossection) relative rendah karena adanya variasi yang besar antara masing-masing pengamatan, sedangkan untuk data runtun waktu (time series) biasa mempunyai nilai koefisien determinasi yang tinggi.

Banyak peneliti menganjurkan untuk menggunakan nilai Adjusted R2, pada saat mengevaluasi mana model regresi terbaik. Tidak seperti R2, nilai Adjusted R2 dapat naik atau turun apabila satu variabel independen ditambahkan ke dalam model. Dalam kenyataan nilai adjusted R2 dapat bernilai negative, walaupun yang dikehendaki harus bernilai positif. Jika dalam uji empiris didapat nilai adjusted R2 negatif, maka nilai adjusted R2 dianggap bernilai nol. Secara matematis jika nilai R2 = 1, maka adjusted R2 = R0 – 1 sedangkan jika nilai R2 = 0, maka adjusted R2 = (1-k)/(n-k). Jika k > 1, maka adjusted R2 akan bernilai negatif (Ghozali, 2016:95).

47 1. PT Astra Agro Lestari Tbk

PT Astra Agro Lestari Tbk (“Perseroan”) didirikan dengan nama PT Suryaraya Cakrawala berdasarkan Akta Notaris Rukmasanti Hardjasatya, S.H., No. 12 tanggal 3 Oktober 1988. Pada tanggal 30 Juni 1997, Perseroan melakukan penggabungan usaha dengan PT Suryaraya Bahtera melalui perjanjian penggabungan usaha yang diaktakan dengan Akta Notaris Benny Kristianto, S.H., No. 126 tanggal 19 Juni 1997 beserta perubahannya No. 176 tanggal 30 Juni 1997. Setelah penggabungan usaha ini, nama Perseroan diubah menjadi PT Astra Agro Lestari. PT Astra Agro Lestari Tbk berkedudukan di Jalan Puloayang Raya Blok OR-1 Kawasan Industri Pulogadung, Jakarta, Indonesia.

Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan Perseroan adalah perkebunan, perdagangan umum, perindustrian, pengangkutan, konsultan dan jasa. Kegiatan utama Perseroan adalah bergerak dalam bidang usaha kelapa sawit.

Penawaran Saham Perdana (Initial Public Offering/ IPO) pada tanggal 9 Desember 1997 dengan harga saham Rp1.550 per lembar saham.

2. PT Adaro Energy Tbk

Adaro Energy Tbk didirikan dengan nama PT Padang Karunia tanggal 28 Juli 2004 dan mulai beroperasi secara komersial pada bulan Juli 2005. Kantor pusat ADRO berlokasi di Gedung Menara Karya, Lantai 23, Jl. H.R. Rasuna Said Blok X-5, Kav. 1-2, Jakarta Selatan 12950 – Indonesia.

Pada 04 Juli 2008, ADRO memperoleh pernyataan efektif dari Bapepam-LK untuk melakukan Penawaran Umum Perdana Saham

ADRO (IPO) kepada masyarakat sebanyak 11.139.331.000 lembar saham dengan nilai nominal Rp100,- per saham dan Harga Penawaran Rp1.100,- per saham. Saham-saham tersebut dicatatkan pada Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tanggal 16 Juli 2008. Pemegang saham yang memiliki 5% atau lebih saham Adaro Energy Tbk, yaitu: PT Adaro Strategic Investments (43,91%) dan Garibaldi Thohir (presiden direktur) (6,18%).

Berdasarkan Anggaran Dasar Perusahaan, ruang lingkup kegiatan ADRO bergerak dalam bidang usaha perdagangan, jasa, industri, pengangkutan batubara, perbengkelan, pertambangan, dan konstruksi. Entitas anak bergerak dalam bidang usaha pertambangan batubara, perdagangan batubara, jasa kontraktor penambangan, infrastruktur, logistik batubara, dan pembangkitan listrik.

3. PT AKR Corporindo Tbk

PT AKR Corporindo Tbk disebut AKR atau Perseroan didirikan di Surabaya 28 November 1977 dengan nama PT Aneka Kimia Raya. Perseroan awalnya bergerak di bidang perdagangan bahan kimia dasar. Salah satu momen bersejarah dalam perjalanan Perseroan adalah Perseroan ini memindahkan kantor pusatnya ke Jakarta tahun 1985. Di Ibukota, laju pertumbuhan usaha Perseroan semakin pesat, hingga akhirnya Perseroan melaksanakan Initial Public Offering (IPO) di Bursa Efek Indonesia tahun 1994 dengan kode saham AKRA. Tahun 2004, Perseroan mengubah nama perusahaan menjadi PT AKR Corporindo Tbk seiring dengan penambahan lini usaha Perseroan yang tidak lagi hanya fokus di bisnis bahan kimia dasar.

Akselerasi bisnis AKR bertambah cepat setelah Pemerintah menggulirkan deregulasi sektor migas. Tahun 2005, Perseroan tercatat sebagai perusahaan swasta nasional pertama yang beroperasi di bisnis BBM non-subsidi. Perseroan memperoleh kepercayaan dari Badan

Pengatur Hilir Minyak dan Gas (BPH Migas) untuk mendistribusikan BBM bersubsidi sejak tahun 2010. Saat ini Perseroan dikenal sebagai perusahaan penyedia jasa logistik, supply chain dan infrastruktur terkemuka di Indonesia. Untuk sektor BBM bersubsidi, tahun 2017, Perseroan kembali mendapat kepercayaan dan mendapat tugas dari BPH migas untuk mendistribusikan BBM bersubsidi untuk kendaraan bermotor dan nelayan.

4. PT Astra International Tbk

PT Astra International Tbk didirikan di Jakarta pada tahun 1957 sebagai sebuah perusahaan perdagangan umum dengan nama Astra International Inc. Seiring dengan kemajuan usaha serta sejalan dengan rencana ekspansi, Perseroan melakukan penawaran umum perdana di Bursa Efek Indonesia dengan menggunakan kode saham ASII pada pada tanggal 4 April 1990, sekaligus mengubah namanya menjadi PT Astra International Tbk. Berkedudukan di Jl. Gaya Motor Raya No. 8 Sunter II - Jakarta Utara.

Sesuai anggaran dasar Perseroan, kegiatan usaha yang dapat dijalankan oleh Perusahaan mencakup perdagangan umum, perindustrian, pertambangan, pengangkutan, pertanian, pembangunan, jasa dan konsultasi. Hingga tahun 2017, Astra telah mengembangkan bisnisnya dengan menerapkan model bisnis yang berbasis sinergi dan terdiversifikasi pada tujuh segmen usaha, terdiri dari: 1) Otomotif, 2) Jasa Keuangan, 3) Alat Berat, Pertambangan, Konstruksi dan Energi, 4) Agribisnis, 5) Infrastruktur dan Logistik, 6) Teknologi Informasi dan 7) Properti. Dengan bisnis yang beragam, Astra telah menyentuh berbagai aspek kehidupan bangsa melalui produk dan layanan yang dihasilkan. Dalam keseharian hidup, masyarakat Indonesia menggunakan sepeda motor dan mobil, jalan tol, printer, hingga

Sesuai anggaran dasar Perseroan, kegiatan usaha yang dapat dijalankan oleh Perusahaan mencakup perdagangan umum, perindustrian, pertambangan, pengangkutan, pertanian, pembangunan, jasa dan konsultasi. Hingga tahun 2017, Astra telah mengembangkan bisnisnya dengan menerapkan model bisnis yang berbasis sinergi dan terdiversifikasi pada tujuh segmen usaha, terdiri dari: 1) Otomotif, 2) Jasa Keuangan, 3) Alat Berat, Pertambangan, Konstruksi dan Energi, 4) Agribisnis, 5) Infrastruktur dan Logistik, 6) Teknologi Informasi dan 7) Properti. Dengan bisnis yang beragam, Astra telah menyentuh berbagai aspek kehidupan bangsa melalui produk dan layanan yang dihasilkan. Dalam keseharian hidup, masyarakat Indonesia menggunakan sepeda motor dan mobil, jalan tol, printer, hingga

Dokumen terkait