• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II : KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS

E. Hipotesis Penelitian

Hipotesis yang akan diuji dalam penelitian ini adalah, “Kemampuan pemahaman konsep matematika siswa yang diajarkan dengan Model Pembelajaran Matematika Knisley dengan menggunakan Teknik Storytelling lebih tinggi dari pada kemampuan pemahaman konsep matematika siswa yang diajarkan dengan model pembelajaran konvensional dengan metode ceramah”.

memanfaatkan dan memilih prosedur atau operasi tertentu; dan

3. Mengaplikasikan konsep ke pemecahan masalah.

26

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 1 Sepatan. Penelitian ini dilakukan terhadap siswa kelas VII semester genap tahun ajaran 2014/2015.

B. Populasi, Sampel, dan Teknik Pengambilan Sampel 1. Populasi dan Sampel

Populasi ataupun universe adalah keseluruhan objek yang diteliti, baik berupa orang, benda, kejadian, nilai maupun hal-hal yang terjadi.1 Adapun yang menjadi populasi dalam penelitian ini adalah:

 Populasi target : Seluruh siswa SMP Negeri 1 Sepatan

 Populasi terjangkau: Siswa kelas VII SMP Negeri 1 Sepatan

Sampel adalah sebagian dari populasi yang akan diselidiki atau dapat juga dikatakan bahwa sampel adalah populasi dalam bentuk mini (miniatur population).2 Adapun sampel dalam penelitian ini berasal dari 2 kelas VII yang berbeda di mana kelas VII yang satu akan dijadikan sebagai kelas eksperimen, dan kelas VII yang lainnya dijadikan sebagai kelas kontrol.

2. Teknik Pengambilan Sampel

Sampel diambil secara random dengan teknik cluster sampling.

Cluster sampling adalah cara pengambilan sampel berdasarkan sekelompok individu dan tidak diambil secara individu atau perseorangan.3 Satu kelas dipilih secara random sebagai kelas eksperimen dan secara random pula dipilih satu kelas lain sebagai kelas kontrol pada kelas VII.

1 Zainal Arifin, Penelitian Pendidikan Metode dan Paradigma Baru, (Bandung:

PT.Remaja Rosdakarya, 2011), h. 215.

2 ibid., h. 215.

3 ibid., h. 222.

C. Metode dan Desain Penelitian

Sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai, maka penelitian ini menggunakan metode quasi eksperimen yaitu metode eksperimen yang tidak memungkinkan peneliti melakukan pengontrolan penuh terhadap faktor lain yang mempengaruhi variabel dan kondisi eksperimen.

Pada kelas eksperimen diberikan perlakuan (treatment) yaitu dengan menggunakan metode pembelajaran matematika knisley dengan teknik storytelling sedangkan kelas kontrol tidak diberikan perlakuan (treatment).

Pada penelitian ini kita membandingkan kelas yang diberikan perlakuan (treatment) dengan kelas yang tidak diberi perlakuan.

Metode ini menggunakan metode quasi eksperimen dengan desain penelitian randomized subject posttest-only control group design yaitu hanya melihat test akhir setelah kedua kelas mendapatkan perlakuan.

Tabel 3. 1

Design Penelitian Randomized Subject Posttest-Only Control Group Design Desain Penelitian

Kelas Treatment Post Test

R (Eksperimen) X O

R (Kontrol) - O

Keterangan:

R = Proses pemilihan sampel secara acak kelas eksperimen dan kelas kontrol X= Perlakuan dengan metode pembelajaran matematika Knisley dengan

teknik storytelling

O = Pemberian post test kemampuan pemahaman matematika

Pada pelaksanaannya, peneliti terlibat langsung dalam mengumpulkan, mengolah, menganalisis, serta menarik suatu kesimpulan dari data yang diperoleh. Awalnya peneliti memberikan materi kepada kedua kelompok (kelas) yang diteliti yakni kelas eksperimen dan kelas kontrol

28

sesuai dengan metode dan teknik di atas. Kemudian peneliti memberikan test akhir pada kelas eksperimen dan kelas kontrol.

D. Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen Penelitian 1. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah teknik tes. Tes ini akan diberikan kepada siswa setelah perlakuan terhadap dua kelas, yaitu kelas eksperimen dan kelas kontrol. Bentuk soal berupa tes uraian yang memuat indikator-indikator kemampuan pemahaman konsep. Penyusunan soal diawali dengan membuat kisi-kisi soal yang mencakup sub pokok bahasan, kemampuan yang akan diukur serta jumlah butir soal.

Dilanjutkan dengan pembuatan soal beserta kunci jawaban dan aturan pemberian skor untuk masing-masing butir soal.

2. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian kali ini berupa soal tes.

Soal tes yang akan dijadikan intrumen harus diuji terlebih dahulu untuk mengetahui apakah soal tersebut valid dan reliabel. Selain itu, soal tes juga perlu diuji tingkat kesukaran dan daya pembedanya.

Berikut penjelasan mengenai pengujian soal tes.

a. Uji Validitas

Sebuah tes disebut valid apabila tes itu dapat tepat mengukur apa yang hendak diukur.4 Untuk menghitung koefisien validitas dilakukan menggunakan rumus korelasi product moment sebagai berikut:5

  

4 Suharsimi Arikunto, Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan, (Jakarta: Bumi Aksara, 2013), ed. 2 cet. 2, h. 73.

5 ibid., h. 87.

Keterangan:

rxy =Koefisien korelasi antara variabel X dan Y N = Banyaknya siswa

X = Skor item soal Y = Skor total

Untuk mengetahui valid atau tidaknya butir soal, maka harus mengetahui hasil perhitungan rhit dibandingkan rtabel product moment pada Jika hasil perhitungan maka soal tersebut valid.

Jika hasil penelitian maka soal tersebut dinyatakan tidak valid.

b. Uji Reliabilitas

Reliabilitas berhubungan dengan masalah kepercayaan. Suatu tes dapat dikatakan mempunyai taraf kepercayaan yang tinggi jika tes tersebut dapat memberikan hasil yang tetap.6 Untuk menentukan reliabilitas soal uraian, penulis menggunakan rumus Koefisien Alpha (Alpha Cronbach), yaitu:7

(( )) ( ) Keterangan:

= Reliabilitas yang dicari = Banyaknya item

∑ = Jumlah varians skor tiap-tiap item

= Varians total

c. Taraf Kesukaran Soal

Soal yang baik adalah soal yang tidak terlalu mudah atau tidak terlalu sukar. Bilangan yang menunjukkan sukar, sedang, dan mudahnya suatu soal disebut indeks kesukaran (difficulty index). Rumus untuk

6 ibid., h. 100.

7 ibid., h. 122.

30

mengukur taraf kesukaran soal digunakan rumus 8:

Keterangan:

= Indeks kesukaran

= Jumlah skor yang diperoleh siswa pada tiap item soal = Jumlah skor maksimum seluruh siswa pada tiap item soal

Tabel 3. 2

Interpretasi Uji Taraf Kesukaran Soal Kisaran Indeks Kesukaran Interpretasi berkemampuan tinggi dengan siswa berkemampuan rendah. Rumus untuk menghitung daya pembeda butir soal9 :

Keterangan:

= Indeks daya pembeda suatu butir soal = Skor siswa kelompok atas

= Skor siswa kelompok bawah

= Skor maksimum siswa kelompok atas = Skor maksimum siswa kelompok bawah

= Proporsi siswa kelompok atas yang menjawab benar

8 ibid., h. 223.

9 ibid., h. 228.

= Proporsi siswa kelompok bawahyang menjawab benar

Tabel 3. 3

Interpretasi Uji Daya Beda Nilai Interpretasi

Sangat Jelek Jelek Cukup Baik Sangat Baik

Untuk soal yang valid tetapi memiliki daya pembeda yang jelek, maka soal tersebut akan direvisi. Revisi soal ini dilihat dari pada bagian mana siswa salah dalam menjawab.

E. Teknik Analisis Data

Data yang telah terkumpul selanjutnya diolah dan dianalisis untuk dapat menjawab rumusan masalah dan hipotesis penelitian.Sebelum menguji hipotesis penelitian, terlebih dahulu dilakukan uji persyaratan analisis. Uji persyaratan analisis yang perlu dipenuhi adalah :

1. Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah sampel yang diteliti berasal dari distribusi normal atau tidak. Pengujian normalitas menggunakan uji kecocokan Chi-Square, adapun prosedur pengujian sebagai berikut:10

a. Perumusan hipotesis

Sampel berasal dari populasi berdistribusi normal Sampel berasal dari populasi berdistribusi tidak normal

10 Kadir, Statistika Terapan, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2015), h. 151.

32

b. Data dikelompokkan ke dalam distribusi frekuensi.

c. Menentukan batas kelas d. Menentukan ̅

e. Menentukan F(z) dengan menekan =NORMSDIST untuk setiap nilai kolom pada lembar excel

f. Menentukan luas kelas interval dengan cara mencari selisih F(z) yang berikutnya dengan F(z) yang mendahuluinya

g. Menentukan nilai ∑( )

Uji homogenitas digunakan untuk menguji kesamaan varians dari skor pada kedua kelompok populasi. Untuk uji homogenitas dua variabel independen dapat dilakukan dengan uji Fisher. Adapun prosedur pengujiannya adalah sebagai berikut:11

d. Menentukan Ftabel = ( )( ) e. Kriteria pengujian

Jika maka H0 diterima Jika maka H0 ditolak f. Kesimpulan

: Kedua kelompok sampel mempunyai varians sama atau homogen

: Kedua kelompok sampel mempunyai varians berbeda atau tidak homogeny

3. Uji Hipotesis

Jika sampel yang diuji memenuhi prasyarat analisis maka untuk menguji hipotesis, digunakan uji-t dengan taraf signifikan Rumus uji-t yang digunakan yaitu:

a. Jika varian populasi homogen12 thitung

̅ ̅

Dengan ( ) ( )

Dan derajat kebebasan (dk) = Keterangan:

̅ = Rata-rata kemampuan pemahaman konsep siswa kelas eksperimen ̅ = Rata-rata kemampuan pemahaman konsep siswa kelas kontrol

= Banyaknya sampel pada kelas eksperimen = Banyaknya sampel pada kelas kontrol

= Varians kelas eksperimen

= Varians kelas kontrol

= Simpangan baku gabungan kelas eksperimen dan kelas kontrol

12 Sudjana, Metode Statistika, (Bandung: Tarsito, 2005), cet. 3, h. 239.

34

Setelah harga thitung didapat, maka peneliti menguji kebenaran kedua hipotesis tersebut dengan membandingkan besarnya thitung dengan ttabel, dengan terlebih dahulu menetapkan derajat kebebasan dengan rumus (dk) = .

Dengan diperolehnya dk, maka dapat dicari harga ttabel pada taraf kepercayaan 95% atau taraf signifikansi 5%. Dengan kriteria pengujiannya sebagai berikut:

Jika maka H0 diterima Jika maka H0 ditolak

b. Untuk sampel yang tak homogen (heterogen)13 ̅ ̅

Kriteria pengujian adalah: terima hipotesis H0 jika

c. Jika data tidak berdistribusi normal maka untuk menguji kesamaan dua rata-rata digunakan statistik nonparametrik, yaitu uji Mann Whitney dengan taraf signifikan . Jika ukuran sampel lebih besar dari 20, maka distribusi sampling U menurut Mann dan Whitney (1974) akan mendekati distribusi normal dengan rata-rata standar error:14

dan √ ( )

13 ibid., h. 241.

14 Kadir, op. cit., h. 491.

Sehingga variabel normal standarnya dirumuskan

Z = Statistik uji Z yang berdistribusi normal (0,1) = Statistik uji Mann Whitney

= Ukuran sampel pada kelompok 1 = Ukuran sampel pada kelompok 2

= Hasil kali ukuran sampel pada kelompok 1 dan 2

F. Hipotesis Statistik

Hipotesis statistik yang diajukan dalam penelitian ini adalah : H0 : 1 2

H1 :1 2 Keterangan :

μ1: Rata-rata kemampuan pemahaman konsep matematik siswa pada kelompok eksperimen.

μ2: Rata-rata kemampuan pemahaman konsep matematik siswa pada kelompok kontrol.

H0 : Rata-rata kemampuan pemahaman konsep matematik siswa pada kelompok eksperimen lebih kecil sama dengan rata-rata kemampuan pemahaman konsep matematik siswa pada kelompok kontrol.

H1 : Rata-rata kemampuan pemahaman konsep matematik siswa pada kelompok eksperimen lebih tinggi dari rata-rata kemampuan pemahaman konsep matematik siswa pada kelompok kontrol.

Adapun kriteria pengujian yaitu:

Jika thitung ≤ ttabel , maka H0 diterima dan H1 ditolak.

Jika thitung > ttabel , maka H0 ditolak dan H1 diterima.

36

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Data

Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 1 Sepatan. Perlakuan diberikan sebanyak 8 kali pertemuan. Sampel yang digunakan adalah 76 siswa kelas VII yang terdiri dari 38 siswa pada kelas eksperimen yaitu kelas VII.1 dan 38 siswa pada kelas kontrol yaitu kelas VII.3. Kedua kelas tersebut diberikan perlakuan yang berbeda. Kelas eksperimen diajarkan dengan menggunakan Model Pembelajaran Matematika Knisley dengan teknik storytelling sedangkan pada kelas kontrol diajarkan dengan model pembelajaran konvensional yaitu model pembelajaran ekspositori dengan metode ceramah. Setelah diberikan perlakuan, siswa di kedua kelas tersebut diberikan tes akhir (post test).

Sebelum dilakukan tes akhir, instrumen tes tersebut diuji coba terlebih dahulu pada sampel yang sudah mempelajari materi bilangan bulat. Sampel yang dimaksud adalah siswa kelas VIII.2 yang berjumlah 43 siswa di SMP Negeri 1 Sepatan.

Setelah dilakukan uji validitas dengan Product Moment, Daya Pembeda, Reliabilitas dan Tingkat Kesukaran diperoleh hasil bahwa kesembilan butir soal yang telah diuji cobakan adalah valid dan memiliki tingkat kesukaran yang berimbang dari mudah, sedang dan sukar.

Berikut ini disajikan data hasil perhitungan tes pemahaman konsep matematika siswa setelah pembelajaran dilaksanakan.

1. Kemampuan Pemahaman Konsep Matematika Siswa Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol

Data hasil tes pemahaman konsep matematika yang diperoleh pada kelas eksperimen dan kelas kontrol disajikan pada tabel berikut:

Tabel 4. 1

Perbandingan Pemahaman Konsep Matematika Siswa Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol

Statistik Kelas

Eksperimen Kontrol

Nilai Terendah 13 10

Nilai Tertinggi 87 84

Mean 54,24 44,39

Median 51,50 43,91

Modus 46,50 43,55

Varians 274,92 238,87

Simpangan Baku 16,58 15,46

Tabel 4.1 menunjukkan sebaran data pada kelas eksperimen dan kelas kontrol setelah dilakukan proses pembelajaran dengan Model Pembelajaran Matematika Knisley dengan menggunakan teknik Storytelling pada kelas eksperimen. Rentang nilai pada kelas eksperimen dan kelas kontrol sama yaitu 74. Hal ini menunjukkan bahwa kedua kelas memiliki rentang nilai yang sama. Nilai siswa tertinggi pada kedua kelas tersebut juga terdapat pada kelas eksperimen dengan nilai 87. Artinya, pemahaman konsep matematika perorangan tertinggi berada pada kelas eksperimen.

Ditinjau dari nilai rata-rata kedua kelas di atas, kelompok eksperimen lebih tinggi dibandingkan dengan kelas kontrol dengan selisih sebesar 9,85. Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata skor pemahaman konsep matematika siswa kelas eksperimen lebih tinggi dari rata-rata skor pemahaman konsep matematika siswa kelas kontrol. Kelas eksperimen memiliki modus sebesar 46,50 dan modus pada kelas kontrol yaitu sebesar 43,55.

38

2. Kemampuan Pemahaman Konsep Matematika Siswa Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol Berdasarkan Indikator

Indiator pemahaman konsep yang digunakan dalam penelitian ini ada 3 yaitu (1) Memberi contoh dan bukan contoh; (2) Menggunakan, memanfaatkan dan memilih prosedur atau operasi tertentu; dan (3) Mengaplikasikan konsep ke pemecahan masalah. Skor pemahaman konsep matematika pada kelas eksperimen dan kelas kontrol berdasarkan indikator disajikan dalam tabel berikut ini.

Tabel 4. 2

Perbandingan Nilai Pemahaman Konsep Matematika Siswa per Indikator

Indikator Pemahaman Konsep Matematika yang diukur

Nilai Kelas Eksperimen

Kelas Kontrol Memberi contoh dan bukan contoh 61,58 57,37 Menggunakan, memanfaatkan dan memilih

prosedur atau operasi tertentu 22,37 27,63 Mengaplikasikan konsep ke pemecahan

masalah 66,78 37,83

Berdasarkan tabel di atas, dapat diketahui bahwa pemahaman konsep matematika dengan indikator pertama yaitu memberi contoh dan bukan contoh dan indikator ketiga yaitu mengaplikasikan konsep ke pemecahan masalah pada kelas eksperimen lebih baik daripada kelas kontrol. Untuk indikator kedua yaitu menggunakan, memanfaatkan dan memilih prosedur

atau operasi tertentu pada kelas kontrol lebih baik daripada kelas eksperimen.

Secara lebih jelas, perbedaan nilai rata-rata siswa berdasarkan indikator pemahaman konsep matematika siswa kelas eksperimen dan kelas kontrol disajikan dalam diagram berikut ini.

Grafik 4.1

Perbandingan Pemahaman Siswa per Indikator

Diagram di atas menunjukkan bahwa pencapaian skor rata-rata pemahaman konsep matematika siswa pada indikator pertama dan ketiga di kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan dengan kelas kontrol. Sedangkan pada indikator kedua pencapaian skor rata-rata pemahaman konsep matematika siswa di kelas kontrol lebih tinggi dibandingkan dengan kelas eksperimen. Sehingga dapat disimpulkan bahwa untuk indikator pemahaman konsep yang pertama dan ketiga kelas eksperimen lebih tinggi daripada kelas kontrol. Sedangkan untuk indikator pemahaman konsep yang kedua kelas kontrol lebih tinggi daripada kelas eksperimen.

61.58

Indikator 1 Indikator 2 Indikator 3

Frekuensi

40

B. Analisis Data

1. Uji Prasyarat Analisis

Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui apakah data yang diambil dari sampel yang diteliti berasal dari kemampuan pemahaman konsep matematika yang berdistribusi normal atau tidak. Teknik pengujian yang digunakan adalah uji kecocokan Chi-Square. Untuk menerima atau menolak hipotesis nol dilakukan dengan membandingkan dengan nilai kritis yang diambil dari daftar nilai kritis umtuk uji kecocokan Chi-Square pada taraf nyata 0,05.

Berikut hipotesis yang dirumuskan.

Sampel berasal dari populasi berdistribusi normal Sampel berasal dari populasi berdistribusi tidak normal

Dengan kriteria pengujian sebagai berikut.

Jika maka diterima Jika maka ditolak

Dari hasil uji normalitas kelompok eksperimen menunjukkan harga

yang tidak melebihi harga kritis untuk db = 6 – 3 = 3 dengan taraf signifikansi yaitu , sehingga

. Dengan demikian diperoleh kesimpulan bahwa diterima atau data berasal dari kemampuan pemahaman konsep matematika berdistribusi normal. Perhitungan dapat dilihat di lampiran.

Sedangkan hasil uji normalitas untuk kelompok kontrol menunjukkan harga yang tidak melebihi harga kritis untuk db = 6 – 3 = 3 dengan taraf signifikansi yaitu sehingga Dengan demikian diperoleh kesimpulan bahwa diterima atau data berasal dari kemampuan pemahaman konsep matematika berdistribusi normal. Perhitungan dapat dilihat di lampiran.

Tabel 4.3

Uji Normalitas Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol

Variabel Derajat

Kelas Eksperimen 3 2,85 7,82 Berdistribusi

Normal

Uji homogenitas yang digunakan adalah uji Fisher. Berikut hipotesis yang dirumuskan.

Berdasarkan hasil perhitungan uji homogenitas untuk data hasil belajar matematika kedua kelompok, diperoleh nilai varians kelas eksperimen adalah 274,92 dan varians kelas kontrol adalah 238,87.

Sehingga didapat . Pada taraf signifikansi untuk dan pada tabel F didapat . Berikut adalah kriteria pengujian homogenitas kedua kelompok.

Jika maka H0 diterima Jika maka H0 ditolak

Berdasarkan perhitungan didapat , sehingga dapat disimpulkan bahwa kedua kelompok mempunyai varians yang sama atau homogen.

42

3. Uji Hipotesis Statistik

Penelitian ini bertujuan untuk menguji perbedaan pemahaman konsep matematika pada pokok bahasan bilangan bulat antara siswa yang diajarkan dengan menggunakan Model Pembelajaran Matematika Knisley menggunakan teknik Storytelling dengan siswa yang diajarkan dengan Model Pembelajaran Konvensional berupa Model Pembelajaran Ekspositori dengan metode ceramah. Secara deskriptif dapat diketahui bahwa rata-rata dari kelas eksperimen yaitu sebesar 54,24 lebih tinggi dari rata-rata kelas kontrol yaitu sebesar 44,39. Perbedaan rata-rata kedua kelompok tersebut perlu diuji signifikansinya. Untuk mengetahui signifikan atau tidaknya perbedaan rata-rata kedua kelas tersebut maka digunakanlah uji t.

Perhitungan uji normalitas dan homogenitas menunjukkan bahwa data berdistribusi normal dan varians kemampuan pemahaman konsep matematika siswa homogen sehingga untuk uji t dilakukan dengan menggunakan rumus berikut.

Dengan hipotesis statistik yang diajukan sebagai berikut.

H0 : 1 2 H1 :1 2 Keterangan :

μ1: Rata-rata kemampuan pemahaman konsep matematik siswa pada kelompok eksperimen.

μ2: Rata-rata kemampuan pemahaman konsep matematik siswa pada kelompok kontrol.

H0 : Rata-rata kemampuan pemahaman konsep matematik siswa pada kelompok eksperimen lebih kecil atau sama dengan rata-rata kemampuan pemahaman konsep matematik siswa pada kelompok kontrol.

H1 : Rata-rata kemampuan pemahaman konsep matematik siswa pada kelompok eksperimen lebih tinggi dari rata-rata kemampuan pemahaman konsep matematik siswa pada kelompok kontrol.

Berdasarkan tabel pemahaman konsep yang dapat dilihat pada lampiran, didapat hasil perhitungan sebagai berikut:

1) Nilai

2) Harga pada taraf signifikansi 5%

Nilai dicari menggunakan excel dengan rumus =TINV(0,1;74).

Sehingga didapat nilai sebesar . 3) Kesimpulan

Berdasarkan perhitungan uji t diperoleh hasil bahwa , maka ditolak atau diterima. Dengan kata lain, rata-rata kemampuan pemahaman konsep matematika siswa pada kelompok eksperimen yaitu kelompok siswa yang telah diajarkan dengan menggunakan Model Pembelajaran Matematika Knisley menggunakan teknik storytelling lebih tinggi dari rata-rata kemampuan pemahaman konsep matematika siswa pada kelompok kontrol yaitu kelompok siswa yang telah diajarkan dengan Model Pembelajaran Konvensional berupa Model Pembelajaran Ekspositori dengan metode ceramah.

44

C. Temuan Penelitian

Berdasarkan hasil dan pembahasan posttest tiap indikator yang terdapat pada analisis data, peneliti menemukan bahwa untuk indikator kedua yaitu menggunakan, memanfaatkan dan memilih prosedur atau operasi tertentu, siswa yang menggunakan Model Pembelajaran Ekspositori dengan ceramah lebih baik dibandingkan dengan siswa yang menggunakan Model Pembelajaran Matematika Knisley menggunakan teknik storytelling. Ini merupakan temuan bagi peneliti.

D. Pembahasan

Setelah dilakukan uji hipotesis pemahaman konsep matematika siswa secara keseluruhan, dapat ditarik kesimpulan bahwa rata-rata pemahaman konsep matematika siswa yang pembelajarannya menggunakan Model Pembelajaran Matematika Knisley dengan teknik Storytelling memiliki perbedaan dengan siswa yang mengunakan model pembelajaran konvensional dengan metode ceramah. Dengan merujuk pada nilai rata-rata tes pemahaman kedua kelas terlihat bahwa rata-rata pemahaman konsep matematika siswa eksperimen lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata pemahaman konsep matematika siswa kelas kontrol. Hal ini menunjukkan bahwa pembelajaran matematika dengan menggunakan Model Pembelajaran Matematika Knisley dengan teknik Storytelling lebih baik dibandingkan dengan model pembelajaran konvensional dengan metode ceramah. Akan tetapi jika dilihat rata-rata pemahaman konsep matematika siswa pada tiap indikator, hanya pada indikator pertama dan ketiga saja rata-rata pemahaman konsep matematika pada kelas eksperimen yang lebih tinggi dibandingkan kelas kontrol. Sedangkan pada indikator kedua, rata-rata pemahaman konsep matematika siswa pada kelas kontrol lebih tinggi dibandingkan dengan kelas eksperimen.

Model Pembelajaran Matematika Knisley merupakan model pembelajaran yang bersifat konstruktivis, yaitu membangun pengetahuan

siswa dengan pengetahuan dasar yang sudah dimiliki sebelumnya oleh siswa.

Pada model pembelajaran ini, proses pembelajaran tidak lagi berpusat pada guru. Guru hanya menjadi fasilitator yang membimbing proses pembelajaran di kelas sehingga melatih siswa untuk memahami konsep matematika secara mandiri dan mendalam. Sedangkan pada pembelajaran konvensional, guru menjadi pusat pembelajaran, artinya sumber dari proses pembelajaran adalah guru. Siswa hanya mendengarkan penjelasan guru dan kemudian mengerjakan latihan yang diberikan oleh guru.

Selain itu, dari hasil pengamatan selama penelitian, pembelajaran menggunakan Model Pembelajaran Matematika Knisley menggunakan teknik storytelling yang diterapkan pada kelas eksperimen menjadikan siswa lebih aktif karena memberikan kesempatan langsung pada siswa untuk terlibat aktif dalam proses pembelajaran dan memahami konsep dari materi yang diajarkan.

Hal ini membuktikan bahwa penggunaan Model Pembelajaran Matematika Knisley menggunakan teknik storytelling dapat membantu proses pembelajaran. Lain halnya pada kelas yang diajarkan dengan menggunakan Model Pembelajaran Konvensional berupa Model Pembelajaran Ekspositori dengan metode ceramah pada kelas kontrol, siswa lebih pasif karena siswa hanya mendengarkan penjelasan dari guru.

Penggunaan teknik Storytelling dalam Model Pembelajaran Matematika Knisley dapat mempengaruhi pemahaman konsep matematika siswa pada indikator pertama, yaitu memberi contoh dan bukan contoh, dan indikator ketiga, yaitu mengaplikasikan konsep ke pemecahan masalah, sehingga untuk kedua indikator ini, rata-rata skor siswa kelas eksperimen lebih tinggi dari rata-rata skor siswa kelas kontrol. Karena pada indikator ini, Storytelling mampu membantu siswa dalam memahami dan menghubungkan antara pengetahuan yang baru dengan pengetahuan yang telah dimiliki sebelumnya.

Sedangkan untuk indikator yang kedua, yaitu menggunakan, memanfaatkan dan memilih prosedur atau operasi tertentu, rata-rata skor siswa kelas kontrol lebih tinggi dari rata-rata skor siswa kelas eksperimen. Karena pada indikator

Sedangkan untuk indikator yang kedua, yaitu menggunakan, memanfaatkan dan memilih prosedur atau operasi tertentu, rata-rata skor siswa kelas kontrol lebih tinggi dari rata-rata skor siswa kelas eksperimen. Karena pada indikator

Dokumen terkait