• Tidak ada hasil yang ditemukan

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.5. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan landasan teori yang telah diuraikan dan sesuai dengan identifikasi masalah penelitian, maka hipotesis yang dibangun dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Karakteristik konsumen kedai kopi modern (usia, tingkat pendidikan, pendapatan, jumlah tanggungan, jarak rumah ke kedai kopi) berhubungan nyata dengan perilaku konsumen.

2. Komponen bauran pemasaran (product, price, place, promotion) berpengaruh nyata terhadap perilaku konsumen di lokasi penelitian.

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Metode Penentuan Daerah Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kota Padangsidimpuan, Provinsi Sumatera Utara.

Padangsidimpuan merupakan salah satu kota di Sumatera Utara dengan jumlah penduduk sebanyak 216.013 jiwa. Penentuan lokasi penelitian dilakukan secara sengaja (purposive). Penelitian ini dilakukan di Kota Padangsidimpuan dengan pertimbangan karena di kota ini terdapat 16 kedai kopi modern yang telah terdaftar resmi di Dinas Pariwisata Kota Padangsidimpuan. Penelitian ini dilakukan di kedai kopi yang berlokasi di V-Coffee Shop, Bagas Kopi, Free Kicks Cafe, dan Warkop Simpang 99. Kedai kopi ini dipilih karena merupakan kedai kopi terpopuler yang ada di Kota Padangsidimpuan.

3.2. Metode Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel atau disebut juga sebagai responden dilakukan dengan menggunakan metode non probability sampling yaitu teknik Accidental Sampling.

Metode ini dilakukan dengan cara memperoleh data dari sekumpulan populasi kemudian menentukan sampel berdasarkan orang yang ditemui secara kebetulan atau siapa pun yang sedang mengkonsumsi kopi di kedai kopi tersebut.

Dilakukannya teknik accidental sampling karena jumlah populasi penikmat kopi di Kota Padangsidimpuan yang tidak terdata secara pasti. Melalui pra survey di kedai-kedai kopi yang menjadi tempat penelitian, diperoleh rata-rata pengunjung per kedai kopi sebanyak 300 orang per bulan dengan total pengunjung empat kedai kopi sebanyak 1200 orang per bulan. Dengan menggunakan metode Slovin diperoleh besar sampel sebanyak 92 orang. Sampel yang telah diperoleh

kemudian didistribusikan secara proporsional pada empat kedai kopi sehingga diperoleh sampel sebanyak 23 orang per kedai kopi.

Rumus yang digunakan adalah sebagai berikut:

e = Tingkat kesalahan (10%)

Tabel 3. Jumlah dan Distribusi Sampel Penelitian No. Nama Kedai Kopi

Jumlah Pengunjung (Populasi) 1200 92 Sumber: Hasil Olahan Data Primer, 2018.

3.3. Metode Pengumpulan Data

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder.

Data primer diperoleh melalui wawancara langsung menggunakan kuesioner yang diberikan kepada konsumen kopi (responden) di lokasi penelitian. Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data yang diperoleh dari instansi terkait dengan penelitian seperti Asosiasi Eksportir Kopi Indonesia, Dinas

Perkebunan Provinsi Sumatera Utara, Badan Pusat Statistik Kota Padangsidimpuan, dan Dinas Pariwisata Kota Padangsidimpuan.

3.4. Metode Analisis Data

Untuk menguji hipotesis 1, yaitu hubungan antara setiap karakteristik konsumen kopi dengan perilaku konsumen kopi digunakan analisis korelasi Rank Spearman.

Analisis ini digunakan untuk mengetahui hubungan bila datanya berskala ordinal.

Karakteristik konsumen kopi yang dianalisis yaitu usia, jumlah tanggungan, tingkat pendidikan, pendapatan per bulan dan jarak dari rumah ke kedai kopi.

Tabel 4. Skor Karakteristik Konsumen Kedai Kopi

No. Karakteristik Rincian Rank

1. Usia 18-27 Tahun 1 4. Pendapatan Per Bulan (Rp) <Rp.1000.000 1 Rp.1.000.000 – < Rp.3.000.000 2 Rp.3.000.000 – Rp.< 5.000.000 meranking setiap variabel dalam bentuk skor kemudian dikuadratkan. Kemudian hasil-hasil kuadrat selisih ranking tersebut digunakan untuk proses perhitungan yang dilakukan dengan rumus sebagai berikut:

Keterangan:

rs = koefisien korelasi rank spearman di = selisih peringkat setiap data n = jumlah data

Diuji dengan uji signifikansi, dilakukan dengan rumus sebagai berikut:

t = rs

Kriteria pengambilan keputusannya adalah sebagai berikut:

Jika nilai Sig. ≥ α (0,05); H0 diterima dan H1 ditolak; (tidak ada hubungan) Jika nilai Sig. < α (0,05); H0 ditolak dan H1 diterima; (ada hubungan).

Kemudian untuk mengukur kekuatan hubungannya yaitu dengan melihat nilai correlation coefficient dengan ketentuan sebagai berikut:

Nilai 0,00-0,25 = korelasi lemah Nilai 0,26-0,50 = korelasi cukup Nilai 0,51-0,75 = korelasi kuat Nilai 0,76-0,99 = korelasi sangat kuat Nilai 1,00 = korelasi sempurna

Untuk menguji hipotesis 2, yaitu pengaruh setiap komponen bauran pemasaran kopi (product, price, place, promotion) terhadap perilaku konsumen kopi (frekuensi pembelian dan jumlah uang yang dibelanjakan) di lokasi penelitian digunakan analisis regresi logistik. Data diperoleh melalui metode skoring dan dengan menggunakan teknik penskalaan Likert melalui instrumen kuesioner atas

pernyataan-pernyataan yang dibuat sebelumnya. Jawaban-jawaban tersebut diberi skor seperti tabel dibawah ini:

Tabel 5. Skala Likert

Jawaban Pertanyaan/Pernyataan Skor

Sangat Setuju (SS) 5

Setuju (S) 4

Netral (N) 3

Tidak Setuju (TS) 2

Sangat Tidak Setuju (STS) 1

Hasil tabulasi data komponen bauran pemasaran merupakan data ordinal. Kategori yang digunakan pada variabel perilaku konsumen (frekuensi pembelian dan jumlah uang yang dibelanjakan) adalah 0 untuk kategori frekuensi pembelian rendah dan 1 untuk kategori frekuensi pembelian tinggi. Kemudian 0 untuk jumlah uang yang dibelanjakan adalah sedikit dan 1 untuk jumlah uang yang dibelanjakan adalah banyak. Hasil data primer tersebut kemudian diolah dalam model persamaan regresi logistik berikut ini:

ln(

)=

B0 + B1X1 + e

Keterangan:

Ln = Logaritma natural B0 = Konstanta

B1X1 = Koefisien Regresi Logit e = standar error

p’ = Probabilitas logistik yang didapat dari rumus probabilitas logistik sebagai berikut:

p’ =

=

Keterangan:

Exp atau e = fungsi eksponen

Dari model persamaan di atas, hasil dari fungsi eksponen dapat dipermudah dengan melihat nilai Odds Ratio atau biasa disingkat dengan Exp(B) yang juga merupakan eksponen dari koefisien regresi (Suharjo, 2013)

Atribut yang diberi skor untuk setiap komponen bauran pemasaran adalah sebagai berikut:

Tabel 6. Atribut Bauran Pemasaran

No. Komponen Atribut

1. Product Cita Rasa, Aroma, Ukuran, Tampilan, Wadah dan Variasi Menu

2. Price Harga yang murah dan Harga sesuai kualitas

3. Place Mudah dijangkau, Fasilitas, Area Outdoor, Kebersihan, Kenyamanan, Parkir yang luas

4. Promotion Merek kedai kopi dan Promosi iklan 3.4.1. Uji Regresi Logistik

Atas hasil regresi kemudian dapat dilihat dan diinterpretasikan berdasarkan uji Kesesuaian Model (Hosmer and Lemeshow Test), Uji Koefisien Determinasi (Nagelkerke R Square), Uji parsial, dan Uji Serempak (Omnibus Test).

a. Uji Kesesuaian Model (Hosmer and Lemeshow Test)

Hosmer and Lemeshow Test adalah uji goodness of fit, yaitu uji untuk menentukan apakah model yang dibentuk sudah tepat atau tidak. Dikatakan tepat apabila tidak ada perbedaan nyata antara model dengan nilai observasi. Uji ini memiliki kriteria pengambilan keputusan yaitu:

Jika nilai Sig. < α (0,05), maka model tidak tepat Jika nilai Sig. ≥ α (0,05), maka model tepat

b. Uji Koefisien Determinasi (Nagelkerke R Square)

Nagelkerke R Square merupakan modifikasi dari koefisien Cox and Snell R Square untuk memastikan bahwa nilainya bervariasi dari 0 sampai 1. Koefisien determinasi ini mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen atau dengan kata lain untuk mengetahui seberapa besar pengaruh variabel X terhadap Variabel Y. Nilai yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variabel dependen amat terbatas.

Dan sebaliknya jika nilai mendekati 1 artinya variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variabel dependen.

c. Uji Parsial (Variables in the Equation)

Pengujian ini dilakukan untuk melihat apakah semua variabel independen yang dimasukkan dalam model yang mempunyai pengaruh secara parsial terhadap variabel dependen. Kriteria pengujiannya adalah:

H0 = artinya variabel independen (X) secara parsial tidak berpengaruh nyata terhadap variabel dependen (Y).

H1 = artinya variabel independen (X) secara parsial berpengaruh nyata terhadap variabel dependen (Y).

Kriteria pengambilan keputusannya adalah:

Jika nilai Sig. > α (0,05) maka H0 diterima, yang artinya secara parsial variabel independen tidak berpengaruh nyata terhadap variabel dependen.

Jika nilai Sig. ≤ α (0,05) maka H1 diterima, yang artinya secara parsial variabel independen berpengaruh nyata terhadap variabel dependen.

d. Uji Serempak (Omnibus Test)

Pengujian ini dilakukan untuk melihat apakah semua variabel independen yang dimasukkan dalam model yang mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel dependen. Kriteria pengujiannya adalah:

H0 = artinya variabel independen (X) secara serempak tidak berpengaruh nyata terhadap variabel dependen (Y).

H1 = artinya variabel independen (X) secara serempak berpengaruh nyata terhadap variabel dependen (Y).

Kriteria pengambilan keputusannya adalah:

Jika nilai Sig. > α (0,05) maka H0 diterima, yang artinya secara serempak variabel independen tidak berpengaruh nyata terhadap variabel dependen.

Jika nilai Sig. ≤ α (0,05) maka H1 diterima, yang artinya secara serempak variabel independen berpengaruh nyata terhadap variabel dependen.

3.5. Definisi dan Batasan Operasional

Untuk menghindari kesalahpahaman dalam memahami penelitian ini, maka perlu ditampilkan definisi dan batasan operasional, yaitu sebagai berikut:

3.5.1. Definisi

1. Bauran pemasaran adalah strategi pemasaran yang terdiri dari empat komponen yaitu produk, harga, tempat, dan promosi yang masing-masing komponen terdiri dari berbagai atribut yang terkait dengan pemasaran minuman kopi.

2. Atribut adalah unsur-unsur yang melekat pada komponen bauran pemasaran minuman kopi (Product, Price, Place, Promotion).

3. Produk adalah minuman kopi yang memiliki atribut tertentu yaitu dalam hal:

rasa, aroma, ukuran, tampilan, wadah, dan variasi menu.

4. Harga adalah besaran uang yang dibelanjakan untuk mengkonsumsi minuman kopi dan memiliki atribut tertentu yaitu dalam hal: harga yang murah dan harga sesuai kualitas.

5. Tempat adalah suatu lokasi fisik bangunan kedai kopi dan lingkungannya yang digunakan dalam menjual minuman kopi yang memiliki atribut tertentu yaitu: mudah dijangkau, kelengkapan fasilitas, area outdoor, kebersihan, kenyamanan, dan parkir yang luas.

6. Promosi adalah sebuah sarana pemasaran minuman kopi yang memiliki atribut tertentu yaitu merek kedai kopi dan promosi iklan.

7. Konsumen adalah individu yang membeli dan mengkonsumsi kopi dalam bentuk minuman di kedai kopi.

8. Perilaku konsumen adalah tindakan langsung konsumen dalam membeli dan mengkonsumsi kopi yang diukur dari frekuensi membeli kopi dan jumlah uang yang dibelanjakan untuk membeli kopi di kedai kopi dalam satu bulan terakhir.

9. Frekuensi pembelian adalah intensitas berulang yang dilakukan konsumen dalam membeli minuman kopi dan dirincikan menjadi 2 kategori yaitu: 0 untuk kategori frekuensi pembelian rendah (1-4 kali pembelian dalam satu bulan) dan 1 untuk kategori frekuensi pembelian tinggi (> 4 kali pembelian dalam satu bulan).

10. Jumlah uang yang dibelanjakan adalah total besaran uang yang dikeluarkan konsumen untuk membeli minuman kopi dalam sebulan terakhir yang

dirincikan menjadi 2 kategori yaitu: 0 untuk kategori jumlah uang yang dibelanjakan adalah sedikit (< Rp 100.000) dan 1 untuk kategori jumlah uang yang dibelanjakan adalah banyak (> Rp 100.000).

11. Karakteristik konsumen adalah ciri individu yang berperan sebagai pembentuk perilaku seorang konsumen dalam membeli dan mengkonsumsi minuman kopi di kedai kopi.

12. Karakteristik usia adalah konsumen yang dikategorikan menjadi 3 kategori

yaitu: Usia 18-27 tahun (Remaja Akhir/Pemuda), usia 28-37 tahun (Dewasa Awal), dan usia 38-47 tahun (Dewasa Akhir/Tua). (Depkes RI,

2009).

13. Karakteristik tingkat pendidikan adalah konsumen yang memiliki tingkat pendidikan terakhir/sedang dijalani dan dikategorikan menjadi 3 kategori yaitu: Tingkat SMP/SMA, Diploma, dan Sarjana.

14. Karakteristik pendapatan adalah konsumen yang memiliki pendapatan/uang

saku per bulan dan dikategorikan menjadi 4 kategori yaitu: Pendapatan

<Rp 1.000.000, pendapatan Rp 1.000.000 - < Rp 3.000.000, pendapatan Rp 3.000.000 - < Rp 5.000.000, dan pendapatan > Rp 5.000.000.

15. Karakteristik jumlah tanggungan adalah konsumen yang memiliki jumlah tanggungan anak yang dikategorikan menjadi 3 kategori yaitu: Tidak ada tanggungan, 1-3 orang anak, dan >3 orang anak.

16. Karakteristik jarak dari rumah ke kedai kopi adalah konsumen yang memiliki jarak dari tempat tinggal ke kedai kopi yang dikategorikan menjadi 3 kategori yaitu: < 1 km, 1-3 km, dan >3 km.

17. Kedai kopi modern adalah kedai atau cafe yang menjual minuman kopi dengan beragam jenis olahannya yang proses pembuatannya sudah menggunakan mesin pembuat minuman kopi.

3.5.2. Batasan Operasional

1. Penelitian dilaksanakan di kedai kopi modern V-Coffee Shop, Bagas Kopi, Free Kicks Cafe, dan Warkop Simpang 99 di Kota Padangsidimpuan.

2. Sampel penelitian adalah konsumen yang sedang membeli atau mengkonsumsi kopi di kedai kopi modern.

3. Penelitian dilaksanakan pada tahun 2019.

BAB IV

DESKRIPSI WILAYAH PENELITIAN

4.1. Letak dan Keadaan Geografis

Kota Padangsidimpuan merupakan salah satu dari 33 Kabupaten/Kota di Sumatera Utara dengan luas daerah sekitar 159,28 km2 yang dikelilingi oleh beberapa bukit serta dilalui oleh beberapa sungai dan anak sungai. Secara astronomis, Kota Padangsidimpuan terletak antara 01o18'07'' – 01o28'19'' Lintang Utara dan antara 99o18'53'' – 99o20'35'' Bujur Timur dengan ketinggian wilayah sekitar ± 522,8 m di atas permukaan laut. Adapun batas-batas wilayah Kota Padangsidimpuan adalah sebagai berikut:

- Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Angkola Barat Kabupaten Tapanuli Selatan

- Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Angkola Timur Kabupaten Tapanuli Selatan

- Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Batang Angkola Kabupaten Tapanuli Selatan

- Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Angkola Selatan Kabupaten Tapanuli Selatan

4.2. Keadaan Penduduk

Jumlah penduduk Kota Padangsidimpuan pada tahun 2016 diperkirakan mencapai 216.013 jiwa dengan kepadatan penduduknya mencapai 1.356 jiwa/km2. Rasio perbandingan antara jumlah penduduk laki-laki dan perempuan yaitu sebesar 95,10 persen yang artinya jumlah penduduk perempuan lebih banyak dibanding

jumlah penduduk laki-laki sekitar 4,60 persen. Berikut adalah tabel jumlah penduduk menurut kecamatan dan jenis kelamin di Kota Padangsidimpuan:

Tabel 7. Jumlah Penduduk Kota Padangsidimpuan Menurut Kecamatan dan Jenis Kelamin

No. Kecamatan Laki-Laki Perempuan Jumlah

1 Padangsidimpuan Tenggara 17.541 18.616 36.157 2 Padangsidimpuan Selatan 33.363 34.062 67.425 3 Padangsidimpuan Batunadua 11.435 11.594 23.029

4 Padangsidimpuan Utara 31.022 33.952 64.974

5 Padangsidimpuan Hutaimbaru 7.925 8.204 16.129 6 Padangsidimpuan Angkola Julu 4.007 4.292 8.299

Total Penduduk 105.293 110.720 216.013 Sumber: BPS Kota Padangsidimpuan Dalam Angka, 2018.

Berdasarkan Tabel 7 diatas diketahui bahwa jumlah penduduk di Kota Padangsidimpuan sebanyak 216.013 jiwa yang terdiri dari 105.293 jiwa laki-laki dan 110.720 jiwa perempuan. Jumlah penduduk terbesar terdapat di Kecamatan Padangsidimpuan Selatan dengan jumlah 67.425 jiwa sedangkan jumlah penduduk terkecil terdapat di Kecamatan Padangsidimpuan Angkola Julu dengan jumlah 8.299 jiwa.

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Karakteristik Konsumen Kedai Kopi Modern di Kota Padangsidimpuan Karakteristik konsumen merupakan sejumlah ciri konsumen yang melakukan pembelian produk minuman kopi pada kedai kopi terpilih yang dirangkum berdasarkan hasil survey di lapangan. Karakteristik konsumen yang diuraikan meliputi jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan, pekerjaan, pendapatan, jumlah tanggungan, dan jarak rumah ke kedai kopi.

Karakteristik konsumen berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada Tabel 8 berikut ini:

Tabel 8. Karakteristik Konsumen Berdasarkan Jenis Kelamin

No. Jenis Kelamin Jumlah (Orang) Persentase (%)

1 Laki-Laki 79 85,8

2 Perempuan 13 14,2

Jumlah 92 100

Sumber: Lampiran 1

Pada Tabel 8 dapat dilihat bahwa jumlah konsumen yang paling banyak adalah konsumen dengan jenis kelamin laki-laki yaitu sebanyak 79 orang (85,8%). Hal ini menunjukkan bahwa kegiatan minum kopi di kedai kopi masih didominasi dilakukan oleh kaum laki-laki.

Pengelompokan karakteristik konsumen berdasarkan usia dibagi menjadi 3 batasan usia yang diperoleh melalui perhitungan yang disesuaikan dengan data hasil survey di lapangan. Rincian karakteristik konsumen berdasarkan usia dapat dilihat pada Tabel 9 berikut ini:

Tabel 9. Karakteristik Konsumen Berdasarkan Usia rentang usia 18-27 tahun atau kategori pemuda yaitu sebanyak 64 orang (69,5%).

Hal ini menunjukkan bahwa mayoritas pengunjung kedai kopi di lokasi penelitian adalah kalangan pemuda yang pada umumnya merupakan usia produktif pekerja muda yang dapat menyesuaikan kemampuannya untuk melakukan pembelian di kedai kopi.

Tingkat pendidikan dapat menentukan pendapatan dan status sosial yang juga dapat mempengaruhi pola konsumsi dan gaya hidup seseorang. Hal ini akan membuka pandangan baru bahwa kebiasaan minum kopi tidak hanya dapat dilakukan dirumah pada sore hari setelah lelah seharian bekerja melainkan dapat juga dilakukan di kedai kopi di sela-sela waktu istirahat kerja. Karakteristik konsumen berdasarkan tingkat pendidikan (pendidikan terakhir/yang sedang diikuti) dapat dilihat pada tabel 10 berikut ini:

Tabel 10. Karakteristik Konsumen Berdasarkan Tingkat Pendidikan No. Tingkat Pendidikan Jumlah (Orang) Persentase (%)

1 SMP/SMA 14 15,2 kedai kopi di lokasi penelitian adalah konsumen dengan tingkat pendidikan

sarjana yaitu sebanyak 63 orang (68,5%). Kategori ini merupakan orang-orang dengan tingkat pendidikan terakhir atau yang sedang dijalani adalah sarjana.

Karakteristik konsumen berdasarkan pekerjaan dapat dilihat melalui status pekerjaan yang pada umumnya dimiliki oleh konsumen. Rincian karakteristik konsumen berdasarkan pekerjaan dapat dilihat pada Tabel 11 berikut ini:

Tabel 11. Karakteristik Konsumen Berdasarkan Pekerjaan

No. Pekerjaan Jumlah (Orang) Persentase (%)

1 Pelajar/Mahasiswa 20 21,8

2 BUMN/Pegawai Negeri 23 25

3 Pegawai Swasta 24 26,1

4 Wiraswasta/Pengusaha 22 24,1

6 Lainnya 3 3

Jumlah 92 100

Sumber: Lampiran 1

Pada Tabel 11 dapat dilihat bahwa konsumen yang paling banyak mengunjungi kedai kopi adalah konsumen dengan pekerjaan sebagai pegawai swasta yaitu sebanyak 24 orang (26,1%). Namun berdasarkan survey di lokasi penelitian juga menunjukkan bahwa hasil yang diperoleh tidak jauh berbeda dengan status pekerjaan lain seperti BUMN/pegawai negeri yaitu sebanyak 23 orang, wiraswasta/pengusaha sebanyak 22 orang, dan pelajar/mahasiswa sebanyak 20 orang. Kemudian terdapat 3 orang konsumen dengan status pekerjaan diluar kategori yaitu sebagai dokter, notaris, dan TNI.

Pendapatan merupakan faktor paling krusial dalam mempengaruhi pola konsumsi seseorang karena dapat menentukan kemampuan seseorang dalam membeli sesuatu. Karakteristik konsumen berdasarkan pendapatan dapat dilihat pada Tabel 12 berikut ini:

Tabel 12. Karakteristik Konsumen Berdasarkan Pendapatan

No. Pendapatan (Rp/Bulan) Jumlah (Orang) Persentase (%)

1 < Rp 1.000.000 18 19,7 sebanyak 37 orang (40,5%). Kategori pendapatan ini merupakan kelompok konsumen yang bersedia membeli kopi di kedai kopi di lokasi penelitian.

Pengelompokan karakteristik konsumen berdasarkan jumlah tanggungan dibagi menjadi tiga kategori yaitu tidak memiliki jumlah tanggungan anak, memiliki 1-3 orang jumlah tanggungan anak, dan memiliki lebih dari 3 orang jumlah tanggungan anak. Rincian karakteristik konsumen berdasarkan jumlah tanggungan dapat dilihat pada Tabel 13 berikut ini:

Tabel 13. Karakteristik Konsumen Berdasarkan Jumlah Tanggungan No. Jumlah Tanggungan (Orang) Jumlah (Orang) Persentase (%)

1 Tidak Ada 71 77,2 kedai kopi adalah konsumen yang tidak memiliki tanggungan anak yaitu sebanyak 71 orang (77,2%). Hal ini sejalan dengan karakteristik konsumen berdasarkan usia yang paling banyak mengunjungi adalah konsumen yang termasuk dalam kategori pemuda.

Pengelompokan karakteristik konsumen berdasarkan jarak dari rumah ke kedai kopi dibagi menjadi tiga kategori yaitu dengan jarak kurang dari 1 Km, jarak 1-3 Km, dan jarak lebih dari 3 Km. Rincian karakteristik konsumen berdasarkan jarak dari rumah ke kedai kopi dapat dilihat pada Tabel 14 berikut ini:

Tabel 14. Karakteristik Konsumen Berdasarkan Jarak Rumah Ke Kedai Kopi

No. Jarak Rumah Ke Kedai Kopi Jumlah (Orang) Persentase (%)

1 < 1 Km 19 20,7

2 1 – 3 Km 59 64,1

3 > 3 Km 14 15,2

Jumlah 92 100

Sumber: Lampiran 1

Pada Tabel 14 dapat dilihat bahwa konsumen yang paling banyak mengunjungi kedai kopi adalah konsumen dengan jarak dari rumah ke kedai kopi antara 1-3 Km. Hal ini ditunjukkan dengan lokasi penelitian empat kedai kopi yang tersebar di wilayah administrasi Kota Padangsidimpuan dimana tiga kedai kopi berada di pusat kota dan satu kedai kopi berada lebih jauh dari pusat kota.

5.2. Hubungan Antara Karakteristik Konsumen Kedai Kopi Modern dengan Perilaku Konsumen

Karakteristik konsumen merupakan ciri individu yang berperan sebagai pembentuk perilaku seorang konsumen dalam membeli dan mengkonsumsi minuman kopi di kedai kopi modern. Karakteristik konsumen yang akan diuji adalah usia, tingkat pendidikan, pendapatan, jumlah tanggungan, dan jarak rumah ke kedai kopi. Karakteristik ini diukur dalam skala data ordinal. Karakteristik konsumen ini diduga memiliki hubungan dengan perilaku konsumen dalam mengkonsumsi kopi yang dilihat dari frekuensi pembelian dan jumlah uang yang dibelanjakan (definisi 9 dan 10) untuk membeli minuman kopi di kedai kopi modern. Oleh karena itu untuk mengetahui bagaimana hubungan masing-masing

karakteristik konsumen dengan perilaku konsumen maka digunakan pengujian dengan analisis korelasi Rank Spearman yang diuraikan berikut ini:

5.2.1. Hubungan Usia dengan Perilaku Konsumen (Frekuensi Pembelian) Usia merupakan salah satu karakteristik konsumen yang berkaitan dengan perilaku konsumen dalam melakukan pembelian minuman kopi yang dapat dilihat dari frekuensi pembeliannya dalam satu bulan terakhir. Berdasarkan karakteristik sampel yang ada, kelompok usia dikategorikan menjadi 3 kategori yaitu: usia 18-27 tahun (Remaja Akhir/Pemuda), usia 28-37 tahun (Dewasa Awal), dan usia 38-47 tahun (Dewasa Akhir/Tua).

Untuk melihat hubungan antara usia dengan perilaku konsumen (frekuensi pembelian) dapat dilihat pada Tabel 15 berikut ini:

Tabel 15. Hubungan Usia dengan Perilaku Konsumen (Frekuensi Pembelian)

Sumber: Hasil Analisis Data Primer Lampiran 5a (diolah)

Berdasarkan Tabel 15 diketahui bahwa hasil pengujian terhadap 92 responden menunjukkan korelasi Rank Spearman antara usia dengan frekuensi pembelian adalah berhubungan nyata dengan nilai Sig. (2-tailed) sebesar 0,026 atau lebih kecil dari tingkat kesalahan yang digunakan yaitu 0,05.

Bentuk hubungannya positif, namun dengan tingkat keeratan hubungan yang tergolong lemah yang dapat dilihat dari nilai correlation coefficient sebesar 0,231.

Artinya semakin tua usia konsumen, maka semakin sering frekuensi untuk meminum kopi di kedai kopi modern. Lemahnya hubungan ini disebabkan karena mayoritas pengunjung kedai kopi berdasarkan data survey adalah konsumen dengan kategori pemuda, yang mana kategori ini memiliki sifat cenderung tidak konsisten terhadap satu pilihan dan cenderung selalu ingin mencoba outlet-outlet produk yang baru.

Berdasarkan hasil tersebut maka hipotesis yang menyatakan bahwa usia konsumen kedai kopi modern berhubungan nyata dengan perilaku konsumen dapat diterima. Hal tersebut sesuai dengan teori Setiadi (2003) yang menyatakan bahwa usia berhubungan dengan perilaku konsumen.

5.2.2. Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Perilaku Konsumen (Frekuensi Pembelian)

Tingkat pendidikan merupakan salah satu karakteristik konsumen yang berkaitan dengan perilaku konsumen dalam melakukan pembelian minuman kopi yang dapat dilihat dari frekuensi pembeliannya dalam satu bulan terakhir. Berdasarkan karakteristik sampel yang ada, kelompok tingkat pendidikan dikategorikan menjadi 3 kategori yaitu: Tingkat SMP/SMA, Diploma, dan Sarjana.

Untuk melihat hubungan antara tingkat pendidikan dengan perilaku konsumen (frekuensi pembelian) dapat dilihat pada Tabel 16 berikut ini:

Tabel 16. Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Perilaku Konsumen (Frekuensi Pembelian)

Sumber: Hasil Analisis Data Primer Lampiran 5a (diolah)

Berdasarkan Tabel 16 diketahui bahwa hasil pengujian terhadap 92 responden menunjukkan tingkat keeratan korelasi Rank Spearman melalui nilai correlation coefficient antara tingkat pendidikan dengan frekuensi pembelian adalah sebesar 0,083. Tingkat pendidikan dengan frekuensi pembelian dinyatakan tidak berhubungan dengan nilai Sig. (2-tailed) sebesar 0,433 atau lebih besar dari tingkat kesalahan yang digunakan yaitu 0,05.

Berdasarkan hasil tersebut maka hipotesis yang menyatakan bahwa tingkat pendidikan konsumen kedai kopi modern berhubungan nyata dengan perilaku konsumen tidak dapat diterima. Hal tersebut tidak sesuai dengan teori Engel

Berdasarkan hasil tersebut maka hipotesis yang menyatakan bahwa tingkat pendidikan konsumen kedai kopi modern berhubungan nyata dengan perilaku konsumen tidak dapat diterima. Hal tersebut tidak sesuai dengan teori Engel

Dokumen terkait