• Tidak ada hasil yang ditemukan

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN

4.2. Keadaan Penduduk

Jumlah penduduk Kota Padangsidimpuan pada tahun 2016 diperkirakan mencapai 216.013 jiwa dengan kepadatan penduduknya mencapai 1.356 jiwa/km2. Rasio perbandingan antara jumlah penduduk laki-laki dan perempuan yaitu sebesar 95,10 persen yang artinya jumlah penduduk perempuan lebih banyak dibanding

jumlah penduduk laki-laki sekitar 4,60 persen. Berikut adalah tabel jumlah penduduk menurut kecamatan dan jenis kelamin di Kota Padangsidimpuan:

Tabel 7. Jumlah Penduduk Kota Padangsidimpuan Menurut Kecamatan dan Jenis Kelamin

No. Kecamatan Laki-Laki Perempuan Jumlah

1 Padangsidimpuan Tenggara 17.541 18.616 36.157 2 Padangsidimpuan Selatan 33.363 34.062 67.425 3 Padangsidimpuan Batunadua 11.435 11.594 23.029

4 Padangsidimpuan Utara 31.022 33.952 64.974

5 Padangsidimpuan Hutaimbaru 7.925 8.204 16.129 6 Padangsidimpuan Angkola Julu 4.007 4.292 8.299

Total Penduduk 105.293 110.720 216.013 Sumber: BPS Kota Padangsidimpuan Dalam Angka, 2018.

Berdasarkan Tabel 7 diatas diketahui bahwa jumlah penduduk di Kota Padangsidimpuan sebanyak 216.013 jiwa yang terdiri dari 105.293 jiwa laki-laki dan 110.720 jiwa perempuan. Jumlah penduduk terbesar terdapat di Kecamatan Padangsidimpuan Selatan dengan jumlah 67.425 jiwa sedangkan jumlah penduduk terkecil terdapat di Kecamatan Padangsidimpuan Angkola Julu dengan jumlah 8.299 jiwa.

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Karakteristik Konsumen Kedai Kopi Modern di Kota Padangsidimpuan Karakteristik konsumen merupakan sejumlah ciri konsumen yang melakukan pembelian produk minuman kopi pada kedai kopi terpilih yang dirangkum berdasarkan hasil survey di lapangan. Karakteristik konsumen yang diuraikan meliputi jenis kelamin, usia, tingkat pendidikan, pekerjaan, pendapatan, jumlah tanggungan, dan jarak rumah ke kedai kopi.

Karakteristik konsumen berdasarkan jenis kelamin dapat dilihat pada Tabel 8 berikut ini:

Tabel 8. Karakteristik Konsumen Berdasarkan Jenis Kelamin

No. Jenis Kelamin Jumlah (Orang) Persentase (%)

1 Laki-Laki 79 85,8

2 Perempuan 13 14,2

Jumlah 92 100

Sumber: Lampiran 1

Pada Tabel 8 dapat dilihat bahwa jumlah konsumen yang paling banyak adalah konsumen dengan jenis kelamin laki-laki yaitu sebanyak 79 orang (85,8%). Hal ini menunjukkan bahwa kegiatan minum kopi di kedai kopi masih didominasi dilakukan oleh kaum laki-laki.

Pengelompokan karakteristik konsumen berdasarkan usia dibagi menjadi 3 batasan usia yang diperoleh melalui perhitungan yang disesuaikan dengan data hasil survey di lapangan. Rincian karakteristik konsumen berdasarkan usia dapat dilihat pada Tabel 9 berikut ini:

Tabel 9. Karakteristik Konsumen Berdasarkan Usia rentang usia 18-27 tahun atau kategori pemuda yaitu sebanyak 64 orang (69,5%).

Hal ini menunjukkan bahwa mayoritas pengunjung kedai kopi di lokasi penelitian adalah kalangan pemuda yang pada umumnya merupakan usia produktif pekerja muda yang dapat menyesuaikan kemampuannya untuk melakukan pembelian di kedai kopi.

Tingkat pendidikan dapat menentukan pendapatan dan status sosial yang juga dapat mempengaruhi pola konsumsi dan gaya hidup seseorang. Hal ini akan membuka pandangan baru bahwa kebiasaan minum kopi tidak hanya dapat dilakukan dirumah pada sore hari setelah lelah seharian bekerja melainkan dapat juga dilakukan di kedai kopi di sela-sela waktu istirahat kerja. Karakteristik konsumen berdasarkan tingkat pendidikan (pendidikan terakhir/yang sedang diikuti) dapat dilihat pada tabel 10 berikut ini:

Tabel 10. Karakteristik Konsumen Berdasarkan Tingkat Pendidikan No. Tingkat Pendidikan Jumlah (Orang) Persentase (%)

1 SMP/SMA 14 15,2 kedai kopi di lokasi penelitian adalah konsumen dengan tingkat pendidikan

sarjana yaitu sebanyak 63 orang (68,5%). Kategori ini merupakan orang-orang dengan tingkat pendidikan terakhir atau yang sedang dijalani adalah sarjana.

Karakteristik konsumen berdasarkan pekerjaan dapat dilihat melalui status pekerjaan yang pada umumnya dimiliki oleh konsumen. Rincian karakteristik konsumen berdasarkan pekerjaan dapat dilihat pada Tabel 11 berikut ini:

Tabel 11. Karakteristik Konsumen Berdasarkan Pekerjaan

No. Pekerjaan Jumlah (Orang) Persentase (%)

1 Pelajar/Mahasiswa 20 21,8

2 BUMN/Pegawai Negeri 23 25

3 Pegawai Swasta 24 26,1

4 Wiraswasta/Pengusaha 22 24,1

6 Lainnya 3 3

Jumlah 92 100

Sumber: Lampiran 1

Pada Tabel 11 dapat dilihat bahwa konsumen yang paling banyak mengunjungi kedai kopi adalah konsumen dengan pekerjaan sebagai pegawai swasta yaitu sebanyak 24 orang (26,1%). Namun berdasarkan survey di lokasi penelitian juga menunjukkan bahwa hasil yang diperoleh tidak jauh berbeda dengan status pekerjaan lain seperti BUMN/pegawai negeri yaitu sebanyak 23 orang, wiraswasta/pengusaha sebanyak 22 orang, dan pelajar/mahasiswa sebanyak 20 orang. Kemudian terdapat 3 orang konsumen dengan status pekerjaan diluar kategori yaitu sebagai dokter, notaris, dan TNI.

Pendapatan merupakan faktor paling krusial dalam mempengaruhi pola konsumsi seseorang karena dapat menentukan kemampuan seseorang dalam membeli sesuatu. Karakteristik konsumen berdasarkan pendapatan dapat dilihat pada Tabel 12 berikut ini:

Tabel 12. Karakteristik Konsumen Berdasarkan Pendapatan

No. Pendapatan (Rp/Bulan) Jumlah (Orang) Persentase (%)

1 < Rp 1.000.000 18 19,7 sebanyak 37 orang (40,5%). Kategori pendapatan ini merupakan kelompok konsumen yang bersedia membeli kopi di kedai kopi di lokasi penelitian.

Pengelompokan karakteristik konsumen berdasarkan jumlah tanggungan dibagi menjadi tiga kategori yaitu tidak memiliki jumlah tanggungan anak, memiliki 1-3 orang jumlah tanggungan anak, dan memiliki lebih dari 3 orang jumlah tanggungan anak. Rincian karakteristik konsumen berdasarkan jumlah tanggungan dapat dilihat pada Tabel 13 berikut ini:

Tabel 13. Karakteristik Konsumen Berdasarkan Jumlah Tanggungan No. Jumlah Tanggungan (Orang) Jumlah (Orang) Persentase (%)

1 Tidak Ada 71 77,2 kedai kopi adalah konsumen yang tidak memiliki tanggungan anak yaitu sebanyak 71 orang (77,2%). Hal ini sejalan dengan karakteristik konsumen berdasarkan usia yang paling banyak mengunjungi adalah konsumen yang termasuk dalam kategori pemuda.

Pengelompokan karakteristik konsumen berdasarkan jarak dari rumah ke kedai kopi dibagi menjadi tiga kategori yaitu dengan jarak kurang dari 1 Km, jarak 1-3 Km, dan jarak lebih dari 3 Km. Rincian karakteristik konsumen berdasarkan jarak dari rumah ke kedai kopi dapat dilihat pada Tabel 14 berikut ini:

Tabel 14. Karakteristik Konsumen Berdasarkan Jarak Rumah Ke Kedai Kopi

No. Jarak Rumah Ke Kedai Kopi Jumlah (Orang) Persentase (%)

1 < 1 Km 19 20,7

2 1 – 3 Km 59 64,1

3 > 3 Km 14 15,2

Jumlah 92 100

Sumber: Lampiran 1

Pada Tabel 14 dapat dilihat bahwa konsumen yang paling banyak mengunjungi kedai kopi adalah konsumen dengan jarak dari rumah ke kedai kopi antara 1-3 Km. Hal ini ditunjukkan dengan lokasi penelitian empat kedai kopi yang tersebar di wilayah administrasi Kota Padangsidimpuan dimana tiga kedai kopi berada di pusat kota dan satu kedai kopi berada lebih jauh dari pusat kota.

5.2. Hubungan Antara Karakteristik Konsumen Kedai Kopi Modern dengan Perilaku Konsumen

Karakteristik konsumen merupakan ciri individu yang berperan sebagai pembentuk perilaku seorang konsumen dalam membeli dan mengkonsumsi minuman kopi di kedai kopi modern. Karakteristik konsumen yang akan diuji adalah usia, tingkat pendidikan, pendapatan, jumlah tanggungan, dan jarak rumah ke kedai kopi. Karakteristik ini diukur dalam skala data ordinal. Karakteristik konsumen ini diduga memiliki hubungan dengan perilaku konsumen dalam mengkonsumsi kopi yang dilihat dari frekuensi pembelian dan jumlah uang yang dibelanjakan (definisi 9 dan 10) untuk membeli minuman kopi di kedai kopi modern. Oleh karena itu untuk mengetahui bagaimana hubungan masing-masing

karakteristik konsumen dengan perilaku konsumen maka digunakan pengujian dengan analisis korelasi Rank Spearman yang diuraikan berikut ini:

5.2.1. Hubungan Usia dengan Perilaku Konsumen (Frekuensi Pembelian) Usia merupakan salah satu karakteristik konsumen yang berkaitan dengan perilaku konsumen dalam melakukan pembelian minuman kopi yang dapat dilihat dari frekuensi pembeliannya dalam satu bulan terakhir. Berdasarkan karakteristik sampel yang ada, kelompok usia dikategorikan menjadi 3 kategori yaitu: usia 18-27 tahun (Remaja Akhir/Pemuda), usia 28-37 tahun (Dewasa Awal), dan usia 38-47 tahun (Dewasa Akhir/Tua).

Untuk melihat hubungan antara usia dengan perilaku konsumen (frekuensi pembelian) dapat dilihat pada Tabel 15 berikut ini:

Tabel 15. Hubungan Usia dengan Perilaku Konsumen (Frekuensi Pembelian)

Sumber: Hasil Analisis Data Primer Lampiran 5a (diolah)

Berdasarkan Tabel 15 diketahui bahwa hasil pengujian terhadap 92 responden menunjukkan korelasi Rank Spearman antara usia dengan frekuensi pembelian adalah berhubungan nyata dengan nilai Sig. (2-tailed) sebesar 0,026 atau lebih kecil dari tingkat kesalahan yang digunakan yaitu 0,05.

Bentuk hubungannya positif, namun dengan tingkat keeratan hubungan yang tergolong lemah yang dapat dilihat dari nilai correlation coefficient sebesar 0,231.

Artinya semakin tua usia konsumen, maka semakin sering frekuensi untuk meminum kopi di kedai kopi modern. Lemahnya hubungan ini disebabkan karena mayoritas pengunjung kedai kopi berdasarkan data survey adalah konsumen dengan kategori pemuda, yang mana kategori ini memiliki sifat cenderung tidak konsisten terhadap satu pilihan dan cenderung selalu ingin mencoba outlet-outlet produk yang baru.

Berdasarkan hasil tersebut maka hipotesis yang menyatakan bahwa usia konsumen kedai kopi modern berhubungan nyata dengan perilaku konsumen dapat diterima. Hal tersebut sesuai dengan teori Setiadi (2003) yang menyatakan bahwa usia berhubungan dengan perilaku konsumen.

5.2.2. Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Perilaku Konsumen (Frekuensi Pembelian)

Tingkat pendidikan merupakan salah satu karakteristik konsumen yang berkaitan dengan perilaku konsumen dalam melakukan pembelian minuman kopi yang dapat dilihat dari frekuensi pembeliannya dalam satu bulan terakhir. Berdasarkan karakteristik sampel yang ada, kelompok tingkat pendidikan dikategorikan menjadi 3 kategori yaitu: Tingkat SMP/SMA, Diploma, dan Sarjana.

Untuk melihat hubungan antara tingkat pendidikan dengan perilaku konsumen (frekuensi pembelian) dapat dilihat pada Tabel 16 berikut ini:

Tabel 16. Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Perilaku Konsumen (Frekuensi Pembelian)

Sumber: Hasil Analisis Data Primer Lampiran 5a (diolah)

Berdasarkan Tabel 16 diketahui bahwa hasil pengujian terhadap 92 responden menunjukkan tingkat keeratan korelasi Rank Spearman melalui nilai correlation coefficient antara tingkat pendidikan dengan frekuensi pembelian adalah sebesar 0,083. Tingkat pendidikan dengan frekuensi pembelian dinyatakan tidak berhubungan dengan nilai Sig. (2-tailed) sebesar 0,433 atau lebih besar dari tingkat kesalahan yang digunakan yaitu 0,05.

Berdasarkan hasil tersebut maka hipotesis yang menyatakan bahwa tingkat pendidikan konsumen kedai kopi modern berhubungan nyata dengan perilaku konsumen tidak dapat diterima. Hal tersebut tidak sesuai dengan teori Engel (1995) yang menyatakan bahwa pendidikan berhubungan nyata dengan perilaku konsumen. Hal ini dikarenakan pada umumnya kedai kopi di lokasi penelitian masih belum terlalu berkembang sesuai dengan keinginan konsumen sehingga frekuensi pembelian konsumen dalam membeli minuman kopi cenderung rendah.

5.2.3. Hubungan Pendapatan dengan Perilaku Konsumen (Frekuensi Pembelian)

Pendapatan merupakan salah satu karakteristik konsumen yang berkaitan dengan perilaku konsumen dalam melakukan pembelian minuman kopi yang dapat dilihat dari frekuensi pembeliannya dalam satu bulan terakhir. Berdasarkan karakteristik

sampel yang ada, kelompok pendapatan dikategorikan menjadi 4 kategori yaitu:

Pendapatan <Rp 1.000.000, pendapatan Rp 1.000.000 - <Rp 3.000.000, pendapatan Rp 3.000.000 - < Rp 5.000.000, dan pendapatan > Rp 5.000.000.

Untuk melihat hubungan antara pendapatan dengan perilaku konsumen (frekuensi pembelian) dapat dilihat pada Tabel 17 berikut ini:

Tabel 17. Hubungan Pendapatan dengan Perilaku Konsumen (Frekuensi Pembelian)

Sumber: Hasil Analisis Data Primer Lampiran 5a (diolah)

Berdasarkan Tabel 17 diketahui bahwa hasil pengujian terhadap 92 responden menunjukkan korelasi Rank Spearman antara pendapatan dengan frekuensi pembelian adalah berhubungan nyata dengan nilai Sig. (2-tailed) sebesar 0,000 atau lebih kecil dari tingkat kesalahan yang digunakan yaitu 0,05.

Bentuk hubungannya positif dengan tingkat keeratan hubungan yang cukup yang dapat dilihat dari nilai correlation coefficient sebesar 0,376. Artinya semakin tinggi pendapatan konsumen, maka semakin tinggi frekuensi untuk meminum kopi di kedai kopi modern.

Berdasarkan hasil tersebut maka hipotesis yang menyatakan bahwa pendapatan konsumen kedai kopi modern berhubungan nyata dengan perilaku konsumen dapat diterima. Hal tersebut sesuai dengan teori Setiadi (2003) yang menyatakan bahwa pendapatan berhubungan nyata dengan perilaku konsumen.

5.2.4. Hubungan Jumlah Tanggungan dengan Perilaku Konsumen (Frekuensi Pembelian)

Jumlah tanggungan merupakan salah satu karakteristik konsumen yang berkaitan dengan perilaku konsumen dalam melakukan pembelian minuman kopi yang dapat dilihat dari frekuensi pembeliannya dalam satu bulan terakhir. Berdasarkan karakteristik sampel yang ada, kelompok jumlah tanggungan dikategorikan menjadi 3 kategori yaitu: Tidak ada tanggungan, 1-3 orang anak, dan >3 orang anak.

Untuk melihat hubungan antara jumlah tanggungan dengan perilaku konsumen (frekuensi pembelian) dapat dilihat pada Tabel 18 berikut ini:

Tabel 18. Hubungan Jumlah Tanggungan dengan Perilaku Konsumen (Frekuensi Pembelian)

Sumber: Hasil Analisis Data Primer Lampiran 5a (diolah)

Berdasarkan Tabel 18 diketahui bahwa hasil pengujian terhadap 92 responden menunjukkan tingkat keeratan korelasi Rank Spearman melalui nilai correlation coefficient antara jumlah tanggungan dengan frekuensi pembelian adalah sebesar 0,043. Jumlah tanggungan dengan frekuensi pembelian dinyatakan tidak berhubungan dengan nilai Sig. (2-tailed) sebesar 0,685 atau lebih besar dari tingkat kesalahan yang digunakan yaitu 0,05.

Berdasarkan hasil tersebut maka hipotesis yang menyatakan bahwa jumlah tanggungan konsumen kedai kopi modern berhubungan nyata dengan perilaku

konsumen tidak dapat diterima. Hal tersebut sesuai dengan hasil penelitian sejenis oleh Effendy (2018) yang menyatakan bahwa tidak terdapat hubungan antara jumlah tanggungan dengan perilaku konsumen. Hal ini dikarenakan konsumen tidak memiliki pilihan kedai kopi yang sesuai dengan keinginannya sehingga frekuensi pembelian cenderung rendah.

5.2.5. Hubungan Jarak Rumah ke Kedai Kopi dengan Perilaku Konsumen (Frekuensi Pembelian)

Jarak rumah ke kedai kopi merupakan salah satu karakteristik konsumen yang berkaitan dengan perilaku konsumen dalam melakukan pembelian minuman kopi yang dapat dilihat dari frekuensi pembeliannya dalam satu bulan terakhir.

Berdasarkan karakteristik sampel yang ada, kelompok jarak rumah ke kedai kopi dikategorikan menjadi 3 kategori yaitu: < 1 km, 1-3 km, dan >3 km.

Untuk melihat hubungan antara jarak rumah ke kedai kopi dengan perilaku konsumen (frekuensi pembelian) dapat dilihat pada Tabel 19 berikut ini:

Tabel 19. Hubungan Jarak Rumah ke Kedai Kopi dengan Perilaku Konsumen (Frekuensi Pembelian)

Sumber: Hasil Analisis Data Primer Lampiran 5a (diolah)

Berdasarkan Tabel 19 diketahui bahwa hasil pengujian terhadap 92 responden menunjukkan tingkat keeratan korelasi Rank Spearman melalui nilai correlation coefficient antara jarak rumah ke kedai kopi dengan frekuensi pembelian adalah

sebesar -0,136. Jarak rumah ke kedai kopi dengan frekuensi pembelian dinyatakan tidak berhubungan dengan nilai Sig. (2-tailed) sebesar 0,198 atau lebih besar dari tingkat kesalahan yang digunakan yaitu 0,05.

Bentuk hubungannya negatif, yang artinya semakin jauh jarak rumah ke kedai kopi, maka semakin jarang frekuensi konsumen untuk meminum kopi di kedai kopi modern. Hal ini dikarenakan lokasi penelitian memiliki wilayah yang tidak terlalu luas sehingga persebaran kedai kopi cenderung berdekatan yang mana hal ini membuat peluang konsumen untuk membeli minuman kopi di kedai kopi tertentu akan sama.

Berdasarkan hasil tersebut maka hipotesis yang menyatakan bahwa jarak rumah ke kedai kopi berhubungan nyata dengan perilaku konsumen tidak dapat diterima.

Hal tersebut berbeda dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Zuliani (2005) yang menyatakan bahwa terdapat hubungan antara jarak tempat tinggal dengan perilaku konsumen.

5.2.6. Hubungan Usia dengan Perilaku Konsumen (Jumlah Uang yang Dibelanjakan)

Usia merupakan salah satu karakteristik konsumen yang berkaitan dengan perilaku konsumen dalam melakukan pembelian minuman kopi yang dapat dilihat dari jumlah uang yang dibelanjakannya dalam satu bulan terakhir. Berdasarkan karakteristik sampel yang ada, kelompok usia dikategorikan menjadi 3 kategori yaitu: usia 18-27 tahun (Remaja Akhir/Pemuda), usia 28-37 tahun (Dewasa Awal), dan usia 38-47 tahun (Dewasa Akhir/Tua).

Untuk melihat hubungan antara usia dengan perilaku konsumen (jumlah uang yang dibelanjakan) dapat dilihat pada Tabel 20 berikut ini:

Tabel 20. Hubungan Usia dengan Perilaku Konsumen (Jumlah Uang yang Dibelanjakan)

Sumber: Hasil Analisis Data Primer Lampiran 5b (diolah)

Berdasarkan Tabel 20 diketahui bahwa hasil pengujian terhadap 92 responden menunjukkan korelasi Rank Spearman antara usia dengan jumlah uang yang dibelanjakan adalah berhubungan nyata dengan nilai Sig. (2-tailed) sebesar 0,026 atau lebih kecil dari tingkat kesalahan yang digunakan yaitu 0,05.

Bentuk hubungannya positif, namun dengan tingkat keeratan hubungan yang tergolong lemah yang dapat dilihat dari nilai correlation coefficient sebesar 0,231.

Artinya semakin tua usia konsumen, maka semakin banyak jumlah uang yang dibelanjakannya untuk meminum kopi di kedai kopi modern. Lemahnya hubungan ini disebabkan karena mayoritas pengunjung kedai kopi berdasarkan data survey adalah konsumen dengan kategori pemuda, yang mana kategori ini memiliki sifat cenderung tidak konsisten terhadap satu pilihan dan cenderung selalu ingin mencoba outlet-outlet produk yang baru.

Berdasarkan hasil tersebut maka hipotesis yang menyatakan bahwa usia konsumen kedai kopi modern berhubungan nyata dengan perilaku konsumen dapat diterima. Hal tersebut sesuai dengan teori Setiadi (2003) yang menyatakan bahwa usia berhubungan dengan perilaku konsumen.

5.2.7. Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Perilaku Konsumen (Jumlah Uang yang Dibelanjakan)

Tingkat pendidikan merupakan salah satu karakteristik konsumen yang berkaitan dengan perilaku konsumen dalam melakukan pembelian minuman kopi yang dapat dilihat dari jumlah uang yang dibelanjakannya dalam satu bulan terakhir.

Berdasarkan karakteristik sampel yang ada, kelompok tingkat pendidikan dikategorikan menjadi 3 kategori yaitu: Tingkat SMP/SMA, Diploma, dan Sarjana.

Untuk melihat hubungan antara tingkat pendidikan dengan perilaku konsumen (jumlah uang yang dibelanjakan) dapat dilihat pada Tabel 21 berikut ini:

Tabel 21. Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Perilaku Konsumen (Jumlah Uang yang Dibelanjakan)

Sumber: Hasil Analisis Data Primer Lampiran 5b (diolah)

Berdasarkan Tabel 21 diketahui bahwa hasil pengujian terhadap 92 responden menunjukkan tingkat keeratan korelasi Rank Spearman melalui nilai correlation coefficient antara tingkat pendidikan dengan jumlah uang yang dibelanjakan adalah sebesar 0,083. Tingkat pendidikan dengan jumlah uang yang dibelanjakan dinyatakan tidak berhubungan dengan nilai Sig. (2-tailed) sebesar 0,433 atau lebih besar dari tingkat kesalahan yang digunakan yaitu 0,05.

Berdasarkan hasil tersebut maka hipotesis yang menyatakan bahwa tingkat pendidikan konsumen kedai kopi modern berhubungan nyata dengan perilaku

konsumen tidak dapat diterima. Hal tersebut tidak sesuai dengan teori Engel (1995) yang menyatakan bahwa pendidikan berhubungan nyata dengan perilaku konsumen. Hal ini dikarenakan pada umumnya kedai kopi di lokasi penelitian belum melakukan inovasi yang sesuai dengan keinginan konsumen sehingga konsumen yang membelanjakan uangnya untuk membeli minuman kopi di kedai kopi akan lebih sedikit.

5.2.8. Hubungan Pendapatan dengan Perilaku Konsumen (Jumlah Uang yang Dibelanjakan)

Pendapatan merupakan salah satu karakteristik konsumen yang berkaitan dengan perilaku konsumen dalam melakukan pembelian minuman kopi yang dapat dilihat dari jumlah uang yang dibelanjakannya dalam satu bulan terakhir. Berdasarkan karakteristik sampel yang ada, kelompok pendapatan dikategorikan menjadi 4

kategori yaitu: Pendapatan <Rp 1.000.000, pendapatan Rp 1.000.000 -

<Rp 3.000.000, pendapatan Rp 3.000.000 - < Rp 5.000.000, dan pendapatan

> Rp 5.000.000.

Untuk melihat hubungan antara pendapatan dengan perilaku konsumen (jumlah uang yang dibelanjakan) dapat dilihat pada Tabel 22 berikut ini:

Tabel 22. Hubungan Pendapatan dengan Perilaku Konsumen (Jumlah Uang yang Dibelanjakan)

Sumber: Hasil Analisis Data Primer Lampiran 5b (diolah)

Berdasarkan Tabel 22 diketahui bahwa hasil pengujian terhadap 92 responden menunjukkan korelasi Rank Spearman antara pendapatan dengan jumlah uang yang dibelanjakan adalah berhubungan nyata dengan nilai Sig. (2-tailed) sebesar 0,000 atau lebih kecil dari tingkat kesalahan yang digunakan yaitu 0,05.

Bentuk hubungannya positif dengan tingkat keeratan hubungan yang cukup yang dapat dilihat dari nilai correlation coefficient sebesar 0,376. Artinya semakin tinggi pendapatan konsumen, maka semakin banyak jumlah uang yang dibelanjakannya untuk meminum kopi di kedai kopi modern.

Berdasarkan hasil tersebut maka hipotesis yang menyatakan bahwa pendapatan konsumen kedai kopi modern berhubungan nyata dengan perilaku konsumen dapat diterima. Hal tersebut sesuai dengan teori Setiadi (2003) yang menyatakan bahwa pendapatan berhubungan nyata dengan perilaku konsumen.

5.2.9. Hubungan Jumlah Tanggungan dengan Perilaku Konsumen (Jumlah Uang yang Dibelanjakan)

Jumlah tanggungan merupakan salah satu karakteristik konsumen yang berkaitan dengan perilaku konsumen dalam melakukan pembelian minuman kopi yang dapat dilihat dari jumlah uang yang dibelanjakannya dalam satu bulan terakhir.

Berdasarkan karakteristik sampel yang ada, kelompok jumlah tanggungan dikategorikan menjadi 3 kategori yaitu: Tidak ada tanggungan, 1-3 orang anak, dan >3 orang anak.

Untuk melihat hubungan antara jumlah tanggungan dengan perilaku konsumen (jumlah uang yang dibelanjakan) dapat dilihat pada Tabel 23 berikut ini:

Tabel 23. Hubungan Jumlah Tanggungan dengan Perilaku Konsumen (Jumlah Uang yang Dibelanjakan)

Sumber: Hasil Analisis Data Primer Lampiran 5b (diolah)

Berdasarkan Tabel 23 diketahui bahwa hasil pengujian terhadap 92 responden menunjukkan tingkat keeratan korelasi Rank Spearman melalui nilai correlation coefficient antara jumlah tanggungan dengan jumlah uang yang dibelanjakan adalah sebesar 0,043. Jumlah tanggungan dengan jumlah uang yang dibelanjakan dinyatakan tidak berhubungan dengan nilai Sig. (2-tailed) sebesar 0,685 atau lebih besar dari tingkat kesalahan yang digunakan yaitu 0,05.

Berdasarkan hasil tersebut maka hipotesis yang menyatakan bahwa jumlah tanggungan konsumen kedai kopi modern berhubungan nyata dengan perilaku konsumen tidak dapat diterima. Hal tersebut sesuai dengan hasil penelitian sejenis oleh Effendy (2018) yang menyatakan bahwa tidak terdapat hubungan antara jumlah tanggungan dengan perilaku konsumen. Hal ini dikarenakan konsumen yang membelanjakan uangnya untuk membeli minuman kopi bukan karena jumlah tanggungan melainkan karena konsumen tidak memiliki pilihan kedai kopi yang sesuai dengan keinginannya.

5.2.10. Hubungan Jarak Rumah ke Kedai Kopi dengan Perilaku Konsumen (Jumlah Uang yang Dibelanjakan)

Jarak rumah ke kedai kopi merupakan salah satu karakteristik konsumen yang berkaitan dengan perilaku konsumen dalam melakukan pembelian minuman kopi yang dapat dilihat dari jumlah uang yang dibelanjakannya dalam satu bulan terakhir. Berdasarkan karakteristik sampel yang ada, kelompok jarak rumah ke kedai kopi dikategorikan menjadi 3 kategori yaitu: < 1 km, 1-3 km, dan >3 km.

Untuk melihat hubungan antara jarak rumah ke kedai kopi dengan perilaku konsumen (jumlah uang yang dibelanjakan) dapat dilihat pada Tabel 24 berikut ini:

Tabel 24. Hubungan Jarak Rumah ke Kedai Kopi dengan Perilaku Konsumen (Jumlah Uang yang Dibelanjakan)

Sumber: Hasil Analisis Data Primer Lampiran 5b (diolah)

Berdasarkan Tabel 24 diketahui bahwa hasil pengujian terhadap 92 responden menunjukkan tingkat keeratan korelasi Rank Spearman melalui nilai correlation coefficient antara jarak rumah ke kedai kopi dengan jumlah uang yang dibelanjakan adalah sebesar -0,136. Jarak rumah ke kedai kopi dengan jumlah uang yang dibelanjakan dinyatakan tidak berhubungan dengan nilai Sig. (2-tailed) sebesar 0,198 atau lebih besar dari tingkat kesalahan yang digunakan yaitu 0,05.

Bentuk hubungannya negatif, yang artinya semakin jauh jarak rumah ke kedai kopi, maka semakin sedikit jumlah uang yang dibelanjakannya untuk meminum

Dokumen terkait