• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.4. Hipotesis Penelitian

Hipotesis adalah sebuah teori yang belum sempurna yang harus dibuktikan kebenarannya. Hipotesis berarti praduga, pemecahan masalah yang mungkin benar dan salah. Hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. 5 Sektor Ekspor Industri Ekstraktif Sumatera Utara memiliki Daya Saing yang tinggi di Indonesia.

2. Terdapat pengaruh daya saing 5 sektor industri ekstraktif Sumatera Utara terhadap pertumbuhan ekonomi di Sumatera Utara.

32 BAB III

METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian

Dalam penelitian ini, data yang digunakan adalah jenis data sekunder bersifat Kuantitatif Deskriptif dimana data dalam bentuk time series. Penelitian kuantitatif ialah penelitian dengan data yang diukur menggunakan skala numerik menggunakan analisis statistik. Sedangkan menurut Sugiyono (2013:17), penelitian deskriptif adalah penelitian yang dipakai dimana dilakukan untuk mengetahui nilai variabel mandiri tanpa membuat perbandingan.

Data-data yang diperoleh antara lain nilai ekspor pertanian tanaman tahunan Sumatera Utara, nilai ekspor peternakan Sumatera Utara, nilai ekspor industri pengolahan tembakau Sumatera Utara, nilai ekspor karet Sumatera Utara, nilai ekspor pertanian tanaman semusim Sumatera Utara dan total ekspor Sumatera Utara. Dan juga nilai ekspor pertanian tanaman tahunan Indonesia, nilai ekspor peternakan Indonesia, nilai ekspor industri pengolahan tembakau Indonesia, nilai ekspor karet Indonesia, nilai ekspor pertanian tanaman semusim Indonesia dan total ekspor Indonesia.

3.2. Ruang Lingkup Penelitian

Adapun ruang lingkup dari penelitian ini adalah daerah provinsi Sumatera Utara dengan membandingkan kinerja ekspornya dengan total ekspor Indonesia sehingga diketahui bagaimana daya saing industri ekstraktif 5 sektor yang ada di Sumatera Utara periode 2012 sampai 2019.

Dimana sektor industri ekstraktif yang diteliti adalah sektor pertanian tanaman semusim, pertanian tanaman tahunan, industri peternakan, industri pengolahan Tembakau dan juga industri karet selama periode 2012 - 2019. Dalam hal ini daya saing dilihat dari RCA atau Revealed Comparative Adventage. Selain itu, ruang lingkup penelitian ini adalah melihat pengaruh ekspor terhadap pertumbuhan ekonomi di Sumatera Utara.

3.3. Variabel Penelitian

1. Variabel terikat

Dalam penelitian ini , variabel terikatnya ialah daya saing (RCA) 5 sektor industri ekstraktif Sumatera Utara dengan menggunakan pendekatan Revealed Comparative Adventage sedangkan variabel Pertumbuhan

Ekonomi Sumatera Utara menggunakan analisis regresi linier berganda.

2. Variabel bebas

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah nilai ekspor pertanian tanaman tahunan Sumatera Utara, nilai ekspor peternakan Sumatera Utara, nilai ekspor industri pengolahan tembakau Sumatera Utara, nilai ekspor karet Sumatera Utara, nilai ekspor pertanian tanaman semusim Sumatera Utara, total ekspor Sumatera Utara, nilai ekspor pertanian tanaman tahunan Indonesia, nilai ekspor peternakan Indonesia, nilai ekspor industri pengolahan tembakau Indonesia, nilai ekspor karet Indonesia, nilai ekspor pertanian tanaman semusim Indonesia, total ekspor Indonesia.

3.4. Teknik Pengumpulan Data

Adapun Teknik pengumpulan data penelitian ini ialah dengan menggunakan dokumentasi dimana data diperoleh dari Lembaga terkait. Data dalam penelitian ini diperoleh dari beberapa instansi terkait : Badan Pusat Statistik (BPS), Bank Indonesia (BI) dan Kementrian Perindustrian dan juga buku, literatur, dan media internet lainnya yang berhubungan dengan penelitian ini. Adapun data yang diperoleh ialah data pertumbuhan ekonomi Sumatera Utaranilai ekspor pertanian tanaman tahunan Sumatera Utara, nilai ekspor peternakan Sumatera Utara, nilai ekspor industri pengolahan tembakau Sumatera Utara, nilai ekspor karet Sumatera Utara, nilai ekspor pertanian tanaman semusim Sumatera Utara, total ekspor Sumatera Utara, nilai ekspor pertanian tanaman tahunan Indonesia, nilai ekspor peternakan Indonesia, nilai ekspor industri pengolahan tembakau Indonesia, nilai ekspor karet Indonesia, nilai ekspor pertanian tanaman semusim Indonesia, total ekspor Indonesia.

Untuk melihat bagaimana pengaruh kelima ekspor sektor industi ini terhadap pertumbuhan ekonomi maka dilakukan pengumpulan data dengan metode interpolasi data, dimana hal ini dilakukan untuk menaksir nilai data time series dengan rentan waktu yang lebih besar kedalam data dengan rentan waktu lebih kecil seperti dari tahun ke bulanan, triwulan dan kuartalan.

3.4.1. Data Interpolasi

Data interpolasi merupakan metode yang digunakan untuk menghasilkan titik-titik data baru dari suatu data yang sudah ada. Untuk

mendapatkan sejumlah titik data seringkali dilakukan melalui pengambilan sampel ataupun eksperimen dikarenakan nilai suatu fungsi memiliki jumlah nilai yang terbatas, sehingga dilakukan interpolasi atau memperkirakan nilai fungsi tersebut.

Menurut Insukindro (1990), Interpolasi data ialah metode dengan melakukan pemecahan data menjadi bulanan, triwulan ataupun kuartalan dimana data setahun dibagi kedalam empat data dalam bentuk kuartalan dan seterusnya (Ika, Sofia.2015:35).

Perhitungan Interpolasi dalam mengubah data tahunan kedalam kuartalan mengunakan rumus sebagai berikut:

Q1 =1

4 Yt4.5

12 Yt – Yt-1 ………. 3.1 Q2 =1

4 Yt1.5

12 Yt – Yt-1 ………. 3.2 Q3 =1

4 Yt1.5

12 Yt – Yt-1 ………. 3.3 Q4 =1

4 Yt4.5

12 Yt – Yt-1 ………. 3.4 Dimana:

Q1,Q2,Q3,Q4 = Jumlah nilai data pada tahun kuartal 1,2,3 dan 4 Yt = Data tahun awal

Yt-1 = Data tahun awal – data tahun sebelumnya

Dengan menggunakan fungsi diatas maka akan didapatkan nilai kuartalan dari data yang akan di interpolasi. Dimana pada penelitian ini data yang akan diinterpolasi yaitu nilai daya saing (RCA) ekspor pertanian tanaman semusim, nilai daya saing (RCA) ekspor pertanian tanaman tahunan, nilai daya saing (RCA) ekspor industri peternakan, nilai daya saing (RCA) ekspor industri pengolahan karet dan nilai daya saing (RCA) ekspor industri karet dari periode 2012 sampai 2019. Sehingga setelah melakukan interpolasi data akan didapatkan data time series yang semula 8 periode menjadi 32 periode dalam data kuartalan. Dalam pengolahan interpolasi data memakai aplikasi Eviews 11.

3.5. Defenisi Operasional

1. Ekspor pertanian tanaman semusim

Ekspor pertanian tanaman semusim mencakup penanaman tanaman yang tidak berlangsung lebih dari dua musim. Dimana nilai daya saing ekspor pertanian tanaman semusim Sumatera Utara dengan menggunakan metode Revealed Comparative Adventage (RCA) dari tahun 2012 sampai 2019 dengan membandingkan kinerja ekspor pertanian tanaman semusim Sumatera Utara dengan ekspor pertanian tanaman semusim Indonesia dalam US Dollar sehingga diketahui daya saingnya. Termasuk di dalamnya adalah penanaman tanaman dalam berbagai media dan budidaya tanaman secara genetik dan juga penanaman untuk tujuan pembibitan dan pembenihan, contohnya adalah beberapa jenis sayur-sayuran.

2. Ekspor pertanian tanaman tahunan

Ekspor pertanian tanaman tahunan mencakup penanaman tanaman yang berlangsung lebih dari dua musim tanam, baik tanaman yang setiap musim mati atau tanaman yang tumbuh terus menerus, termasuk penanaman tanaman untuk keperluan pembibitan danpembenihan. Dimana nilai daya saing ekspor pertanian tanaman tahunan Sumatera Utara dengan menggunakan metode Revealed Comparative Adventage (RCA) dari tahun 2012 sampai 2019 dengan membandingkan kinerja ekspor pertanian tanaman tahunan Sumatera Utara dengan ekspor pertanian tanaman tahunan Indonesia dalam US Dollar sehingga diketahui daya saingnya. Golongan ini mencakup kegiatan penanaman tanaman di area atau lokasi hutan, contoh kelapa sawit.

3. Ekspor industri peternakan

Ekspor industri peternakan mencakup segala kegiatan ekspor hewan ternak untuk mendapatkan manfaat dan hasil dari kegiatan tersebut seperti ternak sapi, ayam domba dan babi. Dimana nilai daya saing ekspor industri peternakan Sumatera Utara dengan menggunakan metode Revealed Comparative Adventage (RCA) dari tahun 2012 sampai 2019 dengan

membandingkan kinerja ekspor industri peternakan Sumatera Utara dengan ekspor industri peternakan Indonesia dalam US Dollar sehingga diketahui daya saingnya. Hasil dari industri peternakan ini meliputi daging, susu, telur dan bahan pakaian.

4. Ekspor industri pengolahan tembakau

Ekspor industri pengolahan tembakau mencakup segala kegiatan ekspor pengembangan, penjualan, pengiriman dan pendistribusian tembakau dan produk yang terkait dengan tembakau. Dimana nilai daya saing ekspor industri pengolahan tembakau Sumatera Utara dengan menggunakan metode Revealed Comparative Adventage (RCA) dari tahun 2012 sampai 2019 dengan membandingkan kinerja ekspor industri pengolahan tembakau Sumatera Utara dengan ekspor industri pengolahan tembakau Indonesia dalam US Dollar sehingga diketahui daya saingnya.

5. Ekspor industri karet

Dalam pengolahan karet, industri karet mengolah mendesain, mengembangkan dan memproduksi berbagai macam produk karet. Olahan karet ini dibuat dari berbagai macam bahan baku baik karet alam maupun karet sintetis. Dimana nilai daya saing ekspor industri karet Sumatera Utara dengan menggunakan metode Revealed Comparative Adventage (RCA) dari tahun 2012 sampai 2019 dengan membandingkan kinerja ekspor industri karet Sumatera Utara dengan ekspor industri karet Indonesia dalam US Dollar sehingga diketahui daya saingnya.

3.6. Analisis Data

3.6.1. Revealed Comparative Adventage (RCA)

Guna mengetahui apakah suatu komoditas memiliki keunggulan dan daya saing atas ekspornya dilihat dari nilai RCA. RCA (revealed comparative adventage) merupakan pendekatan yang dipakai untuk mengukur keunggulan

komparatif di suatu Kawasan (Negara, daerah atau industri), dimana rentan nilai pengukuran antara 0 dan lebih besar dari 0. Nilai 1 merupakan pemisah antara keunggulan komparatif komoditas dan ketidakunggulan komparatif.

Adapun rumus umum dari RCA ialah sebagai berikut :

RCA = XiSU / XitSU ……… 3.5 WiIND/WitIND

Dimana

XiSU = Nilai Ekspor komoditas i dari Sumatera Utara XitSU = Total nilai ekspor dari Sumatera Utara

WiIND = Nilai ekspor komoditas i Indonesia WitIND = Total nilai ekspor Indonesia

Adapun penilaian hasil RCA ialah sebagai berikut ini :

1. RCA ≤ 1 menandakan daya saing industri berada dibawah rata-rata.

2. RCA ≥ 1 menandakan bahwasanya suatu industri memiliki daya saing diatas rata-rata.

3.6.2. Analisis Regresi Linier Berganda

Analisis regresi linier berganda merupakan analisis yang digunakan untuk meramalkan nilai pengaruh dua variabel bebas atau lebih terhadap satu variabel terikat ( Muhidin dan Abdurahman, 2009:198 ). Hal ini untuk membuktikan bahwa ada tidaknya hubungan fungsional atau hubungan kausal antara dua atau lebih variabel bebas terhadap suatu variabel terikat.

Adapun persamaan dari penelitian ini ialah sebagai berikut :

Pertumbuhan Ekonomi = f (daya saing ekspor pertanian tanaman semusim, daya saing ekspor pertanian tanaman tahunan, daya saing ekspor peternakan, daya saing ekspor pengolahan tembakau, daya saing ekspor karet).………3.6

Atau dengan symbol dapat dituliskan sebagai berikut:

Y = f (X1, X2, X3, X4, X5) ………3.7 Selanjutnya fungsi tersebut dispesifikasikan kedalam model ekonometrik sebagai berikut :

Y = ɑ

0

+ ɑ

1

X

1

+ ɑ

2

X

2

+ ɑ

3

X

3

+ ɑ

4

X

4

+ ɑ

5

X

5 +

µ …

.3.8

Dimana :

Y = Pertumbuhan Ekonomi Sumatera Utara ɑ0 = Konstanta

ɑ1 = Nilai Koefisien regresi daya saing ekspor tanaman semusim ɑ2 = Nilai Koefisien regresi daya saing ekspor tanaman tahunan

ɑ3 = Nilai Koefisien regresi daya saing ekspor peternakan

ɑ4 = Nilai Koefisien regresi daya saing ekspor pengolahan tembakau ɑ5 = Nilai Koefisien regresi daya saing ekspor karet

X1 = Daya saing ekspor tanaman semusim X2 = Daya saing ekspor tanaman tahunan X3 = Daya saing ekspor peternakan

X4 = Daya saing ekspor pengolahan tembakau X5 = Daya saing ekspor karet

µ = Tingkat Kesalahan Pengganggu

Aplikasi yang digunakan dalam analisi regresi linier berganda ini adalah dengan menggunakan aplikasi Eviews 9. Adapun langkah-langkah yang digunakan ialah sebagai berikut ini:

1. Uji Asumsi Klasik

Uji asumsi klasik berfungsi sebagai alat untuk mengetahui apakah data yang diperoleh mempunyai kondisi sebenarnya dan tidak bias sehingga dapat diuji. Adapan uji asumsi klasik ialah sebagai berikut:

a. Uji Normalitas

Setiap data pada variabel yang akan dianalisis harus terdistribusi dengan normal. Sehingga pengujian hipotesis harus dilakukan, maka dilakukan uji normalitas (Sugiyono, 2009). Menurut Sugiyono, ukuran sampel yang layak untuk melakukan penelitian ialah antara 30 sampel sampai 500 sampel, sehingga hasil yang didapat lebih akurat dan tidak bias. Dimana uji ini dilakukan untuk mengetahui

apakah data terdistribusi dengan normal (Muhidin dan Abdurahman, 2007). Jika data yang kita teliti tidak terdistribusi normal, hasil analisis akan bias.

Terdapat dua cara uji yang dilakukan dengan aplikasi eviews yaitu dengan analisa grafik dan uji statistic. Analisa grafik merupakan cara yang paling mudah namun dapat menyesatkan jika sampel data sedikit (Ghozali,2013:165). Uji normalitas residual yang akan dilakukan ialah dengan metode uji Jarque-Bera (JB). Jika nilai p value JB > taraf signifikansi yang telah ditentukan maka dapat disimpulkan bahwa data terdistribusi normal.

b. Uji Multikolinearitas

Tujuan dari uji Multikolinearitas adalah untuk melihat apakah ada korelasi antar variabel bebas. Regresi yang bagus semestinya tidak terdapat korelasi antara variabel bebasnya, jika variabel bebas saling berkorelasi, maka variabel ini tidak ortogonal (variabel independen yang nilai korelasi antar sesama variabel independen sama dengan nol) (Ghozali, 2011:105).

Untuk melihat adanya gejala multikolinearitas bisa diketahui dari nilai Tolerance dan VIF (Variance Inflation Factor) dengan aplikasi SPSS. Nilai yang dipakai adalah Tolerance Value < 0,1 atau VIF > 10 maka terjadi multikolinearitas, jika nilai Tolerance Value

> 0,1 atau VIF < 10 maka tidak terjadi multikolinearitas.

Selain itu juga dengan dilihat dari koefisien antar variabel bebas yang melebihi 0.80 dapat menjadi tanda bahwa terjadi gejala multikolinearitas. Uji multikolinearitas yang baik menunjukkan bahwa tidak terdapat korelasi yang tinggi setiap variabel bebas melebihi 0.90 (Ghozali, 2013:83)

c. Uji Heteroskedastisitas

Uji heteroskedastisitas digunakan untuk melihat sama atau tidaknya varians dari residual observasi yang satu dengan observasi yang lain. Jika variance dari residual satu observasi ke observasi yang lain tetap, maka disebut Homoskedastisitas. Penelitian yang baik adalah tidak adanya heteroskedastisitas (Ghozali, 2011: 139).

Menurut Gozali terdapat dua cara untuk mendeteksi heteroskedastisitas yaitu dengan metode grafik dan uji statistic (uji formal). Dimana jika nilai probabilitas antar variabel bebas > taraf signifikansi 5% disimpulkan tidak terjadi gejala heteroskedastisitas.

d. Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan untuk melihat apakah suatu model regresi ada korelasi antar residual pada periode t dengan residual pada periode sebelumnya t-1. Jika terdapat korelasi, maka terdapat gejala masalah autokorelasi.

Adapun uji yang dilakukan ialah dengan uji Durbin-Watson (DW Test) dimana jika nilai DW > dU maka tidak terdapat gejala autokorelasi.

e. Uji Hipotesis

i. Uji Signifikan Parsial (Uji T)

Uji statistik t bertujuan melihat seberapa jauh pengaruh satu variabel bebas dalam menerangkan variasi variabel terikat (Ghozali, 2011:98).

Tingkat signifikan pengujian yang diapakai adalah 0,05 (α=5%). Penerimaan atau penolakan hipotesis dilakukan dengan kriteria menurut Ghozali, (2011:100) sebagai berikut: Jika nilai signifikansi t statistik > 0,05, maka H1 ditolak. Ini berarti bahwa suatu variabel bebas secara individual tidak memiliki pengaruh terhadap variabel terikat. Dan jika nilai signifikansi t statistik <

0,05, maka H1 diterima. Hal ini berarti bahwa suatu variabel independen secara individual mempengaruhi variabel dependen.

ii. Uji Signifikan Simultan (Uji F)

Uji statistic F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel bebas yang dimasukkan dalam model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap variabel terikat.

Kriteria pengujiannya adalah: Jika nilai signifikan > 0,05, maka H0 diterima atau H1 ditolak. Hal ini berarti variabel bebas secara bersama-sama tidak berpengaruh terhadap variabel

terikat. Dan jika nilai signifikan < 0,05, maka H0 ditolak atau H1 diterima. Hal ini berarti variabel bebas secara bersama-sama berpengaruh terhadap variabel terikat.

iii. Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien Determinasi (R2) digunakan untuk melihat seberapa besar kontribusi variabel bebas dapat menerangkan variabel terikat. Jika koefisien determinasi (R2) semakin besar, maka semakin bagus kemampuan variabel bebas menerangkan variabel terikat dimana 0<R2<1. Sebaliknya, jika R2semakin kecil (mendekati nol), maka pengaruh variabel bebas adalah kecil terhadap variabel terikat. Berarti model yang dipakai tidak bagus untuk menerangkan pengaruh variabel bebas yang diteliti terhadap variabel terikat.

46 BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi Data Penelitian

Dalam perkembangan produk ekspor seperti sektor industri pertanian tanaman musiman, pertanian tanaman tahunan, industri peternakan, industri pengolahan tembakau dan industri karet di Sumatera Utara setiap tahunnya cenderung mengalami peningkatan jumlah ekspor. Adanya peningkatan jumlah ekspor tentunya akan memberikan dampak yang baik untuk suatu daerah maupun negara seperti peningkatan devisa negara, bertambahnya lapangan pekerjaan dan semakin majunya industri daerah tersebut. Sumatera Utara merupakan salah satu daerah dengan jumlah ekspor terbesar di Indonesia untuk kelima sektor industri tersebut.

Berikut merupakan tabel kinerja ekspor 5 sektor industri ekstraktif yang ada di Sumatera Utara untuk periode tahun 2012 sampai tahun 2019:

Tabel 4.1

Volume dan Nilai Ekspor Pertanian tanaman tahunan Sumatera Utara periode 2012 - 2019

Ekspor Pertanian Tanaman Tahunan Sumatera Utara Tahun Berat (Ribu Ton) Nilai ( Juta US$)

2012 226,1 578,6

2013 248,8 454,2

2014 260,7 587,2

2015 261,8 611,1

2016 229,0 536,0

2017 190,4 494,0

2018 179,2 461,8

2019 164,7 406,9

Pada tabel 4.1 dapat dilihat perkembangan ekspor industri pertanian tanaman tahunan di Sumatera Utara berdasarkan volume ekspor, dimana pada tahun 2012 sampai tahun 2015 volume ekspor industri pertanian tanaman tahunan di Sumatera Utara terus mengalami peningkatan yang cukup baik. Adapun data yang diperoleh yaitu pada tahun 2012 volume ekspor pertanian tanaman mencapai 226.100 ton dengan nilai ekspor mencapai 578,6 juta US$, kemudian pada tahun 2013 meningkat sebesar 248.100 ton namun terjadi penurunan nilai nilai ekspor menjadi 454,2 juta US$, sedang pada tahun 2014 volume ekspor terus meningkat menjadi 260.700 ton dengan nilai ekspor 587,2 juta US$, pada tahun 2015 terus meningkat sebesar 261.800 ton dengan nilai ekspor 611,1 juta US$ di tahun 2016 terjadi penurunan volume ekspor yaitu 229.000 ton dengan nilai ekspor 536 juta US$.

Adapun pada tahun 2016 hingga 2019 nilai ekspor pertanian tanaman tahunan di Sumatera Utara ini terus mengalami penurunan dimana pada tahun 2016 dengan nilai volume ekspor yaitu 229.000 ton dengan nilai 536 juta US$ menjadi 190.400 ton dengan nilai 494 juta US$ pada 2017. Kemudian pada tahun berikutnya yaitu 2018 juga masih terjadi penurunan nilai ekspor yaitu 179.200 ton dengan nilai 461,8 juta US$ dan pada tahun 2019 menjadi 164.700 ton dengan nilai mencapai 406,9 juta US$.

Terjadinya penurunan ekspor ini tidak terlepas dari adanya isu lingkungan pasar internasional yang sudah mengedepankan isu green economy dimana hal ini sangat berdampak terhadap ekspor pertanian tanaman tahunan seperti ekspor sawit.

Adanya isu kesejahteraan petani di Indonesia yang juga masih kurang dimana sulitnya melakukan pencairan dana pengelolaan untuk petani karena harus

memenuhi syarat ISPO (Indonesian Sustainable Palm Oil) menyebabkan berkurangnya ekspor.

Tabel 4.2

Volume dan Nilai Ekspor Pertanian tanaman musiman Sumatera Utara periode 2012 – 2019

Ekspor Pertanian Tanaman Semusim Sumatera Utara Tahun Berat (Ribu Ton) Nilau ( Juta US$)

2012 58,4 22,0

2013 56,6 21,6

2014 34,0 13,5

2015 45,5 15,7

2016 69,2 21,5

2017 42,6 14,8

2018 40,6 16,5

2019 42,8 18,0

Selanjutnya perkembangan Ekspor Pertanian Tanaman Semusim Sumatera Utara yang terdapat pada tabel 4.2 dapat dilihat dari tahun 2012 ke 2014 volume ekspor pertanian tanaman semusim ini mengalami penurunan. Dimana pada tahun 2012 volume ekspor yang didapat yaitu 58.400 ton dengan nilai ekspor 22 juta US$, volume ekspor pada tahun 2013 yaitu 56.600 ton dengan nilai 21,6 juta US$ dan volume ekspor pada tahun 2014 yaitu 34.000 ton dengan nilai 13,5 juta US$. Dan pada 2015 nilai volume ekspor ini mengalami kenaikan menjadi 45.500 ton dengan nilai 15,7 juta US$ begitu pula pada tahun 2016 yaitu dengan volume ekspor 69.200 ton dengan nilai 21,5 juta US$. Selanjutnya volume ekspor tanaman semusim ini mengalami penurunan kembali pada tahun 2017 dimana volume ekspor yang didapat yaitu 42.600 ton dengan nilai 14,8 juta US$. Begitu pula pada tahun berikutnya yaitu tahun 2018 nilai volume ekspor menurun dengan ekspor yang

didapat yaitu 40.600 ton dengan nilai ekspor sebesar 16,5 juta US$. Dan pada tahun 2019 volume ekspor pertanian tanaman semusim di Sumatera Utara ini naik menjadi 42.800 ton dengan nilai ekspor sebesar 18 juta US$.

Tabel 4.3

Volume dan Nilai Ekspor Industri Peternakan Sumatera Utara periode 2012 – 2019

Ekspor Peternakan Sumatera Utara Tahun Berat (Ribu Ton) Nilau ( Juta US$)

2012 0,1 13,7

2013 0,2 15,2

2014 0,2 18,4

2015 0,2 12,8

2016 0,2 34,9

2017 0,3 62,4

2018 0,4 63,2

2019 0,5 74,0

Perkembangan ekspor industri peternakan Sumatera Utara berdasarkan tabel 4.3, volume ekspor disektor ini cenderung mengalami peningkatan setiap tahunnya begitu juga denga nilai eskpornya. Hanya saja pada tahun pada tahun 2015 terjadi penurunan nilai ekspor meski memiliki volume ekspor yang hamper sama. Tahun 2012 ekspor industri ini mencapai 100 ton dengan niali 13,7 juta US$, selanjutnya pada tahun 2013 sampai 2016 mencapai 200 ton. Untuk tahun 2017 sampai 2019 terus mengalami peningkatan sebesar 300 ton dengan nilai 62,4 juta US$, 400 ton dengan nilai 63,2 juta US$ dan 500 ton dengan nilai ekspor sebesar 74 juta US$.

Dimana dari tahun 2012 sampai dengan tahun 2019 selalu mengalami peningkatan volume ekspor, tentunya ini merupakan kinerja ekspor yang sangat baik di industri peternakan yang ada di Sumatera Utara.

Tabel 4.4

Volume dan Nilai Ekspor Industri Pengolahan Tembakau Sumatera Utara periode 2012 – 2019

Ekspor Industri Pengolahan Tembakau Sumatera Utara Tahun Berat (Ribu Ton) Nilau ( Juta US$)

2012 39,3 253,4

2013 42,1 269,8

2014 48,6 358,1

2015 45,4 313,1

2016 44,6 314,8

2017 45,1 321,1

2018 43,6 293,9

2019 46,2 306,7

Selanjutnya perkembangan ekspor industri pengolahan tembakau di Sumatera Utara dapat dilihat pada tabel 4.4 bahwa volume ekspor pada tahun 2012 – 2014 terjadi kenaikan yang cukup baik. Dimana pada tahun 2012 volume ekspor yang didapat 39.300 ton dengan nilai ekspor 253,4 juta US$, kemudian pada tahun 2013 volume ekspor nya yaitu 42.100 ton dengan nilai ekspor sebesar 269,8 juta US$ dan pada tahun 2014 volume ekspor sebesar 48.600 ton dengan nilai ekspor sebesar 358,1 juta US$. Pada tahun 2015 dan 2016 terjadi penurunan volume yaitu pada tahun 2015 volume ekspor yang didapat yaitu 45.400 ton dengan nilai 313,1 juta US$ dan pada tahun 2016 yaitu 44.600 ton dengan nilai ekspor sebesar 314,8 juta US$. Pada tahun 2017 volume ekspor naik menjadi 45.100 ton dengan nilai ekspor sebesar 321,1 juta US$. Pada tahun 2018 volume ekspornya menurun menjadi 43.600 ton dengan nilai 293,9 juta US$. Kemudian naik lagi pada tahun 2019 dengan volume ekspor sebesar 46.200 ton dengan nilai ekspor sebesar 306,7 juta US$.

Tabel 4.5

Volume dan Nilai Ekspor Industri Karet Sumatera Utara periode 2012 – 2019

Ekspor Industri Karet Sumatera Utara Tahun Berat (Ribu Ton) Nilau ( Juta US$)

2012 657,4 2.170,7

2013 720,8 1.948,9

2014 654,1 1.369,2

2015 620,6 1.080,0

2016 587,6 975,4

2017 609,9 1.228,6

2018 625,7 1.109,1

2019 590,7 1.057,5

Pada data perkembangan volume Ekspor industri karet Sumatera Utara yang ada di tabel 4.5 dapat dilihat bahwa dari tahun 2012 ke 2013 volume ekspor naik. Dimana pada tahun 2012 volume ekspor industri karet yaitu 657.400 ton dengan nilai sebesar 2.170,7 juta US$ dan pada tahun 2013 yaitu 720.800 ton dengan nilai sebesar 1.948,9 juta US$.

Kemudian pada tahun 2014 volume ekspornya menurun menjadi 654.200 ton dengan nilai ekspor sebesar 1.369,2 juta US$ dan tahun 2015 volume ekspor nya adalah 620.600 ton dengan nilai ekspor sebesar 1.080 juta US$. Selanjutnya volume ekspor naik dari tahun 2016 hingga 2019. Dengan volume ekspor pada tahun 2016 yaitu 587.000 ton dengan nilai eskpor sebesar 975,4 juta US$, pada tahun 2017 volume ekspornya yaitu 609.000 ton dengan nilai ekspor sebesar 1.228,6 huta US$ dan pada tahun 2018 volume ekspor yang didapat yaitu 625.700 ton dengan nilai ekspor sebesar 1.109,1 juta US$. Dan pada tahun

Kemudian pada tahun 2014 volume ekspornya menurun menjadi 654.200 ton dengan nilai ekspor sebesar 1.369,2 juta US$ dan tahun 2015 volume ekspor nya adalah 620.600 ton dengan nilai ekspor sebesar 1.080 juta US$. Selanjutnya volume ekspor naik dari tahun 2016 hingga 2019. Dengan volume ekspor pada tahun 2016 yaitu 587.000 ton dengan nilai eskpor sebesar 975,4 juta US$, pada tahun 2017 volume ekspornya yaitu 609.000 ton dengan nilai ekspor sebesar 1.228,6 huta US$ dan pada tahun 2018 volume ekspor yang didapat yaitu 625.700 ton dengan nilai ekspor sebesar 1.109,1 juta US$. Dan pada tahun

Dokumen terkait