• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS DAYA SAING DAN PENGARUH 5 SEKTOR EKSPOR INDUSTRI EKSTRAKTIF TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI SUMATERA UTARA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "ANALISIS DAYA SAING DAN PENGARUH 5 SEKTOR EKSPOR INDUSTRI EKSTRAKTIF TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI SUMATERA UTARA"

Copied!
97
0
0

Teks penuh

(1)

PERTUMBUHAN EKONOMI DI SUMATERA UTARA

OLEH

ROCKY ARDIANSYAH HABIBI HARAHAP 170501047

PROGRAM STUDI EKONOMI PEMBANGUNAN FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2021

(2)
(3)
(4)
(5)

i ABSTRAK

ANALISIS DAYA SAING DAN PENGARUH 5 SEKTOR EKSPOR INDUSTRI EKSTRAKTIF TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI SUMATERA UTARA

Tujuan dari penelitian ini ialah untuk melihat bagaimana daya saing 5 sektor ekspor industri ekstraktif di Sumatera Utara di Indonesia serta melihat pengaruh daya saing kelima sektor ekspor tersebut terhadap pertumbuhan ekonomi yang ada di Sumatera Utara. Dimana jenis penelitian ini ialah deskriptif kuantitatif berlandaskan kepada filsafat positivism. Metode analisa data menggunakan revealed comparative adventage (RCA) serta regresi linier berganda menggunakan eviews 11.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa 5 sektor ekspor industri ekstraktif Sumatera Utara yaitu industri pertanian tanaman tahunan, industrin pertanian tanaman musiman, industri peternakan, industri pengolahan tembakau dan industri karet memiliki daya saing di atas rata-rata Indonesia dimana sektor industri pengolahan tembakau memiliki daya saing yang paling tinggi. Secara simultan, kelima sektor daya saing industri ekstraktif Sumatera Utara mempunyai pengaruh yang positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di Sumatera Utara.

Namun secara parsial, tidak selalu sektor industri ekstraktif memiliki pengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi di Sumatera Utara. Dimana Daya saing eskpor pertanian tanaman tahunan memiliki pengaruh negatif dan tidak signifikan, daya saing ekspor pertanian tanaman musiman memiliki pengaruh positif dan tidak signifikan, daya saing ekspor industri peternakan memiliki pengaruh negatif yang signifikan, daya saing ekspor pengolahan temabaku memiliki pengaruh yang negative dan signifikan serta daya saing industri karet memiliki pegaruh positif dan signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi di Sumatera Utara.

Kata Kunci: Revealed Comparative Adventage, Daya Saing, Industri Ekstraktif, Pertumbuhan Ekonomi dan Ekspor.

(6)

ii ABSTRACT

ANALYSIS OF COMPETITIVENESS AND THE INFLUENCE OF 5 EXTRACTIVE INDUSTRY EXPORT SECTORS ON ECONOMICS GROWTH IN NORTH SUMATRA

The aim of this research was to analize the competitiveness of 5 extractive industry export sectors in north sumatra on Indonesia and to know the effect of 5 extractive industry export sectors competitiveness on economics growth in north sumatra. This type of research is descriptive quantitativebased on the positivism philosophy. Data analysis method using revealed comparative adventage (RCA) and multiple linier regression using eviews 11.

The result of this research showed that 5 extractive industry export sectors in North Sumatra namely the annual crop agriculture industry, seasonal crop agriculture industry, livestock industry, tobacco processing industry and rubber industry had competitiveness above average competitiveness on Indonesia, where the tobacco processing industry have the highest competitiveness. Simultaniously, The five sectors of North Sumatra's extractive industry competitiveness have a positive and significant impact on economic growth in North Sumatra. However, partially, the extractive industry sector does not always have a positive influence on economic growth in North Sumatra. Where the export competitiveness of annual crop agriculture has a negative and insignificant effect, the export competitiveness of seasonal crops agriculture industry has a positive and insignificant effect, the export competitiveness of the livestock industry has a significant negative effect, the export competitiveness of raw tobacco processing has a negative and significant influence and The competitiveness of the rubber industry has a positive and significant influence on economic growth in North Sumatra.

Keywords : Revealed Comparative Adventage, Competitiveness, Extractive Industry, Economics Growth and Export.

(7)

iii

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT, Tuhan yang maha Esa yang telah memberikan kesempatan, kesehatan, Rahmat beserta Hidayah-Nya bagi penulis untuk dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Analisi Daya Saing dan Pengaruh 5 Sektor Ekspor Industri Ekstraktif Terhadap Pertumbuhan Ekonomi di Sumatera Utara”. Dimana penulis menyadari bahwasanya skripsi ini dapat diselesaikan atas bimbingan dan bantuan berbagai pihak terutama kedua orang tua saya yaitu Bapak Rizal Alrasyid Harahap dan Ibu Tiabasa Nasution yang terus memberikan bimbingan, motivasi dan dukungan selama proses perkuliahan dan pengerjaan skripsi ini.

Pada kesempatan ini penulis juga menyampaikan terima kasih sebesar- besarnya dan memberikan penghargaan yang tulus kepada :

1. Bapak Dr. Muryanto Amin, S.Sos, M.Si, selaku Rektor Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Dr. Fadli, S.E, M.Si, selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Dr. Raina Linda Sari M.Si selaku Ketua Program Studi S1 Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara dan juga selaku dosen pembanding I saya yang memberikan banyak saran dan arahan dalam penyempurnaan skripsi ini.

4. Ibu Inggrita Gusti Sari Nasution S.E, M.Si selaku Sekretaris Program Studi S1 Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara dan juga selaku dosen pembanding II saya yang memberikan banyak saran dan arahan dalam penyempurnaan skripsi ini.

5. Bapak Wahyu Sugeng Imam Soeparno, S.E, M.Si selaku Dosen Pembimbing saya yang telah menyediakan waktu, tenaga, dan fikiran untuk membimbing penulisan skripsi saya dari awal sampai akhir.

6. Seluruh Dosen dan Staff Pengajar Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara yang telah membagi pengalaman dan ilmu pengetahuan bagi saya.

7. Seluruh Pegawai dan Staf Administrasi Departemen Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara yang telah membantu saya dalam penyelesaian urusan administrasi.

8. Seluruh teman-teman dan pihak yang telah membantu hingga selesainya penulisan skripsi ini.

Akhir kata, saya berharap Allah SWT berkenan membalas kebaikan semua pihak yang telah membantu dalam proses penyelesaian skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat dan menjadi referensi baik itu bagi instansi, pemerintah, mahasiswa serta peneliti yang akan melakukan penelitian lebih lanjut serta semua pihak.

(8)

iv DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ... i

DAFTAR TABEL ... vi

DAFTAR GAMBAR ... vii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 6

1.3. Tujuan Penelitian ... 6

1.4. Manfaat Penelitian ... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 8

2.1. Landasan Teoritis ... 8

2.1.1. Pertumbuhan Ekonomi ... 8

2.1.2. Perdagangan Internasional ... 10

2.1.3. Teori Keunggulan Komparatif ... 12

2.1.4. Ekspor ... 14

2.1.5. Daya Saing ... 15

2.1.6. Daya Saing Ekspor ... 17

2.1.7. Industri Ekstraktif ... 18

2.1.8. Revealed Comparative Adventage (RCA) ... 21

2.2. Penelitian Terdahulu ... 22

2.3. Kerangka Konseptual... 29

2.4. Hipotesis Penelitian ... 30

BAB III METODE PENELITIAN ... 32

3.1. Jenis Penelitian ... 32

3.2. Ruang Lingkup Penelitian ... 32

3.3. Variabel Penelitian ... 33

1. Variabel terikat ... 33

2. Variabel bebas ... 33

3.4. Teknik Pengumpulan Data ... 34

3.5. Defenisi Operasional ... 36

3.6. Analisis Data ... 39

3.6.1. Revealed Comparative Adventage (RCA) ... 39

(9)

v

3.6.2. Analisis Regresi Linier Berganda ... 40

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 46

4.1. Deskripsi Objek Penelitian ... 46

4.2. Analisis Revealed Comparative Adventage (RCA) ... 52

4.3 Uji Asumsi Klasik ... 55

4.3.1. Uji Normalitas ... 55

4.3.2. Uji Multikolinearitas ... 55

4.3.3. Uji Heteroskedastitas ... 57

4.3.4. Uji Autokorelasi ... 58

4.4. Uji Regresi Linier Berganda ... 58

4.4.1. Uji Koefisien Regresi Secara Simultan (Uji F) ... 60

4.4.2. Uji koefisien Regresi Secara Parsial (Uji t) ... 61

4.4.3. Uji Koefisien Determinasi (R-Square) ... 63

4.4.4. Estimasi Model Regresi ... 64

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 70

5.1. Kesimpulan ... 70

5.2 Saran ... 72 DAFTAR PUSTAKA ...

LAMPIRAN

(10)

vi

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

Tabel 1.1 Nilai Ekspor komoditas berdasarakan asal barang utama

di Sumatera Utara 2015– 2019 ... 3

Tabel 1.2 Pertumbuhan Ekonomi Sumatera Utara Atas Dasar Harga Konstan tahun 2015-2019 ... 5

Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu ... 19

Tabel 4.1 Ekspor Pertanian Tanaman Tahunan ... 46

Tabel 4.2 Ekspor Pertanian Tanaman Musiman ... 47

Tabel 4.3 Ekspor Industri Peternakan ... 48

Tabel 4.4 Ekspor Industri Pengolahan Tembakau ... 49

Tabel 4.5 Ekspor Industri Karet ... 50

Tabel 4.6 Hasil Nilai RCA Industri Ekstrkatif Sumatera Utara .. 52

Tabel 4.7 Uji Normalitas ... 55

Tabel 4.8 Uji Multikolinearitas ... 56

Tabel 4.9 Uji Heteroskedastisitas ... 57

Tabel 4.10 Uji Autokorelasi ... 58

Tabel 4.11 Uji Regresi Linier Berganda ... 59

(11)

vii

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual ... 30

(12)

viii

DAFTAR LAMPIRAN Nomor Judul

1 Data Penelitian

2 Data Interpolasi

3 Uji Asumsi Klasik

4 Uji Regresi

(13)

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Setiap daerah memiliki keunggulan produksi masing-masing. Dimana setiap daerah tidak mampu untuk memenuhi setiap kebutuhan barang maupun jasa didaerahnya, adanya perdagangan antar negara maupun daerah membuka kesempatan untuk pemenuhan kebutuhan dan meningkatkan perekonomian daerah tersebut. Adanya daya saing ekonomi tiap daerah menjadi acuan bahwasanya peningkatan produktivitas memiliki pengaruh terhadap peningkatan pertumbuhan ekonomi suatu negara maupun daerah. Daya saing suatu daerah meningkat seiring dengan peningkatan ekspor yang dilakukan daerah tersebut sehingga menjadikan daya saing sebagai salah satu indikator dalam mengukur pembangunan ekonomi suatu daerah.

Michael Porter (dalam Ekananda, 2002: 74) menjelaskan bahwa masing- masing negara cenderung melakukan spesialisasi produksi dan mengekspor barang tertentu karena negara tersebut memiliki faktor produksi yang relatif banyak dan murah untuk memproduksinya. Daerah-daerah yang mengalami pertumbuhan yang pesat karena kegiatan ekpsor yang sangat intensif. Dimana perdagangan internasional terkhusus ekspor merupakan mesin pertumbuhan berbagai negara- negara berkembang (Salvatore,1997: 423-424). Hal ini mengindikasikan bahwasanya peningkatan nilai ekspor akan berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi.

(14)

Sumatera Utara memiliki luas wilayah mencapai 71.680,68 km2 atau 3,72 % dari luas wilayah Indonesia dengan jumlah penduduk tahun 2020 mencapai 14,80 juta jiwa menjadikan Sumatera Utara menjadi provinsi keempat dengan jumlah penduduk terbesar di Indonesia. Dimana berdasarkan data BPS Sumatera Utara tahun 2020, lapangan pekerjaan penduduk Sumatera Utara terbanyak adalah sektor pertanian yaitu sebanyak 2,67 juta orang. Pada tahun 2019 berdasarkan produk domestik regional bruto (pdrb) menurut lapangan usaha, peran terbesar disumbang oleh industri pertanian, kehutanan, dan perikanan. Hal ini mengindikasikan potensi Sumatera Utara sebagai pusat pengembangan industri ekstraktif.

Industri ekstraktif merupakan merupakan industri yang dimana bahan bakunya diambil dari alam secara langsung seperti industri pertanian, industri perikanan, industri kehutanan, pertambangan dan lainnya. Berdasarkan data International Monetary Fund, untuk selang waktu 2000-2007 rata-rata pendapatan industri ekstraktif mencapai sekitar 40 persen dari total pendapatan fiskal oleh negara penghasil sumber daya tersebut (Revenue Watch Institute, 2010). Atas dasar hal ini pengelolaan SDA merupakan hal yang harus diteliti dan dikembangkan dengan baik (Damayanty,2016:260).

Daya saing suatu daerah dapat dilihat dari kinerja ekspor komoditasnya, data badan pusat statistik (BPS) berdasarkan ekspor komoditas dan asal barang utama terdapat 5 sektor komoditas ekspor Sumatera Utara yang diklasifikasikan kedalam industri ekstraktif dimana sektor tersebut adalah sektor pertanian tanaman musiman, pertanian tanaman tahunan, industri peternakan, industri pengolahan tembakau dan industri karet.

(15)

Tabel 1.1

Nilai Ekspor Komoditas berdasarkan Asal Barang Utama di Sumatera Utara tahun 2015-2019 (Juta, US Dollar)

Sektor Tahun

2015 2016 2017 2018 2019

Pertanian Tanaman Tahunan 611,1 536,0 494,0 461,8 406,9

Pertanian Tanaman Semusim 15,7 21,5 14,8 16,5 18,0

Industri Peternakan 12,8 34,9 62,4 63,2 74,0

Industri Pengolahan Tembakau 313,1 314,8 321,1 293,9 306,7

Industri Karet 1.080,0 975,4 1.228,6 1.109,1 1.057,5

Dalam Juta US$

Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Utara

Berdasarkan tabel 1.1 terdapat lima sektor yang diklasifikasikan kedalam Industri Ekstraktif sebagai ekspor berdasarkan komoditas dan asal barang utama di Sumatera Utara. Dimana Industri karet merupakan penyumbang ekspor tertinggi di Sumatera Utara, disusul oleh pertanian tanaman tahunan, Industri Pengolahan Tembakau, Pertanian Tanaman Semusim dan Industri Peternakan.

Sektor pertanian tanaman tahunan di Sumatera Utara sejak tahun 2015 sampai 2019 terus mengalami penurunan nilai ekspor, sehingga perlu dilihat apakah daya saingnya sektor ini di Sumatera Utara juga terus mengalami penurunan di Indonesia. Sedangkan Industri Peternakan mengalami kenaikan dari tahun 2015 sampai 2019 berdasarkan nilai ekspor dari 12,8 juta US Dollar mencapai 74 juta US Dollar. Untuk komoditas karet dari tahun 2015 yang senilai 1.080 juta US Dollar mengalami penurunan di tahun 2016 menjadi 975,4 juta US Dollar dan tahun 2017 terjadi peningkatan sebesar 1.228,6 juta US Dollar. Namun dari tahun 2018 sampai 2019 mengalami penurunan dari 1.109,1 juta US Dollar menjadi 1.057,5 juta US Dollar.

(16)

Untuk sektor pengolahan tembakau cenderung lebih fluktuatif dari tahun ke tahun dimana dari tahun 2015 sampai 2017 mengalami peningkatan nilai dari 313,1 juta US Dollar menjadi 321,1 juta US Dollar dan tahun 2018 terjadi penurunan nilai sebesar 293,9 juta US Dollar dan meningkat di Tahun 2019 sebesar 306,7 juta US Dollar. Begitu juga dengan sektor pertanian tanaman semusim dimana kinerja ekspornya cenderung fluktuatif, tahun 2015 senilai 15,7 juta US Dollar menurun di tahun 2016 menjadi sebesar 21,5 juta US Dollar dan sejak 2017 sampai 2019 mengalami peningkatan dari 14,8 juta US Dollar menjadi 18 juta US Dollar di tahun 2019.

Dalam peningkatan daya saing dan program MP3EI, Menteri Perindustrian mengatakan bahwasanya industri berbasis sumber daya alam merupakan salah satu industri yang diprioritaskan yang harus dikembangkan. Selain itu, Indonesia merupakan produsen karet terbesar kedua didunia setelah Thailand dimana diproyeksikan produksi karet Indonesia mencapai 4,4 juta ton pada tahun 2020. Hal ini menunjukkan bahwasanya daya saing industri karet Sumatera Utara merupakan salah satu tolak ukur mengukur kinerja sektor ini (Kemenperin, 2011).

Untuk itu perlu dilihat bagaimana daya saing kelima sektor ini guna memudahkan pemerintah membuat kebijakan seperti spesialisasi produksi dan peningkatan perekonomian Sumatera Utara.

(17)

Tabel 1.2

Pertumbuhan Ekonomi Sumatera Utara Atas Dasar Harga Konstan (ADHK) tahun 2015 – 2019

Tahun Pertumbuhan Ekonomi

2015 5,10

2016 5,18

2017 5,12

2018 5,18

2019 5,22

2020 4,15

Dalam (%) Sumber: Badan Pusat Statistik Sumatera Utara

Berdasarkan tabel 1.2 pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara cenderung bergerak fluktuatif dimana pada tahun 2015 senilai 5,10 % mengalami peningkatan di tahun 2016 menjadi 5,18% dan tahun 2017 kembali mengalami penurunan menjadi 5,12%. Sedangkan tahun 2018 dan 2019 terjadi peningkatan pertumbuhan ekonomi dari 5,18% menjadi 5,22%. Untuk tahun 2020, pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara turun sebesar 1,07% yaitu menjadi 4,15% salah satunya dikarenakan kondisi pandemi.

Salah satu faktor yang meningkatkan pertumbuhan ekonomi adalah adanya ekspor (Apridar dalam Priyono, 2016:1416). Menurut Sukirno (1976), ekspor dan pertumbuhan ekonomi memiliki hubungan yang disebut dengan export base and resource. Teori export base dan resource merupakan sektor ekspor dapat

menyebabkan pembangunan ekonomi. Dimana pertumbuhan ekonomi yang bagus harus didukung dengan perdagangan internasional berupa ekspor dan impor. Ini terjadi karena adanya peningkatan kebutuhan masyarakat (Ayu Krisna dan Sukarsa,2012:63-70).

(18)

Ekspor adalah salah satu penunjang terjadinya pertumbuhan ekonomi.

Ekspor mimiliki hubungan dengan pertumbuhan ekonomi (Priyono,2016:1411).

Dengan melihat daya saing industri ekstraktif Sumatera Utara berdasarakan 5 sektor komoditas dan asal barang utama, dimana daya saing ini merupakan cerminan dari kinerja ekspor. Maka daya saing ekspor juga memiliki hubungan dengan pertumbuhan ekonomi suatu daerah.

Berdasarkan uraikan diatas, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “ANALISIS DAYA SAING DAN PENGARUH 5 SEKTOR EKSPOR INDUSTRI EKSTRAKTIF TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI DI SUMATERA UTARA”.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dari masalah diatas, maka rumusan masalah dari penelitian ini ialah sebagai berikut:

1. Bagaimana daya saing 5 sektor ekspor industri ekstrkatif di Sumatera Utara?

2. Bagaimana pengaruh daya saing 5 sektor ekspor industri ekstraktif terhadap pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara?

1.3. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini ialah sebagai berikut:

(19)

1.Untuk menganalisis bagaimana daya saing 5 sektor ekspor industri ekstrkatif di Sumatera Utara.

2.Untuk menganalisis bagaimana pengaruh daya saing 5 sektor ekspor industri ekstraktif terhadap pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara.

1.4. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini ialah sebagai berikut:

1. Memperoleh informasi bagaimana daya saing 5 sektor ekspor industri ekstraktif di Sumatera Utara.

2. Memperoleh informasi bagaimana pengaruh daya saing 5 sektor ekspor industri ekstraktif terhadap pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara.

(20)

8 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Landasan Teoritis 2.1.1. Pertumbuhan Ekonomi

Model pertumbuhan ekonomi yang bagus terdapat sektor perdagangan luar internasional, yaitu ekspor dan impor. Dengan terjadinya peningkatan taraf ekonomi masyarakat maka kegiatan perdagangan juga semakin meningkat (Ayu Krisna & Sukarsa,2014:63-70). Menurut Sukirno (1976) ekspor dan pertumbuhan ekonomi merupakan teori export base dan resource. Dimana teori ini menjelaskan bahwasanya sektor ekspor merupakan penggerak dari pembangunan ekonomi dimana hal ini berhubungan langsung terhadap pertumbuhan ekonomi. Dimana sektor ekspor memberikan sumbangan terhadap pembangunan secara dimana kenaikan ekspor akan meningkatkan impor juga termasuk impor barang modal yang berperan dalam pembangunan ekonomi, dana pembangunan dialirkan kedalam sektor yang paling efisien dikarenakan ekpor akan bisa bersaing dengan industri diluar negeri, juga memperluas pasar produksi dalam negeri dan menciptakan skala ekonomi. Ekspor sangat berpengaruh signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi dikarenakan secara langsung memberikan devisa yang besar terhadap suatu negara, dimana peningkatan ekspor sesuai dengan peningkatan jumlah produksi yang menyebakan peninkatan pertumbuhan ekonomi. Oleh karena itu kegiatan ekspor memberikan dampak besart terhadap pertumbuhan daerah atau suatu negara.

Menurut Mankiw (2003) pertumbuhan ekonomi merupakan salah satu indikator untuk melihat bagaimana aktivitas pergerakan ekonomi dapat menambah

(21)

pendapatan masyarakat untuk kurun waktu tertentu. Adapun Todaro (2003) menjelaskan terdapat 3 faktor yang menyebabkan pertumbuhan perekonomian antara lain akumulasi modal, pertumbuhan penduduk disusul dengan pertumbuhan Angkatan kerja dan teknologi (Priyono,2016:1415-1416).

Pertumbuhan ekonomi ditunjukkan kedalam perubahan output nasionalnya sehingga merupakan indikator pembangunan ekonomi secara jangka pendek.

Pertumbuhan ekonomi juga merupakan kenaikan output total dalam jangka Panjang yang disertai dengan perubahan struktur ekonomi dimana ekspor menjadi peran penting dalam pertumbuhan ekonomi (Aditya,2016). Umumnya teori pertumbuhan ekonomi terbagi atas dua yaitu klasik dan modern. Dimana pada teori klasik umumnya didasari pada mekanisme pasar bebas yang dicetuskan oleh Adam Smith, David Ricardo dan ekonom klasik lainnya.

Berdasarkan teori Adam Smith (Todaro,2010:22), terdapat 2 faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomomi yaitu pertumbuhan penduduk dan pertumbuhan total output. Menurut kaum ekonomi klasik, pertumbuhan ekonomi sangat bergantung terhadap faktor kapital, tenaga kerja dan teknologi yang ditulisakan dalam persamaan sebagai berikut ini:

∆Y = f (∆K, ∆L, ∆T)………..2.1 Dimana ∆Y = Tingkat Pertumbuhan Ekonomi

∆K = Tingkat pertambahan barang modal

∆L = Tingkat pertambahan tenaga kerja

∆T = Tingkat pertambahan teknologi

(22)

Sedangkan dalam teori pertumbuhan ekonomi neo-klasik oleh Solow (Todaro, 2010:55) Solow hanya menitikberatkan pada jumlah output yang dihasilkan berdasarkan kombinasi penggunaan capital dan labor sesuai dengan model persamaan Lewis.

Berbeda dengan teori modern, seperti teori Harrod-Domar dimana model pertumbuhan ekonominya menjelaskan tentang hubungan ekonomi yang fungsional yang menjelakan bahwa tingkat pertumbuhan produk domestik bruto tergantung pada tingkat tabungan neto dan berbanding terbalik dengan rasio modal output nasional. Teori Harrod-Domar menjelaskan bahwasanya investasi sangat penting bagi pertumbuhan ekonomi (Todaro,2002:136).

2.1.2. Perdagangan Internasional

Perdagangan internasional merupakan perdagangan atas suatu komoditas oleh suatu negara dengan batas diluar wilayah negara tesebut. Berikut beberapa teori mengenai perdagangan internasional sebagai berikut (Nopirin, 2012: 7-35):

1.Teori Klasik

a. Absolut Adventage

Teori ini dicetuskan oleh Adam Smith yang disebut pure theory perdagangan internasional karena teori ini memusatkan pada faktor nilai riilnya dimana suatu komoditas dengan nilai yang sangat tinggi menunjukkan bahwasanya tenaga kerjanya juga memakai input yang sangat besar.

(23)

b. Comparative Adventage

Teori ini dicetuskan oleh J.S Mill dimana menyatakan bahwa suatu negara melakukan ekspor terhadap komoditas terbesarnya dengan biaya yang relatif kecil yang disebut dengan keunggulan komparatif atau comparative adventage. Sedangkan suatu negara melakukan impor karena memproduksi suatu barang dengan biaya yang relatif lebih besar yang disebut dengan comparative disadventage. Suatu negara memiliki keunggulan komparatif jika memiliki cost of input yang lebih kecil dibanding negara lain.

c. Comparative Cost

Teori ini dicetuskan oleh David Ricardo dimana menyatakan bahwa nilai suatu barang tergantung atas faktor produksinya seperti bagaimana banyak tenaga kerja yang dipakai untuk memproduksi suatu barang yang disebut juga labor cost value theory. Perdagangan internasional akan terjadi jika setiap negara memiliki comparative cost yang paling kecil.

2. Teori Modern a. Faktor Proporsi

Teori ini perama kali dicetuskan oleh Heckser-Ohlin dimana menjelaskan tentang fungsi produksi sebagai penjelasan atas penyebab adanya kemanfaaan relatif antar dua negara atas dasar proporsi kepemilikan faktor produksi. Perbedaan kemungkinan biaya tiap negara atas produksinya dikarenakan terjadi perbedaan faktor produksi. Negara yang

(24)

memiliki tenaga kerja lebih banyak dari yang lain dan satunya lagi negara yang memiliki modal lebih banyak dari yang lain sehingga terjadi pertukaran antara kedua negara bersangkutan (Salvatore.1997: 118-130).

b. Kesamaan harga faktor produksi

Perdagangan bebas umumnya menyebabkan harga faktor produksi sama di tiap negara. Negara X mempunyai lebih banyak modal dengan makin banyak nya produksi komoditas A, permintaan modal akan bertambah sehingga harga cenderung meningkat. Sementara jika komoditas B diproduksi semakin sedikit maka permintaan tenaga kerja juga akan menurun. Sebelum adanya perdagangan upah lebih tinggi di X, tetapi harga modal lebih tinggi di Y.

c. Teori Permintaan dan penawaran

Perdagangan antar negara terjadi karena adanya permintaan dan penawaran terhadap sebuah komoditas atau jasa di negara tersebut.

Permintaan ini terjadi karena adanya perbedaan penghasilan atau juga selera, sedangkan penawaran terjadi karena perbedaan dalam faktor produksi, teknologi dan faktor lainnya.

2.1.3. Teori Keunggulan Komparatif

Teori keunggulan komparatif merupakan suatu teori yang membahas tentang kemampuan untuk memproduksi suatu komoditas dengan biaya yang relatif lebih kecil dibandingkan dengan komoditas lain. Teori ini pertama kali dicetuskan oleh J.S Mill, dimana kemudian disempurnakan oleh David Ricardo, dimana transaksi

(25)

perdagangan antar dua negara terjadi jika setiap negara mempunyai biaya relatif yang lebih kecil atas barang dibandingkan negara lain. Secara teori, menurut hukum comparative adventage walaupun suatu negara tidak memiliki keunggulan absolut

untuk menghasilkan dua barang jika dibandingkan dengan negara lain, perdagangan masih bisa diteruskan selama perbandingan harga antar negara tetap berbeda (Salvatore, 1997:27).

David Ricardo berpendapat bahwa keunggulan suatu negara atas yang lain dikarenakan adanya perbedaan tingkat efisiensi dalam memproduksi dua jenis barang yang terjadi dalam perdagangan internasional (Tambunan, 2001: 185-195).

Dia menyatakan bahwa suatu barang penentunya adalah faktor tenaga kerja atau labor theory of value yang disebut dengan teori nilai berdasarkan tenaga kerja.

Kemudian disempurnakan dengan teori biaya peluang atau opportunity cost theory.

Adapun teori ini dijelaskan lebih lanjut dalam teori labor efficiency dimana sebuah negara akan mendapatkan benefit dengan adanya perdagangan global jika melakukan spesialisasi atas produksi dan ekspor produk dimana berproduksi efisien dan mengimpor barang yang produksi nya tidak efisien (Hamdy, 2001).

J.S Mill menjelaskan bahwa suatu negara akan melakukan spesialisasi dan ekspor produk jika negara yang bersangkutan memiliki keunggulan komparatif yang besar dan akan melakukan impor produk jika negara tersebut memiliki kerugian komparatif atau comparative disadventage (Tambunan, 2001). Teori lain berpendapat, factor endowment theory of comparative adventage atau teori keunggulan komparatif berdasarkan faktor kelimpahan oleh Heckser-Ohlin berpendapat bahwa negara dapat memanfaatkan keunggulan produksinya

(26)

berdasarkan kemampuannya untuk memanfaatkan kepemilikan faktor-faktor produksi yang melimpah diwilayahnya.

2.1.4. Ekspor

Ekspor diartikan sebagai transaksi perdagangan dengan cara mengeluarkan barang dalam negeri ke suatu negara dengan ketentuan hukum (Roselyn.1996:306).

Negara melakukan ekspor karena permintaan akan komoditas tersebut telah dipenuhi dimana produksi dari komoditas tersebut lebih produktif dibanding dengan kinerja negara luar di perdagangan global menyebabkan harganya lebih murah. Dari segi pengeluaran, ekspor merupakan salah satu faktor terpenting dari Produk Nasional Bruto atau PNB, dimana perubahan nilai ekspor menjadikan pendapatan masyarakat juga akan berubah.

Menurut Kementrian Perindustrian dan Perdagangan 182/MPP/Kep/4/1998 tentang ekspor, dimana ekspor adalah transaksi mengeluarkan komoditi atau jasa dari daerah pabeanan. Daerah Pabeanan ialah wilayah NKRI yang meliputi daratan, perairan dan udara, serta Perpu tertentu di zona ekonomi eksklusif (ZEE).

Melalui perluasan pasar antar negara, yaitu perluasan sektor industri, ekspor merupakan sektor penting perekonomian suatu negara, sehingga mendorong peningkatan kinerja industri – industri dalam perekonomian (G.M. Meier dan Baldwin dalam Galih dan Setiawina, 2014: 48-55).

Negara dapat mengekspor ke negara asing jika pihak asing tidak dapat memproduksi komoditas atau produksinya tidak dapat memenuhi permintaan dalam negeri. Faktor lain ialah kemampuan untuk memproduksi komoditi yang dapat bersaing di pasar globa, dimana kualitas dan harga barang ekspor harus

(27)

minimal sebaik yang diperdagangkan di pasar luar negeri. Selera orang asing akan barang yang bisa diekspor ke luar negeri memainkan peran yang sangat penting dalam menentukan ekspor suatu negara. Dapat dikatakan bahwa semakin banyak komoditas dengan ciri khas yang diproduksi oleh suatu negara, Banyak ekspor yang bisa dilakukan Sehingga keuntungan yang diperoleh seperti memperluas pasar, menambah devisa negara dan memperluas lapangan pekerjaan. (Sadono Sukirno, 2010: 205).

2.1.5. Daya Saing

Awal pertama istilah daya saing merupakan konsep dari keunggulan komparatif yang diungkapkan oleh David Ricardo. Menurut teori David Ricardo (D’Cruz.1992 dalam Rajagukuguk,Wilson. 2016:3) menjelaskan bahwasanya daya saing dibagi berdasarkan tingkatannya yaitu negara, industry dan perusahaan. Daya saing atau competer istilah dalam Bahasa latin berarti keterlibatan dalam persaingan usaha di suatu pasar yang menunjukkan kekuatan ekonomi yang dimiliki suatu negara.

Pengertian Daya Saing Adalah Keunggulan Pembeda dari yang lain yang terdiri dari comparative advantage dan competitive adventage. Industri yang tidak mempunyai daya saing pastinya cepat atau lambat akan berhenti karena tidak mempunyai kompetensi untuk terus survive dalam industri. Industri yang mampu menghasilkan komoditas yang bagus atau memiliki production cost yang lebih murah tentunya akan mampu bersaing di pasar. Sehingga ini menentukan keberhasilan maupun kehancuran industri.

(28)

Dalam ekonomi regonal, daya saing merupakan kemampuan daerah untuk memproduksi suatu komoditi yang lebih dibanding daerah lain. Hasil daya saing internasional yang telah dikeluarkan World Economic Forum,“competitiveness is the set of institution, policies, and factor that determine the level of productivity of a country.(Global Competitiveness Report, 2012).

Dimana hal ini berarti bahwasanya banyak hal-hal yang sangat mempengaruhi tingkat produktivitas suatu negara. Untuk itu, berbagai metode digunakan untuk mengukur bagaimana daya saing suatu industri, perusahaan, daerah maupun negara.

Adapun indikator-indikator tersebut seperti metode RCA atau revealed comparative adventage dimana metode ini merupakan metode yang mengukur daya saing suatu industri, daerah maupun negara melalui kinerja ekspornya. Yang dimana jika eskpor suatu industri relatif lebih tinggi persentasenya dibanding pangsa pasar yang sama di ekspor global, maka indsutri tersebut dianggap memiliki keunggulan komparatif terhadap ekspor komoditas tersebut (Tambunan,2001:195- 197).

Metode lainnya ialah RCTA atau revealed comparative trade adventage dimana metode ini melakukan pendekatan pada perkembangan impor suatu komoditas dan bukan hanya kinerja ekspornya saja. Indeks Spesialisasi Perdagangan atau ISP juga sering digunakan sebagai tolak ukur daya saing, dimana indeks ini sering dipakai untuk melihat apakah suatu daerah lebih cenderung menjadi pengimpor atau pengekspor.

(29)

Ada juga metode RA atau rasio keselarasan dimana metode ini menunjjukan apakah suatu daerah dapat merebut pasar di uar negeri dimana melihat posisinya di pasar global semakin melemah atau bertambah kuat. CMS atau constant market share dimana metode ini digunakan untuk mengukur dinamika keunggulan suatu industri dalam perdagangan internasional.

2.1.6. Daya Saing Ekspor

Pada dasarnya daya saing ekspor merupakan keberhasilan suatu produk dalam persaingan di pasar global dan dapat bertahan didalam pasar tersebut. Daya saing ekspor dapat berhasil jika suatu industri mampu berproduksi dengan minimum total cost sehingga memiliki produk dengan harga yang lebih rendah didukung dengan kualitas yang baik.

Menurut Porter (1998) daya saing pada dasarnya terfokus terhadap produktivitas, dimana produktivitas merupakan inti dari kerangka kerja karena merupakan pendorong kemajuan jangka panjang. Namun kebanyakan kebijakan ekspor dimotivasi oleh tujuan untuk menciptakan lapangan pekerjaan dan mendapatkan penghasilan ekspor tetapi digunakan untuk menutupu biaya impor atau memenuhi kewajiban utang luar negeri.

Menurut Mayer (2005), pada gagasan yang lebih mendasar, masih ada sejumlah besar bukti empiris bahwasanya perdagangan tetap jauh lebih kuat didalam negeri daripada luar negeri meski ketika tarif telah dihapuskan seperti di Uni Eropa. Sehingga peningkatan daya saing ekspor yang secara teori memberikan

(30)

dampak positif terhadap pertumbuhan ekonomi juga harus didorong dengan kebijakan pemerintah yang paling efektif.

Selain itu tingkat daya saing industri juga bisa dilihat dari SCA atau sustainable competitive adventage dimana ini adalah daya saing yang berkelanjutan

dikarenakan pada persaingan tingkat internasional semakin lama akan makin besar atau disebut dengan hyper competitive. Dimana akhirnya setiap negara harus bisa menemukan atau berinovasi terhadap suatu komoditas sehingga bisa tetap bersaing di pasar global dimana startegi yang tepat untuk digunakan ialah dengan startegi SCA atau Sustained Competitive Adventage (Hamdy, 2001).

2.1.7. Industri Ekstraktif

Menurut Kementrian Perindustrian, pada UU No.3 Tahun 2004 Industri merupakan kegiatan ekonomi yang mengelola bahan baku dan memanfatkan sumber daya sehingga menghasilkan sesuatu yang bernilai tambah atau manfaat.

Dimana hasil industri bukan saja produk tetapi melainkan jasa juga.

Industri merupakan kegiatan menghasilkan produk jadi dari bahan mentah melalui proses produksi dengan biaya serendah mungkin tetapi menghasilkan produk dengan kualitas bagus. (I Made Sandi, 1985: 148).

Industri Ekstraktif, yaitu industri yang bahan bakunya langsung diperoleh dari alam. Seperti industry hasil pertanian, industri hasil kehutanan, industri hasil perikanan dan lainnya. Sedangkan industri Nonekstrkatif, merupakan industri yang mengelola hasil lanjutan dari industri lain seperti industri kayu lapis, industri

(31)

pemintalan, dan industri kain. Industri ekstraktif juga meliputi pertambangan mineral, minyak dan gas bumi (Damayanty,2016:260).

Adapun beberapa komoditas yang termasuk kedalam industri ekstraktif ialah sebagai berikut :

a. Pertanian Tanaman Tahunan

Berdasarakan data badan pusat statistik (BPS) tahun 2020, Pertanian Tanaman Tahunan merupakan pertanian yang mencakup penanaman tanaman yang berlangsung lebih dari dua musim tanam, baik tanaman yang setiap musim mati ataupun tanaman yang tumbuh terus menerus, termasuk penanaman tanaman untuk keperluan pembibitan dan pembenihan. Dimana Pertanian tanaman tahunan ini mencakup kegiatan penanamn tanaman di area ataupun lokasi hutan seperti Kelapa Sawit.

b. Pertanian Tanaman Musiman

Berdasarakan data badan pusat statistik (BPS) tahun 2020 Pertanian Tanaman Semusim merupakan pertanian yang mencakup penanaman tanaman yang tidak berlangsung lebih dari dua musim. Termasuk di dalamnya adalah penanaman tanaman dalam berbagai media dan budidaya tanaman secara genetic dan juga penanaman untuk tujuan pembibitan dan pembenihan, contohnya adalah beberapa jenis sayur- sayuran.

c. Industri Pengolahan Tembakau

Berdasarkan data badan pusat statistic (BPS), Industri Pengulahan Tembakau merupakan sebuah panduan mengenai regulasi yang

(32)

berkaiatan dengan semua produk hasil tembakau di Indonesia. Industri hasil tembakau dicetuskan oleh Direktorat Jendral Industri Agro dan Kimia Departemen Perindustrian tahun 2009. Dimana industri ini mempunyai peran yang sangat besar untuk penerimaan negara, penyerapan tenaga kerja dan perlindungan terhadap petani tembakau serta dampak ganda lainnya.

Tembakau adalah hasil bumi yang diproses dari daun tanaman yang juga dinamai sama. Tanaman tembakau terutama adalah Nicotiana tabacum dan Nicotiana rustica, meskipun beberapa anggota Nicotiana

lainnya Tembakau merupakan produk pertanian musiman, bukan komoditas pangan, melainkan komoditas perkebunan. Produk tersebut tidak digunakan untuk makanan, tetapi sebagai hiburan atau "hiburan", yaitu sebagai bahan baku rokok dan cerutu. Tembakau juga bisa dikunyah. Metabolit sekunder yang melimpah juga membuatnya berguna untuk pestisida dan bahan obat.juga dipakai dalam tingkat sangat terbatas.

d. Industri Peternakan

Industri peternakan mencakup segala kegiatan pemeliharaan hewan ternak untuk mendapatkan manfaat dan hasil dari kegiatan tersebut seperti ternak sapi, ayam domba dan babi.

Peternakan adalah kegiatan mengembangbiakkan dan pemeliharaan hewan ternak untuk mendapatkan manfaat dan hasil dari kegiatan tersebut. Hewan yang banyak diternakkan di antaranya sapi, ayam.

(33)

kambing, domba, dan babi. Hasil peternakan di antaranya daging, susu, telur, dan bahan pakaian (seperti wol). Selain itu, kotoran hewan dapat menyuburkan tanah dan tenaga hewan dapat digunakan sebagai sarana transportasi dan untuk membajak tanah.

e. Industri Karet

Karet terbuat dari emulsi susu (disebut Seperti lateks), diperoleh dari getah beberapa tanaman pohon karet, tetapi Itu juga dapat diproduksi secara sintetis. Sumber utama produk lateks Pohon karet Hevea brasiliensis digunakan untuk membuat karet (Euphorbiaceae). Hal ini

dilakukan dengan cara melukai kulit pohon agar pohon tersebut Memberikan respon yang menghasilkan lebih banyak lateks.

Dalam pengolahan karet, industri karet mengolah mendesain, mengembangkan dan memproduksi berbagai macam produk karet.

Olahan karet ini dibuat dari berbagai macam bahan baku baik karet alam maupun karet sintetis.

2.1.8. Revealed Comparative Adventage (RCA)

Konsep RCA dikembangkan oleh Ballasa, yaitu suatu pendekatan yang melihat produk ekspor dari suatu negara atau daerah terhadap total ekspor negara tersebut dan total ekspor dunia.

Menurut kementrian perindustrian RCA (revealed comparative adventage) merupakan pendekatan yang dipakai untuk mengukur keunggulan komparatif di suatu Kawasan (Negara, daerah atau industri). Dimana perdagangan antar wilayah menunjukkan keunggulan komparatif yang ada pada suatu wilayah. Dimana kinerja

(34)

ekspor suatu produk dari suatu negara diukur dgn menghitung pangsa nilai ekspor suatu produk terhadap total ekspor suatu negara dibandingkan dengan pangsa nilai produk tersebut dalam perdagangan dunia.

Adapun rumus dari metode RCA ini ialah sebagai berikut:

RCA = Xij / Xit ……… 2.2 Wj / Wt

Dimana Xij = Nilai Ekspor komoditas i dari daerah j Xit = Total nilai ekspor dari daerah j

Wj = Nilai ekspor negara komoditas i Wt = Total nilai ekspor negara

Jika nilai RCA dari lebih besar dari satu 1 maka negara tersebut memiliki keunggulan komparatif diatas rata-rata. Sebaliknya, jika lebih kecil dari 1 maka keunggulan komparatifnya untuk komoditas tersebut dibawah rata-rata (Tambunan, 2001:197).

2.2. Penelitian Terdahulu

Adapun penelitian terdahulu yang dijadikan bahan referensi dalam penelitian ini ialah sebagai berikut:

Tabel 2.1

Penelitian Terdahulu No Nama

Peneliti

Judul Penelitian Variabel Penelitian

Hasil Penelitian 1 Grazina

Startiene,

Evaluation of Revealed

Comparative

RCA Lithuania, XiLTL (Ekspor Lithuania

a.Nilai dari kedua indeks

RCA dan RSCA

menunjukkan bahwa

(35)

Rita

Remeikiene

Adventage of Lithuanian

Industry in global market

terhadap

komoditas i), XLTL (Total ekspor

Lithuania), XiW ( Ekspor global terhadap

komoditas i), XW (Eskpor total global)

posisi kompetitif terkuat di pasar global selama periode 2007-2011 diisi oleh pabrik makanan, bahan kimia, kayu dan tekstil Lituania. Hasil penelitian juga mengungkapkan bahwa volume penjualan yang lebih kecil merupakan karakteristik ekspor sebagian besar produk kelompok dengan keunggulan bersaing pada tahun 2011 dibandingkan dengan tahun 2007.

b.Setelah krisis ekonomi, bagian terbesar dari kelompok produk manufaktur Lituania

belum mencapai

keunggulan kompetitif yang mereka miliki selama periode sebelum krisis. Untuk penelitian selanjutnya, penulis artikel

merekomendasikan untuk memasukkan hanya satu indeks (RCA atau RSCA) yang mengungkapkan keunggulan kompetitif tertentu industri karena hasil perhitungan yang serupa.

2 Isventina, Nunung Nuryantono, M.Parulian Hutagaol

Analisis Daya Saing Sektor Industri Prioritas Indonesia Dalam Menghadapi Pasar ASEAN

Harga ekspor produk prioritas di Indonesia, produktivitas tenaga kerja, modal tetap dan nilai tukar riil.

a.Berdasarkan

perhitungan tingkat daya

saing dengan

menggunakan RCA, menunjukkan bahwa Indonesia menjadi prioritas sektor industri memiliki daya saing yang kuat (RCA> 1) di pasar ASEAN, kecuali untuk industri kimia dan

(36)

industri mesin dan peralatan. artinya, Indonesia punya komparatif keuntungan di sebagian besar sektor industri prioritas.

b.Hasil analisis data panel menunjukkan bahwa harga ekspor merupakan faktor yang paling berpengaruh terhadap daya saing sektor industri prioritas di Indonesia.

3 Lazuardi Imani Hakam Firmansyah

Analisis Daya Saing dan Faktor- faktor yang mempengaruhi Permintaan Batu Bara Indonesia di negara tujuan ekspor utama

a.Variabel Terikat yang digunakan adalah jumlah permintaan batu bara Indonesia di negara tujuan ekspor utama.

b.Vareabel Bebas yang digunakan adalah harga batu bara, harga crude oil, harga liquified natural gas, nilai tukar riil local currency unit terhadap USD, pendapatan riil domestik bruto per kapita negara tujuan ekspor.

a.Berdasarkan analisis daya saing, melalui analisis Revealed Comparative Advantage (RCA) didapatkan hasil bahwa batu bara Indonesia di negara tujuan ekspor utama memiliki keunggulan komparatif atau daya saing yang kuat.

b.Melalui analisis Export Product Dynamics (EPD), didapatkan hasil bahwa posisi daya saing komoditas batu bara Indonesia di Negara India, Cina, Korea Selatan, Hongkong, Thailand, Malaysia dan Filipina berada pada posisi Rising Star. Posisi daya saing di negara Jepang, Belanda, Italia dan Spanyol berada pada posisi Falling Star.

Sedangkan Amerika Serikat berada pada posisi Retreat.

c.Dengan pendekatan model permintaan diketahui bahwa faktor- faktor yang memengaruhi

(37)

permintaan ekspor batu bara Indonesia ke negara tujuan ekspor utama adalah harga liquified natural gas dan nilai tukar local currency unit

terhadap USD

(LCU/USD) yang

berpengaruh positif dan signifikan, sementara harga batu bara dan pendapatan domestik bruto riil perkapita berpengaruh negatif dan signifikan, sedangkan harga rata-rata crude oil berpengaruh positif dan tidak signifikan.

4 Dwi Agustin Analisis Keunggulan Komparatif Perdagangan Komoditi

Tembakau (SITC 121) Indonesia dengan Empat Negara ASEAN ( Malaysia,

Singapura,

Thailand, Filipina) Periode 1993 – 2002.

RCA, ekspor tembakau suatu negara, nilai ekspor total suatu negara, nilai ekpor total tembakau dunia, dan nilai ekspor total dunia.

a.Komoditi tembakau Indonesia memiliki keunggulan komparatif dalam perdagangan Internasional dilihat dari nilai ISP yang positif dan mendekati 1

b.Komoditi tembakau Indonesia memiliki daya saing terhadap negara Malaysia dan Filipina.

Sedangkan di pasar Thailand ekspor tembakau Indonesia tidak memiliki daya saing.

c.Kinerja ekspor tembakau Indonesia memiliki keunggulan diatas rata-rata dunia.

d.Dengan menggunakan

indeks RCA,

perkembangan

keunggulan komparatif tembakau Indonesia menunjukkan fluktuasi yang cenderung naik turun. Begitu juga dengan Malaysia, Thailand dan

(38)

singapura, dimana perkemabngan

keunggulan komparatif komoditi tembakau mengalami fluktuasi.

5 Cagacan Deger, Nese Kumral, Burcu Turkcan

COMPETITIVE INDUSTRIAL PERFORMANCE INDEX AND ITS

DRIVERS: A

COMPARATIVE ANALYSIS ON

TURKEY AND

SELECTED COUNTRIES

Tiga variabel independent yaitu indikator Pendidikan, indikator infrastruktur modern dan aliran

FDI(Foreign Domestic Investment) Variabel

Dependent nya ialah CIP

Analisis yang dilakukan menunjukkan industri manufaktur Turki tertinggal di belakang banyak negara sampel

dan menyajikan

gambaran yang suram untuk pembangunan berkelanjutan dalam jangka menengah dan panjang.

6 Ahmad Jayadi, Harry Azhar Aziz

Comparative Adventage

Analysis and Product Mapping of Indonesia, Malaysia,

Philiphines,

Thailand, and Vietnam Export Product

Dua Varabel Dependen yaitu RCA dan TBI Variabel independen yaitu ekspor komoditas dan total ekspor keenam negara bersangkutan.

a.rata-rata keunggulan komparatif enam negara tersebut meningkat.

b.Perbandingan negara Thailand dan Vietnam memiliki keuntungan dan perubahan neraca perdagangan yang tampaknya lebih dinamis dibandingkan empat negara lainnya.

c. Indonesia, Thailand dan Vietnam bersaing di industri serupa (sektor primer), sedangkan Malaysia dan Singapura berada di sektor sekunder (manufaktur dan teknologi). Ini didukung Shohibul (2013) mempelajari bahwa Indonesia tidak konsisten

dengan produk

manufaktur, tetapi konsisten dengan sektor primer.Singapura

menjadi yang terdepan

(39)

yang lainnya dalam produk manufaktur dan teknologi. Disusul secara berurutan oleh Malaysia, Philippinesm Indonesia, Thiland, dan Vietnam.

7 Eleni

Kaimakoudi, Konstantinos Polymeros, Christos Batzios

Investigating Export

Performance and Competitiveness of Balkan and Eastern European Fisheries Sector

Menggunakan variabel bebas data Eurostat, Sedangkan variabel

terikatnya RCA untuk mengukur ekspor

komoditas suatu negara (atau industri)

terhadap total ekspornya dan ekspor terkait dari sekumpulan negara.

a.Yunani memiliki perdagangan ekspor yang signifikan dalam ikan kakap putih segar atau dingin.

b.Bulgaria memiliki perdagangan ekspor yang signifikan untuk siput dan sprat beku, Republik Ceko mengekspor ikan mas hidup.

c.Perdagangan ekspor Hungaria signifikan pada ikan air tawar hidup, Polandia menunjukkan perdagangan ekspor yang signifikan fillet salmon pasifik asap, dan Slovenia terutama mengekspor fillet ikan air tawar segar atau dingin.

8 Hendra, Cahya

Purwanggono

PENGARUH EKSPOR NETO, TENAGA KERJA DAN INVESTASI TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI

INDONESIA

Variabel

terikatnya ialah pertumbuhan ekonomi Indonesia.

Variabel bebasnya:

ekspor neto, ketenagakerjaan, tabungan, dan investasi

Indonesia

Ekspor neto, penyerapan tenaga kerja dan

investasi berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi di Indonesia, sedangkan tabungan berpengaruh tidak mempengaruhi pertumbuhan ekonomi di Indonesia

9 Kartikasari, Dwi

The Effect of Export, Import and Investment to Economic

Growth of Riau Islands Indonesia

Variabel ekspor, impor, investasi, pertumbuhan ekonomi

Kepulauan Riau

Secara parsial, ekspor berpengaruh negatif tidak signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi, sedangkan impor berpengaruh negatif signifikan

(40)

dampak dan investasi memiliki dampak positif yang signifikan. Secara simultan ketiga variabel tersebut berpengaruh signifikan secara statistik terhadap pertumbuhan ekonomi

Provinsi Kepulauan Riau Indonesia

10 Rosita, Nani Analysis of Work Performance and Export

Competitiveness in Province of Indonesia

Variabel ekspor provinsi-

provinsi di Indonesia, stok modal jangka panjang dan jangka pendek, Pertumbuhan ekonomi Indonesia.

a. Terdapat 11 provinsi memiliki indeks kinerja ekspor daerah yang lebih tinggi dibandingkan dengan semua provinsi, artinya bahwa hanya 33,3% dari total provinsi, sedangkan provinsi lainnya memiliki indeks yang kurang dari satu. Hal ini menunjukkan bahwa hanya sedikit provinsi yang dapat menyediakan kinerja ekspor yang baik.

b. Berdasarkan uji kointegrasi, terdapat hubungan jangka panjang antara PDRB, ekspor dan PMTB. Baik dalam jangka panjang maupun jangka pendek, ekspor dan PMTB berdampak positif terhadap PDRB yang menunjukkan bahwa

peningkatan ekspor dan/atau PMTB akan meningkatkan PDRB, yang akan mengakibatkan pertumbuhan ekonomi.

c. Hasil analisis RCA menunjukkan bahwa daya saing ekspor tidak selalu mengikuti pertumbuhan ekspor nasional. Ekspor karet

(41)

dan batubara Indonesia tumbuh negatif secara nasional segmen ekspor sedangkan ekspor minyak sawit, kopi dan tekstil tumbuh positif.

2.3. Kerangka Konseptual

Penelitian ini menganalisis pandangan dari teori yang menyatakan bahwasanya transaksi ekspor mempengaruhi pertumbuhan ekonomi dengan menggunakan analisis regresi berganda. Selain itu melihat bagaimana daya saing ekspor industri ekstraktif terhadap 5 sektor yang ada di Sumatera Utara.

Dimana dari kelima sektor ini merupakan sektor dengan transaksi ekspor terbesar di Sumatera Utara berdasarkan ekspor komoditas dan asal barang utama yang sudah dikategorikan kedalam industry ekstraktif. Kelima sektor ini adalah sektor pertanian tanaman semusim, sektor pertanian tanaman tahunan, sektor industri peternakan, sektor industri pengolahan tembakau dan sektor industri karet.

Dengan pendekatan teori revealed comnparative adventage (RCA), daya saing masing-masing industri akan diketahui dengan membandikan kinerja ekspormya dengan total ekspor antara Sumatera Utara dan Indonesia, sehingga nantinya diketahui komoditas yang menjadi unggulan didaerah Sumatera Utara.

Selain itu ekspor merupakan salah satu indikator penunjang pertumbuhan ekonomi. Secara teori, peningkatan nilai ekspor akan berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi. Daya saing industri merupakan indikator dari kinerja

(42)

ekspor suatu industry, dimana secara langsung daya saing industri juga berpengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi.

Berdasarkan uraian diatas, berikut kerangka konseptual dari penelitian ini digambarkan sebagai berikut:

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual

2.4. Hipotesis Penelitian

Hipotesis adalah sebuah teori yang belum sempurna yang harus dibuktikan kebenarannya. Hipotesis berarti praduga, pemecahan masalah yang mungkin benar dan salah. Hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

PERTUMBUHAN EKONOMI SUMATERA

UTARA RCA Ekspor

Pertanian Tanaman Semusim Sumatera

Utara Ekspor Pertanian

Tanaman Semusim Sumatera Utara

RCA Ekspor Pertanian Tanaman

Tahunan Sumatera Utara Ekspor Pertanian

Tanaman Tahunan Sumatera Utara

RCA Ekspor Industri Peternakan

Sumatera Utara Ekspor Industri

Peternakan Sumatera Utara

RCA Ekspor Industri Tembakau

Sumatera Utara Ekspor Industri

Pengolahan Tembakau Sumatera Utara

RCA Ekspor Industri Karet Sumatera Utara Ekspor Industri

Karet Sumatera Utara

(43)

1. 5 Sektor Ekspor Industri Ekstraktif Sumatera Utara memiliki Daya Saing yang tinggi di Indonesia.

2. Terdapat pengaruh daya saing 5 sektor industri ekstraktif Sumatera Utara terhadap pertumbuhan ekonomi di Sumatera Utara.

(44)

32 BAB III

METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian

Dalam penelitian ini, data yang digunakan adalah jenis data sekunder bersifat Kuantitatif Deskriptif dimana data dalam bentuk time series. Penelitian kuantitatif ialah penelitian dengan data yang diukur menggunakan skala numerik menggunakan analisis statistik. Sedangkan menurut Sugiyono (2013:17), penelitian deskriptif adalah penelitian yang dipakai dimana dilakukan untuk mengetahui nilai variabel mandiri tanpa membuat perbandingan.

Data-data yang diperoleh antara lain nilai ekspor pertanian tanaman tahunan Sumatera Utara, nilai ekspor peternakan Sumatera Utara, nilai ekspor industri pengolahan tembakau Sumatera Utara, nilai ekspor karet Sumatera Utara, nilai ekspor pertanian tanaman semusim Sumatera Utara dan total ekspor Sumatera Utara. Dan juga nilai ekspor pertanian tanaman tahunan Indonesia, nilai ekspor peternakan Indonesia, nilai ekspor industri pengolahan tembakau Indonesia, nilai ekspor karet Indonesia, nilai ekspor pertanian tanaman semusim Indonesia dan total ekspor Indonesia.

3.2. Ruang Lingkup Penelitian

Adapun ruang lingkup dari penelitian ini adalah daerah provinsi Sumatera Utara dengan membandingkan kinerja ekspornya dengan total ekspor Indonesia sehingga diketahui bagaimana daya saing industri ekstraktif 5 sektor yang ada di Sumatera Utara periode 2012 sampai 2019.

(45)

Dimana sektor industri ekstraktif yang diteliti adalah sektor pertanian tanaman semusim, pertanian tanaman tahunan, industri peternakan, industri pengolahan Tembakau dan juga industri karet selama periode 2012 - 2019. Dalam hal ini daya saing dilihat dari RCA atau Revealed Comparative Adventage. Selain itu, ruang lingkup penelitian ini adalah melihat pengaruh ekspor terhadap pertumbuhan ekonomi di Sumatera Utara.

3.3. Variabel Penelitian

1. Variabel terikat

Dalam penelitian ini , variabel terikatnya ialah daya saing (RCA) 5 sektor industri ekstraktif Sumatera Utara dengan menggunakan pendekatan Revealed Comparative Adventage sedangkan variabel Pertumbuhan

Ekonomi Sumatera Utara menggunakan analisis regresi linier berganda.

2. Variabel bebas

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah nilai ekspor pertanian tanaman tahunan Sumatera Utara, nilai ekspor peternakan Sumatera Utara, nilai ekspor industri pengolahan tembakau Sumatera Utara, nilai ekspor karet Sumatera Utara, nilai ekspor pertanian tanaman semusim Sumatera Utara, total ekspor Sumatera Utara, nilai ekspor pertanian tanaman tahunan Indonesia, nilai ekspor peternakan Indonesia, nilai ekspor industri pengolahan tembakau Indonesia, nilai ekspor karet Indonesia, nilai ekspor pertanian tanaman semusim Indonesia, total ekspor Indonesia.

(46)

3.4. Teknik Pengumpulan Data

Adapun Teknik pengumpulan data penelitian ini ialah dengan menggunakan dokumentasi dimana data diperoleh dari Lembaga terkait. Data dalam penelitian ini diperoleh dari beberapa instansi terkait : Badan Pusat Statistik (BPS), Bank Indonesia (BI) dan Kementrian Perindustrian dan juga buku, literatur, dan media internet lainnya yang berhubungan dengan penelitian ini. Adapun data yang diperoleh ialah data pertumbuhan ekonomi Sumatera Utaranilai ekspor pertanian tanaman tahunan Sumatera Utara, nilai ekspor peternakan Sumatera Utara, nilai ekspor industri pengolahan tembakau Sumatera Utara, nilai ekspor karet Sumatera Utara, nilai ekspor pertanian tanaman semusim Sumatera Utara, total ekspor Sumatera Utara, nilai ekspor pertanian tanaman tahunan Indonesia, nilai ekspor peternakan Indonesia, nilai ekspor industri pengolahan tembakau Indonesia, nilai ekspor karet Indonesia, nilai ekspor pertanian tanaman semusim Indonesia, total ekspor Indonesia.

Untuk melihat bagaimana pengaruh kelima ekspor sektor industi ini terhadap pertumbuhan ekonomi maka dilakukan pengumpulan data dengan metode interpolasi data, dimana hal ini dilakukan untuk menaksir nilai data time series dengan rentan waktu yang lebih besar kedalam data dengan rentan waktu lebih kecil seperti dari tahun ke bulanan, triwulan dan kuartalan.

3.4.1. Data Interpolasi

Data interpolasi merupakan metode yang digunakan untuk menghasilkan titik-titik data baru dari suatu data yang sudah ada. Untuk

(47)

mendapatkan sejumlah titik data seringkali dilakukan melalui pengambilan sampel ataupun eksperimen dikarenakan nilai suatu fungsi memiliki jumlah nilai yang terbatas, sehingga dilakukan interpolasi atau memperkirakan nilai fungsi tersebut.

Menurut Insukindro (1990), Interpolasi data ialah metode dengan melakukan pemecahan data menjadi bulanan, triwulan ataupun kuartalan dimana data setahun dibagi kedalam empat data dalam bentuk kuartalan dan seterusnya (Ika, Sofia.2015:35).

Perhitungan Interpolasi dalam mengubah data tahunan kedalam kuartalan mengunakan rumus sebagai berikut:

Q1 =1

4 Yt4.5

12 Yt – Yt-1 ………. 3.1 Q2 =1

4 Yt1.5

12 Yt – Yt-1 ………. 3.2 Q3 =1

4 Yt1.5

12 Yt – Yt-1 ………. 3.3 Q4 =1

4 Yt4.5

12 Yt – Yt-1 ………. 3.4 Dimana:

Q1,Q2,Q3,Q4 = Jumlah nilai data pada tahun kuartal 1,2,3 dan 4 Yt = Data tahun awal

Yt-1 = Data tahun awal – data tahun sebelumnya

(48)

Dengan menggunakan fungsi diatas maka akan didapatkan nilai kuartalan dari data yang akan di interpolasi. Dimana pada penelitian ini data yang akan diinterpolasi yaitu nilai daya saing (RCA) ekspor pertanian tanaman semusim, nilai daya saing (RCA) ekspor pertanian tanaman tahunan, nilai daya saing (RCA) ekspor industri peternakan, nilai daya saing (RCA) ekspor industri pengolahan karet dan nilai daya saing (RCA) ekspor industri karet dari periode 2012 sampai 2019. Sehingga setelah melakukan interpolasi data akan didapatkan data time series yang semula 8 periode menjadi 32 periode dalam data kuartalan. Dalam pengolahan interpolasi data memakai aplikasi Eviews 11.

3.5. Defenisi Operasional

1. Ekspor pertanian tanaman semusim

Ekspor pertanian tanaman semusim mencakup penanaman tanaman yang tidak berlangsung lebih dari dua musim. Dimana nilai daya saing ekspor pertanian tanaman semusim Sumatera Utara dengan menggunakan metode Revealed Comparative Adventage (RCA) dari tahun 2012 sampai 2019 dengan membandingkan kinerja ekspor pertanian tanaman semusim Sumatera Utara dengan ekspor pertanian tanaman semusim Indonesia dalam US Dollar sehingga diketahui daya saingnya. Termasuk di dalamnya adalah penanaman tanaman dalam berbagai media dan budidaya tanaman secara genetik dan juga penanaman untuk tujuan pembibitan dan pembenihan, contohnya adalah beberapa jenis sayur-sayuran.

(49)

2. Ekspor pertanian tanaman tahunan

Ekspor pertanian tanaman tahunan mencakup penanaman tanaman yang berlangsung lebih dari dua musim tanam, baik tanaman yang setiap musim mati atau tanaman yang tumbuh terus menerus, termasuk penanaman tanaman untuk keperluan pembibitan danpembenihan. Dimana nilai daya saing ekspor pertanian tanaman tahunan Sumatera Utara dengan menggunakan metode Revealed Comparative Adventage (RCA) dari tahun 2012 sampai 2019 dengan membandingkan kinerja ekspor pertanian tanaman tahunan Sumatera Utara dengan ekspor pertanian tanaman tahunan Indonesia dalam US Dollar sehingga diketahui daya saingnya. Golongan ini mencakup kegiatan penanaman tanaman di area atau lokasi hutan, contoh kelapa sawit.

3. Ekspor industri peternakan

Ekspor industri peternakan mencakup segala kegiatan ekspor hewan ternak untuk mendapatkan manfaat dan hasil dari kegiatan tersebut seperti ternak sapi, ayam domba dan babi. Dimana nilai daya saing ekspor industri peternakan Sumatera Utara dengan menggunakan metode Revealed Comparative Adventage (RCA) dari tahun 2012 sampai 2019 dengan

membandingkan kinerja ekspor industri peternakan Sumatera Utara dengan ekspor industri peternakan Indonesia dalam US Dollar sehingga diketahui daya saingnya. Hasil dari industri peternakan ini meliputi daging, susu, telur dan bahan pakaian.

(50)

4. Ekspor industri pengolahan tembakau

Ekspor industri pengolahan tembakau mencakup segala kegiatan ekspor pengembangan, penjualan, pengiriman dan pendistribusian tembakau dan produk yang terkait dengan tembakau. Dimana nilai daya saing ekspor industri pengolahan tembakau Sumatera Utara dengan menggunakan metode Revealed Comparative Adventage (RCA) dari tahun 2012 sampai 2019 dengan membandingkan kinerja ekspor industri pengolahan tembakau Sumatera Utara dengan ekspor industri pengolahan tembakau Indonesia dalam US Dollar sehingga diketahui daya saingnya.

5. Ekspor industri karet

Dalam pengolahan karet, industri karet mengolah mendesain, mengembangkan dan memproduksi berbagai macam produk karet. Olahan karet ini dibuat dari berbagai macam bahan baku baik karet alam maupun karet sintetis. Dimana nilai daya saing ekspor industri karet Sumatera Utara dengan menggunakan metode Revealed Comparative Adventage (RCA) dari tahun 2012 sampai 2019 dengan membandingkan kinerja ekspor industri karet Sumatera Utara dengan ekspor industri karet Indonesia dalam US Dollar sehingga diketahui daya saingnya.

(51)

3.6. Analisis Data

3.6.1. Revealed Comparative Adventage (RCA)

Guna mengetahui apakah suatu komoditas memiliki keunggulan dan daya saing atas ekspornya dilihat dari nilai RCA. RCA (revealed comparative adventage) merupakan pendekatan yang dipakai untuk mengukur keunggulan

komparatif di suatu Kawasan (Negara, daerah atau industri), dimana rentan nilai pengukuran antara 0 dan lebih besar dari 0. Nilai 1 merupakan pemisah antara keunggulan komparatif komoditas dan ketidakunggulan komparatif.

Adapun rumus umum dari RCA ialah sebagai berikut :

RCA = XiSU / XitSU ……… 3.5 WiIND/WitIND

Dimana

XiSU = Nilai Ekspor komoditas i dari Sumatera Utara XitSU = Total nilai ekspor dari Sumatera Utara

WiIND = Nilai ekspor komoditas i Indonesia WitIND = Total nilai ekspor Indonesia

Adapun penilaian hasil RCA ialah sebagai berikut ini :

1. RCA ≤ 1 menandakan daya saing industri berada dibawah rata- rata.

2. RCA ≥ 1 menandakan bahwasanya suatu industri memiliki daya saing diatas rata-rata.

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif yang ditujukan untuk memahami fenomena-fenomena sosial dari sudut pandang partisipan dan menganalisa gambaran menyeluruh

Kekuasaan Yudikatif pun terpisah dari kekuasaan lainnya karena pemilihan anggota- anggota badan perwakilan rakyat terpisah dari pemilihan anggota badan eksekutif. (Kewarganegaraan

Direkomendasikan untuk melakukan analisa dan perhitungan kemampuan dimensi dari setiap sistem drainase yang ada untuk mengetahui kelemahan dari setiap sistem sehingga

Hasil penelitian menunjukkan penguasaan konsep laju reaksi siswa yang memiliki kemampuan berfikir kombinasi visual-spasial tinggi mau pun rendah yang diajarkan dengan

Berikut tata cara atau langkah-langkah yang dapat dilakukan oleh peserta didik untuk melatih kebugaran jasmani terkait ketrampilan yaitu melatih kelincahan dengan melakukan aktivitas

Guru bersama anak didik secara efektif melakukan kegiatan belajar mengajar. Guru selalu memberikan kesempatan pada anak untuk berbuat dan semua kegiatan belajar

Salah satu keputusan penting yang dihadapi manajer (keuangan) dalam kaitannya dengan kelangsungan operasi perusahaan adalah keputussan pendanaan atau keputusan

Bagaimana sebenarnya kaitan antara komputer dengan sistem informasi?.. Untuk menjawab hal ini marilah terlebih dahulu kita lihat pengertian dari komputer dan informasi itu.