• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.5 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan identifikasi masalah dan landasan teori yang telah dibuat, maka hipotesis dari penelitian ini adalah

1. Usahatani asparagus layak untuk diusahakan secara finansial di daerah penelitian.

2. Saluran pemasaran asparagus di daerah penelitian sudah efisien.

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Metode Penentuan Daerah Penelitian

Daerah penelitian ditentukan secara purposive atau secara sengaja, yaitu di Desa Suka, Kecamatan Tiga Panah, Kabupaten Karo. Berdasarkan hasil pra survei sebelumnya bahwa pada daerah tersebut merupakan daerah sentra produksi usahatani tanaman asparagus.

3.2. Metode Penentuan Sampel

Pengambilan sampel dilakukan dengan cara Sensus yaitu seluruh petani Asparagus di Desa Suka dijadikan sampel yakni 15 petani. Pengambilan sampel dilakukan secara sensus karena hanya terdapat 15 petani yang melakukan usahatani asparagus.

3.3. Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari petani melalui wawancara dengan menggunakan daftar pertanyaan (kuesioner) yang sudah dipersiapkan. Data sekunder adalah data yang dicatat secara sistematis dan dikutip secara langsung dari instansi pemerintah atau lembaga-lembaga yang terkait dengan penelitian ini.

3.4. Metode Analisis Data

Untuk mengetahui besar keuntungan (pendapatan) petani asparagus, digunakan formula sebagai berikut :

Biaya Produksi

TC = FC + VC

Keterangan : TC : Total Biaya Usahatani Asparagus (Rp) FC : Biaya Tetap Usahatani Asparagus (Rp)

VC : Biaya Tidak Tetap (Variabel) Usahatani Asparagus (Rp) (Soekartawi, 2003)

Penerimaan dan Pendapatan Usahatani TR = Y x Py I = TR – TC

Keterangan : TR : Total Penerimaan Usahatani Asparagus (Rp) I : Pendapatan Usahatani Asparagus (Rp) TC : Total Biaya Usahatan Asparagus (Rp) Y : Produksi Asparagus (Kg)

Py : Harga Asparagus (Rp/Kg) (Soekartawi, 2003)

Untuk membuktikan hipotesis I, Usahatani Asparagus Layak untuk Diusahakan Secara Finansial, digunakan analisis R/C sebagai berikut :

R/C Ratio = TR

TC

Kriteria :

Jika R/C > 1, maka usahatani asparagus layak untuk dilaksanakan Jika R/C = 1, maka usahatani asparagus layak impas

Jika R/C < 1, maka usahatani asparagus tidak layak untuk dilaksanakan

Dimana :

R = Penerimaan petani (Rp) C = Biaya usahatani (Rp) (Soekartawi, 2003)

Untuk membuktikan hipotesis II, Saluran Pemasaran Asparagus Sudah Efisien, digunakan metode analisis deskriptif dengan menggunakan tabulasi sederhana yaitu dengan menganalisis hubungan antara harga yang diterima produsen dengan harga yang dibayar oleh konsumen yang disebut dengan share margin.

Menurut Gultom (1996), untuk menghitung share margin dan efisiensi pemasaran digunakan rumus sebagai berikut :

Dimana :

Sm = Share margin (%)

Pp = Harga yang diterima produsen dan pedagang (Rp/Kg) Pk = Harga yang dibayar oleh consume (Rp/Kg)

Keterangan : E : Efisiensi

Jt : Keuntungan lembaga tataniaga Jp : Keuntungan Produsen

Ot : Ongkos tataniaga

Op : Ongkos produksi dan pemasaran yang dikeluarkan oleh produsen Dimana jika :

E > 1 = maka pasar tersebut dikatakan efisien.

E < 1 = maka pasar tersebut dikatakan tidak efisien.

3.5. Definisi dan Batasan Operasional

Definisi dan batasan operasional bertujuan untuk menghindari kesalahpahaman dalam penelitian ini.

3.5.1. Definisi Operasional

1. Petani tanaman asparagus adalah petani yang mengusahakan tanaman asparagus sebagai pekerjaan utamanya.

2. Usahatani asparagus adalah suatu kegiatan untuk mengembangkan dan memelihara tanaman Asparagus.

3. Produksi adalah hasil yang diperoleh dari kegiatan usahatani Asparagus yang siap untuk dijual.

4. Harga jual adalah besarnya nilai penjualan dari Asparagus.

5. Penerimaan adalah total produksi yang dihasilkan dikalikan dengan harga jual.

6. Biaya produksi adalah seluruh biaya yang dikeluarkan oleh petani selama proses usahataninya.

7. Pendapatan adalah selisih antara total penerimaan dengan total biaya produksi

8. Kriterian kelayakan adalah kriteria yang digunakan dalam pelaksanaan suatu usahatani untuk mengukur apakah usahatani itu layak atau tidak layak untuk diusahakan dengan menggunakan analisis R/C.

9. Pemasaran adalah proses menyampaikan barang dari petani ke konsumen.

10. Biaya Pemasaran adalah semua ongkos yang dikeluarkan dalam kegiatan penyampaian barang dari petani ke konsumen.

3.5.2. Batasan Operasional

1. Daerah penelitian adalah Desa Suka, Kecamatan Tiga Panah, Kabupaten Karo.

2. Waktu penelitian adalah bulan Maret – Juni tahun 2017.

3. Sampel penelitian adalah petani yang melakukan usahatani Asparagus.

BAB IV

DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK SAMPEL

4.1 Deskripsi Daerah Penelitian

4.1.1 Letak Geografis dan Luas Daerah

Desa Suka berada di Kecamatan Tiga Panah Kabupaten Karo. Jarak dari ibukota kecamatan 3 km, jarak dari ibukota kabupaten 8 km. Secara administrat batas-batas desa Suka adalah :

• Sebelah Utara : Desa Suka Mbayak, Desa Kuta Kepar, Desa Salit Kecamatan Tigapanah

• Sebelah Selatan : Desa Regaji, Desa Suka Mandi Kecamatan Tigapanah

• Sebelah Timur : Desa Lambar Kecamatan Tiga Panah, Desa Tambunan Kecamatan Barusjahe

• Sebelah Barat : Desa Manuk Mulia Kecamatan Tiga Panah, Desa Ajinembah Kecamatan Merek, Desa Kuta Kepar Utara Memiliki ketinggian ± 800 m diatas permukaan laut dengan temperature udara berkisar antara 180C s/d 210C, dengan kondisi topografi dataran tinggi. Luas desa 1.950 Ha.

4.1.2 Tata Guna Lahan

Data mengenai luas lahan dan penggunaan lahan ditunjukkan pada Tabel 4.1 berikut ini:

Tabel 4.1 Komposisi Penggunaan Lahan di Desa Suka Tahun 2017

No Uraian Luas (Ha) Persentase (%)

1 Jalan 23.5 1.68

2 Sawah dan Ladang 1840.3 60.06

3 Pemukiman 51.7 17.60

4 Perkuburan 4.5 14.15

Total 1074 100.0

Sumber: Kantor Kepala Desa Suka Tahun 2016

Penggunaan lahan terbesar adalah untuk pertanian (91,81%). Sedangkan besar mata pencaharian penduduk adalah bertani dan beternak.

4.1.3 Keadaan Penduduk

Jumlah penduduk desa Suka adalah 1.985 jiwa, meliputi 926 jiwa laki-laki dan 1.059 jiwa perempuan, dengan jumlah rumah tangga sebanyak 650 KK.

Jumlah penduduk berdasarkan golongan umur disajikan pada Tabel 4.2 berikut :

Tabel 4.2 Jumlah Penduduk berdasarkan Golongan Umur di Desa Suka Tahun 2017

No Golongan Umur (Tahun) Jumlah (Jiwa)

1. 0-3 155

2. 4-6 111

3. 7-12 214

4. 13-15 111

5. 16-18 133

6. 19 keatas 1.261

Total 1.985

Sumber: Kantor Kepala Desa Suka Tahun 2016

Gambaran umum yang didapat peneliti mengenai daerah ini adalah bahwa penduduknya sangat akrab dimana penduduknya saling mengenal satu sama lain.

Bahasa yang digunakan dalam berkumunikasi sehari-hari adalah bahasa Karo.

Mayoritas penduduk memeluk agama Kristen yakni sebanyak 1.419 jiwa dan Islam sebanyak 70 jiwa serta lain-lain sebanyak 496 jiwa.

4.1.4 Sosial Ekonomi

Mata pencaharian penduduk yang utama adalah bertani. Selain itu ada juga penduduk yang bekerja sebagai pedagang dan pegawai negeri atau swasta.

Distribusi jumlah penduduk berdasarkan mata pencaharian dapat dilihat pada Tabel 4.3 berikut:

Tabel 4.3 Distribusi Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian Tahun 2017

No Mata Pencaharian Jumlah Persentase (%)

1. Petani 190 55,2

2. Pedagang 33 9,6

3. Pegawai 45 13

4. dll 76 22,2

Total 344 100

Sumber: Kantor Desa Suka Tahun 2016

Dari Tabel 4.3 dapat dilihat bahwa mayoritas penduduk memiliki mata pencaharian sebagai petani adalah 190 jiwa atau 55,2% dari total penduduk yang bekerja.

4.1.5 Sarana dan Prasarana

Sarana transportasi yang dipergunakan untuk mencapai Desa Suka adalah

mobilitas penduduk Desa Suka, hal ini ditandai dengan ruas jalan yang sudah diaspal. Sarana dan prasarana yang ada di Desa Suka dapat dilihat pada Tabel 4.4 berikut:

Tabel 4.4 Sarana dan Prasarana di Desa Suka Tahun 2017

No Sarana dan Prasarana Jumlah

1. Pendidikan (unit)

- SD 1

- SLTP 1

2. Kesehatan (unit)

- Poliklinik 1

3. Transportasi (km)

- Jalan Beraspal 10

4. Rumah Ibadah (unit)

- Mesjid/Surau 1

- Gereja 2

- Vihara

Sumber: Kantor Kepala Desa Suka Tahun 2016

Pada saat ini sarana pendidikan yang ada di Desa Suka adalah 1 unit sekolah dasar, 1 unit sekolah lanjutan tingkat pertama (SLTP) dan sekolah lanjutan tingkat atas (SLTA) ada di ibukota kecamatan dan kabupaten.

4.2 Karakteristik Petani Sampel 4.2.1. Umur

Umur merupakan salah satu faktor penting untuk mengetahui tingkat produktivitas seseorang dalam berusahatani. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, petani asparagus yang menjadi sampel dalam penelitian ini dapat diklasifikasikan berdasarkan umur sebagai berikut :

Tabel 4.5 Distribusi Petani Asparagus Berdasarkan Kelompok Umur

No Usia (Tahun) Jumlah (Orang) Persentase (%)

1. 30-40 5 33,4

2. 41-50 6 40

3. 51-60 2 13,3

4. 61-70 2 13,3

Total 15 100

Sumber : Lampiran 1

Pada Tabel 4.5 dapat diketahui jumlah petani asparagus adalah lima belas petani. Petani asparagus dengan usia 30-40 tahun terdapat 5 petani, usia 41-50 tahun terdapat 6 petani, usia 51-60 tahun terdapat 2 petani, usia 61-70 tahun terdapat 2 petani.

4.2.2. Pendidikan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, petani asparagus yang menjadi sampel dalam penelitian ini dapat diklasifikasikan berdasarkan tingkat pendidikan terakhir yaitu sebagai berikut :

Tabel 4.6 Distribusi Petani Asparagus Berdasarkan Tingkat Pendidikan

No Tingkat Pendidikan Jumlah (Orang) Persentase (%)

1. Tamat SD 6 40

2. Tamat SMP 6 40

3. Tamat SMA 3 20

Total 15 100

Sumber : Lampiran 1

Tabel 4.6 menunjukkan bahwa sebagian besar petani asparagus memiliki tingkat pendidikan terakhir yaitu tamat SD dan tamat SMP yaitu berjumah 6

petani atau 40%. Sedangkan jumlah petani yang berpendidikan tamat SD sebanyak 3 petani atau 20%.

4.2.3. Lama Berusahatani

Semakin lama pengalaman petani dalam berusahtai maka semakin banyak pengetahuan yang didapat dalam berusahatani. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, petani asparagus yang menjadi sampel dalam penelitian ini dapat diklasifikasikan berdasarkan lama berusahatani yaitu sebagai berikut :

Tabel 4.7 Distribusi Petani Asparagus Berdasarkan Lama Berusahatani No Lama Berusahatani (Tahun) Jumlah (Orang) Persentase (%)

1. 5-10 12 80

2. 11-15 1 6,6

3. 16-20 1 6,6

4. 21-25 1 6,6

Total 15 100

Sumber : Lampiran 1

Pada Tabel 4.7 dapat diketahui petani dengan pengalaman bertani 5-10 tahun sebanyak 12 petani dengan persentase 80%, 11-15 tahun sebanyak 1 petani, 16-20 tahun sebanyak 1 orang, 21-25 tahun sebanyak 2 orang dengan persentase 6,6%.

4.2.4. Luas Lahan

Luas lahan yang dimiliki petani sampel berkisar antara 0,1-0,5 ha.

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, petani asparagus yang menjadi sampel dalam penelitian dapat diklasifikasikan berdasarkan luas lahan yaitu sebagai berikut :

Tabel 4.8 Distribusi Petani Asparagus Berdasarkan Luas Lahan

No Luas Lahan (Ha) Jumlah (Orang) Persentase (%)

1. 0,1-0,2 9 60

2. 0,3-0,4 2 13,3

3. 0,5-0,6 4 26,7

Total 15 100

Sumber : Lampiran 1

Berdasarkan Tabel 4.8, luas lahan yang paling banyak dimiliki oleh petani sampel yaitu berkisar antara 0,1-0,2 ha yang berjumlah 9 petani atau 60%, luas lahan 0,3-0,4 ha berjumlah 2 petani atau 13,3% dan luas lahan 0,5-0,6 berjumlah 4 petani atau 26,7%.

4.2.5. Jumlah Tanggungan

Tanggungan keluarga adalah anggota keluarga yang tinggal secara bersama dengan petani asparagus. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, data tanggungan keluarga petani asparagus adalah sebagai berikut :

Tabel 4.9 Jumlah Tanggungan Keluarga Petani Asparagus

No Jumlah Tanggungan (Orang) Jumlah (Orang) Persentase (%)

1. 0 2 13,3

2. 1 3 20

3. 2 6 40

4. 3 4 26,7

Total 15 100

Sumber : Lampiran 1

Berdasarkan Tabel 4.9, dapat diketahui jumlah tanggungan petani

40%. Petani yang memiliki jumlah tanggungan 3 orang sebanyak 4 orang petani dengan persentase 26,7%, yang memiliki jumlah tanggungan 1 orang sebanyak 3 orang petani dengan persentase 20% dan yang tidak memiliki jumlah tanggungan sebanyak 2 orang petani.

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Usahatani Asparagus

Usahatani asparagus di Desa Suka Kecamatan Tiga Panah Kabupaten Karo yang dilaksanakan oleh petani sebagai salah satu mata pencaharian yang bertujuan untuk meningkatkan pendapatan petani sehingga kesejahteraan petani menjadi lebih baik.

Pengelolaan usahatani asparagus sudah berjalan sangat baik. Proses produksi pada usahatani asparagus sampai hasil di daerah penelitian dimulai dari persiapan bibit, pengolahan tanah, penanaman, pemeliharaan dan panen.

Pembibitan asparagus di daerah penelitian dilakukan secara vegetatif yaitu dari anakan yang berasal dari tunas. Bibit ditanam pada tempat yang telah disiapkan.

Untuk pengolahan tanah di daerah penelitian dilakukan dengan menggunakan traktor dan manual. Tanah dibajak terlebih dahulu menggunakan traktor lalu di ratakan secara manual.

Untuk penanaman dan pemeliharaan tanaman asparagus, biasanya petani menanam pada pagi hari sekitar jam 9 pagi. Petani melakukan penanaman dan pemeliharaan secara sendiri dan dibantu dengan beberapa orang pekerja.

Pemanenan tanaman asparagus di daerah penelitian dilakukan secara sendiri.

Pemanenan pada daerah penelitian dilakukan dengan cara memotong batang muda. Disini petani menggunakan pisau sebagai alat untuk melakukan pemanenan. Cara memotong dipilih guna agar tidak merusak perakaran tanaman asparagus yang indukan.

5.2 Biaya Produksi, Penerimaan dan Pendapatan Usahatani Asparagus 5.2.1 Biaya Produksi Usahatani Asparagus

Pelaksanaan usahatani asparagus membutuhkan biaya-biaya dalam proses produksinya. Biaya produksi yaitu biaya yang digunakan atau dipakai oleh petani asparagus untuk melaksanaka usahataninya. Biaya tersebut terdiri dari biaya tetap dan biaya tidak tetap (biaya variabel).

Biaya tetap adalah biaya yang dikeluarkan dalam usahatani asparagus yang jumlahnya tidak dipengaruhi oleh jumlah produksi, seperti biaya penyusutan alat pertanian dan biaya pajak bumi dan bangunan. Sedangkan biaya variabel adalah biaya yang dikeluarkan dalam usahatani asparagus untuk satu kai produksi yang mempengaruhi jumlah produksi. Biaya variabel yaitu biaya saprodi (sarana produksi) dan biaya tenaga kerja. Jumlah biaya tetap dengan biaya variabel merupakan total biaya dari usahatani asparagus. Biaya tersebut dikeluarkan sesuai dengan tingkat biaya dari masing-masing proses produksi. Berikut penjelasan biaya produksi usahatani asparagus di Desa Suka.

A. Biaya Variabel Usahatani Asparagus

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, sarana produksi yang digunakan adalah benih, pupuk organik, pupuk kimia dan tenaga kerja. Sarana produksi yang digunakan memerlukan sejumlah biaya. Biaya variabel yang paling tinggi untuk usahatani asparagus ini adalah biaya benih. Sedangkan biaya variabel lain tidak setinggi biaya benih. Berikut biaya-biaya variabel usahatani asparagus : 1) Biaya Benih

Biaya benih yang dikeluarkan oleh petani tidak sama. Harga benih yang dibeli petani yaitu Rp 10.000/bungkus. Petani menggunakan benih asparagus

sebanyak 600-950 bungkus per hektarnya. Penjelasan dapat dilihat pada lampiran 2. Berikut disajikan Tabel 5.1 total biaya benih :

Tabel 5.1 Total Biaya Benih

No Sampel Total (Rp) Persentase (%)

1 6,800,000 6.53%

2 9,500,000 9.12%

3 4,400,000 4.22%

4 6,500,000 6.24%

5 4,000,000 3.84%

6 9,000,000 8.64%

7 8,500,000 8.16%

8 6,000,000 5.76%

9 6,500,000 6.24%

10 6,000,000 5.76%

11 6,800,000 6.53%

12 7,400,000 7.10%

13 7,500,000 7.20%

14 6,000,000 5.76%

15 9,300,000 8.93%

Jumlah 104,200,000 100.00%

Rata-rata/Petani 6,946,667 6.67%

Rata-rata/Hektar 24,809,524 24%

Sumber: Lampiran 2 (Diolah)

Berdasarkan Tabel 5.1 diperoleh total biaya benih usahatani asparagus adalah Rp 104.200.000 dengan biaya rata-rata Rp 6.946.667 per petani dan Rp 24.809.524 per hektar. Biaya benih tertinggi yaitu Rp 9.500.000 dan biaya terendah Rp 6.000.000.

2) Biaya Pupuk Organik

Biaya pupuk organik yang dikeluarkan oleh petani pada usahatani asparagus adalah Rp 13.000 per karungnya. Namun penggunaan pupuk organik masing-masing lahan petani berbeda. Penjelasan dapat dilihat pada lampiran 2.

Berikut disajikan Tabel 5.2 total biaya pupuk organik : Tabel 5.2 Total Biaya Pupuk Organik

No Sampel Total (Rp) Persentase (%)

1 455,000 5.74%

2 845,000 10.66%

3 325,000 4.10%

4 455,000 5.74%

5 260,000 3.28%

6 780,000 9.84%

7 780,000 9.84%

8 390,000 4.92%

9 455,000 5.74%

10 390,000 4.92%

11 455,000 5.74%

12 585,000 7.38%

13 585,000 7.38%

14 390,000 4.92%

15 780,000 9.84%

Jumlah 7,930,000 100.00%

Rata-rata/Petani 528,667 6.67%

Rata-rata/Hektar 1,888,095 24%

Sumber : Lampiran 2 (Diolah)

Berdasarkan Tabel 5.2 diperoleh total biaya pupuk organik usahatani asparagus adalah Rp 7.930.000 dengan biaya rata-rata Rp 528.667 per petani dan

Rp 1.888.095 per hektar. Biaya pupuk organik tertinggi yaitu Rp 845.000 dan biaya terendah Rp 260.000.

3) Biaya Pupuk Kimia

Biaya pupuk kimia yaitu berkisar Rp 3.400 – Rp 3.700/kilogram.

Penggunaan sesuai kebutuhan lahan milik petani. Penjelasan dapat dilihat pada lampiran 2. Berikut disajikan Tabel 5.3 total biaya pupuk kimia :

Tabel 5.3 Total Biaya Pupuk Kimia

No Sampel Total (Rp) Persentase (%)

1 525,000 6.34%

2 700,000 8.45%

3 360,000 4.35%

4 408,000 4.93%

5 350,000 4.23%

6 770,000 9.30%

7 720,000 8.70%

8 525,000 6.34%

9 510,000 6.16%

10 510,000 6.16%

11 455,000 5.50%

12 555,000 6.70%

13 612,000 7.39%

14 451,500 5.45%

15 828,000 10.00%

Jumlah 8,279,500 100.00%

Rata-rata 551,967 6.67%

Rata-rata/Hektar 1,971,310 24%

Sumber : Lampiran 2 (Diolah)

Berdasarkan Tabel 5.3 diperolah total biaya puuk kimia usahatani asparagus

hektar dengan harga berkisar Rp 3.400 – Rp3.700 per kg. Biaya pupuk kimia tertinggi yaitu Rp 828.000 dan biaya terendah Rp 350.000.

4) Biaya Tenaga Kerja

Biaya tenaga kerja usahatani asparagus mulai dari pengolahan tanah, penanaman, pembumbunan, pemangkasan, pemupukan, penyiangan, pemberantasan hama dan penyakit sampai dengan pemanenan. Penjelasan biata tenaga kerja dapat dilihat pada lampiran 3. Berikut disajikan Tabel 5.4 total biaya tenaga kerja :

Tabel 5.4 Total Biaya Tenaga Kerja

No Sampel Total (Rp) Persentase (%)

1 752,000 6.85%

2 1,472,000 13.41%

3 224,000 2.04%

4 672,000 6.12%

5 272,000 2.48%

6 1,072,000 9.77%

7 1,344,000 12.24%

8 928,000 8.45%

9 624,000 5.69%

10 432,000 3.94%

11 224,000 2.04%

12 816,000 7.43%

13 656,000 5.98%

14 208,000 1.90%

15 1,280,000 11.66%

Jumlah 10,976,000 100.00%

Rata-rata/Petani 731,733 6.67%

Rata-rata/Hektar 2,613,333 24%

Sumber : Lampiran 4 (Diolah)

Berdasarkan Tabel 5.4 diperoleh total biaya tenaga kerja usahatani asparagus adalah Rp 10.976.000 dengan rata-rata Rp 731.733 per petani dan Rp 2.613.333 per hektar dengan harga per hkp sebesar Rp 80.000. Biaya tenaga kerja tertinggi yaitu Rp 1.344.000 dan biaya terendah Rp 208.000.

5) Total Biaya Variabel

Total biaya variabel adalah total biaya benih, pupuk organik, pupuk kimia dan biaya tenaga kerja. Berikut disajikan Tabel 5.5 total biaya variabel :

Tabel 5.5 Total Biaya Variabel

No Sampel Total (Rp) Persentase (%)

1 8,532,000 6.49%

2 12,517,000 9.53%

3 5,309,000 4.04%

4 8,035,000 6.12%

5 4,882,000 3.72%

6 11,622,000 8.85%

7 11,344,000 8.63%

8 7,843,000 5.97%

9 8,089,000 6.16%

10 7,332,000 5.58%

11 7,934,000 6.04%

12 9,356,000 7.12%

13 9,353,000 7.12%

14 7,049,500 5.37%

15 12,188,000 9.28%

Jumlah 131,385,500 100.00%

Rata-rata/Petani 8,759,033 6.67%

Berdasarkan Tabel 5.5 diperoleh total biaya variabel usahatani asparagus adalah Rp 131.385.500 dengan rata-rata biaya Rp 8.759.033 per petani dan Rp 31.282.262 per hektar. Biaya variabel tertinggi yaitu Rp 12.517.000 dan biaya terendah yaitu Rp 4.8824.000.

B. Biaya Tetap Usahatani Asparagus

Biaya tetap usahatani asparagus dari hasil penelitian adalah biaya penyusutan alat pertanian dan biaya pajak bumi dan bangunan. Biaya tetap yang paling tinggi adalah biaya penyusutan alat pertanian. Berikut ini biaya tetap usahatani asparagus :

1) Biaya Penyusutan Alat Pertanian

Dalam proses produksi usahatani asparagus menggunakan alat-alat pertanian yang terdiri dari cangkul, sabit, pisau dan parang. Ketersediaan alat pertanian ini bertujuan untuk memperoleh produksi. Alat-alat pertanian mengalami penurunan nilai yang disebut dengan biaya penyusutan. Penjelasan dapat dilihat pada lampiran 7. Berikut disajikan Tabel 5.6 total biaya penyusutan alat pertanian :

Tabel 5.6 Total Biaya Penyusutan Alat Pertanian

Sumber : Lampiran 7 (Diolah)

Berdasarkan Tabel 5.6 dapat dilihat bahwa total biaya penyusutan alat pertanian adalah Rp 920.250 dengan rata-rata per petani sebesar Rp 61.350 dan rata-rata per hektarnya sebesar Rp 219.107.

Biaya penyusutan paling besar terjadi pada pisau yaitu Rp 276.750 per petani dan sebesar Rp 53.571 per hektar. Sementara itu biaya penyusutan terkecil terjadi pada sabit yaitu Rp 175.500 per petani dan Rp 41.786 per hektar.

Rata-rata biaya penyusutan cangkul per petani sebesar Rp 16.200 dan per hektar sebesar Rp 57.857, dengan umur ekonomis 5 tahun. Harga cangkul dalam penelitian ini adalah Rp 50.000 per buah.

Rata-rata biaya penyusutan sabit per petani sebesar Rp 11.700 dan per hektar sebesar Rp 41.786 dengan umur ekonomis 2 tahun dan harga sabit berkisar antara Rp 20.000 – Rp 40.000 per buah.

Rata-rata biaya penyusutan pisau per petani sebesar Rp 18.450 dan per hektar sebesar Rp 65.893 dengan umur ekonomis 2 tahun dan harga pisau berkisar Rp 25.000 – Rp 30.000 per buah.

Rata-rata biaya penyusutan parang per petani sebesar Rp 15.000 dan per hektar sebesar Rp 53.571 dengan umut ekonomis 2 tahun dan harga parang berkisar Rp 40.000 – Rp 50.000 per buah.

2) Biaya Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)

Penggunaan lahan yang ditanami asparagus mengeluarkan biaya dalam bentuk pajak yang disebut pajak bumi dan bangunan. Biaya tersebut merupakan ketentuan atas kepemilikan lahan yang dibayar secara berkala oleh petani kepada pemerintah. Pembayaran pajak pada tiap petani asparagu ada yang sama dan ada juga yang berbeda, hal ini berdasarkan luas lahan dan letak lahan yang dimiliki oleh petani asparagus. Penjelasan dapat dilihat pada lampiran 8. Berikut disajikan Tabel 5.7 total biaya pajak bumi dan bangunan :

Tabel 5.7 Total Biaya Pajak Bumi dan Bangunan

No Sampel Total (Rp) Persentase (%)

1 16,000 4.35%

2 40,000 10.87%

3 8,000 2.17%

4 20,000 5.43%

5 8,000 2.17%

6 50,000 13.59%

7 50,000 13.59%

8 20,000 5.43%

9 20,000 5.43%

10 16,000 4.35%

11 16,000 4.35%

12 24,000 6.52%

13 24,000 6.52%

14 16,000 4.35%

15 40,000 10.87%

Jumlah 368,000 100.00%

Rata-rata/Petani 24,533 6.67%

Rata-rata/Hektar 87,619 24%

Sumber : Lampiran 8 (Diolah)

Berdasarkan Tabel 5.7 diperoleh total biaya pajak bumi dan bangunan usahatani asparagus adalah sebesar Rp 368.000 dengan biaya rata-rata per petani adalah Rp 24.533 dan Rp 87.619 per hektar Biaya pajak bumi dan bangunan tertinggi yaitu Rp 50.000 dan biaya terendah yaitu Rp 8.000.

3) Total Biaya Tetap

Biaya tetap usahatani asparagus dari hasil penelitian adalah biaya

biaya tetap dapat dilihat pada lampiran 9. Berikut disajikan Tabel 5.8 total biaya tetap :

Tabel 5.8 Total Biaya Tetap Usahatani Asparagus

No Sampel Total (Rp) Persentase (%)

1 79,000 6.13%

2 170,500 13.24%

3 37,250 2.89%

4 62,750 4.87%

5 77,750 6.04%

6 140,000 10.87%

7 137,750 10.69%

8 60,500 4.70%

9 60,500 4.70%

10 56,500 4.39%

11 61,000 4.74%

12 73,500 5.71%

13 60,000 4.66%

14 76,750 5.96%

15 134,500 10.44%

Jumlah 1,288,250 100.00%

Rata-rata/Petani 85,883 6.67%

Rata-rata/Hektar 306,726 24%

Sumber : Lampiran 9 (Diolah)

Berdasarkan Tabel 5.8 diperoleh total biaya tetap usahatani asparagus adalah sebesar Rp 1.288.250 dengan biaya rata-rata per petani sebesar Rp 85.883 dan Rp 306.726 per hektar. Biaya tetap tertinggi yaitu Rp 170.500 dan biaya terendah yaitu Rp 37.250.

C. Total Biaya Usahatani Asparagus

Total biaya yang digunakan dalam proses produksi asparagus merupakan jumlah biaya variabel dan biaya tetap. Penjelasan dapat dilihat pada lampiran 10.

Berikut disajikan Tabel 5.9 total biaya usahatani asparagus : Tabel 5.9 Total Biaya Usahatani Asparagus

No Sampel Total (Rp) Persentase (%)

1 8,611,000 6.49%

2 12,687,500 9.56%

3 5,346,250 4.03%

4 8,097,750 6.10%

5 4,959,750 3.74%

6 11,762,000 8.87%

7 11,481,750 8.65%

8 7,903,500 5.96%

9 8,149,500 6.14%

10 7,388,500 5.57%

11 7,995,000 6.03%

12 9,429,500 7.11%

13 9,413,000 7.09%

14 7,126,250 5.37%

15 12,322,500 9.29%

Jumlah 132,673,750 100.00%

Rata-rata/Petani 8,844,917 6.67%

Rata-rata/Hektar 31,588,988 24%

Sumber : Lampiran 10 (Diolah)

Berdasarkan Tabel 5.9 menunjukan total biaya usahatani asparagus adalah Rp 132.673.750 dengan biaya rata-rata Rp 8.844.917 per petani dan Rp 31.588.988 per hektar. Total biaya tertinggi adalah Rp 12.687.500 dan biaya

5.2.2 Penerimaan Usahatani Asparagus

Penerimaan usahatani asparagus adalah total produksi asparagus dikali dengan harga asparagus. Petani asparagus menjual batang muda asparagus.

Penjelasan dapat dilihat pada lampiran 11. Berikut disajikan Tabel 5.10 total penerimaan usahatani asparagus :

Tabel 5.10 Total Penerimaan Usahatani Asparagus

No Sampel Produksi (Kg) Total (Rp) Persentase (%)

1 900 20,700,000 5.06%

2 2,250 51,750,000 12.66%

3 450 10,350,000 2.53%

4 810 18,630,000 4.56%

5 405 9,315,000 2.28%

6 1,800 41,400,000 10.13%

7 2,070 47,610,000 11.65%

8 720 16,560,000 4.05%

9 900 20,700,000 5.06%

10 630 14,490,000 3.54%

11 810 18,630,000 4.56%

12 1,350 31,050,000 7.59%

13 1,530 35,190,000 8.61%

14 900 20,700,000 5.06%

15 2,250 51,750,000 12.66%

Jumlah 17,775 408,825,000 100.00%

Rata-rata/Petani 1,185 27,255,000 6.67%

Rata-rata/Hektar 4,232 97,339,286 24%

Sumber : Lampiran 11 (Diolah)

Berdasarkan Tabel 5.10 menunjukan total penerimaan usahatani asparagus adalah Rp 408.825.000 dengan total produksi 17.775 kg. Penerimaan rata-rata per petani adalah Rp 27.255.000 dengan rata produksi 1.185 kg. Penerimaan

rata-rata per hektar adalah sebesar Rp 97.339.286 dengan rata-rata-rata-rata produksi 4.232 kg.Penerimaan tertinggi adalah Rp 51.750.000 dengan produksi 2.250 kg dan penerimaan terendah adalah Rp 10.350.000 dengan produksi 450 kg.

5.2.3 Pendapatan Usahatani Asparagus

Pendapatan usahatani asparagus adalah sesilih dari total penerimaan dengan total biaya yang digunakan dalam proses produksi. Berikut disajikan Tabel 5.11 total pendapatan usahatani asparagus :

Tabel 5.11 Total Pendapatan Usahatani Asparagus

No Sampel Penerimaan (Rp) Total Biaya (Rp) Pendapatan (Rp) Persentase (%)

1 20,700,000 8,611,000 12,089,000 4.38%

2 51,750,000 12,687,500 39,062,500 14.15%

3 10,350,000 5,346,250 5,003,750 1.81%

4 18,630,000 8,097,750 10,532,250 3.81%

5 9,315,000 4,959,750 4,355,250 1.58%

6 41,400,000 11,762,000 29,638,000 10.73%

7 47,610,000 11,481,750 36,128,250 13.08%

8 16,560,000 7,903,500 8,656,500 3.13%

9 20,700,000 8,149,500 12,550,500 4.54%

10 14,490,000 7,388,500 7,101,500 2.57%

11 18,630,000 7,995,000 10,635,000 3.85%

12 31,050,000 9,429,500 21,620,500 7.83%

13 35,190,000 9,413,000 25,777,000 9.33%

14 20,700,000 7,126,250 13,573,750 4.92%

15 51,750,000 12,322,500 39,427,500 14.28%

Jumlah 408,825,000 132,673,750 276,151,250 100.00%

Rata-rata/Petani 27,255,000 8,844,917 18,410,083 6.67%

Rata-rata/Hektar 97,339,286 31,588,988 65,750,298 24%

Sumber : Lampiran 11 (Diolah)

Berdasarkan Tabel 5.11 menunjukkan total pendapatan usahatani asparagus adalah Rp 276.151.250 dengan rata-rata pendapatan Rp 18.410.083 per petani dan Rp 65.750.298 per hektar. Pendapatan tertinggi adalah Rp 39.427.500 dan terendah adalah Rp 4.355.250.

5.3 Analisis Kelayakan Usahatani Asparagus

Penilaian kelayakan suatu usaha adalah mengetahui usahatani tersebut layak atau tidak layak untuk diusahakan. Pada usahatani asparagus di Desa Suka analisis kelayakan usahatani asparagus menggunakan analisi R/C ratio.

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan diperoleh hasil sebagai berikut :

5.3.1 Hasil Uji Hipotesis 1, Usahatani Asparagus Layak untuk Diusahakan Secara Finansial digunakan analisis R/C.

Analisis R/C ratio merupakan gambaran tentang keberlanjutan usahatani asparagus yang dilakukan termasuk layak atau tidak layak. R/C adalah total penerimaan usahatani asparagus dibagi dengan seluruh biaya yang keluarkan dalam proses produksi. Berikut disajikan Tabel 5.12 nilai R/C usahatani asparagus:

Tabel 5.12 Nilai R/C Usahatani Asparagus Sumber : Lampiran 12 (Diolah)

Berdasarkan Tabel 5.12 menunjukkan total penerimaan usahatani asparagus adalah Rp 408.825.000 dengan rata-rata Rp 27.255.000 per petani dan Rp 97.339.286 per hektar. Total biaya adalah Rp 132.673.750 dengan rata-rata Rp 8.844.917 per petani dan Rp 31.588.988 per hektar. Pada usahatani asparagus

diterima yaitu usahatani asparagus layak untuk diusahakan secara finansial di daerah penelitian.

Hasil ini sesuai dengan peneliti terdahulu Edward (2015), Herliana Ridhawati (2008), Ni Wayan Nita Rahayu (2015), I Made Dody Darmawan (2013) dimana seluruh penelitian terdahulu memiliki kesimpulan bahwa usahatani

Hasil ini sesuai dengan peneliti terdahulu Edward (2015), Herliana Ridhawati (2008), Ni Wayan Nita Rahayu (2015), I Made Dody Darmawan (2013) dimana seluruh penelitian terdahulu memiliki kesimpulan bahwa usahatani

Dokumen terkait