• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS USAHATANI DAN PEMASARAN ASPARAGUS (Studi Kasus : Desa Suka, Kecamatan Tiga Panah, Kabupaten Karo)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "ANALISIS USAHATANI DAN PEMASARAN ASPARAGUS (Studi Kasus : Desa Suka, Kecamatan Tiga Panah, Kabupaten Karo)"

Copied!
95
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

OLEH :

DAVID KOKO NAIBAHO 130304145

AGRIBISNIS

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

2017

(2)

SKRIPSI

OLEH :

DAVID KOKO NAIBAHO 130304145

AGRIBISNIS

Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Dapat Memperoleh Gelar Sarjana Di Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian,

Universitas Sumatera Utara

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(3)

Judul Skripsi : Analisi Usahatani dan Pemasaran Asparagus

(Studi Kasus : Desa Suka, Kecamatan Tiga Panah, Kabupaten Karo)

Nama : David Koko Naibaho

NIM : 130304145

Program Studi : Agribisnis

Disetujui Oleh:

Komisi Pembimbing

Ketua Anggota

(Dr. Ir. H. Hasman Hasyim M. Si) (Dr. Ir. Satia Negara Lubis, M. Ec) NIP. 195411111981031001 NIP. 196302041997031001

Mengetahui,

Ketua Program Studi Agribisnis

(Dr. Ir. Satia Negara Lubis, M.Ec) NIP. 196304021997031001

Tanggal Lulus : 25 Agustus 2017

(4)

David Koko Naibaho (130304145), Dengan Judul Skripsi Analisis Usahatani dan Pemasaran Asparagus Di Desa Suka Kecamatan Tiga Panah Kabupaten Karo. Telah Dipertahankan di Depan Dewan Penguji Skrispsi Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, dan Diterima Untuk Memenuhi Sebagian Dari Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana.

Pada Tanggal, 25 Agustus 2017

Panitia Penguji Skripsi :

Ketua : Dr. Ir. H. Hasman Hasyim M. Si

NIP. 195411111981031001 ...

Anggota : 1. Dr. Ir. Satia Negara Lubis, M. Ec

NIP. 196302041997031001 ...

2. Ir. M. Jufri, M.Si

NIP. 196011101988031003 ...

3. Sri Fajar Ayu, SP. MM, DBA

NIP. 196405051994032002 ...

Mengetahui,

Ketua Program Studi Agribisnis

(5)

David Koko Naibaho (130304145) dengan judul penelitian “Analisis Usahatani dan Pemasaran Asparagus”. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Suka, Kecamatan Tiga Panah,

Kabupaten Karo. Penelitian ini dibimbing oleh Bapak

Dr. Ir. H. Hasman Hasyim, M. Si sebagai Ketua Komisi Pembimbing dan Bapak Dr. Satia Negara Lubis, M. Ec sebagai Anggota Komisi Pembimbing.

Tujuan penelitian adalah untuk menjelaskan pengelolaan usahatani asparagus, untuk mengetahui besar biaya produksi, penerimaan dan pendapatan usahatani asparagus, untuk mengetahui kelayakan finansial usahatani asparagus dan untuk mengetahui saluran pemasaran asparagus di daerah penelitian.

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif, tabulasi sederhana dan analisis kelayakan. Responden untuk petani yang melakukan usahatani asparagus dengan menggunakan metode sensus yaitu sebanyak 15 petani.

Hasil penelitian diperoleh pengelolaan usahatani asparagus di daerah penelitian layak diusahakan dengan rata-rata nilai R/C adalah 2,56. Terdapat 2 saluran pemasaran asparagus di daerah penelitian yaitu Saluran I adalah petani, pedagang pengumpul, konsumen. Saluran II adalah petani, pedangan pengumpul, pedagang pengecer, konsumen. Kedua saluran pemasaran asparagus sudah efisien karena nilai E >1 yaitu 1,58 dan 2,64.

Kata Kunci: Asparagus, Usahatani, Pendapatan, Analisis Finansial, Pemasaran

(6)

David Koko Naibaho (130304145), with the thesis entitled, An Analysis on Asparagus Agribusiness and Marketing. The research was conducted at Suka Village, Tiga Panah Subdistrict, Karo Regency. It was supervised by Dr. Ir. H.

Hasman Hasyim, M.Si as the Chairperson of the Supervisory Committee and Dr.

Satia Negara Lubis, M.Ec. as the Member of the Supervisory Committee.

The objective of the research was to explain the management asparagus agribusiness, to find out its production cost, revenue, and income, its financial feasibility, and its marketing channel in the research area.

The research used descriptive method, simple tabulation, and feasibility analysis. The samples were 15 asparagus farmers, taken by using census sampling technique.

The result of the research showed that asparagus agribusiness in the research area was feasible to be carried out with the mean R/C value of 2.56.

There were two marketing channels in the research area; channel 1: farmers – collectors – consumers; channel 2: farmers – collectors – retailers – consumers.

It was found that the two asparagus marketing channels were efficient because E- value >1 was 1.58 and 2.64.

Keywords: Asparagus, Agribusiness, Income, Financial Analysis, Marketing

(7)

RIWAYAT HIDUP

David Koko Naibaho lahir di Medan 27 Oktober 1995, anak kedua dari tiga bersaudara, dari Ayahanda Dekon Naibaho dan Ibunda Martha Marisi R Ritonga.

Pendidikan formal yang ditempuh penulis adalah sebagai berikut:

1. Tahun 2007 masuk Sekolah Menengah Pertama di SMP Santa Maria Pekanbaru dan lulus pada tahun 2010.

2. Tahun 2010 masuk Sekolah Menengah Atas di SMA Santa Maria Pekanbaru dan lulus pada tahun 2013.

3. Tahun 2013 diterima di Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara melalui jalur UMBPTN Mandiri.

Kegiatan yang pernah diikuti penulis sebagai berikut:

1. Anggota Departemen Ikatan Mahasiswa Sosial Ekonomi Pertanian Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara (IMASEP FP USU) periode 2014-2016.

2. Panitia Pengabdian Masyarakat Ikatan Mahasiswa Sosial Ekonomi Pertanian (IMASEP) di Pancur Batu pada 26 September 2015.

3. Koordinator HUMAS dalam Panitia HUT IMASEP ke 35.

4. Bulan Juli-Agustus 2016 melaksanakan Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Desa Besar II Terjun, Kcamatan Pantai Cermin, Kabupaten Serdang Bedagai.

5. Bulan Maret-Juni 2017 melaksanakan penelitian di Desa Suka, Kecamatan Tiga Panah, Kabupaten Karo.

(8)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini yang merupakan salah satu syarat untuk mendapat gelar sarjana di Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara. Skripsi ini berjudul

“Analisis Usahatani dan Pemasaran Asparagus (Asparagus officinalis) (Studi Kasus: Desa Suka Kecamatan Tiga Panah Kabupaten Karo).

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam menyelesaikan skripsi ini tidak akan berhasil tanpa bimbingan, dukungan, motivasi, pengarahan, serta kritikan yang membangun. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada:

1. Bapak Dr. Ir. H. Hasman Hasyim, M.Si., selaku ketua komisi pembimbing skripsi yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan dan arahan serta saran sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

2. Bapak Dr. Ir. Satia Negara Lubis, M. Ec., selaku anggota komisi pembimbing skripsi yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan dan arahan serta saran sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

3. Bapak Ir. M. Jufri, M.Si., selaku ketua penguji yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan dan arahan serta saran sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

4. Ibu Sri Fajar Ayu, S.P, M.M., DBA, selaku anggota penguji yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan dan arahan serta saran sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

5. Bapak Dr. Ir. Satia Negara Lubis, M.Ec., selaku Ketua Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara serta Bapak Ir. M. Jufri, M.Si., selaku Sekretaris Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.

(9)

Naibaho, yang telah memberikan dukungan doa, motivasi, cinta kasih dan dukungan moril maupun materil sehingga penulis dapat menyelesaikan pendidikan di Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.

7. Bapak dan Ibu dosen tercinta beserta seluruh staff/pegawai di Program Studi Agribisnis yang telah banyak memberi ilmu pengetahuan, bimbingan serta arahan yang membangun kepada penulis selama masa pendidikan di Fakultas Pertanian.

8. Teman-teman stambuk 2013 Program Studi Agribisnis terkhusus 70 Sekawan Seperjuangan Kemah Satu Atap dan seluruh teman-teman yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, yang selalu memotivasi dan memberikan semangat kepada penulis.

9. Teman-teman AGB 3 stambuk 2013 yang selalu memotivasi dan memberikan semangat kepada penulis.

10. Jessica Anggreani Lubis yang telah memberikan dukungan motivasi, doa, perhatian, waktu dan masukan yang berharga sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini pada waktu yang tepat.

11. Sahabat-sahabat terkasih willy, abil, kevin, bima yang selalu memberi semangat yang luar biasa kepada penulis.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh sebab itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan skripsi ini. Akhir kata, penulis mengucapkan terima kasih. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pihak yang bersangkutan.

Medan, Agustus 2017

Penulis

(10)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

ABSTRACT ... ii

RIWAYAT HIDUP ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 3

1.3 Tujuan Penelitian ... 3

1.4 Manfaat Penelitian ... 4

1.5 Keaslian Penelitian ... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Pustaka ... 5

2.2 Landasan Teori ... 8

2.2.1 Teori Produksi ... 8

2.2.2 Teori Pendapatan Usahatani ... 9

2.2.3 Teori Pemasaran ... 12

2.3 Penelitian Terdahulu ... 15

2.4 Kerangka Pemikiran ... 18

2.5 Hipotesis Penelitian ... 20

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian ... 21

3.2 Metode Penentuan Sampel ... 21

3.3 Metode Pengumpulan Data ... 21

3.4 Metode Analisis Data ... 21

3.5 Defenisi dan Batasan Operasional ... 24

BAB IV DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK

(11)

4.1.2 Tata Guna Lahan ... 26

4.1.3 Keadaan Penduduk ... 27

4.1.4 Sosial Ekonomi ... 28

4.1.5 Sarana dan Prasarana ... 28

4.2. Karakteristik Responden... 29

4.2.1 Umur ... 29

4.2.2 Pendidikan ... 30

4.2.3 Lama Berusahatani ... 30

4.2.4 Luas Lahan ... 31

4.2.5 Jumlah Tanggungan ... 32

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Usahatani Asparagus ... 33

5.2. Biaya Produksi, Penerimaan dan Pendapatan Usahatani Asparagus ... 33

5.2.1 Biaya Produksi Usahatani Asparagus ... 33

5.2.2 Penerimaan Usahatani Asparagus ... 45

5.2.3 Pendapatan Usahatani Asparagus ... 46

5.3. Analisis Kelayakan Usahatani Asparagus ... 47

5.4. Saluran Pemasaran Asparagus ... 49

5.4.1 Saluran Pemasaran Asparagus ... 49

5.4.2 Share Margin Saluran Pemasaran Asparagus ... 51

5.4.3 Tingkat Efisiensi Saluran Pemasaran Asparagus ... 54

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1. Kesimpulan ... 56

6.2. Saran ... 56 DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

(12)

DAFTAR TABEL

No Keterangan Hal

2.1 Penelitian Terdahulu 15

4.1 Komposisi Penggunaan Lahan di Desa Suka 27

4.2 Jumlah Penduduk 27

4.3 Distribusi Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian 28

4.4 Sarana dan Prasarana 29

4.5 Distribusi Petani Asparagus Berdasarkan Kelompok Umur 29 4.6 Distribusi Petani Asparagus Berdasarkan Tingkat

Pendidikan 30

4.7 Distribusi Petani Asparagus Berdasarkan Lama Berusahatani 31 4.8 Distribusi Petani Asparagus Berdasarkan Luas Lahan 31 4.9 Jumlah Tanggungan Keluarga Petani Asparagus 32

5.1 Total Biaya Benih 35

5.2 Total Biaya Pupuk Organik 36

5.3 Total Biaya Pupuk Kimia 37

5.4 Total Biaya Tenaga Kerja 38

5.5 Total Biaya Variabel 39

5.6 Total Biaya Penyusutan Alat Pertanian 40

5.7 Total Biaya Pajak Bumi dan Bangunan 42

5.8 Total Biaya Tetap 43

5.9 Total Biaya Usahatani Asparagus 44

5.10 Total Penerimaan Usahatani Asparagus 45

5.11 Total Pendapatan Usahatani Asparagus 46

5.12 Nilai R/C Usahatani Asparagus 48

5.13 Price Spread dan Share Margin Lembaga Pemasaran

Asparagus Saluran I 52

5.14 Price Spread dan Share Margin Lembaga Pemasaran

53

(13)

DAFTAR GAMBAR

No Keterangan Hal

2.1 Asparagus (Asparagus officinalis) 5

2.2 Skema Kerangka Pemikiran Analisis Usahatani dan Pemasaran

Asparagus 19

5.1 Skema Saluran Pemasaran Asparagus 49

5.2 Skema Saluran Pemasaran I Asparagus 49

5.3 Skema Saluran Pemasaran II Asparagus 50

(14)

DAFTAR LAMPIRAN

No. Judul

1 Karakteristik Sampel Usahatani Asparagus 2 Biaya Benih dan Pupuk Usahatani Asparagus

3 Curahan dan Biaya Tenaga Kerja Usahatani Asparagus 4 Total Biaya Tenaga Kerja Usahatani Asparagus

5 Total Biaya Variabel Usahatani Asparagus

6 Jumlah, Harga, dan Umur Ekonomis Alat-Alat Pertanian Usahatani Asparagus

7 Total Biaya Penyusutan

8 Total Biaya Pajak Bumi & Bangunan Usahatani Asparagus 9 Total Biaya Tetap Usahatani Asparagus

10 Total Biaya Usahatani Asparagus

11 Produksi, Harga Jual, Penerimaan, Total Biaya dan Pendapatan Usahatani Asparagus

12 Perhitungan R/C Usahatani Asparagus 13 Biaya Pemasaran Petani Usahatani Asparagus

14 Jumlah Pembelian dan Biaya Pemasaran Pedagang Pengumpul 15 Jumlah Pembelian dan Biaya Pemasaran PEdagang

16 Share Margin Saluran I 17 Share Margin Saluran II

(15)

1.1 Latar Belakang

Sayuran adalah salah satu kelompok hortikultura yang mempunyai arti dan kedudukan tersendiri dalam proses pembangunan nasional di sub sektor pertanian.

Sayuran merupakan sumber vitamin dan mineral yang penting bagi pemenuhan gizi masyarakat. Idealnya, seseorang harus mengkonsumsi sayuran sekitar 200 gr per hari agar metabolisme di dalam tubuh tidak terganggu akibat kekurangan serat. Artinya penduduk Indonesia yang berjumlah sekitar 170 juta jiwa memerlukan 34.000 ton sayuran per hari. Katakanlah hanya kira-kira 50% yang membeli sayuran, jumlah total kebutuhan sayuran tetap merupakan potensi yang besar bagi pasar sayuran (Rahardi, 2000).

Diperlukan sebuah strategi untuk mempertahankan dan meningkatkan kinerja dalam sektor pertanian sekaligus memperkecil ketertinggalan sektor pertanian dengan sektor lainnya. Salah satunya dengan menetapkan prioritas pengembangan komoditas pertanian unggulan, yaitu komoditas pertanian yang memiliki potensi untuk dikembangkan, memiliki prospek untuk diserap pasar lokal, nasional maupun internasional, dan yang memiliki nilai tambah yang tinggi.

Beberapa tanaman yang dikategorikan memiliki nilai tambah yang tinggi adalah brokoli, asparagus, dan bamboo shoots (Susetyo, 2015).

Asparagus (Asparagus officianlis) merupakan salah satu tanaman sayuran yang memiliki nilai ekonomis yang tinggi dan memiliki gizi yang sangat tinggi pula. Asparagus merupakan sumber terbaik asam folat nabati, sangat rendah

(16)

kalori, tidak mengandung lemak atau kolesterol, serta mengandung sangat sedikit natrium (BPP Garokgek, 2013).

Menurut petani asparagus (Rusmawan) warga Kp. Sukamaju Desa Cigugur Girang, Kec. Parongpong, masih banyak masyarakat yang belum mengenal asparagus. Padahal dari dulu asparagus sudah ada di Indonesia. Hanya saja tidak di budidayakan secara besar-besaran, melainkan hanya sebagai sayuran yang ditanam didepan rumah dan rata-rata untuk konsumsi pribadi. Berbeda dengan saat ini, asparagus sudah dikenal sebagai sayuran yang memiliki nilai jual tinggi, sehingga banyak dicari supplyer.

Asparagus adalah tanaman subtropis yang diambil rebungnya untuk di konsumsi. Sup Asparagus adalah menu yang wajib tersedia di hotel dan restoran berbintang. Beda dengan sayuran subtropis lain seperti kol, brokoli, kentang dan wortel yang sudah dibudidayakan di Indonesia, maka Asparagus masih harus diimpor (Susetyo, 2015).

Oleh karena itu, asparagus kini menjadi salah satu jenis tanaman sayuran yang sedang naik daun. Sejauh ini, ada dua jenis asparagus yang biasa dikonsumsi, yaitu asparagus hijau dan asparagus putih. Umumnya masyarakat Indonesia lebih senang menanam asparagus hijau, karena sesuai dengan kondisi tanah dan cuaca. Hal ini sesuai dengan hasil pra survey yang dilakukan oleh peneliti bahwa budidaya asparagus sudah mulai berkembang di Provinsi Sumatera Utara tepatnya di Kabupaten Karo. Namun di Kabupaten Karo budidaya asparagus hanya ada di Kecamatan Tiga Panah. Hal tersebut kemungkinan

(17)

biaya produksi yang tinggi. Padahal asparagus memiliki potensi pasar yang cukup besar jika dilihat dari sisi permintaan dengan harga jual yang cukup tinggi berkisar Rp 40.000 sampai Rp 70.000 per kilogramnya, hal ini menjanjikan untuk tingkat pendapatan petani asparagus dibandingkan dengan tanaman lain. Oleh sebab itu, perlu adanya analisis ilmiah mengenai usahatani dan pemasaran asparagus.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian pada latar belakang maka dapat dirumuskan beberapa permasalahan sebagai berikut :

1. Bagaimanakah pengelolaan usahatani asparagus di daerah penelitian?

2. Berapa biaya produksi, penerimaan, dan pendapatan usahatani asparagus di daerah penelitian?

3. Bagaimana kelayakan finansial usahatani asparagus di daerah penelitian?

4. Bagaimana saluran pemasaran asparagus di daerah penelitian?

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penulisan dari penelitian ini dilakukan adalah sebagai berikut:

1. Untuk menjelaskan pengelolaan usahatani asparagus di daerah penelitian.

2. Untuk mengidentifikasi besar biaya produksi, penerimaan, dan pendapatan usahatani asparagus di daerah penelitian.

3. Untuk menentukan kelayakan finansial usahatani asparagus di daerah penelitian.

4. Untuk menjelaskan saluran pemasaran asparagus di daerah penelitian.

(18)

1.4 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian adalah:

1. Sebagai bahan informasi bagi petani asparagus dalam mengelola dan mengembangkan usahataninya.

2. Hasil penelitian diharapkan dapat digunakan oleh pemerintah daerah setempat sebagai bahan masukan dalam membuat kebijakan.

3. Sebagai bahan informasi dan referensi bagi peneliti lainnya dan pihak-pihak yang membutuhkan.

1.5 Keaslian Penulisan

1. Metode Penelitian : Metode analisis yang digunakan dalam penelitian yaitu dengan menggunakan analisis deskriptif untuk mengetahui pengelolaan usahatani asparagus dan bagaimana saluran pemasaran asparagus, metode total biaya untuk mengetahui biaya produksi usahatani asparagus, metode penerimaan untuk mengetahui besar penerimaan petani asparagus, metode pendapatan untuk mengetahui besar pendapatan petani asparagus serta yang terakhir metode analisis kelayakan yaitu dengan menggunakan Rasio R/C untuk melihat apakah usahatani asparagus layak diusahakan secara finansial.

2. Jumlah Sampel : Sampel penelitian yaitu semua petani asparagus di Desa Suka Kecamatan Tiga Panah Kabupaten Karo.

3. Waktu Penelitian : Penelitian dilakukan pada bulan Maret 2017 – Juni 2017 4. Lokasi Penelitian : Penelitian ini dilakukan di Desa Suka, Kecamatan Tiga Panah, Kabupaten Karo.

(19)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Asparagus (Asparagus officionalis)

Asparagus merupakan salah satu jenis sayuran yang dikonsumsi pada bagian batang muda atau tunasnya. Biasanya rebung digunakan sebagai sayuran segar berupa sup atau tumis, serta banyak dikonsumsi oleh masyarakat dunia baik dalam kemasan biasa maupun dalam kaleng. Sayuran ini merupakan tanama berumah dua. Artinya, tanaman ini ada yang jantan dan ada yang betina.

Klasifikasi Asparagus adalah sebagai berikut : Kingdom : Plantae

Divisi : Magnoliophytha Kelas : Liliopsida Ordo : Asparagales Famili : Asparagaceae Genus : Asparagus

Spesies : Asparagus officinalis (Susetyo, 2015).

Gambar 2.1 Asparagus (Asparagus officinalis)

Pada umumnya, Asparagus memiliki 2 jenis yaitu Asparagus hijau dan

(20)

ditemukan. Banyak tumbuh di Amerika dan sekitarnya. Batang pada Asparagus hijau lebih tebal daripada yang putih. Asparagus hijau adalah jenis yang paling banyak dikonsumsi. Asparagus putih, jenis ini tidak banyak dijumpai di Indonesia, namun banyak terdapat di Eropa.

Asparagus putih yang warna rebungnya putih karena dipanen saat masih tertimbun dalam tanah. Rebung putih ini tubuhnya agak gemuk, dagingnya lebih berserat namun lunak dan segar. Hargnya paling mahal karena penanganannya harus tepat. Produksi rebung putih biasanya dikemas dalam kaleng. Varietas yang terkenal penghasil rebung putih adalah Locullus yang berasal dari Jerman.

Asparagus hijau jenis ini populer di Indonesia, ditanam pada dataran tinggi Jawa Timur (Batu-Malang) dan Jawa Barat (Puncak, Sukabumi). Rebung Asparagus ini berwarna hijau karena batang sudah menyembul di atas tanah.

Warna hijau muncul karena terbentuknya klorofil oleh adanya sinar matahari.

Tubuhnya ramping, seperti mata tombak dengan ujung masih kompak (belum mekar), digigit lebih renyah, rasanya manis namun agak sedikit pahit. Varietas yang terkenal penghasil rebung hijau adalah Mery Washington dan Yersey Giant yang berasal dari Amerika.

Asparagus termasuk sayuran berkelas, karena selalu tersedia di restoran mewah dan hotel berbintang. Prospek pengembangannya sangat cerah, karena permintaan pasar terutama ekspor cukup tinggi. Asparagus dikenal sebgai sayuran rebung untuk bahan salad, sup, cah, atau menu campuran tertentu. Menu ini relatif mewah untuk masyarakat Indonesia.

Tanaman asparagus merupakan tanaman tahunan. Asparagus memiliki

(21)

batang yang tampak di luar tanah merupakan tempat tumbuhnya cabang, ranting, dan daun. Daun Asparagus berbentuk jarum. Sepintas tanaman Asparagus penghasil rebung ini mirip dengan cemara. Namun tinggi tanaman hanya sekitar 1 m, dengan diameter batang hanya 1 cm.

Lahan yang dibutuhkan oleh sayuran Asparagus adalah dataran tinggi dengan ketinggian 600-900 mdpl. Asparagus dapat tumbuh optimal pada suhu antara 15-250C dengan curah hujan yang cukup banyak dan merata sepanjang tahun, yaitu berkisar 2.500-3000 mm/tahun. Oleh karena itu, syarat utama lahan harus dataran tinggi, berhawa sejuk, dan dekat sumber air agar kebutuhan air di musim kemarau tercukupi. Areal dengan kondisi seperti di atas jarang ditemukan di Indonesia. Asparagus dapat tumbuh pada tanah podsolik merah kuning, latosol, maupun andosol. Asparagus lebih menyukai tanah yang agak berpasir dan berlapisan tanah olah yang tebal. Perlu diingat, Asparagus tidak suka tanah yang berdrainase buruk dan banyak liat. Sedangkan pH yang diinginkan adalah 6-6,5 karena tidak toleran terhadap tanah yang bereaksi masam. Sebaiknya tanah itu mengandung banyak bahan organik.

Pemanenan daun asparagus dapat dilakukan kapan saja dengan cara memotong dahannya. Panen dilakukan dengan dua cara yaitu mencabut dan memangkas atau memotong batang muda. Cara panen dengan memotong batang muda merupakan cara lebih baik, karena cara tersebut tidak merusak sistem perakaran tanaman yang dijadikan indukan. Panen rebung asparagus di daerah tropis lebih cepat dilakukan dibandingkan pada daerah subtropis. Di daerah tropis, panen pertama kali sudah dapat dilakukan saat tanaman berumur 10-12 bulan sesudah penanaman.

(22)

Salah satu manfaat asparagus adalah untuk menurunkan berat badan.

Kelebihan berat badan terjadi karena menumpuknya air dan garam pada tubuh yang berlebihan. Asparagus disini berfungsi untuk mengeluarkan air dan garam yang berlebihan di dalam tubuh kita melalui urin. Sehingga asparagus cocok untuk dijadikan terapi untuk orang yang ingin berdiet. Manfaat asparagus yang lain adalah untuk ibu hamil. Pada saat ibu mengandung, dia membutuhkan banyak sekali asam folat untuk membantu pembentukan saraf-saraf jaringan pada otak bayi. Asparagus sendiri mempunyai kandungan asam folat tertinggi dibandingkan sayuran lainnya. Jadi sangat dianjurkan untuk ibu hamil mengkonsumsi makanan yang mengandung asam folat tinggi untuk menghindari kecacatan pada tabung saraf otak, karena itu dapat berpengaruh terhadap kecerdasan anak di dalam kandungan. Karena banyaknya manfaat dan kandungan yang terdapat pada asparagus, menjadikan sayuran ini bernilai jual tinggi. Harga per kilogram asparagus dari mulai Rp 40.000 – Rp 70.000 per kilogramnya (Farah, 2017).

2.2. Landasan Teori 2.2.1. Teori Produksi

Usahatani merupakan suatu kegiatan produksi dimana peranan input (faktor produksi atau korbanan produksi) dalam menghasilkan output (hasil atau produksi) menjadi perhatian yang utama. Peranan input bukan saja dilihat dari macam atau ketersediaannya dalam waktu yang tepat, tetap dapat juga dilihat dari segi efisiensi penggunaan faktor tersebut (Tohir, 1991).

Produksi dapat didefinisikan sebagai hasil dari suatu proses atau aktivitas ekonomi dengan memanfaatkan beberapa masukan (input). Dengan demikian,

(23)

kegiatan produksi tersebut adalah mengkombinasikan berbagai masukan untuk menghasilkan keluaran (Anonimus, 2010).

Faktor produksi dalam usahatani mencakup tanah, modal, dan tenaga kerja. Tanah merupakan faktor kunci dalam usaha pertanian. Tanpa tanah rasanya mustahil usahatani dapat dilakukan. Dalam tanah dan sekitar tanah banyak lagi faktor yang harus diperhatikan, katakan luasnya, topografinya, kesuburannya, keadaan fisiknya, lingkungannya, lerengnya, dan lain sebagainya. Dengan mengetahui semua keadaan mengenai tanah, usaha pertanian dapat dilakukan dengan baik.

Sebagai faktor produksi, tentu modal mutlak diperlukan dalam usaha pertanian. Tanpa modal, sudah pasti usaha tidak bisa dilakukan, paling tidak modal dibutuhkan untuk pengadaan bibit dan upah tenaga kerja. Kecukupan modal mempengaruhi ketepatan waktu dan ketepatan takaran dalam penggunaan masukan (Daniel, 2002).

Tenaga kerja merupakan faktor penting dalam usahatani swasembada, khususnya faktor tenaga kerja petani dan para anggota keluarganya. Dalam usahatani swasembada atau usahatani keluarga,, faktor tenaga kerja keluarga petani merupakan unsur penentu (Tohir, 1991).

2.2.2. Teori Pendapatan Usahatani

Ilmu usahatani biasanya diartikan sebagai ilmu yang mempelajari bagaimana seseorang mengalokasikan sumberdaya yang ada secara efektif dan efisien untuk tujuan memperoleh keuntungan yang tinggi pada waktu tertentu.

Dikatakan efektif bila petani atau produsen dapat mengalokasikan sumberdaya yang mereka miliki (yang dikuasai) sebaik-baiknya, dan dikatakan efisien bila

(24)

pemanfaatan sumberdaya tersebut menghasilkan keluaran (output) yang melebihi masukan (input) (Soekartawi, 2003).

Biaya usahatani biasanya diklasifikasikan menjadi dua yaitu biaya tetap (fixed cost) dan biaya variable (variable cost). Yang dimaksud dengan biaya tetap adalah jenis biaya yang besar kecilnya tidak tergantung pada besar kecilnya produksi. Biaya lain-lainnya pada umumnya masuk biaya variavel karena besar kecilnya berhubungan langsung dengan besarnya produksi. Tetapi pengertian biaya tetap dan variabel ini hanya pengertian jangka pendek, sebab dalam jangka panjang biaya tetap dapat menjadi biaya variabel (Mubyarto, 1994).

Definisi dari penerimaan, pendapatan dan lain-lain (Suratiyah, 2008), adalah sebagai berikut:

1. Penerimaan didefinisikan sebagai seluruh pendapatan yang diperoleh dari usahatani selama satu periode yang diperhitungkan dari hasil penjualan.

2. Biaya alat-alat luar adalah semua korbanan yang dikeluarkan untuk menghasilkan penerimaan kecuali upah tenaga kerja keluarga, bunga seluruh aktiva yang digunakan dan biaya untuk kegiatan si pengusaha sendiri. Dengan kata lain biaya-biaya tersesbut meliputi biaya saprodi, biaya tenaga kerja luar, biaya PBB, iuran air, dan penyusutan alat.

3. Pendapatan petani adalah penerimaan (pendapatan kotor) dikurangi biaya alat-alat luar dan bunga modal luar.

Menurut Soekartawi (1995), total biaya adalah penjumlahan biaya variabel dengan biaya tetap secara matematis dapat dituliskan sebagai berikut :

(25)

TC = FC + VC Keterangan :

TC = Total biaya (Rp) FC = Biaya tetap (Rp) VC = Biaya variabel (Rp)

Menurut Soekartawi (1995), penerimaan usahatani diperoleh dengan mengalikan total produksi dengan harga jual petani atau ditulis sebagai berikut :

TR = Y. Py

Keterangan :

TR = Total penerimaan (Rp)

Y = Produksi yang diperoleh dari usahatani (Kg) Py = Harga Y (Rp/Kg)

Analisis pendapatan terhadap usahatani penting dalam kaitannya dengan tujuan yang hendak akan dicapai oleh setiap usahatani dengan berbagai pertimbangan dan motivasinya. Analisis pendapatan pada dasarnya memerlukan dua keterangan pokok yaitu : (a) Keadaan Penerimaan dan (b) keadaan pengeluaran (biaya produksi) selama jangka waktu tertentu (Hernanto, 1996).

Pendapatan usahatani adalah selisih antara penerimaan dan semua biaya (pengeluaran). Dimana pernyataan tersebut dapat dinyatakan dalam rumus sebagai berikut :

I = TR – TC Keterangan :

I = Income (Rp)

(26)

TR = Total Revenue (Rp) TC = Total Cost (Rp) (Soekartawi, 2003).

Untuk melihat kelayakan usahatani dapat memperhitungkan R/C Ratio yaitu sebagai perbandingan antara penerimaan dan biaya. Secara matematika dapat dituliskan sebagai berikut :

R/C Ratio = TR TC Dimana :

R = Penerimaan petani (Rp) C = Biaya usahatani (Rp) Kriteria :

Jika R/C > 1, maka usahatani asparagus layak untuk dilaksanakan Jika R/C = 1, maka usahatani asparagus layak impas

Jika R/C < 1, maka usahatani asparagus tidak layak untuk dilaksanakan (Soekartawi, 2003)

2.2.3. Teori Pemasaran

Pemasaran merupakan hal yang sangat penting setelah selesainya proses produksi pertanian. Kondisi pemasaran menimbulkan suatu siklus atau lingkaran pasar suatu komoditas. Bila pemasarannya tidak lancar dan tidak memberikan harga yang layak bagi petani maka kondisi ini akan mempengaruhi motivasi petani. Bila pemasaran tidak baik mungkin disebabkan oleh karena daerah produsen terisolasi, tidak ada pasar, rantai pemasaran terlalu panjang, atau hanya ada satu pembeli (Daniel, 2002).

(27)

Secara umum pemasaran dianggap sebagai proses aliran barang yang teradi dalam pasar. Dalam pemasaran ini barang mengalir dari produsen sampai kepada konsumen akhir yang disertai penambahan guna bentuk melalui proses pengolahan, guna tempar melalui proses pengangkutan dan guna waktu melalui proses penyimpanan. Pemasaran komoditi pertanian dari proses konsentrasi yaitu pengumpulan produk-produk pertanian dari petani ke tengkulak, pedagang pengumpul dan pedagang besar serta diakhiri proses distribusi yaitu penjualan dari pedagang ke agen, pengecer dan konsumen (Sudiyono, 2004).

Pemasaran terdiri dari berbagai macam saluran pemasaran dimana setiap saluran pemasaran melibatkan berbagai lembaga pemasaran seperti pedagang pengumpul, pedagang perantara (distributor, agen komisi, pedagang antar daerah, eksportir, importir) dan pedagang eceran. Banyaknya jumlah pedagang saluran ini berpengaruh kepada biaya pemasaran dan efisiensi pemasaran (Lamb, dkk, 2001).

Saluran pemasaran selalu diperlukan karena produsen tidak mampu menjual sendiri produk yang dihasilkan. Produsen memerlukan partner yang lokasinya berbeda dan kapasitasnya yang juga berbeda. Oleh karena itu saluran pemasaran muncul dalam kegiatan pemasaran (Soekartawi, 1993).

Semakin panjang saluran pemasaran maka sistem pemasaran semakin tidak efisien. Masing-masing perantara akan mengambil keuntungan atas jasa yang mereka korbankan atau disebut profit margin, kemudian pada akhirnya akan membuat harga di tingkat konsumen tinggi. Selain itu juga akan memperlambat arus barang ke konsumen. Ketidakefisienan ini juga akan berdampak buruk kepada petani karena berpengaruh terhadap pendapatan petani dimana harga yang diterima petani akan berbeda jauh dengan harga yang diberikan oleh konsumen

(28)

semakin rendah dan permintaan semakin menurun, harga dari petani juga menurun sehingga pendapatan petani menurun (Mubyarto, 1994).

Biaya pemasaran komoditas pertanian merupakan biaya yang dikeluarkan untuk kegiatan usaha permasaran komoditas pertanian meliputi : biaya transportasi, biaya pungutan retribusi dan lain-lain. Besar biaya pemasaran berbeda satu sama lain, hal ini diakibatkan lokasi pemasaran, macam lembaga pemasaran, efitivitas pemasaran yang dilakukan serta macam komoditasnya.

Keuntungan pemasran komoditas pertanian merupakan selisih antara harga yang dibayarkan ke produsen (petani) dan harga yang dibayarkan konsumen akhir.

Keuntungan pemasaran dapat pula disebut margin pemasaran (Rahim dan Hastuti, 2008).

Margin pemasaran adalah perbedaan harga atau selisih harga yang dibayar konsumen dengan harga yang diterima petani produsen. Margin pemasaran atau marketing margin terdiri dari biaya-biaya untuk melakukan fungsi pemasaran dan keuntungan lembaga-lembaga pemasaran. Setiap lembaga pemasaran biasanya melaksanakan fungsi-fungsinya yang berbeda sehingga share margin diperoleh pada masing-masing lembaga pemasaran yang terlibat akan berbeda. Salah satu kegunaan dari perhitungan marketing margin (price spread) dan share margin adalah mengetahui tingkat efisiensi pemasaran. Secara umum dapat dikatakan bahwa semakin tinggi marketing margin suatu komoditi, maka semakin rendah tingkat efisiensi sistem pemasaran (Gultom, 1996).

Efisiensi pemasaran merupakan tujuan akhir yang ingin dicapai dalam suatu sistem pemasaran. Efisiensi pemasaran dapat terjadi jika sistem tersebut

(29)

dapat memberikan kepuasan kepada pihak-pihak yang terlibat yaitu produsen, konsumen akhir dan lembaga-lembaga pemasaran (Gultom, 1996).

Pasar yang tidak efisien akan terjadi bila biaya pemasaran semakin besar dengan nilai produk yang dipasarkan jumlahnya tidak terlalu besar. Sedangkan efisiensi pemasaran akan terjadi jika :

1. Harga pemasaran dapat ditekan sehingga keuntungan pemasaran lebih tinggi

2. Elastisitas transmisi harga atau persentase perbedaan harga yang dibayarkan konsumen dan produsen tidak terlalu tinggi.

3. Adanya kompetisi pasar yang sehat (Soekartawi, 1993).

2.3 Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu yang menjadi rujukan dapat dilihat pada Tabel 1 : Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu

N o

Nama Peneliti

Judul Penelitian

Perumusan Masalah

Variabel Pengamatan

Metode Analisis

Kesimpulan 1. Edward

(2015)

Analisis Kelayakan Usaha Asparagus Di Kelompok Al’Istiqomah Kecamatan Ciwidet Kabupaten Bandung

1. Bagaimana kelayakan bisnis budidaya asparagus secara finansial?

Variabel yang mempengaruhi : 1. Faktor Produksi 2. Harga Jual 3. Biaya Produksi

Analisis menggunakan R/C Ratio dengan rumus : R/C Ratio = TR / TC

1. Usaha asparagus layak untuk dilakukan dengan nilai R/C sebesar 1.51

2. Herliana Ridhawati (2008)

Kelayakan Finansial Investasi Usahatani Asparagus Ramah

Lingkungan PT Agro Lestari, Bogor

1. Bagaimana kelayakan finansial usahatani asparagus di PT Agri Lestari

Variabel yang mempengaruhi : 1. Faktor produksi 2. Harga

3. Biaya produksi

Analisis dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif.

Menggunakan metode garis lurus dengan menggunakan Microsoft Excel

Usahatani asparagus di PTAgro Lestari Bogor layak untuk dilakukan dengan nilai R/C sebesar 1,04 dan NPV sebesar 7.124.166,90

(30)

Lanjutan Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu

3. Ni Wayan Nita Rahayu (2015)

Aspek Kelayakan Finansial Pengembangan Komoditas Asparagus Di Desa Pelaga, Kecamatan Petang, Kabupaten Badung

1. Bagaimana pengembangan komoditas asparagus dari aspek finansial sesuai dengan agroklimat di daerah

pengembangan serta kendala – kendala yang dihadapi oleh petani asparagus

Variabel yang mempengaruhi : 1. Faktor produksi 2. Biaya produksi 3. R/C Ratio

Menggunakan metode analisis kuantitatif dan kualitatif

1. Pengembangan usahatani asparagus di Desa Pelaga layak untuk dikembangkan

ditunjukkan dari nilai R/C rasio sebesar 2,21 2. Kendala yang dihadapi petani yaitu masalah hama dan penyakit yang menyerang di musim hujan, kurangnya pelatihan pembuatan bibit untuk petani asparagus, kekurangan biaya untuk proses produksi, tidak adanya pemasaran untuk hasil produksi yang tidak memenuhi standar grade, 4. I Made

Dody Darmawan (2013)

Kinerja Usahatani Asparagus di Desa Pelaga, Kecamatan Petang, Kabupaten Badung

1. Berapa alokasi biaya yang diperlukan usahatni asparagus?

2. Bagaimana kinerja usahatani asparagus di Desa Pelaga, Kecamatan Petang, Kabupaten Badung

Variabel yang mempengaruhi : 1. Faktor Produksi 2. Biaya Produksi

Menggunakan metode analisis biaya, BEP dan DOL

1. Total biaya usahatani asparagus yang

dikeluarkan petani di Desa Pelaga, Kecamatan Petang, Kabupaten Badung sebesar Rp 25.028.000 per tahun dengan luas lahan rata- rata 15 are

2. Berdasarkan hasil analisis BEP didapatkan bahwa usahatani asparagus petani di Desa Pelaga mampu

memberikan keuntungan dilihat dari harga per kg yang dijual petani, dimana harga pasar (Rp 28.310.000) > harga BEP (Rp 16.625) maupun dari segi kuantitas dimana kuantitas yang dijual petani (1.420/kg/thn) >

kuantitas BEP

(381 kg/thn) dengan luas lahan rata-rata 15 are dan untuk luas lahan 1 ha kuantitas yang dijual (9.468 kg/thn) >

kuantitas BEP (2.276 kg/thn)

(31)

Lanjutan Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu

5. Nency Verawaty (2008)

Analisis Usahatani dan Pemasaran Anthurium Gelombang Cinta

1. Bagaimana pengelolaan usahatani Anthurium Gelombang Cinta?

2. Berapa besar biaya produksi dalam usahatani Anthurium Gelombang Cinta di daerah penelitian?

3. Berapa besar penerimaan dan pendapatan usahatani Anthurium Gelombang Cinta?

4. Bagaimana saluran pemasaran Anthurium Gelombang Cinta?

Variabel yang mempengaruhi : 1. Faktor Produksi 2. Harga Jual 3. Biaya Produksi

- Pengelolaan usahatani Anthurium Gelombang Cinta dianalisis secara deskriptif - Untuk perhitungan besar biaya produksi dengan rumus : TC = FC + VC

Dimana : TC

= total cost FC = Fixed cost

VC = Variable cost

- Untuk menghitung penerimaan : TR = Y . Py Dimana : TR

= Total penerimaan Y = Produksi yang diperoleh Py = Harga - Untuk menghitung pendapatan :

1. Besar total biata produksi usahatani Anthurium Gelombang Cinta selama 1 tahun adalah sebesar Rp 26.382.168,75 per petani dan Rp 14.964.361,17 per 500 pot.

2. Total penerimaan usahatani Anthurium Gelombang Cinta selama 1 tahu adalah sebesar Rp 57.802.500 per petani dan Rp 32.786.443,56 per 500 pot dan pendapatan bersih usahatani Anthurium Gelombang Cinta selama 1 tahun adalah sebesar Rp 31.420.331,25 per petani dan Rp 17.822.082,39 per 500 pot.

3. Terdapat dua saluran pemasaran Anthurium Gelombang Cinta

(32)

2.4 Kerangka Pemikiran

Asparagus merupakan sayuran yang memiliki nilai ekonomis tinggi. Konsumsi asparagus di Sumatera Utara khususnya di Medan tidak banyak, sama halnya seperti di daerah penelitian. Namun permintaan akan asparagus di daerah penelitian tergolong lumayan tinggi sehingga para petani masih mempertahankan untuk melakukan usahatani asparagus ini.

Dengan adanya usahatani asparagus yang dilakukan petani maka dihasilkan produksi asparagus. Produksi asparagus dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu luas lahan, pupuk dan tenaga kerja. Produksi asparagus yang diperoleh dijual kepada pedagang pengumpul dengan harga jual yang sudah ditentukan sehingga menghasilkan penerimaan untuk petani.

Penggunaan input produksi menimbulkan biaya, biaya-biaya inilah yang disebut dengan biaya produksi yang terdiri dari biaya tetap dan biaya tidak tetap. Besar pendapatan petani asparagus diperoleh dari seluruh penerimaan yang telah diterima dikurangi dengan biaya produksi yang telah dikeluarkan.

Saluran pemasaran merupakan aliran barang mulai dari produsen ke konsumen.

Saluran pemasaran asparagus mulai dari petani ke pedagang pengumpul, pedagang pengecer hingga ke konsumen. Semakin pendek rantai pemasaran maka semakin efisien sistem pemasaran.

Berdasarkan penjelasan diatas, maka dapat digambarkan dengan skema kerangka pemikiran sebagai berikut :

(33)

Keterangan :

: menyatakan hubungan

Gambar 2.2 Skema Kerangka Pemikiran Analisis Usahatani dan Pemasaran Asparagus

Petani Asparagus

Usahatani Asparagus

Produksi Asparagus

Penerimaan

Input Produksi : 1. Lahan 2. Pupuk

3. Tenaga Kerja

Harga Jual

Layak Tidak Layak

Pemasaran

Efisien Tidak Efisien

Pendapatan

(34)

2.5 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan identifikasi masalah dan landasan teori yang telah dibuat, maka hipotesis dari penelitian ini adalah

1. Usahatani asparagus layak untuk diusahakan secara finansial di daerah penelitian.

2. Saluran pemasaran asparagus di daerah penelitian sudah efisien.

(35)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Metode Penentuan Daerah Penelitian

Daerah penelitian ditentukan secara purposive atau secara sengaja, yaitu di Desa Suka, Kecamatan Tiga Panah, Kabupaten Karo. Berdasarkan hasil pra survei sebelumnya bahwa pada daerah tersebut merupakan daerah sentra produksi usahatani tanaman asparagus.

3.2. Metode Penentuan Sampel

Pengambilan sampel dilakukan dengan cara Sensus yaitu seluruh petani Asparagus di Desa Suka dijadikan sampel yakni 15 petani. Pengambilan sampel dilakukan secara sensus karena hanya terdapat 15 petani yang melakukan usahatani asparagus.

3.3. Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari petani melalui wawancara dengan menggunakan daftar pertanyaan (kuesioner) yang sudah dipersiapkan. Data sekunder adalah data yang dicatat secara sistematis dan dikutip secara langsung dari instansi pemerintah atau lembaga-lembaga yang terkait dengan penelitian ini.

3.4. Metode Analisis Data

Untuk mengetahui besar keuntungan (pendapatan) petani asparagus, digunakan formula sebagai berikut :

(36)

Biaya Produksi

TC = FC + VC

Keterangan : TC : Total Biaya Usahatani Asparagus (Rp) FC : Biaya Tetap Usahatani Asparagus (Rp)

VC : Biaya Tidak Tetap (Variabel) Usahatani Asparagus (Rp) (Soekartawi, 2003)

Penerimaan dan Pendapatan Usahatani TR = Y x Py I = TR – TC

Keterangan : TR : Total Penerimaan Usahatani Asparagus (Rp) I : Pendapatan Usahatani Asparagus (Rp) TC : Total Biaya Usahatan Asparagus (Rp) Y : Produksi Asparagus (Kg)

Py : Harga Asparagus (Rp/Kg) (Soekartawi, 2003)

Untuk membuktikan hipotesis I, Usahatani Asparagus Layak untuk Diusahakan Secara Finansial, digunakan analisis R/C sebagai berikut :

R/C Ratio = TR

TC

Kriteria :

Jika R/C > 1, maka usahatani asparagus layak untuk dilaksanakan Jika R/C = 1, maka usahatani asparagus layak impas

Jika R/C < 1, maka usahatani asparagus tidak layak untuk dilaksanakan

(37)

Dimana :

R = Penerimaan petani (Rp) C = Biaya usahatani (Rp) (Soekartawi, 2003)

Untuk membuktikan hipotesis II, Saluran Pemasaran Asparagus Sudah Efisien, digunakan metode analisis deskriptif dengan menggunakan tabulasi sederhana yaitu dengan menganalisis hubungan antara harga yang diterima produsen dengan harga yang dibayar oleh konsumen yang disebut dengan share margin.

Menurut Gultom (1996), untuk menghitung share margin dan efisiensi pemasaran digunakan rumus sebagai berikut :

Dimana :

Sm = Share margin (%)

Pp = Harga yang diterima produsen dan pedagang (Rp/Kg) Pk = Harga yang dibayar oleh consume (Rp/Kg)

Keterangan : E : Efisiensi

Jt : Keuntungan lembaga tataniaga Jp : Keuntungan Produsen

Ot : Ongkos tataniaga

(38)

Op : Ongkos produksi dan pemasaran yang dikeluarkan oleh produsen Dimana jika :

E > 1 = maka pasar tersebut dikatakan efisien.

E < 1 = maka pasar tersebut dikatakan tidak efisien.

3.5. Definisi dan Batasan Operasional

Definisi dan batasan operasional bertujuan untuk menghindari kesalahpahaman dalam penelitian ini.

3.5.1. Definisi Operasional

1. Petani tanaman asparagus adalah petani yang mengusahakan tanaman asparagus sebagai pekerjaan utamanya.

2. Usahatani asparagus adalah suatu kegiatan untuk mengembangkan dan memelihara tanaman Asparagus.

3. Produksi adalah hasil yang diperoleh dari kegiatan usahatani Asparagus yang siap untuk dijual.

4. Harga jual adalah besarnya nilai penjualan dari Asparagus.

5. Penerimaan adalah total produksi yang dihasilkan dikalikan dengan harga jual.

6. Biaya produksi adalah seluruh biaya yang dikeluarkan oleh petani selama proses usahataninya.

7. Pendapatan adalah selisih antara total penerimaan dengan total biaya produksi

(39)

8. Kriterian kelayakan adalah kriteria yang digunakan dalam pelaksanaan suatu usahatani untuk mengukur apakah usahatani itu layak atau tidak layak untuk diusahakan dengan menggunakan analisis R/C.

9. Pemasaran adalah proses menyampaikan barang dari petani ke konsumen.

10. Biaya Pemasaran adalah semua ongkos yang dikeluarkan dalam kegiatan penyampaian barang dari petani ke konsumen.

3.5.2. Batasan Operasional

1. Daerah penelitian adalah Desa Suka, Kecamatan Tiga Panah, Kabupaten Karo.

2. Waktu penelitian adalah bulan Maret – Juni tahun 2017.

3. Sampel penelitian adalah petani yang melakukan usahatani Asparagus.

(40)

BAB IV

DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK SAMPEL

4.1 Deskripsi Daerah Penelitian

4.1.1 Letak Geografis dan Luas Daerah

Desa Suka berada di Kecamatan Tiga Panah Kabupaten Karo. Jarak dari ibukota kecamatan 3 km, jarak dari ibukota kabupaten 8 km. Secara administrat batas-batas desa Suka adalah :

• Sebelah Utara : Desa Suka Mbayak, Desa Kuta Kepar, Desa Salit Kecamatan Tigapanah

• Sebelah Selatan : Desa Regaji, Desa Suka Mandi Kecamatan Tigapanah

• Sebelah Timur : Desa Lambar Kecamatan Tiga Panah, Desa Tambunan Kecamatan Barusjahe

• Sebelah Barat : Desa Manuk Mulia Kecamatan Tiga Panah, Desa Ajinembah Kecamatan Merek, Desa Kuta Kepar Utara Memiliki ketinggian ± 800 m diatas permukaan laut dengan temperature udara berkisar antara 180C s/d 210C, dengan kondisi topografi dataran tinggi. Luas desa 1.950 Ha.

4.1.2 Tata Guna Lahan

Data mengenai luas lahan dan penggunaan lahan ditunjukkan pada Tabel 4.1 berikut ini:

(41)

Tabel 4.1 Komposisi Penggunaan Lahan di Desa Suka Tahun 2017

No Uraian Luas (Ha) Persentase (%)

1 Jalan 23.5 1.68

2 Sawah dan Ladang 1840.3 60.06

3 Pemukiman 51.7 17.60

4 Perkuburan 4.5 14.15

Total 1074 100.0

Sumber: Kantor Kepala Desa Suka Tahun 2016

Penggunaan lahan terbesar adalah untuk pertanian (91,81%). Sedangkan besar mata pencaharian penduduk adalah bertani dan beternak.

4.1.3 Keadaan Penduduk

Jumlah penduduk desa Suka adalah 1.985 jiwa, meliputi 926 jiwa laki-laki dan 1.059 jiwa perempuan, dengan jumlah rumah tangga sebanyak 650 KK.

Jumlah penduduk berdasarkan golongan umur disajikan pada Tabel 4.2 berikut :

Tabel 4.2 Jumlah Penduduk berdasarkan Golongan Umur di Desa Suka Tahun 2017

No Golongan Umur (Tahun) Jumlah (Jiwa)

1. 0-3 155

2. 4-6 111

3. 7-12 214

4. 13-15 111

5. 16-18 133

6. 19 keatas 1.261

Total 1.985

Sumber: Kantor Kepala Desa Suka Tahun 2016

(42)

Gambaran umum yang didapat peneliti mengenai daerah ini adalah bahwa penduduknya sangat akrab dimana penduduknya saling mengenal satu sama lain.

Bahasa yang digunakan dalam berkumunikasi sehari-hari adalah bahasa Karo.

Mayoritas penduduk memeluk agama Kristen yakni sebanyak 1.419 jiwa dan Islam sebanyak 70 jiwa serta lain-lain sebanyak 496 jiwa.

4.1.4 Sosial Ekonomi

Mata pencaharian penduduk yang utama adalah bertani. Selain itu ada juga penduduk yang bekerja sebagai pedagang dan pegawai negeri atau swasta.

Distribusi jumlah penduduk berdasarkan mata pencaharian dapat dilihat pada Tabel 4.3 berikut:

Tabel 4.3 Distribusi Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian Tahun 2017

No Mata Pencaharian Jumlah Persentase (%)

1. Petani 190 55,2

2. Pedagang 33 9,6

3. Pegawai 45 13

4. dll 76 22,2

Total 344 100

Sumber: Kantor Desa Suka Tahun 2016

Dari Tabel 4.3 dapat dilihat bahwa mayoritas penduduk memiliki mata pencaharian sebagai petani adalah 190 jiwa atau 55,2% dari total penduduk yang bekerja.

4.1.5 Sarana dan Prasarana

Sarana transportasi yang dipergunakan untuk mencapai Desa Suka adalah

(43)

mobilitas penduduk Desa Suka, hal ini ditandai dengan ruas jalan yang sudah diaspal. Sarana dan prasarana yang ada di Desa Suka dapat dilihat pada Tabel 4.4 berikut:

Tabel 4.4 Sarana dan Prasarana di Desa Suka Tahun 2017

No Sarana dan Prasarana Jumlah

1. Pendidikan (unit)

- SD 1

- SLTP 1

2. Kesehatan (unit)

- Poliklinik 1

3. Transportasi (km)

- Jalan Beraspal 10

4. Rumah Ibadah (unit)

- Mesjid/Surau 1

- Gereja 2

- Vihara

Sumber: Kantor Kepala Desa Suka Tahun 2016

Pada saat ini sarana pendidikan yang ada di Desa Suka adalah 1 unit sekolah dasar, 1 unit sekolah lanjutan tingkat pertama (SLTP) dan sekolah lanjutan tingkat atas (SLTA) ada di ibukota kecamatan dan kabupaten.

4.2 Karakteristik Petani Sampel 4.2.1. Umur

Umur merupakan salah satu faktor penting untuk mengetahui tingkat produktivitas seseorang dalam berusahatani. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, petani asparagus yang menjadi sampel dalam penelitian ini dapat diklasifikasikan berdasarkan umur sebagai berikut :

(44)

Tabel 4.5 Distribusi Petani Asparagus Berdasarkan Kelompok Umur

No Usia (Tahun) Jumlah (Orang) Persentase (%)

1. 30-40 5 33,4

2. 41-50 6 40

3. 51-60 2 13,3

4. 61-70 2 13,3

Total 15 100

Sumber : Lampiran 1

Pada Tabel 4.5 dapat diketahui jumlah petani asparagus adalah lima belas petani. Petani asparagus dengan usia 30-40 tahun terdapat 5 petani, usia 41-50 tahun terdapat 6 petani, usia 51-60 tahun terdapat 2 petani, usia 61-70 tahun terdapat 2 petani.

4.2.2. Pendidikan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, petani asparagus yang menjadi sampel dalam penelitian ini dapat diklasifikasikan berdasarkan tingkat pendidikan terakhir yaitu sebagai berikut :

Tabel 4.6 Distribusi Petani Asparagus Berdasarkan Tingkat Pendidikan

No Tingkat Pendidikan Jumlah (Orang) Persentase (%)

1. Tamat SD 6 40

2. Tamat SMP 6 40

3. Tamat SMA 3 20

Total 15 100

Sumber : Lampiran 1

Tabel 4.6 menunjukkan bahwa sebagian besar petani asparagus memiliki tingkat pendidikan terakhir yaitu tamat SD dan tamat SMP yaitu berjumah 6

(45)

petani atau 40%. Sedangkan jumlah petani yang berpendidikan tamat SD sebanyak 3 petani atau 20%.

4.2.3. Lama Berusahatani

Semakin lama pengalaman petani dalam berusahtai maka semakin banyak pengetahuan yang didapat dalam berusahatani. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, petani asparagus yang menjadi sampel dalam penelitian ini dapat diklasifikasikan berdasarkan lama berusahatani yaitu sebagai berikut :

Tabel 4.7 Distribusi Petani Asparagus Berdasarkan Lama Berusahatani No Lama Berusahatani (Tahun) Jumlah (Orang) Persentase (%)

1. 5-10 12 80

2. 11-15 1 6,6

3. 16-20 1 6,6

4. 21-25 1 6,6

Total 15 100

Sumber : Lampiran 1

Pada Tabel 4.7 dapat diketahui petani dengan pengalaman bertani 5-10 tahun sebanyak 12 petani dengan persentase 80%, 11-15 tahun sebanyak 1 petani, 16-20 tahun sebanyak 1 orang, 21-25 tahun sebanyak 2 orang dengan persentase 6,6%.

4.2.4. Luas Lahan

Luas lahan yang dimiliki petani sampel berkisar antara 0,1-0,5 ha.

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, petani asparagus yang menjadi sampel dalam penelitian dapat diklasifikasikan berdasarkan luas lahan yaitu sebagai berikut :

(46)

Tabel 4.8 Distribusi Petani Asparagus Berdasarkan Luas Lahan

No Luas Lahan (Ha) Jumlah (Orang) Persentase (%)

1. 0,1-0,2 9 60

2. 0,3-0,4 2 13,3

3. 0,5-0,6 4 26,7

Total 15 100

Sumber : Lampiran 1

Berdasarkan Tabel 4.8, luas lahan yang paling banyak dimiliki oleh petani sampel yaitu berkisar antara 0,1-0,2 ha yang berjumlah 9 petani atau 60%, luas lahan 0,3-0,4 ha berjumlah 2 petani atau 13,3% dan luas lahan 0,5-0,6 berjumlah 4 petani atau 26,7%.

4.2.5. Jumlah Tanggungan

Tanggungan keluarga adalah anggota keluarga yang tinggal secara bersama dengan petani asparagus. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, data tanggungan keluarga petani asparagus adalah sebagai berikut :

Tabel 4.9 Jumlah Tanggungan Keluarga Petani Asparagus

No Jumlah Tanggungan (Orang) Jumlah (Orang) Persentase (%)

1. 0 2 13,3

2. 1 3 20

3. 2 6 40

4. 3 4 26,7

Total 15 100

Sumber : Lampiran 1

Berdasarkan Tabel 4.9, dapat diketahui jumlah tanggungan petani

(47)

40%. Petani yang memiliki jumlah tanggungan 3 orang sebanyak 4 orang petani dengan persentase 26,7%, yang memiliki jumlah tanggungan 1 orang sebanyak 3 orang petani dengan persentase 20% dan yang tidak memiliki jumlah tanggungan sebanyak 2 orang petani.

(48)

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Usahatani Asparagus

Usahatani asparagus di Desa Suka Kecamatan Tiga Panah Kabupaten Karo yang dilaksanakan oleh petani sebagai salah satu mata pencaharian yang bertujuan untuk meningkatkan pendapatan petani sehingga kesejahteraan petani menjadi lebih baik.

Pengelolaan usahatani asparagus sudah berjalan sangat baik. Proses produksi pada usahatani asparagus sampai hasil di daerah penelitian dimulai dari persiapan bibit, pengolahan tanah, penanaman, pemeliharaan dan panen.

Pembibitan asparagus di daerah penelitian dilakukan secara vegetatif yaitu dari anakan yang berasal dari tunas. Bibit ditanam pada tempat yang telah disiapkan.

Untuk pengolahan tanah di daerah penelitian dilakukan dengan menggunakan traktor dan manual. Tanah dibajak terlebih dahulu menggunakan traktor lalu di ratakan secara manual.

Untuk penanaman dan pemeliharaan tanaman asparagus, biasanya petani menanam pada pagi hari sekitar jam 9 pagi. Petani melakukan penanaman dan pemeliharaan secara sendiri dan dibantu dengan beberapa orang pekerja.

Pemanenan tanaman asparagus di daerah penelitian dilakukan secara sendiri.

Pemanenan pada daerah penelitian dilakukan dengan cara memotong batang muda. Disini petani menggunakan pisau sebagai alat untuk melakukan pemanenan. Cara memotong dipilih guna agar tidak merusak perakaran tanaman asparagus yang indukan.

(49)

5.2 Biaya Produksi, Penerimaan dan Pendapatan Usahatani Asparagus 5.2.1 Biaya Produksi Usahatani Asparagus

Pelaksanaan usahatani asparagus membutuhkan biaya-biaya dalam proses produksinya. Biaya produksi yaitu biaya yang digunakan atau dipakai oleh petani asparagus untuk melaksanaka usahataninya. Biaya tersebut terdiri dari biaya tetap dan biaya tidak tetap (biaya variabel).

Biaya tetap adalah biaya yang dikeluarkan dalam usahatani asparagus yang jumlahnya tidak dipengaruhi oleh jumlah produksi, seperti biaya penyusutan alat pertanian dan biaya pajak bumi dan bangunan. Sedangkan biaya variabel adalah biaya yang dikeluarkan dalam usahatani asparagus untuk satu kai produksi yang mempengaruhi jumlah produksi. Biaya variabel yaitu biaya saprodi (sarana produksi) dan biaya tenaga kerja. Jumlah biaya tetap dengan biaya variabel merupakan total biaya dari usahatani asparagus. Biaya tersebut dikeluarkan sesuai dengan tingkat biaya dari masing-masing proses produksi. Berikut penjelasan biaya produksi usahatani asparagus di Desa Suka.

A. Biaya Variabel Usahatani Asparagus

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, sarana produksi yang digunakan adalah benih, pupuk organik, pupuk kimia dan tenaga kerja. Sarana produksi yang digunakan memerlukan sejumlah biaya. Biaya variabel yang paling tinggi untuk usahatani asparagus ini adalah biaya benih. Sedangkan biaya variabel lain tidak setinggi biaya benih. Berikut biaya-biaya variabel usahatani asparagus : 1) Biaya Benih

Biaya benih yang dikeluarkan oleh petani tidak sama. Harga benih yang dibeli petani yaitu Rp 10.000/bungkus. Petani menggunakan benih asparagus

(50)

sebanyak 600-950 bungkus per hektarnya. Penjelasan dapat dilihat pada lampiran 2. Berikut disajikan Tabel 5.1 total biaya benih :

Tabel 5.1 Total Biaya Benih

No Sampel Total (Rp) Persentase (%)

1 6,800,000 6.53%

2 9,500,000 9.12%

3 4,400,000 4.22%

4 6,500,000 6.24%

5 4,000,000 3.84%

6 9,000,000 8.64%

7 8,500,000 8.16%

8 6,000,000 5.76%

9 6,500,000 6.24%

10 6,000,000 5.76%

11 6,800,000 6.53%

12 7,400,000 7.10%

13 7,500,000 7.20%

14 6,000,000 5.76%

15 9,300,000 8.93%

Jumlah 104,200,000 100.00%

Rata-rata/Petani 6,946,667 6.67%

Rata-rata/Hektar 24,809,524 24%

Sumber: Lampiran 2 (Diolah)

Berdasarkan Tabel 5.1 diperoleh total biaya benih usahatani asparagus adalah Rp 104.200.000 dengan biaya rata-rata Rp 6.946.667 per petani dan Rp 24.809.524 per hektar. Biaya benih tertinggi yaitu Rp 9.500.000 dan biaya terendah Rp 6.000.000.

(51)

2) Biaya Pupuk Organik

Biaya pupuk organik yang dikeluarkan oleh petani pada usahatani asparagus adalah Rp 13.000 per karungnya. Namun penggunaan pupuk organik masing-masing lahan petani berbeda. Penjelasan dapat dilihat pada lampiran 2.

Berikut disajikan Tabel 5.2 total biaya pupuk organik : Tabel 5.2 Total Biaya Pupuk Organik

No Sampel Total (Rp) Persentase (%)

1 455,000 5.74%

2 845,000 10.66%

3 325,000 4.10%

4 455,000 5.74%

5 260,000 3.28%

6 780,000 9.84%

7 780,000 9.84%

8 390,000 4.92%

9 455,000 5.74%

10 390,000 4.92%

11 455,000 5.74%

12 585,000 7.38%

13 585,000 7.38%

14 390,000 4.92%

15 780,000 9.84%

Jumlah 7,930,000 100.00%

Rata-rata/Petani 528,667 6.67%

Rata-rata/Hektar 1,888,095 24%

Sumber : Lampiran 2 (Diolah)

Berdasarkan Tabel 5.2 diperoleh total biaya pupuk organik usahatani asparagus adalah Rp 7.930.000 dengan biaya rata-rata Rp 528.667 per petani dan

Gambar

Gambar 2.1 Asparagus (Asparagus officinalis)
Gambar 2.2  Skema Kerangka Pemikiran Analisis Usahatani dan Pemasaran  Asparagus   Petani Asparagus  Usahatani Asparagus Produksi Asparagus Penerimaan  Input Produksi : 1
Gambar 5.1 Skema Saluran Pemasaran Asparagus Saluran Saluran I Saluran II Petani Petani Pengumpul Pengumpul Konsumen Pengecer  Konsumen
Gambar 5.3 Skema Saluran Pemasaran II Asparagus

Referensi

Dokumen terkait

Produktivitas petani stroberi di Desa Tongkoh adalah 13.847,62 Kg/Ha dan di Desa Korpri sebesar 15.305,67 Kg/Ha masih jauh lebih rendah dari produktivitas stroberi menurut

Adapun yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui sejarah pengobatan Dukun Patah Bawang, ramuan dan alat yang digunakan dalam proses

Penelitian ini bertujuan untukmenjelaskan produktifitas usahatani jagung di daerah penelitian, untuk menganalisis usahatani jagung di daerah penelitian, untuk

Metode penelitian yang digunakan untuk mengetahui ketersediaan input (bahan baku, modal, tenaga kerja) yaitu menggunakan metode deskriptif, untuk mengetahui

Penelitian ini bertujuan untukmenjelaskan produktifitas usahatani jagung di daerah penelitian, untuk menganalisis usahatani jagung di daerah penelitian, untuk

Penelitian ini bertujuan untukmenjelaskan produktifitas usahatani jagung di daerah penelitian, untuk menganalisis usahatani jagung di daerah penelitian, untuk

Hal tersebut mempunyai arti bahwa nilai IRR lebih besar daripada discounting factor sehingga usahatani asparagus mampu mengendalikan modal yang digunakan sebagai biaya

3.5 Tehnik Analisis Data Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 3.5.1 Analisis Biaya Untuk mengetahui total biaya dalam usahatani kacang