• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODE PENELITIAN

3.5 Defenisi dan Batasan Operasional

4.1.5 Sarana dan Prasarana

Sarana transportasi yang dipergunakan untuk mencapai Desa Suka adalah

mobilitas penduduk Desa Suka, hal ini ditandai dengan ruas jalan yang sudah diaspal. Sarana dan prasarana yang ada di Desa Suka dapat dilihat pada Tabel 4.4 berikut:

Tabel 4.4 Sarana dan Prasarana di Desa Suka Tahun 2017

No Sarana dan Prasarana Jumlah

1. Pendidikan (unit)

- SD 1

- SLTP 1

2. Kesehatan (unit)

- Poliklinik 1

3. Transportasi (km)

- Jalan Beraspal 10

4. Rumah Ibadah (unit)

- Mesjid/Surau 1

- Gereja 2

- Vihara

Sumber: Kantor Kepala Desa Suka Tahun 2016

Pada saat ini sarana pendidikan yang ada di Desa Suka adalah 1 unit sekolah dasar, 1 unit sekolah lanjutan tingkat pertama (SLTP) dan sekolah lanjutan tingkat atas (SLTA) ada di ibukota kecamatan dan kabupaten.

4.2 Karakteristik Petani Sampel 4.2.1. Umur

Umur merupakan salah satu faktor penting untuk mengetahui tingkat produktivitas seseorang dalam berusahatani. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, petani asparagus yang menjadi sampel dalam penelitian ini dapat diklasifikasikan berdasarkan umur sebagai berikut :

Tabel 4.5 Distribusi Petani Asparagus Berdasarkan Kelompok Umur

No Usia (Tahun) Jumlah (Orang) Persentase (%)

1. 30-40 5 33,4

2. 41-50 6 40

3. 51-60 2 13,3

4. 61-70 2 13,3

Total 15 100

Sumber : Lampiran 1

Pada Tabel 4.5 dapat diketahui jumlah petani asparagus adalah lima belas petani. Petani asparagus dengan usia 30-40 tahun terdapat 5 petani, usia 41-50 tahun terdapat 6 petani, usia 51-60 tahun terdapat 2 petani, usia 61-70 tahun terdapat 2 petani.

4.2.2. Pendidikan

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, petani asparagus yang menjadi sampel dalam penelitian ini dapat diklasifikasikan berdasarkan tingkat pendidikan terakhir yaitu sebagai berikut :

Tabel 4.6 Distribusi Petani Asparagus Berdasarkan Tingkat Pendidikan

No Tingkat Pendidikan Jumlah (Orang) Persentase (%)

1. Tamat SD 6 40

2. Tamat SMP 6 40

3. Tamat SMA 3 20

Total 15 100

Sumber : Lampiran 1

Tabel 4.6 menunjukkan bahwa sebagian besar petani asparagus memiliki tingkat pendidikan terakhir yaitu tamat SD dan tamat SMP yaitu berjumah 6

petani atau 40%. Sedangkan jumlah petani yang berpendidikan tamat SD sebanyak 3 petani atau 20%.

4.2.3. Lama Berusahatani

Semakin lama pengalaman petani dalam berusahtai maka semakin banyak pengetahuan yang didapat dalam berusahatani. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, petani asparagus yang menjadi sampel dalam penelitian ini dapat diklasifikasikan berdasarkan lama berusahatani yaitu sebagai berikut :

Tabel 4.7 Distribusi Petani Asparagus Berdasarkan Lama Berusahatani No Lama Berusahatani (Tahun) Jumlah (Orang) Persentase (%)

1. 5-10 12 80

2. 11-15 1 6,6

3. 16-20 1 6,6

4. 21-25 1 6,6

Total 15 100

Sumber : Lampiran 1

Pada Tabel 4.7 dapat diketahui petani dengan pengalaman bertani 5-10 tahun sebanyak 12 petani dengan persentase 80%, 11-15 tahun sebanyak 1 petani, 16-20 tahun sebanyak 1 orang, 21-25 tahun sebanyak 2 orang dengan persentase 6,6%.

4.2.4. Luas Lahan

Luas lahan yang dimiliki petani sampel berkisar antara 0,1-0,5 ha.

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, petani asparagus yang menjadi sampel dalam penelitian dapat diklasifikasikan berdasarkan luas lahan yaitu sebagai berikut :

Tabel 4.8 Distribusi Petani Asparagus Berdasarkan Luas Lahan

No Luas Lahan (Ha) Jumlah (Orang) Persentase (%)

1. 0,1-0,2 9 60

2. 0,3-0,4 2 13,3

3. 0,5-0,6 4 26,7

Total 15 100

Sumber : Lampiran 1

Berdasarkan Tabel 4.8, luas lahan yang paling banyak dimiliki oleh petani sampel yaitu berkisar antara 0,1-0,2 ha yang berjumlah 9 petani atau 60%, luas lahan 0,3-0,4 ha berjumlah 2 petani atau 13,3% dan luas lahan 0,5-0,6 berjumlah 4 petani atau 26,7%.

4.2.5. Jumlah Tanggungan

Tanggungan keluarga adalah anggota keluarga yang tinggal secara bersama dengan petani asparagus. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, data tanggungan keluarga petani asparagus adalah sebagai berikut :

Tabel 4.9 Jumlah Tanggungan Keluarga Petani Asparagus

No Jumlah Tanggungan (Orang) Jumlah (Orang) Persentase (%)

1. 0 2 13,3

2. 1 3 20

3. 2 6 40

4. 3 4 26,7

Total 15 100

Sumber : Lampiran 1

Berdasarkan Tabel 4.9, dapat diketahui jumlah tanggungan petani

40%. Petani yang memiliki jumlah tanggungan 3 orang sebanyak 4 orang petani dengan persentase 26,7%, yang memiliki jumlah tanggungan 1 orang sebanyak 3 orang petani dengan persentase 20% dan yang tidak memiliki jumlah tanggungan sebanyak 2 orang petani.

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Usahatani Asparagus

Usahatani asparagus di Desa Suka Kecamatan Tiga Panah Kabupaten Karo yang dilaksanakan oleh petani sebagai salah satu mata pencaharian yang bertujuan untuk meningkatkan pendapatan petani sehingga kesejahteraan petani menjadi lebih baik.

Pengelolaan usahatani asparagus sudah berjalan sangat baik. Proses produksi pada usahatani asparagus sampai hasil di daerah penelitian dimulai dari persiapan bibit, pengolahan tanah, penanaman, pemeliharaan dan panen.

Pembibitan asparagus di daerah penelitian dilakukan secara vegetatif yaitu dari anakan yang berasal dari tunas. Bibit ditanam pada tempat yang telah disiapkan.

Untuk pengolahan tanah di daerah penelitian dilakukan dengan menggunakan traktor dan manual. Tanah dibajak terlebih dahulu menggunakan traktor lalu di ratakan secara manual.

Untuk penanaman dan pemeliharaan tanaman asparagus, biasanya petani menanam pada pagi hari sekitar jam 9 pagi. Petani melakukan penanaman dan pemeliharaan secara sendiri dan dibantu dengan beberapa orang pekerja.

Pemanenan tanaman asparagus di daerah penelitian dilakukan secara sendiri.

Pemanenan pada daerah penelitian dilakukan dengan cara memotong batang muda. Disini petani menggunakan pisau sebagai alat untuk melakukan pemanenan. Cara memotong dipilih guna agar tidak merusak perakaran tanaman asparagus yang indukan.

5.2 Biaya Produksi, Penerimaan dan Pendapatan Usahatani Asparagus 5.2.1 Biaya Produksi Usahatani Asparagus

Pelaksanaan usahatani asparagus membutuhkan biaya-biaya dalam proses produksinya. Biaya produksi yaitu biaya yang digunakan atau dipakai oleh petani asparagus untuk melaksanaka usahataninya. Biaya tersebut terdiri dari biaya tetap dan biaya tidak tetap (biaya variabel).

Biaya tetap adalah biaya yang dikeluarkan dalam usahatani asparagus yang jumlahnya tidak dipengaruhi oleh jumlah produksi, seperti biaya penyusutan alat pertanian dan biaya pajak bumi dan bangunan. Sedangkan biaya variabel adalah biaya yang dikeluarkan dalam usahatani asparagus untuk satu kai produksi yang mempengaruhi jumlah produksi. Biaya variabel yaitu biaya saprodi (sarana produksi) dan biaya tenaga kerja. Jumlah biaya tetap dengan biaya variabel merupakan total biaya dari usahatani asparagus. Biaya tersebut dikeluarkan sesuai dengan tingkat biaya dari masing-masing proses produksi. Berikut penjelasan biaya produksi usahatani asparagus di Desa Suka.

A. Biaya Variabel Usahatani Asparagus

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, sarana produksi yang digunakan adalah benih, pupuk organik, pupuk kimia dan tenaga kerja. Sarana produksi yang digunakan memerlukan sejumlah biaya. Biaya variabel yang paling tinggi untuk usahatani asparagus ini adalah biaya benih. Sedangkan biaya variabel lain tidak setinggi biaya benih. Berikut biaya-biaya variabel usahatani asparagus : 1) Biaya Benih

Biaya benih yang dikeluarkan oleh petani tidak sama. Harga benih yang dibeli petani yaitu Rp 10.000/bungkus. Petani menggunakan benih asparagus

sebanyak 600-950 bungkus per hektarnya. Penjelasan dapat dilihat pada lampiran 2. Berikut disajikan Tabel 5.1 total biaya benih :

Tabel 5.1 Total Biaya Benih

No Sampel Total (Rp) Persentase (%)

1 6,800,000 6.53%

2 9,500,000 9.12%

3 4,400,000 4.22%

4 6,500,000 6.24%

5 4,000,000 3.84%

6 9,000,000 8.64%

7 8,500,000 8.16%

8 6,000,000 5.76%

9 6,500,000 6.24%

10 6,000,000 5.76%

11 6,800,000 6.53%

12 7,400,000 7.10%

13 7,500,000 7.20%

14 6,000,000 5.76%

15 9,300,000 8.93%

Jumlah 104,200,000 100.00%

Rata-rata/Petani 6,946,667 6.67%

Rata-rata/Hektar 24,809,524 24%

Sumber: Lampiran 2 (Diolah)

Berdasarkan Tabel 5.1 diperoleh total biaya benih usahatani asparagus adalah Rp 104.200.000 dengan biaya rata-rata Rp 6.946.667 per petani dan Rp 24.809.524 per hektar. Biaya benih tertinggi yaitu Rp 9.500.000 dan biaya terendah Rp 6.000.000.

2) Biaya Pupuk Organik

Biaya pupuk organik yang dikeluarkan oleh petani pada usahatani asparagus adalah Rp 13.000 per karungnya. Namun penggunaan pupuk organik masing-masing lahan petani berbeda. Penjelasan dapat dilihat pada lampiran 2.

Berikut disajikan Tabel 5.2 total biaya pupuk organik : Tabel 5.2 Total Biaya Pupuk Organik

No Sampel Total (Rp) Persentase (%)

1 455,000 5.74%

2 845,000 10.66%

3 325,000 4.10%

4 455,000 5.74%

5 260,000 3.28%

6 780,000 9.84%

7 780,000 9.84%

8 390,000 4.92%

9 455,000 5.74%

10 390,000 4.92%

11 455,000 5.74%

12 585,000 7.38%

13 585,000 7.38%

14 390,000 4.92%

15 780,000 9.84%

Jumlah 7,930,000 100.00%

Rata-rata/Petani 528,667 6.67%

Rata-rata/Hektar 1,888,095 24%

Sumber : Lampiran 2 (Diolah)

Berdasarkan Tabel 5.2 diperoleh total biaya pupuk organik usahatani asparagus adalah Rp 7.930.000 dengan biaya rata-rata Rp 528.667 per petani dan

Rp 1.888.095 per hektar. Biaya pupuk organik tertinggi yaitu Rp 845.000 dan biaya terendah Rp 260.000.

3) Biaya Pupuk Kimia

Biaya pupuk kimia yaitu berkisar Rp 3.400 – Rp 3.700/kilogram.

Penggunaan sesuai kebutuhan lahan milik petani. Penjelasan dapat dilihat pada lampiran 2. Berikut disajikan Tabel 5.3 total biaya pupuk kimia :

Tabel 5.3 Total Biaya Pupuk Kimia

No Sampel Total (Rp) Persentase (%)

1 525,000 6.34%

2 700,000 8.45%

3 360,000 4.35%

4 408,000 4.93%

5 350,000 4.23%

6 770,000 9.30%

7 720,000 8.70%

8 525,000 6.34%

9 510,000 6.16%

10 510,000 6.16%

11 455,000 5.50%

12 555,000 6.70%

13 612,000 7.39%

14 451,500 5.45%

15 828,000 10.00%

Jumlah 8,279,500 100.00%

Rata-rata 551,967 6.67%

Rata-rata/Hektar 1,971,310 24%

Sumber : Lampiran 2 (Diolah)

Berdasarkan Tabel 5.3 diperolah total biaya puuk kimia usahatani asparagus

hektar dengan harga berkisar Rp 3.400 – Rp3.700 per kg. Biaya pupuk kimia tertinggi yaitu Rp 828.000 dan biaya terendah Rp 350.000.

4) Biaya Tenaga Kerja

Biaya tenaga kerja usahatani asparagus mulai dari pengolahan tanah, penanaman, pembumbunan, pemangkasan, pemupukan, penyiangan, pemberantasan hama dan penyakit sampai dengan pemanenan. Penjelasan biata tenaga kerja dapat dilihat pada lampiran 3. Berikut disajikan Tabel 5.4 total biaya tenaga kerja :

Tabel 5.4 Total Biaya Tenaga Kerja

No Sampel Total (Rp) Persentase (%)

1 752,000 6.85%

2 1,472,000 13.41%

3 224,000 2.04%

4 672,000 6.12%

5 272,000 2.48%

6 1,072,000 9.77%

7 1,344,000 12.24%

8 928,000 8.45%

9 624,000 5.69%

10 432,000 3.94%

11 224,000 2.04%

12 816,000 7.43%

13 656,000 5.98%

14 208,000 1.90%

15 1,280,000 11.66%

Jumlah 10,976,000 100.00%

Rata-rata/Petani 731,733 6.67%

Rata-rata/Hektar 2,613,333 24%

Sumber : Lampiran 4 (Diolah)

Berdasarkan Tabel 5.4 diperoleh total biaya tenaga kerja usahatani asparagus adalah Rp 10.976.000 dengan rata-rata Rp 731.733 per petani dan Rp 2.613.333 per hektar dengan harga per hkp sebesar Rp 80.000. Biaya tenaga kerja tertinggi yaitu Rp 1.344.000 dan biaya terendah Rp 208.000.

5) Total Biaya Variabel

Total biaya variabel adalah total biaya benih, pupuk organik, pupuk kimia dan biaya tenaga kerja. Berikut disajikan Tabel 5.5 total biaya variabel :

Tabel 5.5 Total Biaya Variabel

No Sampel Total (Rp) Persentase (%)

1 8,532,000 6.49%

2 12,517,000 9.53%

3 5,309,000 4.04%

4 8,035,000 6.12%

5 4,882,000 3.72%

6 11,622,000 8.85%

7 11,344,000 8.63%

8 7,843,000 5.97%

9 8,089,000 6.16%

10 7,332,000 5.58%

11 7,934,000 6.04%

12 9,356,000 7.12%

13 9,353,000 7.12%

14 7,049,500 5.37%

15 12,188,000 9.28%

Jumlah 131,385,500 100.00%

Rata-rata/Petani 8,759,033 6.67%

Berdasarkan Tabel 5.5 diperoleh total biaya variabel usahatani asparagus adalah Rp 131.385.500 dengan rata-rata biaya Rp 8.759.033 per petani dan Rp 31.282.262 per hektar. Biaya variabel tertinggi yaitu Rp 12.517.000 dan biaya terendah yaitu Rp 4.8824.000.

B. Biaya Tetap Usahatani Asparagus

Biaya tetap usahatani asparagus dari hasil penelitian adalah biaya penyusutan alat pertanian dan biaya pajak bumi dan bangunan. Biaya tetap yang paling tinggi adalah biaya penyusutan alat pertanian. Berikut ini biaya tetap usahatani asparagus :

1) Biaya Penyusutan Alat Pertanian

Dalam proses produksi usahatani asparagus menggunakan alat-alat pertanian yang terdiri dari cangkul, sabit, pisau dan parang. Ketersediaan alat pertanian ini bertujuan untuk memperoleh produksi. Alat-alat pertanian mengalami penurunan nilai yang disebut dengan biaya penyusutan. Penjelasan dapat dilihat pada lampiran 7. Berikut disajikan Tabel 5.6 total biaya penyusutan alat pertanian :

Tabel 5.6 Total Biaya Penyusutan Alat Pertanian

Sumber : Lampiran 7 (Diolah)

Berdasarkan Tabel 5.6 dapat dilihat bahwa total biaya penyusutan alat pertanian adalah Rp 920.250 dengan rata-rata per petani sebesar Rp 61.350 dan rata-rata per hektarnya sebesar Rp 219.107.

Biaya penyusutan paling besar terjadi pada pisau yaitu Rp 276.750 per petani dan sebesar Rp 53.571 per hektar. Sementara itu biaya penyusutan terkecil terjadi pada sabit yaitu Rp 175.500 per petani dan Rp 41.786 per hektar.

Rata-rata biaya penyusutan cangkul per petani sebesar Rp 16.200 dan per hektar sebesar Rp 57.857, dengan umur ekonomis 5 tahun. Harga cangkul dalam penelitian ini adalah Rp 50.000 per buah.

Rata-rata biaya penyusutan sabit per petani sebesar Rp 11.700 dan per hektar sebesar Rp 41.786 dengan umur ekonomis 2 tahun dan harga sabit berkisar antara Rp 20.000 – Rp 40.000 per buah.

Rata-rata biaya penyusutan pisau per petani sebesar Rp 18.450 dan per hektar sebesar Rp 65.893 dengan umur ekonomis 2 tahun dan harga pisau berkisar Rp 25.000 – Rp 30.000 per buah.

Rata-rata biaya penyusutan parang per petani sebesar Rp 15.000 dan per hektar sebesar Rp 53.571 dengan umut ekonomis 2 tahun dan harga parang berkisar Rp 40.000 – Rp 50.000 per buah.

2) Biaya Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)

Penggunaan lahan yang ditanami asparagus mengeluarkan biaya dalam bentuk pajak yang disebut pajak bumi dan bangunan. Biaya tersebut merupakan ketentuan atas kepemilikan lahan yang dibayar secara berkala oleh petani kepada pemerintah. Pembayaran pajak pada tiap petani asparagu ada yang sama dan ada juga yang berbeda, hal ini berdasarkan luas lahan dan letak lahan yang dimiliki oleh petani asparagus. Penjelasan dapat dilihat pada lampiran 8. Berikut disajikan Tabel 5.7 total biaya pajak bumi dan bangunan :

Tabel 5.7 Total Biaya Pajak Bumi dan Bangunan

No Sampel Total (Rp) Persentase (%)

1 16,000 4.35%

2 40,000 10.87%

3 8,000 2.17%

4 20,000 5.43%

5 8,000 2.17%

6 50,000 13.59%

7 50,000 13.59%

8 20,000 5.43%

9 20,000 5.43%

10 16,000 4.35%

11 16,000 4.35%

12 24,000 6.52%

13 24,000 6.52%

14 16,000 4.35%

15 40,000 10.87%

Jumlah 368,000 100.00%

Rata-rata/Petani 24,533 6.67%

Rata-rata/Hektar 87,619 24%

Sumber : Lampiran 8 (Diolah)

Berdasarkan Tabel 5.7 diperoleh total biaya pajak bumi dan bangunan usahatani asparagus adalah sebesar Rp 368.000 dengan biaya rata-rata per petani adalah Rp 24.533 dan Rp 87.619 per hektar Biaya pajak bumi dan bangunan tertinggi yaitu Rp 50.000 dan biaya terendah yaitu Rp 8.000.

3) Total Biaya Tetap

Biaya tetap usahatani asparagus dari hasil penelitian adalah biaya

biaya tetap dapat dilihat pada lampiran 9. Berikut disajikan Tabel 5.8 total biaya tetap :

Tabel 5.8 Total Biaya Tetap Usahatani Asparagus

No Sampel Total (Rp) Persentase (%)

1 79,000 6.13%

2 170,500 13.24%

3 37,250 2.89%

4 62,750 4.87%

5 77,750 6.04%

6 140,000 10.87%

7 137,750 10.69%

8 60,500 4.70%

9 60,500 4.70%

10 56,500 4.39%

11 61,000 4.74%

12 73,500 5.71%

13 60,000 4.66%

14 76,750 5.96%

15 134,500 10.44%

Jumlah 1,288,250 100.00%

Rata-rata/Petani 85,883 6.67%

Rata-rata/Hektar 306,726 24%

Sumber : Lampiran 9 (Diolah)

Berdasarkan Tabel 5.8 diperoleh total biaya tetap usahatani asparagus adalah sebesar Rp 1.288.250 dengan biaya rata-rata per petani sebesar Rp 85.883 dan Rp 306.726 per hektar. Biaya tetap tertinggi yaitu Rp 170.500 dan biaya terendah yaitu Rp 37.250.

C. Total Biaya Usahatani Asparagus

Total biaya yang digunakan dalam proses produksi asparagus merupakan jumlah biaya variabel dan biaya tetap. Penjelasan dapat dilihat pada lampiran 10.

Berikut disajikan Tabel 5.9 total biaya usahatani asparagus : Tabel 5.9 Total Biaya Usahatani Asparagus

No Sampel Total (Rp) Persentase (%)

1 8,611,000 6.49%

2 12,687,500 9.56%

3 5,346,250 4.03%

4 8,097,750 6.10%

5 4,959,750 3.74%

6 11,762,000 8.87%

7 11,481,750 8.65%

8 7,903,500 5.96%

9 8,149,500 6.14%

10 7,388,500 5.57%

11 7,995,000 6.03%

12 9,429,500 7.11%

13 9,413,000 7.09%

14 7,126,250 5.37%

15 12,322,500 9.29%

Jumlah 132,673,750 100.00%

Rata-rata/Petani 8,844,917 6.67%

Rata-rata/Hektar 31,588,988 24%

Sumber : Lampiran 10 (Diolah)

Berdasarkan Tabel 5.9 menunjukan total biaya usahatani asparagus adalah Rp 132.673.750 dengan biaya rata-rata Rp 8.844.917 per petani dan Rp 31.588.988 per hektar. Total biaya tertinggi adalah Rp 12.687.500 dan biaya

5.2.2 Penerimaan Usahatani Asparagus

Penerimaan usahatani asparagus adalah total produksi asparagus dikali dengan harga asparagus. Petani asparagus menjual batang muda asparagus.

Penjelasan dapat dilihat pada lampiran 11. Berikut disajikan Tabel 5.10 total penerimaan usahatani asparagus :

Tabel 5.10 Total Penerimaan Usahatani Asparagus

No Sampel Produksi (Kg) Total (Rp) Persentase (%)

1 900 20,700,000 5.06%

2 2,250 51,750,000 12.66%

3 450 10,350,000 2.53%

4 810 18,630,000 4.56%

5 405 9,315,000 2.28%

6 1,800 41,400,000 10.13%

7 2,070 47,610,000 11.65%

8 720 16,560,000 4.05%

9 900 20,700,000 5.06%

10 630 14,490,000 3.54%

11 810 18,630,000 4.56%

12 1,350 31,050,000 7.59%

13 1,530 35,190,000 8.61%

14 900 20,700,000 5.06%

15 2,250 51,750,000 12.66%

Jumlah 17,775 408,825,000 100.00%

Rata-rata/Petani 1,185 27,255,000 6.67%

Rata-rata/Hektar 4,232 97,339,286 24%

Sumber : Lampiran 11 (Diolah)

Berdasarkan Tabel 5.10 menunjukan total penerimaan usahatani asparagus adalah Rp 408.825.000 dengan total produksi 17.775 kg. Penerimaan rata-rata per petani adalah Rp 27.255.000 dengan rata produksi 1.185 kg. Penerimaan

rata-rata per hektar adalah sebesar Rp 97.339.286 dengan rata-rata-rata-rata produksi 4.232 kg.Penerimaan tertinggi adalah Rp 51.750.000 dengan produksi 2.250 kg dan penerimaan terendah adalah Rp 10.350.000 dengan produksi 450 kg.

5.2.3 Pendapatan Usahatani Asparagus

Pendapatan usahatani asparagus adalah sesilih dari total penerimaan dengan total biaya yang digunakan dalam proses produksi. Berikut disajikan Tabel 5.11 total pendapatan usahatani asparagus :

Tabel 5.11 Total Pendapatan Usahatani Asparagus

No Sampel Penerimaan (Rp) Total Biaya (Rp) Pendapatan (Rp) Persentase (%)

1 20,700,000 8,611,000 12,089,000 4.38%

2 51,750,000 12,687,500 39,062,500 14.15%

3 10,350,000 5,346,250 5,003,750 1.81%

4 18,630,000 8,097,750 10,532,250 3.81%

5 9,315,000 4,959,750 4,355,250 1.58%

6 41,400,000 11,762,000 29,638,000 10.73%

7 47,610,000 11,481,750 36,128,250 13.08%

8 16,560,000 7,903,500 8,656,500 3.13%

9 20,700,000 8,149,500 12,550,500 4.54%

10 14,490,000 7,388,500 7,101,500 2.57%

11 18,630,000 7,995,000 10,635,000 3.85%

12 31,050,000 9,429,500 21,620,500 7.83%

13 35,190,000 9,413,000 25,777,000 9.33%

14 20,700,000 7,126,250 13,573,750 4.92%

15 51,750,000 12,322,500 39,427,500 14.28%

Jumlah 408,825,000 132,673,750 276,151,250 100.00%

Rata-rata/Petani 27,255,000 8,844,917 18,410,083 6.67%

Rata-rata/Hektar 97,339,286 31,588,988 65,750,298 24%

Sumber : Lampiran 11 (Diolah)

Berdasarkan Tabel 5.11 menunjukkan total pendapatan usahatani asparagus adalah Rp 276.151.250 dengan rata-rata pendapatan Rp 18.410.083 per petani dan Rp 65.750.298 per hektar. Pendapatan tertinggi adalah Rp 39.427.500 dan terendah adalah Rp 4.355.250.

5.3 Analisis Kelayakan Usahatani Asparagus

Penilaian kelayakan suatu usaha adalah mengetahui usahatani tersebut layak atau tidak layak untuk diusahakan. Pada usahatani asparagus di Desa Suka analisis kelayakan usahatani asparagus menggunakan analisi R/C ratio.

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan diperoleh hasil sebagai berikut :

5.3.1 Hasil Uji Hipotesis 1, Usahatani Asparagus Layak untuk Diusahakan Secara Finansial digunakan analisis R/C.

Analisis R/C ratio merupakan gambaran tentang keberlanjutan usahatani asparagus yang dilakukan termasuk layak atau tidak layak. R/C adalah total penerimaan usahatani asparagus dibagi dengan seluruh biaya yang keluarkan dalam proses produksi. Berikut disajikan Tabel 5.12 nilai R/C usahatani asparagus:

Tabel 5.12 Nilai R/C Usahatani Asparagus Sumber : Lampiran 12 (Diolah)

Berdasarkan Tabel 5.12 menunjukkan total penerimaan usahatani asparagus adalah Rp 408.825.000 dengan rata-rata Rp 27.255.000 per petani dan Rp 97.339.286 per hektar. Total biaya adalah Rp 132.673.750 dengan rata-rata Rp 8.844.917 per petani dan Rp 31.588.988 per hektar. Pada usahatani asparagus

diterima yaitu usahatani asparagus layak untuk diusahakan secara finansial di daerah penelitian.

Hasil ini sesuai dengan peneliti terdahulu Edward (2015), Herliana Ridhawati (2008), Ni Wayan Nita Rahayu (2015), I Made Dody Darmawan (2013) dimana seluruh penelitian terdahulu memiliki kesimpulan bahwa usahatani asparagus layak untuk dilaksanakan.

5.4 Saluran Pemasaran Asparagus 5.4.1 Saluran Pemasaran Asparagus

Berdasarkan penelitian yang telah dilaksanakan, dapat diketahui pemasaran asparagus di Desa Suka merupakan jalur dari lembaga-lembaga penyalur yang mempunyai kegiatan menyalurkan barang dari produsen ke konsumen. Adanya pola saluran pemasaran ini akan mempengaruhi besar kecilnya biaya pemasaran serta besar kecilnya harga yang dibayarkan oleh konsumen.

Saluran pemasaran adalah suatu jalur yang dilalui oleh serangkaian lembaga pemasaran untuk menyampaikan produk dari produsen ke konsumen. Saluran pemasaran asparagus dapat diketahui dengan cara mengikuti arus pemasaran asparagus mulai dari produsen hingga sampai kepada konsumen.

Berdasarkan penelitian, pola saluran pemasaran asparagus di Desa Suka dapat dilihat :

Gambar 5.1 Skema Saluran Pemasaran Asparagus Saluran

Saluran I

Saluran II

Petani

Petani

Pengumpul

Pengumpul

Konsumen

Pengecer Konsumen

Bentuk-bentuk saluran asparagus di daerah penelitian diuraikan sebagai berikut : 1. Saluran I

Adapun skema saluran pemasaran I dapat diketahui pada Gambar berikut :

Gambar 5.2 Skema Saluran Pemasaran I Asparagus

Pada saluran pemasaran I, petani menjual hasil produksinya kepada pedagang pengumpul di Desa Suka, Kecamatan Tiga Panah, Kabupaten Karo.

Kemudian pedagang pengumpul menjualnya ke konsumen. Para petani menjual asparagus langsung ke rumah pedagang pengumpul kemudian pedagang pengumpul menjual kembali kepada konsumen.

Rata-rata volume produksi petani asparagus sebesar 1.185 kg per musim panen dengan rata-rata harga jual asparagus sebesar Rp 23.000/kg. Rata-rata penjualan asparagus oleh pedagang pengumpul sebesar 200 kg per hari dengan rata-rata harga jual sebesar Rp 25.000. Rata-rata yang diterima konsumen yang merupakan harga beli asparagus oleh konsumen sebesar Rp 25.000/kg.

2. Saluran II

Adapun skema saluran pemasaran II dapa diketahui pada gambar berikut :

Gambar 5.3 Skema Saluran Pemasaran II Asparagus

Petani Pengumpul Konsumen

Petani Pengumpul Pengecer Konsumen

Pada saluran pemasaran II, petani menjual hasil produksinya kepada pedagang pengumpul. Kemudian pedagang pengumpul menjual asparagus kepada pedagang pengecer yang ada di Medan dan pedagang pengecer menjual langsung kepada konsumen. Para petani menjual asparagus langsung ke rumah pedagang pengumpul.

Rata-rata volume produksi petani asparagus sebesar 1.185 kg per musim panen dengan rata-rata harga jual asparagus sebesar Rp 23.000/kg. Rata-rata penjualan asparagus oleh pedagang pengumpul sebesar 200 kg per hari dengan rata-rata harga jual sebesar Rp 25.000/kg. Rata-rata penjualan asparagus oleh pedagang pengecer sebesar 200 kg per hari dengan rata-rata harga jual Rp 45.000/kg. Rata-rata yang diterima konsumen yang merupakan harga beli asparagus oleh konsumen sebesar Rp 45.000/kg.

5.4.2 Share Margin disetiap Saluran Pemasaran Asparagus

Price Spread dan Share Margin setiap lembaga pemasaran dapat diketahui dengan menghitung biaya-biaya apa saja yang dikeluarkan oleh masing-masing lembaga pemasaran. Marjin pemasaran yang dikelompokkan menurut jenis biaya yang sama disebut juga price spread atau absolute margin. Jika angka-angka price spread dipersenkan terhadap harga beli konsumen, maka diperoleh share margin (Gultom, 1996).

Margin pemasaran adalah selisih harga yang dibayarkan konsumen akhir dengan harga yang di terima produse. Biaya pemasaran adalah biaya yang dikeluarkan untuk keperluan pemasaran. Untuk mengetahui biaya dari masing-masing lembaga pemasran asparagus dapat dilihat berdasarkan saluran pemasran asparagus pada saluran I dan saluran II.

1. Saluran Pemasaran I

Adapun price spread dan share margin lembaga pemasran pada saluran I dapat dilihat pada Tabel 5.13 berikut :

Tabel 5.13 Price Spread dan Share Margin Lembaga Pemasaran Asparagus Saluran I (Petani – Pedagang Pengumpul – Konsumen)

No Uraian Harga (Rp/Kg) Share Margin

(%) 1 Petani

Harga Jual 23,000.00 0.92

Biaya 7,474.75 0.30

Produksi 7,464.06 0.30

Transportasi 10.69 0.00

Margin Keuntungan 15,525.25 0.62

Nisbah Margin Keuntungan 2.08

2 Pedagang Pengumpul

Harga Beli 23,000.00 0.92

Harga Jual 25,000.00 1.00

Biaya 1,262.50 0.05

Transportasi 625.00 0.03

Tenga Kerja 375.00 0.02

Keranjang 137.50 0.01

Plastik + Karet 125.00 0.01

Margin Keuntungan 737.50 0.03

Nisbah Margin Keuntungan 0.58

3 Konsumen

Harga Beli Konsumen 25,000.00 1.00

Dari Tabel 5.13 dapat dilihat bahwa pada saluran I, nisbah marjin

petani 2,08 kali lipat lebih besar dibandingkan dengan biaya produksinya. Nisbah marjin keuntungan yang diperoleh pedagang pengumpul sebesar 0,58 artinya keuntungan yang diperoleh pedagang pengumpul 0,58 kali lipat lebih besar dibandingkan dengan biaya pemasarannya.

Nisbah marjin keuntungan yang terbesar adalah pada produsen yaitu sebesar 2,08. Hal ini menunjukkan adanya pengambilan keuntungan yang berlebihan oleh pedagang pengumpul yaitu 208 persen. Nisbah marjin keuntungan terkecil adalah pada pedagang pengumpul yaitu sebesar 0,58. Hal ini menunjukkan adanya pengambilan keuntungan sebesar 58 persen.

2. Saluran Pemasaran II

Adapun price spread dan share margin lembaga pemasran pada saluran II dapat dilihat pada Tabel 5.14 berikut :

Tabel 5.14 Price Spread dan Share Margin Lembaga Pemasaran Asparagus

2 Pedagang Pengumpul

Harga Beli 23,000 0.51

3 Pedagang Pengecer

Harga Beli 25,000.00 0.56

Nisbah Margin Keuntungan 6.55

4 Konsumen

Harga Beli Konsumen 45,000 1.00

Dari Tabel 5.14 dapat dilihat bahwa pada saluran II, nisbah marjin

artinya keuntungan yang diperoleh produsen 2,08 kali lipat lebih besar dibandingkan dengan biaya produksinya.

Nisbah marjin keuntungan yang diperoleh pedagang pengumpul sebesar 0,58 artinya keuntungan yang diperoleh pedagang pengumpul 0,58 kali lipat lebih besar dibandingkan dengan biaya pemasarannya. Nisbah marjin keuntungan yang diperoleh pedagang pengecer sebesar 6,55 artinya keuntungan yang diperoleh pedagang pengecer 6,55 kali lipat lebih besar dibandingan biaya pemasarannya.

Nisbah marjin keuntungan yang terbesar adalah pada pedagang pengecer yaitu sebesar 6,55. Hal ini menunjukkan adanya pengambilan keuntungan yang berlebihan oleh pedagang pengecer yaitu sebesar 655 persen. Nisbah marjin keuntungan yang terkecil adalah pada pedagang pengumpul yaitu sebesar 0,58.

Hal ini menunjukkan adanya pengambilan keuntungan sebesar 58 persen.

5.4.3 Hasil Uji Hipotesis II, Saluran Pemasaran Asparagus Sudah Efisien Untuk saluran pemasaran I, keuntungan lembaga pemasaran pedagang pengumpul adalah Rp 737,50 dan keuntungan produsen adalah Rp 15.525,25.

Sedangkan ongkos tataniaga dan produksi adalah Rp 1262,50 dan Rp 7.474,75.

Dari harga tersebut didapat efisiensi untuk saluran pemasaran I adalah :

Untuk saluran pemasaran II, keuntungan lembaga pemasaran yaitu pedagang pengumpul dan pedagang pengecer adalah Rp 737,50,- dan Rp 17.350,- menjadi Rp 18.087,50,- dan keuntungan produsen adalah Rp 15.525,25,- Sedangkan ongkos tataniaga dan produksi adalah Rp 3.912,50,- dan Rp 7.474,75,-

Dari perhitungan efisien saluran pemasaran I dan II dapat disimpulkan bahwa saluran I dan saluran II sudah efisien. Hal ini ditunjukkan dengan nilai E >

1 yaitu 1,86 dan 2,95 maka dapat dikatakan hipotesis 2 diterima yaitu saluran

1 yaitu 1,86 dan 2,95 maka dapat dikatakan hipotesis 2 diterima yaitu saluran

Dokumen terkait