• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

J. Hipotesis

Berdasarkan rumusan masalah, maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian ini sebagai berikut : diduga modal, tingkat pendidikan, jam kerja dan pengalaman berdagang memiliki hubungan yang signifikan tehadap pendapatan pedagang pasar tradisional di Kabupaten Bantaeng.

22

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di seluruh Pasar tradisional yang ada di Kabupaten Bantaeng. Adapun waktu yang digunakan dalam penelitian ini yaitu selama 2 bulan , dari bulam Maret-Mei 2014

B. Metode Pengumpulan Data

Untuk melengkapi data dan referensi yang diperlukan dalam penyusunan proposal penelitian ini, maka ditempuh cara sebagai berikut :

1. Library Research (Studi Kepustakaan)

Yaitu dilakukan dengan cara studi kepustakaan dengan berbagai dokumen, artikel-artikel dan karya ilmiah (skripsi) yang berhubungan dengan penulisan ini untuk mendapatkan data sekunder.

2. Field Research (Studi Lapangan)

Yaitu pengamatan langsung terhadap objek yang diteliti dengan menempuh cara sebagai berikut :

a. Observasi : yaitu pengumpulan data dengan melakukan pengamatan secara langsung terhadap objek yang diteliti.

b. Interview yaitu mengadakan wawancara secara langsung dengan pedagang pasar tradisional di kabupaten Bantaeng dan dengan membagikan kuisioner tentang hal-hal yang berkaitan dengan masalah yang diteliti. Mengatakan bahwa seorang yang merespon pertanyaan harus membuat pertimbangan

22

23

terhadap setiap pertanyaan dan memilih suatu respon dari tingkat sangat setuju sampai ketingkat sangat setuju.

c. Angket/kuesioner yaitu pengukuran dalam bentuk daftar pertanyaan, Oemar Hamalik (2006:150)

C. Jenis dan Sumber Data 1. Jenis Data

Adapun jenis data yang dipergunakan dalam penulis ini adalah

a. Data Kualitatif yaitu data dalam bentuk informasi baik secara lisan maupun secara tertulis tentang pendapatan pedagang dipasar tradisional.

b. Data Kuantitatif yaitu data dalam bentuk angka-angka yang diperoleh langsung dari sumber berapa jumlah pedagang.

2. Sumber Data

Data yang digunakan dalam penulisan ini adalah

a. Data Primer merupakan data yang didapat dari sumber pertama baik individu ataupun perseorangan seperti dari hasil wawancara atau hasil dari pengisian kuisioner.

b. Data sekunder adalah data-data pendukung yang diperoleh dari buku-buku, majalah, dan sebagainya yang berkaitan dengan penelitian atau dengan mengambil dari sumber lain yang diterbitkan oleh lembaga yang dianggap kompeten.

21

24

Sumber data dalam penelitian ini adalah melalui berbagai macam sumber yang diperoleh melalui pembagian kuisioner secara langsung dengan responden dalam hal ini pedagang pasar tradisional itu sendiri dan melalui sumber lain seperti BPS dan studi kepustakaan.

D. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pedagang pasar tradisional di Kabupaten Bantaeng. Jumlah pedagang dari 13 pasar adalah 2812 orang.

2. Sampel

Dalam penelitian ini, pengambilan sampel yang dilakukan adalah menggunakan metode sampel acak sederhana (Simple Random Sampling). Dalam metode ini pengambilan sampel dilakukan secara random artinya semua populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk dipilih sebagai sampel berdasarkan jenis usaha yang dimaksud, siapapun, kapanpun dan dimana saja dapat ditemui yang selanjutnya disajikan sebagai responden. Pengambilan sampel dapat menggunakan rumus yang digunakan dalam menentukan sampel yaitu rumus slovin (umar, 2009) :

Rumus Penentuan sampel :

25

= 96.58 = 97 sampel

Keterangan :

= Jumlah Sampel pedagang pasar tradisional d kabupaten Bantaeng.

N = Jumlah Populasi pedagang pasar tradisioanal di Kabupaten Bantaeng.

e = Tingkat kelonggaran (10%) = 0,1

Jadi jumlah sampel yang di ambil dalam penelitian ini yaitu sebanyak 97 sampel.

E. Metode Analisis

Adapun metode analisis yang digunakan pada penelitian ini adalah :

1. Analasis Kualitatif (deskriptif), yaitu metode yang digunakan untuk mendiskripsikan hubungan antara modal, tingkat pendidikan, jam kerja dan pengalaman berdagang terhadap penadapatan pedagang pasar tradisional di Kabupaten Bantaeng.

2. Chi Square, yaitu model analisis yang digunakan untuk mengetahui apakah ada hubungan antara modal, tingkat pendidikan, jam kerja dan pengalaman berdagang terhadap pendapatan pasar tradisional di Kabupaten Bantaeng.

26

Untuk membuktikannya digunakan metode penyajian Chi-Square (X2) : X2o =

fe =

db= (total kolom -1) x (total baris -1) Dimana :

X2o = Chi-Square

∑ = Penjumlahan semua variabel fo = frekuensi yang diamati fe = frekuensi yang diharapkan Taraf nyata = 0,05 (5%)

db = derajat bebas

F. Definisi Variabel

1. Pedagang pasar tradisional adalah orang yang berada dalam lingkungan tertentu dengan modal sedikit berusaha dibidang produksi, penjualan barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan kelompok tertentu dalam lingkungan masyarakat.

2. Pendapatan adalah jumlah penghasilan yang diperoleh dari hasil penjualan barang dagangan atau jasa perbulan.

3. Modal adalah jumlah uang atau barang yang digunakan untuk memproduksi barang atau jasa yang baru yang bernilai ekonomi.

4. Tingkat pendidikan adalah tingkat pendidikan yang telah dilalui oleh pedagang.

27

5. Jam kerja/waktu berdagang adalah waktu yang digunakan pedagang untuk bekerja yang diukur dengan jumlah jam kerja perhari.

6. Pengalaman berdagang adalah lama waktu yang telah dijalani pedagang dalam berusaha sebagai pedagang pasar, dihitung dalam kurung waktu (tahun).

28

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Pasar Tradisional di Kabupaten Bantaeng

Kabupaten Bantaeng adalah sebuah Kabupaten dari 23 kabupaten dan kota di Pripinsi Sulawesi Selatan. Daerah ini membentang dari Barat ke Timur pada bagian Jazirah Selatan Propinsi Sulawesi Selatan, dengan luas wilayah 539,83 Km2 terbagi atas 8 kecamatan, 46 desa, dan 21 kelurahan dengan jumlah penduduk 168,828 jiwa.

Letak Ibukota Kabupaten Bantaeng berada dipesisir pantai Kota Bantaeng sekitar 123 Km arah Selatan Kota Makassar, dapat ditempuh sekitar 2 sampai 2,5 jam dengan kendaraan mobil. Daerah ini berada pada posisi 5' 12' 13'' sampai 5' 35' 26'' lintang selatan dan 119' 51' 42'' sampai 120' 05' 27'' bujur timur.

Daerah Bantaeng berbatasan dengan Kabupaten Jeneponto disebelah Barat, Kabupaten Bulukumba disebelah Timur. Kabupaten gowa disebelah Utara, sedangkan disebelah Selatan berbatasan dengan Laut Flores.

Kabupaten Bantaeng mempunyai iklim tropis basah. Bulan Oktober sampai Maret merupakan musim hujan, dan musim kemarau jatuh antara bulan April sampai September. Temperatur udara rata - rata 18 sampai 28' C. Wilayahnya terdiri dari pesisir pantai (lautan), lembah daratan (dataran rendah) dan bukit pegunungan (dataran tinggi) yang dikenal dengan Kabupaten tiga dimensi atau daerah tiga klaster yang berada pada ketinggian 0 sampai lebih dari 1.000 meter dpl ( diatas permukaan laut).

28

29

Pasar Tradisional adalah pasar yang dibangun dan dikelola oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, Swasta, Badan Usaha Milik Negara dan Badan Usaha Milik Daerah termasuk kerjasama dengan swasta dengan tempat usaha berupa toko, kios, los dan tenda yang dimiliki/dikelola oleh pedagang kecil, menengah, swadaya masyarakat atau koperasi dengan usaha skala kecil, modal kecil dan dengan proses jual beli barang dagangan melalui tawar-menawar. Secara umum peningkatan jumlah pasar khususnya pasar modern terjadi di daerah perkotaan. Hal ini mengakibatkan semakin ketat persaingan dikalangan pedagang eceran. Meskipun jumlah pasar tradisional masih lebih besar dibandingkan pasar modern tetapi pertumbuhan pasar modern semakin meningkat.

Pada saat ini pasar tradisional yang lokasinya berdekatan dengan mal/hypermarket mengakibatkan pasar tradisional mulai kehilangan pembeli sehingga dapat mengganggu perkembangan usaha pelaku perdagangan eceran di pasar tradisional yang umumnya pelaku usaha mikro dan dapat mematikan usaha pedagang.

Indonesia adalah negara dengan mayoritas konsumen berasal dari kalangan menengah ke bawah. Kondisi ini menjadikan kosumen Indonesia tergolong ke dalam konsumen yang sangat sensitif terhadap harga. Ketika faktor harga rendah yang sebelumnya menjadi keunggulan pasar tradisional mampu diruntuhkan oleh pasar modern, secara relatif tidak ada alasan konsumen dari kalangan menengah ke bawah untuk tidak turut berbelanja ke pasar modern dan meninggalkan pasar tradisional (Ekapribadi. W, 2007).

30

Pertumbuhan yang tidak seimbang antara pasar modern dengan pasar tradisional mengarah pada menurunnya tingkat pertumbuhan pasar tradisional.

Apalagi pasar tradisional mengalami kekurangan sarana dan prasarana serta para pemasok, pertumbuhan pasar tradisional mengalami penurunan sebesar 8,1 persen pertahun karena terdesak oleh pasar modern yang jumlahnya tumbuh mencapai 31,4 persen.

Tabel a.1

Nama-Nama Pasar Tradisional di Kabupaten Bantaeng

No Nama Pasar Alamat/Kecamatan

1 Pasar Sentral Baru Komp.Pasar Baru Bantaeng

Kec.Bissappu

2 Pasar Lambocca Desa Biangkeke

Kec.Tompobulu

3 Pasar Tradisional Marina Desa Baruga

Kec.Pa’jukukang

4 Pasar Banyorang Banyorang

Kec.Tompobulu

5 Pasar Dapoko Dapoko

Kec.Eremerasa

6 Pasar Baroe Desa Baroe

Kec.Eremerasa

7 Pasar Bungloe Desa Bungloe

Kec.Ulu Ere

8 Pasar Layoa Layoa

Kec.Gantarang Keke

9 Pasar Paranga Kamp.Paranga

Kec.Eremerasa

10 Pasar Jannayya Desa Jannayya

Kec.Eremerasa

11 Pasar Campaga Loe Desa Campaga Loe

Kec.Ulu Ere

12 Pasar Loka Desa Loka

Kec.Ulu Ere

13 Pasar Panjang Desa Panjang

Kec.Pa’jukukang Jumlah 13 Pasar

31

Sumber : Perintamben Bantaeng 2012

B. Pendapatan Pedagang di Tiap-tiap Pasar Tabel b.1

Rata-rata Pendapatan Pedagang di tiap-tiap Pasar

No Nama Pasar Kecamatan Rata-rata

Pendapatan (Rp)

1 Pasar Sentral Baru Bissappu 186.875

2 Pasar Lambocca Tompobulu 290.625,00

3 Pasar Banyorang Tompobulu 324.375,00

4 Pasar Dapoko Eremerasa 214.375,00

5 Pasar Bungloe Ulu Ere 216.250,00

6 Pasar Layoa Gantarang Keke 811.500,00

7 Pasar Loka Ulu Ere 592.857,10

8 Pasar Jannayya Eremerasa 181.571,43

9 Pasar Campaga Loe Ulu Ere 557.142,90

10 Pasar Loka Ulu Ere 592.857,10

11 Pasar Panjang Pa’jukukang 557.142,90

12 Pasar Tradisional Marina Pa’jukukang 891.429

13 Pasar Bungloe Ulu Ere 216.250,00

Rata-Rata 13 397.253

Sumber : Data Primer setelah diolah

Pendapatan pedagang di tiap-tiap pasar berbeda-beda, ini tergantung dari lokasi pasar tempat pedagang tersebut menjual. Tiap pasar memiliki lokasi dan daya tarik tersendiri dalam menarik pembeli. Untuk pasar yang letaknya

32

berdekatan dengan perumahan pasti ramai dikunjungi pembeli. Dari tabel diatas menunjukkan bahwa rata-rata pendapatan pedagang pasar tradisional dikabupaten Bantaeng adalah Rp. 397.253 perharinya. Rata-rata pendapatan ini sebenarnya tidak bisa menjadi gambaran secara umum bagi pendapatan pedagang pasar tradisoional di kabupaten Bantaeng sebab masih banyak pedagang yang memiliki pendapatan dibawah rata-rata, tergantung lokasi pasarnya. Untuk pasar yang memiliki rata-rata pendapatan tertinggi ada pada pasar Sentral Baru, hal ini mungkin disebabkan karena letak pasar ini yang berada pada kota dan jam kerjanya dari pagi sampai sore libur, dan banyak dikunjungi oleh pembeli dari pedesaan.

C. Karakteristik Responden 1. Modal Responden

Modal merupakan faktor penting dalam membangun usaha, besar kecilnya modal yang dimiliki oleh pedagang akan sangan mempengaruhi pendapatan yang akan diterima oleh pedagang. Jumlah modal yang dimiliki pedagang juga menentukan klasifikasi pedagang berdasarkan kategori usahanya. Untuk tabel dibawah ini menggambarkan ada 3 skala usaha yang termasuk didalam pedagang yaitu usaha mikro, usaha kecil dan menengah. Untuk pedagang yang teramsuk usaha mikro jumlahnya sebesar 37,37 %, 46,46% yang termasuk usaha kecil dan 14,14% yang termasuk usaha menengah. Jadi kebanyakan pedagang pasar tradisional termasuk ke dalam kategori usaha kecil dengan jumlah modal 5-20 juta.

33

Tabel 1

Distribusi Responden Menurut Modal

Tingkat Modal(Rp) Jumlah Persentase

<5 juta

Sumber : Data Primer Setelah diolah, 2014

2. Jenis Kelamin

Dari Tabel ini menunjukkan bahwa dari hasil penelitian diperoleh 35 pedagang adalah laki-laki dan 62 orang adalah perempuan. Kondisi ini menunjukkan bahwa kenyakan yang berprofesi sebagai pedagang pasar tradisional adalah perempuan. Umumnya memang memiliki daya tarik tersendiri bagi pembeli, dibandingkan dengan laki-laki sehingga untuk menarik para pembeli maka perempuan lah yang dipasang sebagai penjual. Hal ini terlihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 2

Distribusi Responden Menurut Jenis Kelamin

Jenis Kelamin Jumlah Persentase

Laki-Laki

Sumber : Data Primer Setelah diolah, 2014

34

3. Usia Responden

Pada umumnya pedagang yang berusia tua yaitu > 50 keatas mempunyai tenaga yang relatif lebih lemah dan terbatas, sebaliknya pedagang yang berusia muda mempunyai kemampuan fisik yang kuat namun pedagang yang berusia muda tidak atau belum mimiliki banyak pengalaman dalam hal berdagang dan mempunyai tanggung jawab yang relatif rendah. Hal ini dapat dilihat dari pedagang yang usianya relatif rebih muda mempunyai masa bardagang lebih cepat sedangkan yang berusi tua lebih fokus dalam berdagang dan lebih banyak mengkhususkan waktunya dalam kegiatan berdagang. Mengenai keadaan usia responden tersebut dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 3

Distribusi Responden Menurut Tingkat Umur

Usia Jumlah Persentase

< 30 (Usia Produktif)

30-50 (Usia Sangat Produtif)

>50 (Usia Tidak Produtif)

25

Sumber : Data Primer setelah diolah,2014

Tabel 3 untuk profil responden berdasarkan usia dapat dilihat bahwa mayoritas responden berada pada kelompok usia sangat produtif yaitu usia antara 30-50 tahun dengan persentase 56,56%. Rata-rata pedagang dengan usia 30-50 tahun adalah pedagang yang sudah berkeluarga sehingga mereka lebih cenderung lebih serius dalam berdagang karena mereka punya tanggung jawab untuk menghidupi keluarganya . Dengan usia yang seperti ini pula, pedagang punya

35

kematangan dalam hal berdagang sehingga mereka mampu mengolah jualannya dengan baik. Untuk pedagang yang berusia dibawah 30 tahun biasanya masih diwakili oleh pedagang-pedagang muda atau pedagang yang belum berkeluarga sehingga mereka masih belum terlalu serius dalam berdagang karena memiliki juga belum punya tanggungan tetapi pedangan ini memiliki banyak tenaga atau kekuatan dalam berjualan, misalnya pedagang seperti ini kuat dalam hal mengangkat barang. Sedangkan untuk pedagang yang berusia di atas 50 tahun, biasanya pedagang tersebut sudah tidak punya tenaga lagi dalam melakukan kerja-kerja berat dalam menjual, mereka cukup duduk ditempat jualannya melayani pembeli.

4. Tingkat Pendidikan Responden

Untuk tingkat pendidikan responden, pedagang yang berpendidikan sampai tingkat SD merupakan jumlah terbanyak sebesar 31 responden (31,31 %) dan urutan berikutnya SLTP dan SLTA memiliki jumlah yang sam yaitu sebanyak 29 responden (29,29%), kemudian tidak sekolah atau tidak tamat SD sebesar 6 responden (6,06%) dan jumlah pedagang yang berpendidikan sampai perguruan tinggi hanya sebesar 2 responden (2,02%), hal ini menunjukkan bahwa profesi sebagai pedagang tradisionak tidak begitu membutuhkan spesifikasi pendidikan artinya siapapun bisa menjadi pedagang asalkan punya keinginan dan modal yang mencukupi.

36

Tabel 4

Distribusi Responden Menurut Tingkat Pendidikan

Tingkat Pendidikan Jumlah Persentase

Tidak Sekolah/Tidak

Sumber : Data Primer setelah diolah, 2014

5. Jam Kerja Responden

Tabel 5

Distribusi Responden Menurut Jam Kerja Jam Kerja Pedagang

Sumber : Data Primer Setelah diolah, 2014

Dari Tabel 7 menunjukkan bahwa sebagian besar pedagang dari hasil penelitian memiliki jam kerja antara < 5 jam perharinya. Kebanyakan pedagang biasnya menjual mulai dari jam 5 pagi sampai jam 5 sore. Inilah jam berdagang yang umumnya dipakai oleh pedagang pasar tradisional mengingat kebanyakan diantara pedagang adalah ibu-ibu rumah tangga yang harus pulang ke rumah

37

diwaktu sore untuk menyiapkan makanan kelurganya. Untuk pedagang yang memiliki jam berdagang < 5 jam biasanya ini adalah pedagang yang memiliki kesibukan lain. Kemudian untuk yang memiliki jam kerja diatas 5-7 jam perhari, biasanya pedagang ini adalah pedagang yang memiliki semangat menjual begitu besar dan tidak pernah puas dengan pendapatan yang didapatnya perhari.

6. Pengalaman Berdagang Responden

Pengalaman dalam berdagang merupakan faktor yang sangat penting dalam mnentukan seorang pedagang yang dianggap cakap atau mempunyai keterampilan dalam melayani konsumen dan memenej usahanya. Biasanya semakn lama pedagang melakukan aktifitasnya sebagai pedagang maka akan semakin banyak pengalaman berdagang yang akan diperoleh. Pengalaman berdagang ini yang akan menentukan tindakannnya dalam berdagang. Dan pengalaman seorang pedagang dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 6

Distribusi Responden Menurut Pengalaman Berdagang Pengalaman Berdagang Jumlah Persentase

< 5 tahun

Sumber : Data Primer Setelah diolah, 2014

38

Dari tabel 6 dapat dilihat bahwa pengalaman berdagang untuk masing-masing pedagang relative sama. Dari tabel dijelaskan bahwa mayoritas pedagang pasar tradisional yang ada dikabupaten Bantaeng memiliki pengalaman berdagang antara 5-15 tahun dan dikategorikan sebagai pedagang senior. Setelah itu, yang mendominasi pedagang setelah pedagang senior ini adalah pedagang muda yang memiliki jumlah sebanyak 31,31 % dengan dibawah 5 tahun. Sementara untuk pedagang yang super senior memilki jumlah sebanyak 31,31 % dengan rata-rata umur diatas 15 tahun.

7. Sumber Modal Responden

Tabel 7

Distribusi Responden Menurut Sumber Modal

Sumber Modal Jumlah Persentase

Modal Sendiri

Sumber : Data Primer Setelah diolah, 2014

Modal merupakan hal yang paling penting dalam berjualan dan sumber modal mempengaruhi jumlah modal yang pedagang miliki. Ada beberapa sumber modal yaitu modal sendiri atau modal yang berasal dari pedagang itu sendiri, modal dari lembaga keuangan seperti, bank kemudian ada modal yang bersumber

39

dari lembaga non bank seperti koperasi, kemudian ada modal yang bersumber dari teman. Tabel diatas menggambarkan bahwa sebagian besar pedagang membangun usahanya dengan menggunakan modal sendiri yaitu ada sekitar 68 % , sedangkan ada 28 % pedagang yang menggunakan bantuan dari lembaga keuangan yaitu sekitar 15% dari bank dan 13% dari koperasi dan ada 1% pedagang yang memperoleh modal dari teman sendiri. Hal ini menunjukkan bahwa masih kurangnnya padagang yang bisa mengakses modal dari lembaga keuangan.

Berdasarkan hasil dari wawancara dengan pedagang bahwa ternyata meminjam unag dari bank atau kopersi itu sangat susah karena untuk mengusulkan kredit dibank dibutuhkan surat-surat seperti, KTP, Kartu keluarga dan surat-surat yang lain sebagai jaminan sehingga pedagang merasa dipersulit untuk mengambil modal dari bank. Untuk itu, karena pada umumnnya pedagang sangat membutuhkan modal cepat maka mereka lebih memilih untuk memakai modalnya sendiri atau pinjam uang kepada teman atau orang kaya dengan memakai sistem a’pabunga doe (membungakan uang).

40

8. Jenis Barang Dagangan Responden Tabel 8

Distribusi Responden Menurut Jenis Barang

Jenis Barang Jumlah Persentase

Barang Campuran

Sumber : Data primer setelah diolah 2014

Jenis barang yang dijual dipasar tradisional sangan beragam jenisnya, pasar tradisional menjual berbagai macam jenis barang dagangan mulai dari kebutuhan pokok sampai kebutuhan pakaian dan kosmetik.

Jenis barang yang dijual oleh pedagang akan sangat mempengaruhi banyaknya konsumen yang datang ditempat jualannya, biasanya pedagang yang ramai dikunjungi yaitu pedagang yang menjual barang-barang kebutuhan pokok seperti, ikan, sayur dan beras.

Dari tabel diatas menunjukkan bahwa sebagian besar pedagang menjual barang kebutuhan pokok yaitu ada sekitar 53,53 %, kemudian disusul oleh pedagang yang menjual barang campuran dengan jumlah 39,39% .Hal ini menunjukkan bahwa kebanyakan pedagang lebih memilih untuk menjual barang kebutuhan pokok dan barang campuran karena jenis barangnnya lebih bervariasi sehingga membuat pembeli/konsumen lebih banyak pilihan barang.

41

D. Analisis Hubungan Modal dengan Pendapatan Tabel 2.1

Sumber : Data Primer setelah diolah Taraf nyata ( ) 5% = 0,05

42

X212 = = 0,77

X222 = = 0,24

X312 = = 17,77

X322 = = 38,66

Jadi XO2

= 60,84

Hubungan antara modal dengan pendapatan signifikan dan positif, dimana nilai statistik X2hitung = 60,84 lebih besar dibandingkan X2 tabel 0,05(2) = 5,99 pada level signifikansi 5%. Hubungan yang signifikan artinya ada perbedaan antara pedagang yang memiliki modal dibawah 5 juta dengan pedagang yang memiliki modal diatas 20 juta terhadap pendapatan. Hal tersebut terlihat jelas pada table diatas bahwa ada 10,81% pedagang yang memiliki modal dibawah 5 juta kemudian naik menjadi 78,58% pada pedagang yang memiliki modal diatas 20 juta dengan pendapatan diatas 1 juta ini artinya semakin tinggi tingkat modal yang dimiliki oleh seorang pedagang maka semakin besar pula pendapatan yang diterima oleh pedagang tersebut. Besar kecilnya modal yang dimiliki oleh pedagang akan sangat berhubungan dengan pendapatan yang akan diperolah oleh pedagang tersebut.

43

Tabel 2.2

Distribusi Persentase Pedagang Menurut Pendapatan dan Modal

Modal

Sumber : Data Primer setelah diolah

Tabel diatas menjelaskan distribusi pedagang menurut Pendapatan dan Modal. Diantara 97 Responden yang memiliki pendapatan diatas 1 juta sebesar 23,23%, sedangkan yang mendapatkan pendapatan diatas 1 juta sebesar 74,74%.

Untuk yang memilki pendapatan diatas 1 juta terbanyak ada pada pedagang yang memiliki jumlah modal diatas 20 juta atau termasuk kedalam kelompok usaha menengah yaitu sebesar 78,58%, sedangkan untuk pendapatan dibawah 1 juta terbanyak ada pada pedagang yang memiliki modal dibawah 5 juta atau yang termasuk golongan usaha mikro sebesar 89,19%.

44

E. Analisis Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Pendapatan Tabel 2.3

Sumber : Data Primer stelah diolah.

Ket : 1. Tidak Sekolah/Tidak Tamat SD, 2. Tamat SD, 3.Tamat SLTP, 4.Tamat

45

f 14 = = 6,88 f 15 = = 0,47 f 21= = 4,70

f 22 = = 23,65 f 23 = = 22,12 f 24 = = 22,12

f 25 = = 1,53

X112 = = 0,12

X122 = = 2,57

X132 = = 0,65

X142 = = 0,65

X152 = = 0,60

X212 = = 0,01

X222 = = 0,80

X232 = = 0,20

X242 = = 0,20

X252 = = 0,18

Jadi XO2

= 5,98

46

Hubungan antara tingkat pendidikan dengan pendapatan pedagang adalah tidak signifikan, dimana nilai statistik X2hitung = 5,98 lebih kecil dibandingkan X2tabel 0.05(4)= 9,488, pada level signifikansi 5%. Hubungan tersebut tidak signifikan artinya tidak ada perbedaan antara pedagang yang memiliki tingkat pendidikan tidak sekolah atau tidak tamat sekolah dasar dengan pedagang yang memiliki tingkat pendidikan tamat sarjana terhadap pendapatan. Hal ini terlihat pada table diatas bahwa ada sekitar 83,3% pedagang yang memiliki tingkat pendidikan tidak sekolah atau tidak tamat sekolah dasar, kemudian ada 50%

pedagang yang memiliki tingkat pendidikan tamat sarjana dengan pendapatan diatas 1 juta. Hal ini menunjukkan bahwa tinggi rendahnya pendidikan seorang pedagang tidak ada hubungannya dengan pendapatan pedagang. Tingginya tingkat pendidikan seorang pedagang tidak menjamin pedagang tersebut akan mendapatkan pendapatan yang tinggi. Bisa saja ada pedagang yang memiliki tingkat pendidikan yang tinggi tetapi tidak memiliki modal yang besar maka tetap saja pendapatannya tidak bakal meningkat.

47

Tabel 2.4

Distribusi Persentase Pedagang Menurut Pendapatan dan Tingkat Pendidikan Sumber : Data Primer Setelah diolah

Ket : 1. Tidak Sekolah/Tidak Tamat SD, 2. Tamat SD, 3.Tamat SLTP, 4.Tamat SLTA, 5. Tamat Sarjana.

Tabel diatas menjelaskan distribusi pedagang menurut pendapatan dari tingkat pendidikan. Diantara 97 Responden, yang memiliki pendapatan diatas 1 juta sebesar 23,23% sedangkan yang mendapatkan pendapatan dibawah 1 juta sebesar 74,74%. Untuk pedagang yang memiliki pendapatan terbanyak ada pada pedagang yang memiliki tingkat pendidikan tamat SD sebesar 90,3%.

48

F. Analisis Hubungan Jam Kerja Dengan Pendapatan Tabel 2.5

Jam Kerja

Pendapatan

Total (%) Pendapatan (N)

>1 juta

Pendapatan

< 1 juta

<5 jam 16 57 73

5-7 (Jam) 1 5 6

7-10 (Jam) 6 12 18

Total (%)

(N) (23) (74) 97

Sumber : Data Primer setelah diolah.

Taraf nyata ( ) 5% = 0,05

Derajat bebas (db) = (b-1)(k-1)= (3-1)(2-1) = 2

Derajat bebas (db) = (b-1)(k-1)= (3-1)(2-1) = 2

Dokumen terkait