• Tidak ada hasil yang ditemukan

SKRIPSI ANALISIS PENDAPATAN PEDAGANG PASAR TRADISIONAL DI KABUPATEN BANTAENG ULFAH M

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "SKRIPSI ANALISIS PENDAPATAN PEDAGANG PASAR TRADISIONAL DI KABUPATEN BANTAENG ULFAH M"

Copied!
76
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

ANALISIS PENDAPATAN PEDAGANG PASAR TRADISIONAL DI KABUPATEN BANTAENG

ULFAH M.

10571 01692 10

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR MAKASSAR

2014

(2)

ii SKRIPSI

ANALISIS PENDAPATAN PEDAGANG PASAR TRADISIONAL DI KABUPATEN BANTAENG

ULFAH M.

10571 01692 10

Untuk Memenuhi Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi pada Jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR MAKASSAR

2014

(3)

iii

HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi ini telah diperiksa dan diterima oleh Panitia Ujian Skripsi Fakultas Ekonomi dan Bisnis dengan Surat Kepeutusan Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar Nomor : ... dan telah dipertahankan didepan penguji pada hari Rbu Tanggal Dua Puluh Satu Mei Tahun 2014 , sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana ekonomi pada Jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan Fakultas Ekonomi Universitas Muhammadiyah Makassar.

19 Sya’ban 1434 H Makassar, 21 Mei 2014 M

Panitia Ujian :

1. Pengawas Umum : Dr. H. Irwan Akib, M.Pd ( ... ) (Rektor Unismuh Makassar)

2. Ketua : Drs. H. Mahmud Nuhung, MA ( ... ) (Dekan Fak. Ekonomi & Bisnis)

3. Sekretaris : Drs. H. Sultan Sarda, MM ( ... ) (PD I Fak. Ekonomi & Bisnis)

4. Penguji : a. Hj. Naidah. SE., M.Si ( ... ) b. Dra.Ek. Nursiah Haddade.M.Si( ... ) c. Moh. Aris Pasigai, SE, M.Si ( ... ) d. Syarthini Indrayani, SE, M.Si ( ... )

(4)

iv

HALAMAN PERSETUJUAN

Judul Penelitian : Analisis Pendapatan Pedagang Pasar Tradisional di Kabupaten Bantaeng.

Nama Mahasiswa : ULFAH M.

No.Stambuk : 10571 01692 10

Jurusan : Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan Fakultas : Ekonomi dan Bisnis

Perguruan Tinggi : Universitas Muhammadiyah Makassar

Makassar, Mei 2014 Menyetujui

Pembimbing I Pembimbing II

Asriati, SE.,M.Si Ismail Rasulong, SE,MM

Mengetahui

Dekan Fakultas Ekonomi Ketua Jurusan IESP

Dr. H. Mahmud Nuhung,MA. Hj. Naidah, SE.,M.Si.

KTAM : 497 794 NBM : 710.55

(5)

v

HALAMAN PERSEMBAHAN

KATA PENGANTAR

Seiring rasa syukurku kepada Allah SWT, kupersembahkan karya ini teruntuk :

 Ayahanda Mahmuddin &

Ibundaku Alma.Syamsidar &

Jawiah TERCINTA Sebagai ungkapan terima kasih &

tanda baktiku kepadamu

 Saudaraku & Keluarga Besarku Sebuah tanggung jawab yang besar untukku, sang motivator

dalam setiap langkahku

 Seseorang yg mengisi ruang hatiku “Andi Mus Sinaga”

Makasih atas cinta & sayangmu selama ini. Makasih telah mendampingiku saat suka & duka, karena kamu aku bisa

 Sahabat & teman2ku Yang selalu membantuku dalam segala hal

 Almamater yg kubanggakan

& untuk waktu Yang telah mengubahku menjadi lebih baik

(6)

vi Assalamu Alaikum Wr. Wb

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala Limpahan Rahmat, Hidayah dan Karunia-Nya serta Shalawat dan salam senantiasa terlimpahkan kepada junjungan Nabi Besar Muhammad SAW.

Sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “ANALISIS PENDAPATAN PEDAGANG PASAR TRADISIONAL DI KABUPATEN BANTAENG”. Adapun guna penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Strata Satu (S1) pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar.

Dalam menyelesaikan skripsi ini, tidak terlepas dari banyaknya bantuan dan dukungan berbagai pihak baik dari segi moril maupun materil. Olehnya itu melalui kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih dan rasa hormat yang setinggi-tingginya kepada :

1. Teristimewa kedua orang tua tercinta Mahmuddin dg.Empo dan (Alma) Syamsidar dan penggantinya ibundaku Jawiah yang telah melahirkan, memelihara, dan mendidik penulis serta banyak memberikan pengorbanan, kasih sayang dan do’a dalam menuntut ilmu pengetahuan baik moril maupun materil, sehingga keberhasilan yang diraih oleh penulis sesungguhnya keberhasilan mereka jua.

(7)

vii

2. Ibunda Hj.Ani sebagai pengganti Orang tuaku di Makassar yang telah mengizinkan dan memberi penulis perlindungan / tempat teduh dari awal penulis kuliah hingga saat ini

3. Bapak Dr. H. Irwan Akib, M. Pd, selaku Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar

4. Bapak Dr. H. Mahmud Nuhung, MA, selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar

5. Ibu Asriati,SE.,M.Si, selaku dosen Pembimbing I, yang telah meluangkan waktu, masukan serta saran yang sangat berarti bagi penulis hingga penyusunan skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik

6. Bapak Ismail Rasulong,SE.,MM, selaku dosen Pembimbing II, terima kasih atas segala pemikiran, petunjuk serta kesabaran selama membimbing penulis sehingga penyusunan skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik

7. Ibu Hj. Naidah, SE.,M.Si, selaku Ketua Jurusan IESP Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Makassar

8. Pemerintah dan masyarakat Kabupaten Bantaeng, serta Dinas yang terkait dengan penelitian, para responden di seluruh pasar tradisonal yang telah membantu kelancaran penyusunan skripsi ini. Terima kasih atas segala bantuan yang telah di berikan pada penulis

9. Segenap Bapak dan Ibu Dosen serta seluruh Staf dan Pegawai Fakultas Ekonomi dan Bisnis Unismuh Makassar yang telah memberikan ilmu dan bantuan baik secara langsung maupun tidak langsung

10. Keluarga Besarku di Bantaeng, terima kasih atas support & do’anya.

(8)

viii

11. Kakak dan adikku Rahma, Mhail, Mhila, Alif dan Akmal serta Sepupu- sepupuku Anti, Tuti, Fida yang telah memberikan motivasi dan do’anya selama ini.

( I Love U all...!!!! )

12. Keluarga Besar IESP 010 Maya, Ratu, Via, Eni, Tia, Mia, Uni, Jamalia, Ana, Ayu, Incy, Sattu, Sawal, Fahmi, Karno, Heri, Yendra, Fais, Asmar dan seluruh adinda IESP 11, 12, 13 yang tidak sempat penulis sebutkan namanya satu persatu yang telah memberi dorongan semangat. Semoga kita selalu menjadi sebuah kisah klasik untuk masa depan, selalu satu cerita terindah di hati, makasih atas segala bantuan, kenangan dan kebersamaannya selama ini.

( I miss U All...!!!! )

13. Sahabat-sahabatku yang tak tergantikan Ayu, Kak sidar, Rahmi, Inci, yang telah mengisi hari-hariku selama ini, terima kasih atas dorongan semangat, motivasi dan kebersamaannya, duka dan canda tawa kita takkan terlupakan.

Tetap semangat kawan perjalanan masih panjang... ( You are the Best....!!!! ).

14. Kepada semua pihak yang luput dari ingatan, terima kasih atas segala dukungan, bantuan, dan kerjasamanya. Jasa kalian tetap tercatat di sisi Allah.

Amien

Semoga keikhlasan bantuan dan segala amalan yang baik tersebut senantiasa mendapatkan imbalan pahala yang berlipat ganda dari Allah SWT, Amien. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih

(9)

ix

jauh dari kesempurnaan, sehingga saran dan kritik dari semua pihak tetap diharapkan untuk perbaikan yang akan datang.

Dan akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat terutama bagi penulis sendiri dan pembaca, semoga Allah SWT, senantiasa memberikan Rahmat dan Taufik-Nya kepada kita semua. Amin Ya Robbal Alamin.

Billaahi fii sabilil haq fastabiqul khairat Wassalamu Alaikum Wr. Wb

Makassar, Mei 2014

Penulis

(10)

x ABSTRAK

ULFAH M. 2014. Analisis Pendapatan Pedagang Psar Tradisional di Kabupaten Bantaeng, dibimbing oleh Asriati dan Ismail Rasulong.

Dapat dilihat bahwa realisasi penerimaan pajak daerah tiap tahunnya terus mengalami peningkatan. Agar penerimaan pajak daerah tiap tahunnya terus meningkat, maka perlu dilakukan usaha-usaha perlu meningkatkannya dengan cara menerapkan asas efisiensi dan efektifitas dalam pelaksanaan pemungutannya, perbaikan sistem administrasi dan peningkatan kemampuan serta integritas aparatur perpajakan (intensifikasi), dan masih terdapat berbagai sumber daya yang kalau dikembangkan dapat menciptakan sumber-sumber pajak baru (Ekstensifikasi Pajak Daerah).

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April-Mei 2014. Bertujuan untuk mengetahui seberapa besar hubungan Pendapatan Pedagang pasar tradisional di daerah penelitian. Dalam penelitian ini metode analisis yang digunakan adalah Chi-square dan analisis kulitatif . Sebanyak 97 responden dipilih sebagai sampel penelitian yang ditentukan secara acak di antara 2812 pedagang pasar tradisional di kabupaten bantaeng.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa secara keseluruhan variabel independen yaitu hanya modal yang mempunyai hubungan signifikan terhadap pendapatan dimana nilai statistik X2hitung = 60,84 lebih besar dibandingkan X2 tabel 0,05(2) = 5,99 pada level signifikansi 5%, sedangkan tingkat pendidikan, jam kerja dan pengalaman berdagang tidak mempunyai hubungan ynag signifikan terhadap pendapatan.

Kata Kunci: Bantaeng, Pasar, Pedagang, dan Pendapatan.

(11)

xi DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSETUJUAN ... iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ... v

KATA PENGANTAR ... vi

ABSTRAK ... x

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 3

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 6

A. Pengertian Pedagang Pasar Tradisional ... 6

B. Jenis-Jenis Pedagang pasar Tradisional di kabupaten Bantaeng ... 9

C. Teori Pendapatan ... 10

D. Teori Modal ... 12

E. Teori Tingkat Pendidikan ... 15

F. Teori Jam Kerja ... 17

G. Teori Pengalaman Berdagang ... 17

(12)

xii

H. Penelitian Terdahulu ... 18

I. Kerangka Pikir ... 19

J. Hipotesis ... 20

BAB III METODE PENELITIAN... 22

A. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 22

B. Metode Pengumpulan Data ... 22

C. Jenis dan Sumber Data ... 23

D. Populasi dan Sampel ... 24

E. Metode Analisis ... 25

F. Definisi Variabel ... 26

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ... 28

A. Gambaran Umum Pasar Tradisional di Kabupaten Bantaeng ... 28

B. Pendapatan Pedagang di Tiap-tiap Pasar ... 30

C. Karakteristik Responden ... 32

a. Usia Responden ... 32

b. Jenis Kelamin ... 33

c. Modal Responden ... 34

d. Tingkat Pendidikan Responden ... 35

e. Jam Kerja Responden ... 36

f. Pengalaman Berdagang Responden ... 37

g. Sumber Modal Responden ... 38

h. Jenis Barang Dagangan Responden ... 40

(13)

xiii

D. Analisis Hubungan Modal dengan Pendapatan ... 41

E. Analisis Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Pendapatan ... 44

F. Analisis Hubungan Jam Kerja dengan Pendapatan ... 48

G. Analisis Hubungan Pengalaman Berdagang dengan Pendapatan ... 51

BAB V PENUTUP ... 54

A. Kesimpulan ... 54

B. Saran ... 55

DAFTAR PUSTAKA ... 56

LAMPIRAN ... 57

(14)

xiv

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar Kerangka Pikir ... 20

DAFTAR TABEL Halaman Tabel a.1 Nama-Nama Pasar Tradisional di Kabupaten Bantaeng ... 30

Tabel b.1 Rata-rata Pendapatan Pedagang di tiap-tiap Pasar ... 31

Tabel 1 Distribusi Responden Menurut Modal ... 33

Tabel 2 Distribusi Responden Menurut Jenis Kelamin ... 33

Tabel 3 Distribusi Responden Menurut Tingkat Umur ... 34

Tabel 4 Distribusi Responden Menurut Tingkat Pendidikan ... 36

Tabel 5 Distribusi Responden Menurut Jam Kerja ... 36

Tabel 6 Distribusi Responden Menurut Pengalaman Berdagang ... 37

Tabel 7 Distribusi Responden Menurut Sumber Modal ... 38

Tabel 8 Distribusi Responden Menurut Jenis Barang ... 40

Tabel 2.2 Distribusi Persentase Pedagang Menurut Pendapatan dan Modal ... 43

Tabel 2.4 Distribusi Persentase Pedagang Menurut Pendapatan dan Tingkat Pendidikan ... 47 Tabel 2.6 Distribusi Persentase Pedagang Menurut Pendapatan dan

(15)

xv

Jam Kerja ... 50 Tabel 2.8 Distribusi Persentase Pedagang Menurut Pendapatan dan

Pengalaman Berdagang ... 53

(16)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Sekarang ini, tempat paling subur bagi para pelaku sektor informal adalah pasar Tradisional dan dipinggir-pinggir jalan di kota-kota besar. Pelaku usaha ini mengisi segala ruang kosong yang ada di kota maupun di pasar-pasar tradisional untuk menjajakan produksi dari hasil pertanian di desa, hasil laut dan pabrik- pabrik di kota. Usaha ini merupakan usaha yang dari dulu dan menjadi corak ekonomi di kota-kota besar di Indonesia. Hal inilah yang menjadi ciri khas masyarakat Indonesia yang dikenal sebagai seorang pedagang.

Hampir sebagian besar pekerja di Indonesia bekerja disektor informal.

Sektor ini merupakan sektor yang paling banyak menyerap tenaga kerja tetapi kurang mendapat perhatian dari Pemerintah. Jadi tidak mengherankan kalau banyak penduduk Bantaeng yang menggantungkan hidupnya disektor perdagangan termasuk menjadi pedagang di pasar tradisional.

Pedagang yang ada di pasar tradisional umunya mereka membuka usahanya dengan modal mereka sendiri dan tanpa ada bantuan dari lembaga keuangan misalnya bank dan perkreditan, selain dengan modal sendiri mereka juga meminjam uang dari orang-orang yang mempunyai banyak uang dengan sistem appa’bunga doe (membungakan uang).

Pedagang rela meminjam uang dengan sistem seperti itu karena pedagang tradisional pada umunya sangat membutuhkan modal yang cepat dan tanpa jaminan meskipun dengan bunga yang tinggi. Pedagang modal-modal ini sulit

(17)

2

mengakses modal dari bank karena bank mengaharuskan pedagang mempersiapkan kelengkapan administrasi seperti surat-surat yang nantinya akan menjadi jaminan. Kebanyakan pedagang pasar tradisional ini merupakan masyarakat golongan bawah yang tidak punya barang-barang yang bisa dijaminkan sehingga pedagang hanya bisa menjalankan usahanya dengan modal sendiri, cukup untuk membeli meja dan terpal kemudian langsung membuka jualannya di dalam atau di luar pasar.

Kebanyakan pedagang yang ada di pasar tradisional umumnya tidak memiliki pendidikan yang tinggi, kebanyakan pendidikannya hanya sampai sekolah menengah atas atau ada yang tidak tamat sekolah dasar, mereka terpaksa menjadi pedagang pasar karena untuk mencari penghasilan untuk makan tiap harinya. Dengan kondisi seperti inilah sehingga banyak orang yang mau berprofesi sebagai pedagang pasar tradisional karena tidak membutuhkan pendidikan dan skill yang begitu tinggi. Untuk menjadi seorang pedagang pasar tradisional juga dibutuhkan kecerdikan dan kreatifitas, didalam menjual barang dagangannya dan ini sangat ditentukan oleh pengetahuan dan pengalaman yang dimiliki oleh pedagang tersebut. Dengan pengetahuan tersebut membuat mereka cepat mengerti bagaimana cara mengembangkan usahanya dengan baik.

Tetapi ada juga pedagang yang hanya mengandalkan keberanian dalam berjualan tanpa harus memiliki pengetahuan dalam berdagang terlebih dahulu, Pedagang tersebut tidak takut untung atau rugi yang jelas mereka sudah berusaha.

Selain modal dan tingkat pendidikan, pengalaman berdagang juga hal yang penting yang berpengaruh terhadap kinerja bergadang sehingga para pedagang

(18)

3

mampu menghasilkan pendapatan yang cukup demi melanjutkan aktifitas sebagai pedagang dan juga untuk memberi makan keluarganya.

Pedagang juga pada umumnya memiliki jam berdagang/kerja ynag dipakai setiap harinya, biasanya pedagang memiliki jam berdagang yang berbeda-beda, ada yang berdagang dari subuh hingga sore hari dan ada juga dari pagi hingga malam hari. Perbedaan jam berdagang ini pulalah yang membedakan pendapatan yang didapatakan oleh masing-masing pedagang.

Jumlah pasar tradisional di Indonesia berdasarkan data dari APPSI tahun 2012 lebih dari 13.450 pasar dengan jumlah pedagang berkisar 12.650.000 orang.

Sementara di Bantaeng sendiri, berdasarkan hasil observasi yang dilakukan oleh Kantor Perdagangan Bantaeng sepanjang tahun 2012 jumlah pasar tradisional mencapai 13 pasar, sedangkan jumlah pedagang yang ada dipasar tradisional berdasarkan data dari kantor perdagangan tahun 2012 sekitar 2812 pedagang.

Berdasarkan latar belakang tersebut diatas dengan melalui penelitian ini di harapkan dapat dijadikan input sehingga menjadi bahan pertimbangan untuk melihat masalah-masalah yang sering muncul. Berkaitan dengan hal tersebut, maka penulis akan mengkaji lebih mendalam melalui penelitian dengan judul

“Analisis Pendapatan Pedagang Pasar Tradisional di Kabupaten Bantaeng”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka yang menjadi rumusan masalah didalam Skripsi ini yaitu sebagai berikut :

(19)

4

Apakah ada hubungan antara modal, tingkat pendidikan, jam kerja dan pengalaman berdagang terhadap pendapatan pedagang pasar tradisional di kabupaten Bantaeng ?

C. Tujuan Penelitian dan Manfaat Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah tersebut diatas, maka akan diperlihatkan tujuan dan manfaat penelitian ini sebagai berikut :

1. Tujuan Penelitian

Mengetahui apakah ada hubungan antara modal, tingkat pendidikan, jam kerja dan pengalaman berdagang terhadap pendapatan pedagang pasar tradisional di kabupaten Bantaeng.

2. Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi Penelitian berikutnya antara lain :

a. Manfaat Teoritis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi Fakultas Ekonomi khususnya bagi jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan untuk memberikan referensi atau informasi yang berhubungan dengan Ekonomi, dalam hal ini kaitannya dengan pendapatan pedagang pasar tradisional.

b. Manfaat Praktis 1. Bagi Mahasiswa

Hasil penelitian ini diharapakan dapat digunakan sebagai bahan informasi dan menambah wawasan tentang pasar tradisional.

(20)

5

2. Bagi Peneliti

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan pengalaman peneliti dalam terjun kemasyarakat dalam penelitian yang dapat dijadikan bekal untuk melakukan penelitian-penelitian selanjutnya.

(21)

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Pasar Tradisional

Pasar tradisional adalah pasar yang dalam pelaksanaannya bersifat tradisional dan ditandai dengan pembeli serta penjual yang bertemu secara langsung. Proses jual-beli biasanya melalui proses tawar menawar harga, dan harga yang diberikan untuk suatu barang bukan merupakan harga tetap, dalam arti lain masih dapat ditawar, hal ini sangat berbeda dengan pasar modern.

Umumnya, pasar tradisional menyediakan bahan-bahan pokok serta keperluan rumah tangga. Pedagang pasar tradisional cenderung berjualan dipasar binaan pemerintah daerah atau swasta yang ruang lingkupnya meliputi satu lingkungan pemukiman disekitar pasar tersebut dan jenis barang yang diperdagangkan terutama kebutuhan sehari-hari.

Pedagang pasar tradisional berjualan ditempat yang tetap, pedagang ini menempati tempat-tempat tertentu baik yang sudah permanen maupun yang bersifat temporal seperti kios, lods, tenda, gerobak atau secara gelar.

Menurut Deni Mukbar (2007), karakteristik pasar tradisional dan pasar modern dapat ditinjau dari beberapa aspek. Berdasarkan aspek fisik kondisi fisik tempat usaha, pasar tradisional memiliki bangunan temporer semi permanen, atau permanen. Kondisi fisik pasar modern yaitu memiliki bangunan permanen, fasilitas memadai dan mewah. Berdasarkan aspek metode pelayanan, dipasar tradisional melayani pembeli dan terjadi tawar-menawar. Metode pelayanan

6

(22)

7

dipasar modern yaitu sistem swalayan dimana pembeli melayani dirinya sendiri dan harga sudah pasti sehingga tidak terjadi tawar-menawar.

Ancaman yang muncul dari keberadaan pasar modern yaitu menurunkan omset penjualan dipasar tradisional kerena adanya pergeseran kebiasaan konsumen. Menurut Iwan Sutrisno (2011), perubahan gaya hidup konsumen dalam perilaku membeli barang ritel diantaranya dipengaruhi oleh kemudahan dan penjaminan mutu dipasar modern. Meskipun begitu, pasar tradisional juga memiliki keunggulan dan yang menjadi kekurangan bagi pasar modern yaitu sistem tawar-menawar. Endi Sarwoko (2008), mengatakan bahwa proses tawar- menawar harga di pasar tradisional memungkinkan terjalinnya kedekatan personal dan emosional antar pembeli dan penjual.

Pasar tidak hanya membutuhkan modal finansial dan modal manusia dalam mempertahankan keberadaannya, tetapi juga membutuhkan modal sosial. Pasar tradisional telah menunjukkan ketahanannya dalam persaingan dalam pasar modern, meskipun jumlahnya mulai berkurang. Menurut Syahyuti (2008), dalam keadaan krisis yang terjadi, ekonomi pasar tradisional telah menunjukkan ketahanannya. Hal ini merupakan bukti bahwa dalam keadaan krisis, masyarakat mampu menemukan akar-akar kekuatan modal sosial dari ekonomi pasar tradisional. Pasar tradisional dapat bertahan karena adanya modal sosial yang hidup diantara para pelakunya.

Menurut Awan Santoso (Tim,2012) perbaikan fasilitas pasar dan suntikan dana memang penting, tetapi modal sosial juga harus dikawal karena ini kekuatan yang sesungguhnya dari pasar tradisional.

(23)

8

Modal sosial merupakan bagian dari organisasi sosial, seperti kepercayaan, jaringan dan norma yang dapat memperbaiki efisiensi masyarakat dengan memfasilitasi tindakan terkoordinasi (Field, 2010). Modal sosial hanya dapat dibangun ketika tiap individu belajar dan mau mempercayai individu lain. Adanya kepercayaan membuat mereka mau menghasilkan komitmen yang dapat dipertanggungjawabkan untuk mengembangkan bentuk-bentuk hubungan yang saling menguntungkan. Modal sosial menunjuk pada jaringan sosial, norma sosial, dan kepercayaan yang berpotensi pada produktifitas masyarakat. Jaringan sosial sebagai salah satu unsur modal sosial dapat memfasilitasi terjadinya komunikasi dan interaksi. Jaringan sosial yang erat akan memperkuat bentuk kerja sama.

Unsur modal lainnya adalah kepercayaan. Kepercayaan dapat didefinisikan sebagai rasa saling mempercayai antar individu dan antar kelompok.

Didalam UU. Nomor 9 Tahun 1995 tentang usaha kecil dijelaskan bahwa yang dimaksudkan dengan usaha kecil adalah kegiatan ekonomi rakyat berskala kecil dan memenuhi kriteria kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan serta kepemilikan. Jadi pedagang pasar tradisional juga merupakan bagian dari usaha kecil.

Adapun usaha kecil tersebut meliputi : usaha kecil formal,usaha kecil informal dan usaha kecil tradisional. Usaha kecil formal adalah usaha yang telah terdaftar, tercatat dan berbadan hukum, sementara usaha kecil informal adalah uasah yang belum terdaftar, tercatat dan belum berbadan hukum, antara lain petani penggarap, industri rumah tangga, pedagang asongan, pedagang keliling, pedagang kaki lima, pemulung dan pedagang pasar tradisional. Sedangkan usaha

(24)

9

kecil tradisional adalah usaha yang menggunakan alat produksi sederhana ynag telah digunakan secara turun temurun dan/atau berkaitan dengan seni dan budaya.

Menurut Racbhini dan hamid(1994) sektor informal berfungsi sebagai penyediaan barang dan jasa terutama bagi masyarat golongan ekonomi menengah ke bawah yang tinggal dikota-kota. Pelaku sektor ini pada umumnya barasal dari desa-desa dengan tingkat pendidikan dan keterampilan rendah serta sumber- sumber terbatas.

Pada dasarnya suatu kegiatan sektor informal harus memiliki lokasi yang tepat agar dapat memperoleh keuntungan (profit) lebih banyak dari tempat lain dan untuk mencapai keuntungan yang maksimal, suatu kegiatan yang seefisien mungkin.

B. Jenis-Jenis Pedagang Pasar tradisional di kabupaten Bantaeng

Ada beberapa jenis pedagang yang ada di pasar tradisional di kabupaten Bantaeng diantarnya :

1. Palembara’ (dengan jumlah yang sudah sangat terbatas) adalah pedagang yang modalnya tergantung kepada petani didesa. Mereka mengambil barang dagangan untuk kemudian menjualnya kembali dipasar. Untuk kasus pedagang asongan, mereka mengambil barang-barang yang dianggap laku (paling banyak dibutuhkan oleh konsumen) dari kios-kios atau bos-bos (p unggawa) untuk kemudian menjualnya.

2. Palapara’ adalah pedagang yang mengambil barang dari ponggawa (bos) pada dini hari (sekitar pukul 04.00-08.00 pagi) untuk kemudian menjulnya

(25)

10

dipagi hari (berkisar pukul 06.00-18.00) dan melakukan pembayaran pada sore hari (pola titip-jual).

3. Pamejang adalah pedagang yang sudah memiliki modal sendiri dengan kisaran Rp. 500.000,- hingga Rp.5.000.000 . Mereka umumnya sudah lebih mandiri ketimbang pedagang kecil lainnya, bahkan untuk beberapa kasus telah memiliki jaringan dagang antar daerah.

C. Teori Pendapatan

Pendapatan di definisikan sebagai jumlah seluruh uang yang diterima oleh seseorang atau rumah tangga selama jangka waktu tertentu. Pendapatan terdiri dari upah dan penerimaan tenaga kerja, pendapatan dari kekayaan seperti : sewa, bunga, dividen, serta pembayaran transfer atau penerimaan dari pemerintah seperti tunjangan sosial ata asuransi pengangguran (Samuelson dan Nordhous, 2003).

Menurut Gustiyana (2003), pendapatan dapat dibedakan menjadi dua yaitu pendapatan usahatani dan pendapatan rumah tangga. Pendapatan merupakan pengurangan dari penerimaan dengan biaya total. Pendapatan rumah tangga yaitu pendapatan yang diperoleh dari kegiatan usahatani ditambah dengan pendapatan yang berasal dari kegiatan diluar usahatani. Pendapatan usahatani adalah selisih antara pendapatan kotor (output) dan biaya produksi (input) yang dihitung dalam per bulan, per tahun, per musim tanam. Pendapatan luar usahatani adalah pendapatan yang diperoleh sebagai akibat melakukan kegiatan diluar usahatani seperti berdagang, mengojek.

Menurut Eldon S. Hendriksen (2000), dalam teori akuntansi menjelaskan bahwa pendapatan adalah “Pendapatan (revenue” dapat mendefinisikan secara

(26)

11

umum sebagai hasil dari suatu perusahaan. Hal itu biasanya diukur dalam satuan harga pertukaran yang berlaku. Pendapatan diakui setelah kejadian penting atau setelah proses penjualan pada dasarnya telah diselesaikan. Dalam praktek ini biasanya pendapatan diakui pada saat penjualan”

Adapun menurut Skousen, Stice (2010), Pendapatan adalah arus masuk atau penyelesaian kewajiban (atau kombinasi keduanya) dari pengiriman atau produksi barang, memberikan jasa atau melakukan aktifitas lain yang merupakan aktifitas utama atau aktifitas central yang sedang berlangsung. Dapat disimpulkan bahwa pendapatan adalah peningkatan asset atau pengurangan liabilieties karena aktifitas bisnis perusahaan yang menyebabkan terjadinya perubahan ekuitas.

Menurut Sukirno (2006), Pendapatan adalah jumlah penghasilan yang diterima oleh penduduk atas prestasi kerjanya selama satu periode tertentu, baik harian, mingguan, bulanan ataupun tahunan. Beberapa klasifikasi pendapatan antara lain: 1) Pendapatan pribadi, yaitu; semua jenis pendapatan yang diperoleh tanpa memberikan suatu kegiatan apapun yang diterima penduduk suatu Negara.

2) Pendapatan disposibel, yaitu; pendapatan pribadi dikurangi pajak yang harus dibayarkan oleh para penerima pendapatan, sisa pendapatan yang siap dibelanjakan inilah yang dinamakan pendapatan disposibel. 3) Pendapatan nasional, yaitu nilai seluruh barang-barang jadi dan jasa-jasa yang diproduksikan oleh suatu Negara dalam satu tahun.

Pendapatan dibagi menjadi dua, yaitu pendapatan kotor dan pendapatan bersih, Pendapatan kotor adalah hasil penjualan barang dagangan dan jumlah omset penjualan. Pendapatn bersih adalah penerimaan hasil penjualan dikurangi

(27)

12

pembelian bahan, biaya transportasi, retribusi, dan biaya makan dan pendapatan total, dimana total dari penerimaan (revenue) dikurangi total biaya (cost).

Besarnya pendapatan kotor ini akan berpengaruh langsung dengan pendapatan bersih per-hari.

D. Teori Modal

Modal adalah salah satu faktor produksi yang menyumbang pada hasil produksi, hasil produksi dapat naik karena alat-alat mesin produksi yang efisien.

Dalam proses produksi tidak ada perbedaan antara modal sendiri dengan modal pinjaman yang masing-masing langsung menyumbang pada produksi.

Modal usaha adalah segala sesuatu yang dibutuhkan untuk mendirikan suatu bisnis atau usaha baru. Modal usaha juga dapat digunakan untuk mengembangkan usaha tersebut menjadi lebih besar skalanya dibanding waktu sebelumnya. Selain itu modal usaha juga bermakna sebagai sebuah keahlian atau kemampuan seseorang dimana keahlian ini juga memiliki pengaruh atau sebagai alat untuk mengembangkan usaha yang dijalankannya.

Menurut kamus Besar Bahasa Indonesia dalam Litsyawan Ardi Nugraha (2011), Modal usaha adalah uang yang dipakai sebagai pokok (induk) untuk bergadang, melepas uang dan sebagainya : (harta benda) uang, barang dan sebagainya yang dapat dipergunakan untuk menghasilkan sesuatu yang dapat menambah kekayaan. Modal dalam pengertian ini dapat diinterpretasikan sebagai jumlah uang yang digunakan dalam menjalankan kegiatan-kegiatan bisnis.

Banyak kalangan yang memandang bahwa modal uang adalah bukanlah segala- galanya dalam sebuah bisnis. Namun perlu dipahami bahwa uang dalam sebuah

(28)

13

usaha sangat diperlukan, karena keberadaannya memang sangat diperlukan, akan tetapi bagaimana mengelola modal secara optimal sehingga bisnis yang dijalankan dapat berjalan lancar. (Amirullah, 2005).

Dengan demikian, modal dapat berwujud barang dan uang. Sejumlah uang menjadi modal apabila ditanam atau diinvestasikan untuk menjamin adanya suatu kembalian. Dalam arti modal juga mengaju kepada investasi itu sendiri yang berupa alat-alat finansial, seperti devosito, stok barang, ataupun surat saham yang mencerminkan hak atas sarana produksi, atau dapat pula sarana produksi fisik.

Kembalian dapat berupa pembayaran bunga, ataupun klaim atas suatu keuntungan.

Modal yang berupa barang, mencakup modal tetap dalam bentuk bangunan pabrik, mesin-mesin, peralatan transportasi, kemudahan distribusi dan barang- barang lainnya yang digunakan untuk memproduksi barang atau jasa baru dan modal berputar, dalam bentuk barang jadi ataupun setengah jadi yang berada dalam proses untuk diolah menjadi barang jadi.

Modal dapat dibagi sebagai berikut : 1. Modal sendiri

Menurut Mardiyatmo (2008), mengatakan bahwa modal sendiri adalah modal yang diperoleh dari pemilik usaha itu sendiri. Modal sendiri terdiri dari tabungan, sumbangan, hibah, saudara.

Kelebihan Modal sendiri adalah :

a. Tidak ada biaya seperti biaya bunga atau biaya administrasi sehingga tidak menjadi beban beban perusahaan.

(29)

14

b. Tidak tergantung pada pihak lain, artinya perolehan dana diperoleh dari setoran pemilik modal.

c. Tidak memerlukan persyaratan yang rumit dan memakan waktu yang relatif lebih lama.

Kekurangan Modal sendiri :

a. Jumlahnya terbatas artinya untuk memperoleh dalam jumlah tertentu sangat tergantung dari pemilik dan jumlahnya relatif terbatas.

b. Kurang motivasi pemilik artinya pemilik usaha yang menggunakan modal sendiri motivasi usahanya lebih rendah dibanding dengan menggunakan modal asing.

2. Modal Asing (Pinjaman)

Modal asing atau modal pinjaman adalah modal yang biasanya diperoleh dari pihak luar perusahaan dan biasanya diperoleh dari pinjaman. Keuntungan modal pinjaman adalah jumlahnya tidak terbatas, artinya tersedia dalam jumlahnya banyak.

3. Modal Patungan

Selain modal sendiri atau pinjaman, juga bisa menggunakan modal usaha dengan cara berbagai kepemilikan usaha dengan orang lain. Caranya dengan menggabungkan antara modal sendiri dengan modal satu teman atau beberapa orang (yang berperan sebagai mitra usaha), Jackie Ambadar, (2010). Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa modal usaha adalah harta yang dimiliki untuk digunakan dalam menjalankan kegiatan usaha dengan tujuan memperoleh

(30)

15

laba yang optimal sehingga diharapkan bisa meningkatkan pendapatan pedagang tradisional di kabupaten Bantaeng.

E. Teori Tingkat Pendidikan

Pendidikan sebagai penyimpanan tenaga kerja diartikan sebagai kegiatan membimbing peserta didik sehingga memiliki bekal dasar untuk bekerja.

Pembekalan dasar berupa pembentukan sikap, pengetahuan, dan keterampilan kerja pada calon luaran. Ini menjadi misi penting dari pendidikan karena bekerja menjadi kebutuhan pokok dalam kehidupan manusia. Sedangkan Proses pembentukan pribadi, pendidikan diartikan sebagi suatu kegiatan yang sistematis dan sistemik terarah kepada terbentuknya kepribadian peserta didik. Proses pembentukan pribadi melalui 2 sasaran yaitu pembentukan pribadi bagi mereka yang belum dewasa oleh mereka yang sudah dewasa dan bagi mereka yang sudah dewasa atas usaha sendiri.

Menurut Andrew E. Sikula dalam Mangkunegara (2003), Tingkat pendidikan adalah suatu proses jangka panjang yang menggunakan prosedur sistematis dan terorganisasi yang mana tenaga kerja manajerial mempelajari pengetahuan konseptual dan toeritis untuk tujuan-tujuan umum. Dengan demikian Hariandja (2002), mengatakan bahwa tingkat pendidikan seorang karyawan dapat meningkatkan daya saing perusahaan dan memperbaiki kinerja perusahaan.

Pendidikan merupakan salah satu bentuk investasi dalam sumber daya manusia, selain kesehatan dan migrasi (Schultz 2001), Pendidikan memberikan sumbangan secara langsung terhadap pertumbuhan pendapatan nasional melalui peningkatan keterampilan dan produktifitas kerja. Teori human capital

(31)

16

menjelaskan proses dimana pendidikan memiliki pengaruh positif terhadap pertumbuhan ekonomi.

Tingkat pendidikan atau sering disebut jenjang pendidikan adalah tahapan pendidikan yang ditetapkan berdasarkan tingkat perkembangan peserta didik, tujuan yang akan dicapai dan kemampuan yang dikembangkan.

Menurut Umar Tirtarahadja dan Ia sulo, Pendidikan sebagai penyiapan tenaga kerja diartikan sebagai kegiatan membimbing peserta didik sehingga memiliki bekal dasar untuk bekerja. Sebagaimana dikemukakan oleh Soedarmayanti (2001) bahwa melalui pendidikan, seseorang dipersiapkan untuk memiliki bekal agar siap tahu, mengenal dan mengembangkan metode berfikir secara sistematis agar dapat memecahkan masalah yang akan dihadapi dalam kehidupan dikemudian hari.

Salah satu teori berpendapat bahwa investasi sumber daya manusia mempunyai pengaruh yang besar terhadap peningkatan produktivitas. Menurut Becker peningkatan produktivitas tenaga kerja ini dapat didorong melalui pendidikan dan pelatihan serta peningkatan derajat kesehatan. Pendidikan memberikan pengetahuan bukan saja yang langsung akan tetapi juga landasan untuk perkembangan diri serta kemampuan pemanfaatan semua sarana yang ada disekitar kita.

Schumpeter (2005) yang mengatakan bahwa Pendidikan bagi seorang pengusaha akan membuat pengusaha itu lebih dinamis dalam menciptakan produk atau komoditi baru untuk diperdagangkan sehingga memungkinkan adanya tambahan pendapatan. Selain itu dengan tingkat pendidikan yang dimiliki, maka

(32)

17

wawasan dan pengetahuan mereka tentang managemen usaha menjadi lebih luas, sehingga mereka menjadi profesional dalam berusaha dan supel dalam menghadapi konsumen, bahkan sikap dan perilaku mereka akan tampak lebih profesional.

F. Teori Jam kerja

Jam Kerja dalah waktu untuk melakukan pekerjaan, dapat dilaksanakan siang hari dan/atau malam hari.

Becker (2002) mendefinisikan bahwa human capital sebagai hasil dari keterampilan, pengetahuan dan pelatihan yang dimiliki seseorang, termasuk akumulasi investasi meliputi aktifitas pendidikan, job training dan migrasi. Lebih jauh Smith dan Echrenbeng (2003) melihat bahwa pekerjaan dengan separuh waktu akan memperoleh sedikit human kapital, hal ini disebabkan oleh jam kerja dan pengalaman kerja. Kemudian ditambahkan oleh Jacobsen (2002) bahwa dengan meningkatnya pengalaman kerja akan meningkatkan penerimaan dimasa yang akan datang.

G. Teori Pengalaman Berdagang

Pengalaman dalam berdagang merupakan faktor yang sangat penting dalam mnentukan seorang pedagang yang dianggap cakap atau mempunyai keterampilan dalam melayani konsumen dan memenej usahanya. Biasanya semakn lama pedagang melakukan aktifitasnya sebagai pedagang maka akan semakin banyak pengalaman berdagang yang akan diperoleh.

(33)

18

H. Penelitian Terdahulu

Penelitian mengenai Pedagang telah banyak dilakukan diantaranya, penelitian yang dilakukan oleh Nauly (1999) tentang analisis mengenai faktor- faktor yang mempengaruhi pendapatan pedagang sayur keliling di Kecamatan Ciputat Kecamatan Tangerang. Penelitian ini membahas mengenai kondisi lingkungan internal yang dilihat dari fungsi-fungsi pemasaran dan strategi pemasarannya dan eksternal langsung dari pedagang sayur keliling serta faktor- faktor yang mempengaruhi tingkat pendapatan usaha pedagang sayur keliling.

Penelitian ini menggunakan metode Ordinary Least Square (OLS).

Penelitian ini menyimpulkan bahwa lingkungan eksternal yang berpengaruh dari usaha pedagang sayur keliling adalah pemasok, pesaing dan pelanggan.

Besarnya Modal, pengalaman, pemasok dan pendidikan merupakan faktor-faktor yang berpengaruh nyata terhadap pendapatan. Hasil regresi menyatakan bahwa faktor tersebut mempunyai hubungan positif dengan pendapatan. Jenis kelamin secara statistik tidak berpengaruh nyata sedangkan pengalaman berkorelasi nyata dengan strategis lokasi tempat berjualan.

Suryananto Galih (2005) membuat sebuah penelitian dengan sebuah judul

“Analisis Faktor-Faktor yang mempengaruhi pendapatan konvensi (Studi kasus di pasar Godean, Sleman, Yogyakarta). Penelitian ini menggunakan metode Ordinary Least Square (OLS), dan menghasilkan sebuah kesimpulan sebagai

berikut : Modal, Pengalaman berdagang dan jam berdagang berpengaruh positif dan signifikan terhadap pendapatan pedagang konvensi. Karena modal adalah faktor yang sangat penting bagi pedagang konvensi, semakin banyak modal yang

(34)

19

digunakan maka dagangan akan semakin bermacam dan semakin banyak pula pendapatan yang akan diperoleh.

Jam berdagang tidak berpengaruh dan signifikan terhadap pendapatan pedagang konvensi. Hal ini disebabkan karena didalam pasar seorang pedagang satu dengan yang lain berbeda dalam membuka dagangannya mungkin ada yang membuka pada waktu pengunjung ramai dan ada juga yang mungkin pedagang pada waktu membuka dagangannya pada waktu sepi, juga semakin lama pedagang membuka dagangannya maka semakin mungkin banyak pendapatan yang akan diperoleh, maka jam bedagang tidak berpengaruh positif dan signifikan terhadap pendapatan pedagang.

I. Kerangka Pikir

Modal adalah barang atau uang yang digunakan oleh pedagang pasar tradisional untuk mengembnagkan dagangannya dengan cara membeli barang- barang yang akan dijual kembali. Semakin besar jumlah modal pedagang yang di miliki maka akan semakin besar pula pendapatan yang akan diperoleh.

Pendidikan sebagai usaha dasar untuk menyiapakan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran dan atau latihan untuk memiliki bekal dasar untuk bekerja. Dengan bekal tersebut seseorang mampu bekerja dan memperoleh pendapatan sesuai dengan apa yang pedagang kerjakan. Jadi semakin tinggi pendidikan seorang pedagang pasar tradisional maka akan semakin banyak strategi atau cara berdagang yang dibuat untuk membuat laku barang dagangannya.

(35)

20

Jam kerja memiliki hubungan yang begitu kuat dengan pendapatan pedagang pasar tradisional. Pedagang yang memiliki waktu yang begitu banyak dalam menjual barang dagangannya maka akan semakin berpeluang dagangnnya laku terjual dan akan menambah hasil penjualan.

Pengalaman berdagang bagi pedagang merupakan faktor yang menetukan dalam berjualan karena dengan pengalaman ini pedagang bisa mengetahui karakter dan perilaku konsumen sehingga relative lebih banyak menawarkan barang dagangannya dan akan meningkatkan pendapatan bagi pedagang.

Gambar Kerangka Pikir

Modal Tingkat

Pendidikan p

Jam Kerja Pengalaman berdagang Pedagang Pasar Tradisional di

Kabupaten Bantaeng

Pendapatan

(36)

21

J. Hipotesis

Berdasarkan rumusan masalah, maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian ini sebagai berikut : diduga modal, tingkat pendidikan, jam kerja dan pengalaman berdagang memiliki hubungan yang signifikan tehadap pendapatan pedagang pasar tradisional di Kabupaten Bantaeng.

(37)

22

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di seluruh Pasar tradisional yang ada di Kabupaten Bantaeng. Adapun waktu yang digunakan dalam penelitian ini yaitu selama 2 bulan , dari bulam Maret-Mei 2014

B. Metode Pengumpulan Data

Untuk melengkapi data dan referensi yang diperlukan dalam penyusunan proposal penelitian ini, maka ditempuh cara sebagai berikut :

1. Library Research (Studi Kepustakaan)

Yaitu dilakukan dengan cara studi kepustakaan dengan berbagai dokumen, artikel-artikel dan karya ilmiah (skripsi) yang berhubungan dengan penulisan ini untuk mendapatkan data sekunder.

2. Field Research (Studi Lapangan)

Yaitu pengamatan langsung terhadap objek yang diteliti dengan menempuh cara sebagai berikut :

a. Observasi : yaitu pengumpulan data dengan melakukan pengamatan secara langsung terhadap objek yang diteliti.

b. Interview yaitu mengadakan wawancara secara langsung dengan pedagang pasar tradisional di kabupaten Bantaeng dan dengan membagikan kuisioner tentang hal-hal yang berkaitan dengan masalah yang diteliti. Mengatakan bahwa seorang yang merespon pertanyaan harus membuat pertimbangan

22

(38)

23

terhadap setiap pertanyaan dan memilih suatu respon dari tingkat sangat setuju sampai ketingkat sangat setuju.

c. Angket/kuesioner yaitu pengukuran dalam bentuk daftar pertanyaan, Oemar Hamalik (2006:150)

C. Jenis dan Sumber Data 1. Jenis Data

Adapun jenis data yang dipergunakan dalam penulis ini adalah

a. Data Kualitatif yaitu data dalam bentuk informasi baik secara lisan maupun secara tertulis tentang pendapatan pedagang dipasar tradisional.

b. Data Kuantitatif yaitu data dalam bentuk angka-angka yang diperoleh langsung dari sumber berapa jumlah pedagang.

2. Sumber Data

Data yang digunakan dalam penulisan ini adalah

a. Data Primer merupakan data yang didapat dari sumber pertama baik individu ataupun perseorangan seperti dari hasil wawancara atau hasil dari pengisian kuisioner.

b. Data sekunder adalah data-data pendukung yang diperoleh dari buku- buku, majalah, dan sebagainya yang berkaitan dengan penelitian atau dengan mengambil dari sumber lain yang diterbitkan oleh lembaga yang dianggap kompeten.

21

(39)

24

Sumber data dalam penelitian ini adalah melalui berbagai macam sumber yang diperoleh melalui pembagian kuisioner secara langsung dengan responden dalam hal ini pedagang pasar tradisional itu sendiri dan melalui sumber lain seperti BPS dan studi kepustakaan.

D. Populasi dan Sampel 1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pedagang pasar tradisional di Kabupaten Bantaeng. Jumlah pedagang dari 13 pasar adalah 2812 orang.

2. Sampel

Dalam penelitian ini, pengambilan sampel yang dilakukan adalah menggunakan metode sampel acak sederhana (Simple Random Sampling). Dalam metode ini pengambilan sampel dilakukan secara random artinya semua populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk dipilih sebagai sampel berdasarkan jenis usaha yang dimaksud, siapapun, kapanpun dan dimana saja dapat ditemui yang selanjutnya disajikan sebagai responden. Pengambilan sampel dapat menggunakan rumus yang digunakan dalam menentukan sampel yaitu rumus slovin (umar, 2009) :

Rumus Penentuan sampel :

(40)

25

= 96.58 = 97 sampel

Keterangan :

= Jumlah Sampel pedagang pasar tradisional d kabupaten Bantaeng.

N = Jumlah Populasi pedagang pasar tradisioanal di Kabupaten Bantaeng.

e = Tingkat kelonggaran (10%) = 0,1

Jadi jumlah sampel yang di ambil dalam penelitian ini yaitu sebanyak 97 sampel.

E. Metode Analisis

Adapun metode analisis yang digunakan pada penelitian ini adalah :

1. Analasis Kualitatif (deskriptif), yaitu metode yang digunakan untuk mendiskripsikan hubungan antara modal, tingkat pendidikan, jam kerja dan pengalaman berdagang terhadap penadapatan pedagang pasar tradisional di Kabupaten Bantaeng.

2. Chi Square, yaitu model analisis yang digunakan untuk mengetahui apakah ada hubungan antara modal, tingkat pendidikan, jam kerja dan pengalaman berdagang terhadap pendapatan pasar tradisional di Kabupaten Bantaeng.

(41)

26

Untuk membuktikannya digunakan metode penyajian Chi-Square (X2) : X2o =

fe =

db= (total kolom -1) x (total baris -1) Dimana :

X2o = Chi-Square

∑ = Penjumlahan semua variabel fo = frekuensi yang diamati fe = frekuensi yang diharapkan Taraf nyata = 0,05 (5%)

db = derajat bebas

F. Definisi Variabel

1. Pedagang pasar tradisional adalah orang yang berada dalam lingkungan tertentu dengan modal sedikit berusaha dibidang produksi, penjualan barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan kelompok tertentu dalam lingkungan masyarakat.

2. Pendapatan adalah jumlah penghasilan yang diperoleh dari hasil penjualan barang dagangan atau jasa perbulan.

3. Modal adalah jumlah uang atau barang yang digunakan untuk memproduksi barang atau jasa yang baru yang bernilai ekonomi.

4. Tingkat pendidikan adalah tingkat pendidikan yang telah dilalui oleh pedagang.

(42)

27

5. Jam kerja/waktu berdagang adalah waktu yang digunakan pedagang untuk bekerja yang diukur dengan jumlah jam kerja perhari.

6. Pengalaman berdagang adalah lama waktu yang telah dijalani pedagang dalam berusaha sebagai pedagang pasar, dihitung dalam kurung waktu (tahun).

(43)

28

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Pasar Tradisional di Kabupaten Bantaeng

Kabupaten Bantaeng adalah sebuah Kabupaten dari 23 kabupaten dan kota di Pripinsi Sulawesi Selatan. Daerah ini membentang dari Barat ke Timur pada bagian Jazirah Selatan Propinsi Sulawesi Selatan, dengan luas wilayah 539,83 Km2 terbagi atas 8 kecamatan, 46 desa, dan 21 kelurahan dengan jumlah penduduk 168,828 jiwa.

Letak Ibukota Kabupaten Bantaeng berada dipesisir pantai Kota Bantaeng sekitar 123 Km arah Selatan Kota Makassar, dapat ditempuh sekitar 2 sampai 2,5 jam dengan kendaraan mobil. Daerah ini berada pada posisi 5' 12' 13'' sampai 5' 35' 26'' lintang selatan dan 119' 51' 42'' sampai 120' 05' 27'' bujur timur.

Daerah Bantaeng berbatasan dengan Kabupaten Jeneponto disebelah Barat, Kabupaten Bulukumba disebelah Timur. Kabupaten gowa disebelah Utara, sedangkan disebelah Selatan berbatasan dengan Laut Flores.

Kabupaten Bantaeng mempunyai iklim tropis basah. Bulan Oktober sampai Maret merupakan musim hujan, dan musim kemarau jatuh antara bulan April sampai September. Temperatur udara rata - rata 18 sampai 28' C. Wilayahnya terdiri dari pesisir pantai (lautan), lembah daratan (dataran rendah) dan bukit pegunungan (dataran tinggi) yang dikenal dengan Kabupaten tiga dimensi atau daerah tiga klaster yang berada pada ketinggian 0 sampai lebih dari 1.000 meter dpl ( diatas permukaan laut).

28

(44)

29

Pasar Tradisional adalah pasar yang dibangun dan dikelola oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, Swasta, Badan Usaha Milik Negara dan Badan Usaha Milik Daerah termasuk kerjasama dengan swasta dengan tempat usaha berupa toko, kios, los dan tenda yang dimiliki/dikelola oleh pedagang kecil, menengah, swadaya masyarakat atau koperasi dengan usaha skala kecil, modal kecil dan dengan proses jual beli barang dagangan melalui tawar-menawar. Secara umum peningkatan jumlah pasar khususnya pasar modern terjadi di daerah perkotaan. Hal ini mengakibatkan semakin ketat persaingan dikalangan pedagang eceran. Meskipun jumlah pasar tradisional masih lebih besar dibandingkan pasar modern tetapi pertumbuhan pasar modern semakin meningkat.

Pada saat ini pasar tradisional yang lokasinya berdekatan dengan mal/hypermarket mengakibatkan pasar tradisional mulai kehilangan pembeli sehingga dapat mengganggu perkembangan usaha pelaku perdagangan eceran di pasar tradisional yang umumnya pelaku usaha mikro dan dapat mematikan usaha pedagang.

Indonesia adalah negara dengan mayoritas konsumen berasal dari kalangan menengah ke bawah. Kondisi ini menjadikan kosumen Indonesia tergolong ke dalam konsumen yang sangat sensitif terhadap harga. Ketika faktor harga rendah yang sebelumnya menjadi keunggulan pasar tradisional mampu diruntuhkan oleh pasar modern, secara relatif tidak ada alasan konsumen dari kalangan menengah ke bawah untuk tidak turut berbelanja ke pasar modern dan meninggalkan pasar tradisional (Ekapribadi. W, 2007).

(45)

30

Pertumbuhan yang tidak seimbang antara pasar modern dengan pasar tradisional mengarah pada menurunnya tingkat pertumbuhan pasar tradisional.

Apalagi pasar tradisional mengalami kekurangan sarana dan prasarana serta para pemasok, pertumbuhan pasar tradisional mengalami penurunan sebesar 8,1 persen pertahun karena terdesak oleh pasar modern yang jumlahnya tumbuh mencapai 31,4 persen.

Tabel a.1

Nama-Nama Pasar Tradisional di Kabupaten Bantaeng

No Nama Pasar Alamat/Kecamatan

1 Pasar Sentral Baru Komp.Pasar Baru Bantaeng

Kec.Bissappu

2 Pasar Lambocca Desa Biangkeke

Kec.Tompobulu

3 Pasar Tradisional Marina Desa Baruga

Kec.Pa’jukukang

4 Pasar Banyorang Banyorang

Kec.Tompobulu

5 Pasar Dapoko Dapoko

Kec.Eremerasa

6 Pasar Baroe Desa Baroe

Kec.Eremerasa

7 Pasar Bungloe Desa Bungloe

Kec.Ulu Ere

8 Pasar Layoa Layoa

Kec.Gantarang Keke

9 Pasar Paranga Kamp.Paranga

Kec.Eremerasa

10 Pasar Jannayya Desa Jannayya

Kec.Eremerasa

11 Pasar Campaga Loe Desa Campaga Loe

Kec.Ulu Ere

12 Pasar Loka Desa Loka

Kec.Ulu Ere

13 Pasar Panjang Desa Panjang

Kec.Pa’jukukang Jumlah 13 Pasar

(46)

31

Sumber : Perintamben Bantaeng 2012

B. Pendapatan Pedagang di Tiap-tiap Pasar Tabel b.1

Rata-rata Pendapatan Pedagang di tiap-tiap Pasar

No Nama Pasar Kecamatan Rata-rata

Pendapatan (Rp)

1 Pasar Sentral Baru Bissappu 186.875

2 Pasar Lambocca Tompobulu 290.625,00

3 Pasar Banyorang Tompobulu 324.375,00

4 Pasar Dapoko Eremerasa 214.375,00

5 Pasar Bungloe Ulu Ere 216.250,00

6 Pasar Layoa Gantarang Keke 811.500,00

7 Pasar Loka Ulu Ere 592.857,10

8 Pasar Jannayya Eremerasa 181.571,43

9 Pasar Campaga Loe Ulu Ere 557.142,90

10 Pasar Loka Ulu Ere 592.857,10

11 Pasar Panjang Pa’jukukang 557.142,90

12 Pasar Tradisional Marina Pa’jukukang 891.429

13 Pasar Bungloe Ulu Ere 216.250,00

Rata-Rata 13 397.253

Sumber : Data Primer setelah diolah

Pendapatan pedagang di tiap-tiap pasar berbeda-beda, ini tergantung dari lokasi pasar tempat pedagang tersebut menjual. Tiap pasar memiliki lokasi dan daya tarik tersendiri dalam menarik pembeli. Untuk pasar yang letaknya

(47)

32

berdekatan dengan perumahan pasti ramai dikunjungi pembeli. Dari tabel diatas menunjukkan bahwa rata-rata pendapatan pedagang pasar tradisional dikabupaten Bantaeng adalah Rp. 397.253 perharinya. Rata-rata pendapatan ini sebenarnya tidak bisa menjadi gambaran secara umum bagi pendapatan pedagang pasar tradisoional di kabupaten Bantaeng sebab masih banyak pedagang yang memiliki pendapatan dibawah rata-rata, tergantung lokasi pasarnya. Untuk pasar yang memiliki rata-rata pendapatan tertinggi ada pada pasar Sentral Baru, hal ini mungkin disebabkan karena letak pasar ini yang berada pada kota dan jam kerjanya dari pagi sampai sore libur, dan banyak dikunjungi oleh pembeli dari pedesaan.

C. Karakteristik Responden 1. Modal Responden

Modal merupakan faktor penting dalam membangun usaha, besar kecilnya modal yang dimiliki oleh pedagang akan sangan mempengaruhi pendapatan yang akan diterima oleh pedagang. Jumlah modal yang dimiliki pedagang juga menentukan klasifikasi pedagang berdasarkan kategori usahanya. Untuk tabel dibawah ini menggambarkan ada 3 skala usaha yang termasuk didalam pedagang yaitu usaha mikro, usaha kecil dan menengah. Untuk pedagang yang teramsuk usaha mikro jumlahnya sebesar 37,37 %, 46,46% yang termasuk usaha kecil dan 14,14% yang termasuk usaha menengah. Jadi kebanyakan pedagang pasar tradisional termasuk ke dalam kategori usaha kecil dengan jumlah modal 5-20 juta.

(48)

33

Tabel 1

Distribusi Responden Menurut Modal

Tingkat Modal(Rp) Jumlah Persentase

<5 juta (usaha Mikro)

5-20 juta (usaha Kecil)

>20 juta ( usahaMenengah)

37

46 14

37,37

46,46 14,14

Jumlah 97 100

Sumber : Data Primer Setelah diolah, 2014

2. Jenis Kelamin

Dari Tabel ini menunjukkan bahwa dari hasil penelitian diperoleh 35 pedagang adalah laki-laki dan 62 orang adalah perempuan. Kondisi ini menunjukkan bahwa kenyakan yang berprofesi sebagai pedagang pasar tradisional adalah perempuan. Umumnya memang memiliki daya tarik tersendiri bagi pembeli, dibandingkan dengan laki-laki sehingga untuk menarik para pembeli maka perempuan lah yang dipasang sebagai penjual. Hal ini terlihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 2

Distribusi Responden Menurut Jenis Kelamin

Jenis Kelamin Jumlah Persentase

Laki-Laki Perempuan

35 62

35,35 62,62

Jumlah 97 100

Sumber : Data Primer Setelah diolah, 2014

(49)

34

3. Usia Responden

Pada umumnya pedagang yang berusia tua yaitu > 50 keatas mempunyai tenaga yang relatif lebih lemah dan terbatas, sebaliknya pedagang yang berusia muda mempunyai kemampuan fisik yang kuat namun pedagang yang berusia muda tidak atau belum mimiliki banyak pengalaman dalam hal berdagang dan mempunyai tanggung jawab yang relatif rendah. Hal ini dapat dilihat dari pedagang yang usianya relatif rebih muda mempunyai masa bardagang lebih cepat sedangkan yang berusi tua lebih fokus dalam berdagang dan lebih banyak mengkhususkan waktunya dalam kegiatan berdagang. Mengenai keadaan usia responden tersebut dapat dilihat pada tabel berikut :

Tabel 3

Distribusi Responden Menurut Tingkat Umur

Usia Jumlah Persentase

< 30 (Usia Produktif)

30-50 (Usia Sangat Produtif)

>50 (Usia Tidak Produtif)

25 56 16

25,25 56,56 16,16

Jumlah 97 100

Sumber : Data Primer setelah diolah,2014

Tabel 3 untuk profil responden berdasarkan usia dapat dilihat bahwa mayoritas responden berada pada kelompok usia sangat produtif yaitu usia antara 30-50 tahun dengan persentase 56,56%. Rata-rata pedagang dengan usia 30-50 tahun adalah pedagang yang sudah berkeluarga sehingga mereka lebih cenderung lebih serius dalam berdagang karena mereka punya tanggung jawab untuk menghidupi keluarganya . Dengan usia yang seperti ini pula, pedagang punya

(50)

35

kematangan dalam hal berdagang sehingga mereka mampu mengolah jualannya dengan baik. Untuk pedagang yang berusia dibawah 30 tahun biasanya masih diwakili oleh pedagang-pedagang muda atau pedagang yang belum berkeluarga sehingga mereka masih belum terlalu serius dalam berdagang karena memiliki juga belum punya tanggungan tetapi pedangan ini memiliki banyak tenaga atau kekuatan dalam berjualan, misalnya pedagang seperti ini kuat dalam hal mengangkat barang. Sedangkan untuk pedagang yang berusia di atas 50 tahun, biasanya pedagang tersebut sudah tidak punya tenaga lagi dalam melakukan kerja- kerja berat dalam menjual, mereka cukup duduk ditempat jualannya melayani pembeli.

4. Tingkat Pendidikan Responden

Untuk tingkat pendidikan responden, pedagang yang berpendidikan sampai tingkat SD merupakan jumlah terbanyak sebesar 31 responden (31,31 %) dan urutan berikutnya SLTP dan SLTA memiliki jumlah yang sam yaitu sebanyak 29 responden (29,29%), kemudian tidak sekolah atau tidak tamat SD sebesar 6 responden (6,06%) dan jumlah pedagang yang berpendidikan sampai perguruan tinggi hanya sebesar 2 responden (2,02%), hal ini menunjukkan bahwa profesi sebagai pedagang tradisionak tidak begitu membutuhkan spesifikasi pendidikan artinya siapapun bisa menjadi pedagang asalkan punya keinginan dan modal yang mencukupi.

(51)

36

Tabel 4

Distribusi Responden Menurut Tingkat Pendidikan

Tingkat Pendidikan Jumlah Persentase

Tidak Sekolah/Tidak Tamat SD

SD SLTP SLTA Tamat Sarjana

6

31 29 29 2

6,06

31.31 29,29 29,29 2,02

Jumlah 97 100

Sumber : Data Primer setelah diolah, 2014

5. Jam Kerja Responden

Tabel 5

Distribusi Responden Menurut Jam Kerja Jam Kerja Pedagang

(Jam/Per Hari)

Jumlah Persentase

< 5 (Jam) 5-7 (Jam) 7-10 (Jam)

73 6 18

73,73 6,06 18,18

Jumlah 97 100

Sumber : Data Primer Setelah diolah, 2014

Dari Tabel 7 menunjukkan bahwa sebagian besar pedagang dari hasil penelitian memiliki jam kerja antara < 5 jam perharinya. Kebanyakan pedagang biasnya menjual mulai dari jam 5 pagi sampai jam 5 sore. Inilah jam berdagang yang umumnya dipakai oleh pedagang pasar tradisional mengingat kebanyakan diantara pedagang adalah ibu-ibu rumah tangga yang harus pulang ke rumah

(52)

37

diwaktu sore untuk menyiapkan makanan kelurganya. Untuk pedagang yang memiliki jam berdagang < 5 jam biasanya ini adalah pedagang yang memiliki kesibukan lain. Kemudian untuk yang memiliki jam kerja diatas 5-7 jam perhari, biasanya pedagang ini adalah pedagang yang memiliki semangat menjual begitu besar dan tidak pernah puas dengan pendapatan yang didapatnya perhari.

6. Pengalaman Berdagang Responden

Pengalaman dalam berdagang merupakan faktor yang sangat penting dalam mnentukan seorang pedagang yang dianggap cakap atau mempunyai keterampilan dalam melayani konsumen dan memenej usahanya. Biasanya semakn lama pedagang melakukan aktifitasnya sebagai pedagang maka akan semakin banyak pengalaman berdagang yang akan diperoleh. Pengalaman berdagang ini yang akan menentukan tindakannnya dalam berdagang. Dan pengalaman seorang pedagang dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 6

Distribusi Responden Menurut Pengalaman Berdagang Pengalaman Berdagang Jumlah Persentase

< 5 tahun (Pedagang baru)

5-15 tahun (Pedagang senior)

>15 tahun

(Pedagang Super Senior)

31

35

31

31,31

35,35

31,31

Jumlah 97 100

Sumber : Data Primer Setelah diolah, 2014

(53)

38

Dari tabel 6 dapat dilihat bahwa pengalaman berdagang untuk masing- masing pedagang relative sama. Dari tabel dijelaskan bahwa mayoritas pedagang pasar tradisional yang ada dikabupaten Bantaeng memiliki pengalaman berdagang antara 5-15 tahun dan dikategorikan sebagai pedagang senior. Setelah itu, yang mendominasi pedagang setelah pedagang senior ini adalah pedagang muda yang memiliki jumlah sebanyak 31,31 % dengan dibawah 5 tahun. Sementara untuk pedagang yang super senior memilki jumlah sebanyak 31,31 % dengan rata-rata umur diatas 15 tahun.

7. Sumber Modal Responden

Tabel 7

Distribusi Responden Menurut Sumber Modal

Sumber Modal Jumlah Persentase

Modal Sendiri Bank Koperasi

Teman

68 15 13 1

68,68 15,15 13,13 1,01

Jumlah 97 100

Sumber : Data Primer Setelah diolah, 2014

Modal merupakan hal yang paling penting dalam berjualan dan sumber modal mempengaruhi jumlah modal yang pedagang miliki. Ada beberapa sumber modal yaitu modal sendiri atau modal yang berasal dari pedagang itu sendiri, modal dari lembaga keuangan seperti, bank kemudian ada modal yang bersumber

(54)

39

dari lembaga non bank seperti koperasi, kemudian ada modal yang bersumber dari teman. Tabel diatas menggambarkan bahwa sebagian besar pedagang membangun usahanya dengan menggunakan modal sendiri yaitu ada sekitar 68 % , sedangkan ada 28 % pedagang yang menggunakan bantuan dari lembaga keuangan yaitu sekitar 15% dari bank dan 13% dari koperasi dan ada 1% pedagang yang memperoleh modal dari teman sendiri. Hal ini menunjukkan bahwa masih kurangnnya padagang yang bisa mengakses modal dari lembaga keuangan.

Berdasarkan hasil dari wawancara dengan pedagang bahwa ternyata meminjam unag dari bank atau kopersi itu sangat susah karena untuk mengusulkan kredit dibank dibutuhkan surat-surat seperti, KTP, Kartu keluarga dan surat-surat yang lain sebagai jaminan sehingga pedagang merasa dipersulit untuk mengambil modal dari bank. Untuk itu, karena pada umumnnya pedagang sangat membutuhkan modal cepat maka mereka lebih memilih untuk memakai modalnya sendiri atau pinjam uang kepada teman atau orang kaya dengan memakai sistem a’pabunga doe (membungakan uang).

(55)

40

8. Jenis Barang Dagangan Responden Tabel 8

Distribusi Responden Menurut Jenis Barang

Jenis Barang Jumlah Persentase

Barang Campuran Kebutuhan Pokok Pakaian Jadi Pecah Belah

39 53 3 2

39,39 53,53 3,03 2,02

Jumlah 97 100

Sumber : Data primer setelah diolah 2014

Jenis barang yang dijual dipasar tradisional sangan beragam jenisnya, pasar tradisional menjual berbagai macam jenis barang dagangan mulai dari kebutuhan pokok sampai kebutuhan pakaian dan kosmetik.

Jenis barang yang dijual oleh pedagang akan sangat mempengaruhi banyaknya konsumen yang datang ditempat jualannya, biasanya pedagang yang ramai dikunjungi yaitu pedagang yang menjual barang-barang kebutuhan pokok seperti, ikan, sayur dan beras.

Dari tabel diatas menunjukkan bahwa sebagian besar pedagang menjual barang kebutuhan pokok yaitu ada sekitar 53,53 %, kemudian disusul oleh pedagang yang menjual barang campuran dengan jumlah 39,39% .Hal ini menunjukkan bahwa kebanyakan pedagang lebih memilih untuk menjual barang kebutuhan pokok dan barang campuran karena jenis barangnnya lebih bervariasi sehingga membuat pembeli/konsumen lebih banyak pilihan barang.

Gambar

Gambar Kerangka Pikir

Referensi

Dokumen terkait

A. Cakupan penagihan kredit dalam ketentuan ini adalah penagihan kredit secara umum, termasuk penagihan kredit kepemilikan rumah, kredit kendaraan bermotor,

Dari beberapa uraian permasalahan yang teridentifikasi, fokus penelitian pada tahap kedua ini adalah menekankan pentingnya pencatatan akuntansi pada setiap transaksi

Namun tetaplah harus diingat, bahwa fokus dari hermeneutika, atau proses menafsirkan, menurut Gadamer, adalah untuk membangkitkan makna tentang tema utama pembicaraan, dan

Dengan ayat dan hadits dapat disimpulkan bahwa hal-hal yang menyebabkan terjadinya suatu kecelakaan. Dan bagaimanapun juga dengan cara demikian dapat menyebabkan

Seperti halnya yang disebutkan dalam Undang – Undang Perkawinan Nomor 1 Tahun 1974 Pasal 41 bahwa akibat putusan perkawinan karena perceraian ialah : (a) baik

digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id digilib.uinsby.ac.id

Oleh sebab itu pelajar perlu memantapkan terlebih dahulu pengetahuan mereka dalam bahasa yang dipelajari supaya kesilapan kecil dapat dielakkan.Perbezaan makna dan fungsi kata

Perlambatan tersebut antara lain terjadi seiring dengan perlambatan yang terjadi pada kunjungan wisatawan ke Kalimantan Barat yang mengalami kontraksi pertumbuhan