• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KAJIAN EKONOMI DAN KEUANGAN REGIONAL"

Copied!
100
0
0

Teks penuh

(1)

KAJIAN EKONOMI DAN

KEUANGAN REGIONAL

PROVINSI KALIMANTAN BARAT

TRIWULAN III 2014

KANTOR PERWAKILAN BANK INDONESIA

PROVINSI KALIMANTAN BARAT

(2)

Penanggung Jawab:

Unit Asesmen Ekonomi dan Keuangan (UAEK)

Kantor Perwakilan Bank Indonesia

Provinsi Kalimantan Barat

Jl. Ahmad Yani No.2, Pontianak

Telp : 0561 - 734134 ext 8207, 8203, 8238 Faks : 0561 732033

(3)

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat

Triwulan III 2014 i

KATA PENGANTAR

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat Triwulan III 2014 merupakan gambaran tentang kondisi perekonomian dan sistem keuangan Provinsi Kalimantan Barat pada triwulan III 2014. Kajian ini meliputi perkembangan ekonomi, keuangan pemerintah, inflasi, sistem keuangandan pengembangan akses keuangan, sistem pembayaran dan pengelolaan uang, ketenagakerjaan dan kesejahteraan, serta prospek perekonomian daerah pada triwulan mendatang.

Kami menyadari penyusunan kajian ini masih belum sempurna, dan menjadi tekad kami untuk terus berupaya memperbaikinya. Oleh karena itu, segala masukan, sumbangan pemikiran, dan koreksi dari pembaca merupakan sebuah sumbangan yang besar bagi kami di masa mendatang. Dalam kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih kepada Pemerintah Daerah Provinsi Kalimantan Barat dan semua instansi yang telah membantu dalam penyediaan data, seperti Badan Pusat Statistik, Dinas Perindustrian dan Perdagangan, Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura, Dinas Perkebunan, Dinas Pendapatan Daerah, Dinas Tenaga Kerja, Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu, Gapkindo, PT. Pelindo II Cabang Pontianak, PLN Wilayah Kalimantan Barat, PDAM Tirta Khatulistiwa serta pihak lain yang tidak dapat kami sebutkan disini, kami mengucapkan terima kasih.

Selamat membaca dan semoga bermanfaat.

Pontianak, November2014

KEPALA PERWAKILAN BANK INDONESIA PROVINSI KALIMANTAN BARAT

(4)
(5)

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat

Triwulan III 2014 iii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i

DAFTAR ISI iii

DAFTAR TABEL vi

DAFTAR GRAFIK ix

RINGKASAN UMUM 1

Perkembangan Perekonomian Daerah 1

Perkembangan Inflasi Daerah 1

Perkembangan Sistem Keuangan dan Pengembangan Akses Keuangan 2

Perkembangan Keuangan Pemerintah 3

Perkembangan Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan 3

Prospek Perekonomian Daerah 4

I. PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH 7

1.1 Kajian Umum 7 1.2 PDRB Menurut Penggunaan 7 1.2.1 Konsumsi 8 1.2.2 Investasi 9 1.2.3 Ekspor - Impor 10 1.3 PDRB Sektoral 12 1.3.1 Sektor Pertanian 13

1.3.2 Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran 15

1.3.3 Sektor Angkutan dan Komunikasi 17

1.3.4 Sektor Industri Pengolahan 17

1.3.5 Sektor Lainnya 19

Boks: Inkubator Bisnis UMKM Sebagai Dukungan Bank Indonesia Dalam Mencetak Wirausaha

Mandiri 21

II. PERKEMBANGAN INFLASI DAERAH 23

2.1. Gambaran Umum 23

2.2. Inflasi Tahunan 24

2.3. Inflasi Triwulanan 25

2.4. Inflasi Kelompok Komoditas 26

2.4.1. Kelompok Bahan Makanan 26

2.4.2. Kelompok Perumahan, Air, Listrik dan Bahan Bakar 28 2.4.3. Kelompok Transpor, Komunikasi dan Jasa Keuangan 29

(6)

2.4.4. Kelompok Makanan Jadi 30

2.5. Disagregasi Inflasi 32

2.5.1. Faktor Fundamental 33

2.5.2. Faktor Non Fundamental 35

Boks : Dampak Kenaikan BBM terhadap Inflasi 37

III. SISTEM KEUANGAN DAN PENGEMBANGAN AKSES KEUANGAN 41

3.1 Perkembangan Indikator Umum Perbankan 41

3.2 Perkembangan Penghimpunan Dana Pihak Ketiga 41

3.3 Penyaluran Kredit Sektor Produktif 44

3.4 Penyaluran Kredit Rumah Tangga 47

3.5 Pengembangan Akses Keuangan dan Pembiayaan Usaha Mikro, Kecil dan

Menengah (UMKM) 50

3.6 Perkembangan Sistem Pembayaran 51

3.6.1 Perkembangan Transaksi Melalui BI-RTGS 52

3.6.2 Perkembangan Transaksi Melalui Kliring 53

3.6.3 Perkembangan Penyelenggaraan Transfer Dana Non Bank dan Pedagang Valuta

Asing (PVA) 54

3.6.4 Perkembangan Pengelolaan Uang 55

3.6.4.1 Perkembangan Aliran Uang Kartal Melalui BI 55

3.6.4.2 Pelaksanaan Kebijakan Penyediaan Uang Layak Edar 56

3.6.4.3 Pemusnahan 59

3.6.4.4 Perkembangan Temuan Uang Rupiah Palsu 60

IV. PERKEMBANGAN KEUANGAN PEMERINTAH 63

4.1 Realisasi Penyerapan APBN di Daerah 63

4.2 Kinerja Keuangan Pemerintah (APBD) 64

4.2.1 Realisasi Pendapatan APBD Provinsi Kalimantan Barat 65

4.2.2 Realisasi Belanja Daerah 68

V. PERKEMBANGAN KETENAGAKERJAAN DAN KESEJAHTERAAN 71

5.1 Ketenagakerjaan 71

5.2 Kesejahteraan 73

5.2.1 Nilai Tukar Petani (NTP) 73

5.2.1.1 Pergerakan NTP 74

5.2.1.2 Perbandingan Dengan Provinsi Lain di Kalimantan 76

(7)

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat

Triwulan III 2014 v

VI. PROSPEK PEREKONOMIAN DAERAH 79

6.1 Prospek Perekonomian Daerah 79

6.2 Perkiraan Inflasi Daerah 81

LAMPIRAN xi

(8)
(9)

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat

Triwulan III 2014 vii

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 PDRB Penggunaan Provinsi Kalimantan Barat (miliar Rp) ... 7

Tabel 1.2 Perkembangan Investasi di Kalimantan Barat ... 9

Tabel 1.3 Perkembangan Realisasi Investasi di Kalimantan Barat (Rp miliar) ... 10

Tabel 1.4 Nominal Ekspor Luar Negeri Kalimantan Barat Berdasarkan HS2 (ribu USD) ... 11

Tabel 1.5 Nominal Impor Kalimantan Barat Berdasarkan HS2 (ribu USD) ... 12

Tabel 1.6 Pertumbuhan PDRB Sektoral (%-yoy) ... 12

Tabel 1.7Pertumbuhan PDRB Sektor Pertanian (yoy) ... 13

Tabel 3.1 Perkembangan Indikator Umum Perbankan Kalimantan Barat (Rp miliar) ... 41

Tabel 3.2 Jumlah DPK dan Pangsa DPK Bank Umum Menurut Kabupaten/Kota di Kalimantan Barat (Miliar Rupiah) ... 43

Tabel 3.3 Jumlah Kredit dan Pangsa Kredit Bank Umum Menurut Kabupaten/Kota di Kalimantan Barat (Lokasi Proyek) ... 46

Tabel 3.4 Perkembangan Persentase NPLs Gross Kota/Kabupaten di Kalimantan Barat ... 47

Tabel 3.5 Perkembangan Penyaluran Kredit Rumah Tangga (Rp miliar) ... 48

Tabel 3.6 Jumlah dan Pangsa Kredit Sektor Rumah Tangga Menurut Kabupaten/Kota di Kalimantan Barat ... 49

Tabel 3.7 Transaksi Melalui Real Time Gross Settlement (RTGS) ... 52

Tabel 3.8 Transaksi Melalui Kliring ... 53

Tabel 3.9 Kegiatan Penukaran Uang Melalui Loket Penukaran Bank Indonesia (Uang Masuk) ... 57

Tabel 3.10 Kegiatan Kas Keliling ... 58

Tabel 3.11 Penemuan Uang Palsu di Kalimantan Barat... 60

Tabel 4.1 Realisasi APBD Provinsi Kalimantan Barat Tahun Anggaran 2014 (Rp miliar) ... 64

Tabel 5.1 Indikator Ketenagakerjaan Kalimantan Barat (ribu jiwa) ... 71

Tabel 5.2 Nilai Tukar Petani Per Sektor ... 75

Tabel 5.3 Perbandingan NTP dengan Provinsi Lain di Kalimantan ... 77

(10)
(11)

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat

Triwulan III 2014 ix

DAFTAR GRAFIK

Grafik 1. 1 PDRB Provinsi Kalimantan Barat ... 7

Grafik 1. 2 Indeks Harga Yang Dibayar Petani Konsumsi Rumah Tangga ... 9

Grafik 1. 3 Tingkat Konsumsi Barang Tahan Lama dan Penyaluran Kredit Perlengkapan... 9

Grafik 1. 4 Ekspor Karet ... 11

Grafik 1. 5 Harga Internasional Karet (USD Cent/kg) ... 11

Grafik 1. 6 Kontribusi Terhadap Pertumbuhan ... 13

Grafik 1. 7 Pangsa Tiap Sektor Terhadap PDRB ... 13

Grafik 1. 8 Luas Panen Padi ... 14

Grafik 1. 9 Curah Hujan ... 14

Grafik 1. 10 Produksi Tandan Buah Segar Sawit ... 14

Grafik 1. 11 Volume Petikemas ... 15

Grafik 1. 12 Perolehan Pajak Restoran ... 16

Grafik 1. 13 Perkembangan Jumlah Wisatawan Mancanegara ... 16

Grafik 1. 14 Tingkat Hunian Hotel... 16

Grafik 1. 15 Perkembangan Jumlah Penumpang ... 17

Grafik 1. 16 Produksi CPO Kalimantan Barat ... 18

Grafik 1. 17 Harga Internasional Karet dan CPO ... 18

Grafik 1. 18 Produksi Karet Kalimantan Barat ... 19

Grafik 1. 19 Perolehan Pajak Hiburan ... 19

Grafik 1. 20 Pengadaan Semen di Kalimantan Barat ... 20

Grafik 1. 21 Penyaluran Kredit Sektor Konstruksi Kalimantan Barat ... 20

Grafik 2. 1 Inflasi Tahunan Kalimantan Barat dan Nasional ... 23

Grafik 2. 2 Inflasi Triwulanan Kalimantan Barat dan Nasional ... 23

Grafik 2. 3 Inflasi Bulanan Kalimantan Barat dan Nasional ... 24

Grafik 2. 4 Inflasi Tahunan dan Andil Inflasi Kalimantan Barat Kelompok Barang dan Jasa ... 24

Grafik 2. 5 Inflasi Triwulanan dan Andil Inflasi Kalimantan Barat Kelompok Barang dan Jasa .... 25

Grafik 2. 6 Inflasi dan Andil Inflasi Kelompok Bahan Makanan Kalimantan Barat ... 26

Grafik 2. 7 Inflasi Kelompok Bahan Makanan Kota Pontianak dan Singkawang ... 27

Grafik 2. 8 Inflasi dan Andil Inflasi Kelompok Perumahan Kalimantan Barat ... 28

Grafik 2. 9 Inflasi Kelompok Perumahan Kota Pontianak dan Singkawang ... 29

Grafik 2. 10 Inflasi dan Andil Inflasi Kelompok Transpor Kalimantan Barat... 30

Grafik 2. 11 Inflasi Kelompok Transpor Kota Pontianak dan Singkawang... 30

(12)

Grafik 2. 13 Inflasi Kelompok Makanan Jadi, Minuman, Rokok dan Tembakau Kota Pontianak

dan Singkawang ... 31

Grafik 2. 14 Inflasi di Kalimantan Barat Menurut Faktor Penyebabnya (%,yoy)... 32

Grafik 2. 15 Harga Tiket Angkutan Udara (Rp) di Kota Pontianak ... 33

Grafik 2. 16 Perkembangan Inflasi dan Ekspektasi Harga menurut Konsumen di Kalimantan Barat ... 33

Grafik 2. 17 Perkembangan Inflasi dan Ekspektasi Harga Konsumen Menurut Kelompok Komoditas di Kalimantan Barat ... 34

Grafik 2. 18 Perkembangan Inflasi Negara Mitra Dagang ... 35

Grafik 2. 19 Perkembangan Nilai Tukar ... 35

Grafik 2. 20 Perkembangan Harga Komoditas Emas Internasional ... 35

Grafik 2. 21 SPH Beras, Minyak Goreng dan Gula Pasir ... 36

Grafik 2. 22 SPH Bumbu ... 36

Grafik 2. 23 SPH Daging dan Telur ... 36

Grafik 2. 24 SPH Komoditas Ikan ... 36

Grafik 2. 25 Perkembangan Rata-rata Harga Beras di Kota Pontianak ... 36

Grafik 2. 26 Perkembangan Rata-rata Harga Bumbu di Kota Pontianak ... 36

Grafik 3.1 Perkembangan Jenis DPK Bank Umum di Kalimantan Barat (miliar Rupiah) ... 42

Grafik 3.2 Perkembangan Suku Bunga Deposito Kalimantan Barat terhadap BI Rate ... 42

Grafik 3.3 Struktur DPK Menurut Golongan Pemilik di Kalimantan Barat ... 42

Grafik 3.4 Sebaran DPK Bank Umum Menurut Kabupaten/Kota di Kalimantan Barat ... 43

Grafik 3.5 Perkembangan Kredit Modal Kerja dan Investasi di Kalimantan Barat ... 44

Grafik 3.6 Pangsa Kredit Menurut Sektor Ekonomi di Kalimantan Barat ... 45

Grafik 3.7 Penyaluran kredit berdasarkan lokasi proyek dan lokasi kantor bank (Rp Miliar) ... 45

Grafik 3.8 Perkembangan Rasio NPL Gross Kredit Produktif Kalimantan Barat ... 46

Grafik 3.9 Perkembangan Pertumbuhan Kredit Konsumsi di Kalimantan Barat ... 48

Grafik 3.10 Perkembangan NPL Gross Kredit Sektor Rumah Tangga di Kalimantan Barat ... 49

Grafik 3.11 Perkembangan Kredit UMKM Kalimantan Barat ... 50

Grafik 3.12 Perkembangan Kredit UMKM Menurut Jenis Penggunaan di Kalimantan Barat (Rp Miliar) ... 50

Grafik 3.13 Perkembangan Rasio NPL Gross Kredit UMKM ... 51

Grafik 3.14Perkembangan Jumlah Outflow Uang Kertas Pecahan Kecil ... 55

Grafik 3.15 Perkembangan Inflow dan Outflow Kalimantan Barat ... 56

Grafik 3.16 Perkembangan Inflow dan Outflow melalui Kas Titipan ... 58

Grafik 3.17 Perkembangan Inflow, Pemusnahan Uang Tidak Layak Edar dan Rasio Pemusnahan Uang Tidak Layak Edar Terhadap Inflow ... 60

(13)

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat

Triwulan III 2014 xi

Grafik 4. 2 Pangsa Realisasi Belanja APBN ... 63

Tw III 2014 per Kota ... 63

Grafik 4. 3 Pangsa Realisasi Belanja APBN Kalbar ... 64

Triwulan III 2014 berdasar Fungsi ... 64

Grafik 4. 4 Realisasi Belanja dan Pendapatan ... 64

Grafik 4. 5 Realisasi Pendapatan Daerah (Rp miliar) ... 65

Grafik 4. 6 Realisasi Pendapatan Daerah (Rp miliar) ... 65

Grafik 4. 7 Pangsa Pajak (Rp Miliar) ... 66

Grafik 4. 8 Realisasi Komponen Dana Perimbangan (Rp miliar) ... 67

Grafik 4. 9 Kapasitas Fiskal ... 67

Grafik 4. 10 Pangsa Realisasi Belanja Per Komponen ... 68

Grafik 4. 11 Realisasi Belanja Tidak Langsung (Rutin) ... 68

Grafik 4. 12 Realisasi Belanja Langsung (Non Rutin) ... 69

Grafik 5.1Pertumbuhan Penduduk Angkatan Kerja Berdasarkan Pendidikan ... 71

Grafik 5.2 Pertumbuhan Jumlah Penduduk Yang Bekerja Menurut Status Pekerjaan ... 72

Grafik 5.3 Pertumbuhan Penyerapan Tenaga Kerja Kalimantan Barat Berdasarkan Sektor (%, yoy) ... 72

Grafik 5.4 NTP Petani Kalimantan Barat ... 73

Grafik 5.5 Indeks Dibayar dan Indeks Diterima Petani ... 73

Grafik 5.6 Inflasi Pedesaan (yoy) ... 77

Grafik 6.1 Perkiraan Pertumbuhan Ekonomi Kalimantan Barat (yoy) ... 79

Grafik 6.2 Harga Internasional Karet dan Crude Palm Oil ... 80

Grafik 6.3 Perkembangan Ekspektasi Harga Konsumen ... 81

Grafik 6.4 SPH Bumbu ... 81

Grafik 6.5 SPH Daging dan Telur ... 81

(14)
(15)

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat

Triwulan III 2014 1

RINGKASAN UMUM

Perkembangan Perekonomian Daerah

Sejalan dengan perlambatan perekonomian nasional, perekonomian Kalimantan Barat pada triwulan III 2014 juga tercatat mengalami perlambatan.Perekonomian Kalimantan Barat tercatat

tumbuh relatif rendah sebesar 4,45% (yoy), lebih lambat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 4,53% (yoy). Pertumbuhan Kalimantan Barat tersebut juga tercatat lebih rendah dibandingkan pertumbuhan pada triwulan yang sama di tahun sebelumnya yang mampu mencapai 6,70% (yoy). Pada sisi permintaan, perlambatan perekonomian Kalimantan Barat pada periode laporan terutama dipengaruhi oleh kontraksi kinerja ekspor.

Di sisi sectoral, kinerja perekonomian ditandai dengan kontraksi pada sektor pertanian sebagai salah satu sektor perekonomian utama Kalimantan Barat.Sektor perekonomian utama

lainnya, yaitu sektor industri pengolahan juga menunjukkan perlambatan dibandingkan triwulan sebelumnya. Kontribusi terbesar terhadap pertumbuhan ekonomi Kalimantan Barat pada triwulan III 2014 bersumber dari sektor perdagangan, hotel dan restoran (PHR), sektor angkutan dan komunikasi, serta sektor jasa, dimana ketiganya memberikan kontribusi sebesar 3,28% dari angka pertumbuhan secara keseluruhan sebesar 4,45% (yoy). Sementara itu, struktur perekonomian Provinsi Kalimantan Barat masih didominasi oleh sektor pertanian, sektor PHR dan sektor industri pengolahan, yang membentuk pangsa 59,80%

Perkembangan Inflasi Daerah

Tekanan harga barang dan jasa di Kalimantan Barat pada triwulan III 2014 secara tahunan relatif terkendali, tercermin dari tingkat inflasi yang lebih rendah dari triwulan II 2014.

Tercatat tekanan inflasi Kalimantan Barat pada periode laporan mencapai 6,67% (yoy), lebih rendah jika dibandingkan inflasi pada triwulan II 2014 yang mencapai 8,69% (yoy). Meskipun mengalami penurunan dan relatif searah dengan tren inflasi nasional, namun tekanan inflasi Kalimantan Barat pada periode laporan tersebut lebih tinggi dibandingkan inflasi nasional yang mencapai 4,53% (yoy). Salah satu pemicu tekanan inflasi pada triwulan III 2014 adalah pelaksanaan hari raya keagamaan puasa dan lebaran yang mendorong peningkatan permintaan masyarakat terutama di awal triwulan yang kemudian relatif mereda di akhir triwulan. Namun apabila dicermati lebih lanjut, pengaruh puasa dan lebaran yang terjadi pada triwulan III 2014 relatif lebih kecil dibandingkan triwulan III 2013, tercermin dari penurunan tekanan inflasi yang terjadi pada triwulan laporan. Kondisi tersebut

(16)

dikarenakan pada triwulan III 2013 juga terjadi kenaikan harga BBM Bersubsidi bersamaan dengan pelaksanaan hari raya keagamaan puasa dan lebaran.

Perkembangan Sistem Keuangan dan Pengembangan Akses Keuangan

Perkembangan volume usaha perbankan di Kalimantan Barat pada triwulan III 2014 tercatat mencapai Rp49,80 triliun, atau tumbuh 18,61% (yoy), melambat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh sebesar 19,10% (yoy). Perlambatan perkembangan aset tersebut

terutama dipengaruhi oleh perlambatan pada sisi aktiva, dimana penyaluran kredit yang dilakukan oleh perbankan Kalimantan Barat tumbuh melambat 14,82% (yoy), dibandingkan triwulan II 2014 yang mampu tumbuh 16,70% (yoy). Perlambatan juga terjadi pada penghimpunan dana pihak ketiga yang tercatat tumbuh 14,19% (yoy) pada triwulan laporan. Perlambatan yang terjadi baik pada sisi penyaluran kredit maupun penghimpunan dana menyebabkan rasio tingkat intermediasi perbankan, yang ditandai dengan Loan to Deposit Ratio (LDR) atau rasio penyaluran kredit terhadap penghimpunan DPK, cenderung stabil di level 83,30% pada triwulan laporan. Sementara itu, risiko kredit Kalimantan Barat yang diindikasikan oleh rasio Non Performing Loans (NPLs) menunjukkan sedikit peningkatan dari 1,31% menjadi 1,37% pada triwulan laporan.

Secara triwulanan, perkembangan sistem pembayaran non tunai di Provinsi Kalimantan Barat pada triwulan II 2014 meningkat pada transaksi kliring, namun mengalami kontraksi pada transaksi melalui BI-RTGS.Transaksi kliring selama triwulan II 2014relatif meningkat

dibandingkan triwulan sebelumnya. Total nilai transaksi kliring penyerahan di Kalimantan Barat tercatat sebesar Rp10,16 triliun atau meningkat0,85% (qtq).Selama triwulan II 2014, transaksi RTGS mengalamikontraksi di sisi nominal transaksi namun mengalami peningkatan di sisi jumlah transaksi. Nilai transkasi RTGS mengalami kontraksi 19,27% (qtq) dibandingkan nilai transaksi triwulan sebelunya menjadi sebesar Rp52,51 triliun. Sedangkan jumlah transaksi melalui BI-RTGS sebanyak 86.245 transaksi atau meningkat 74,32% (qtq) dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 49.474 transaksi.

Dari sisi sistem pembayaran tunai di Provinsi Kalimantan Barat, selama triwulan II 2014 nominal transaksi mengalami peningkatan pada sisi jumlah uang yang diedarkan (outflow), namun mengalami kontraksi pada sisi jumlah uang masuk (inflow).Jumlah uang yang beredar

mengalami peningkatan 137,99% (qtq) menjadi sebesar Rp1,50 triliun. Sementara itu, jumlah uang yang masuk ke Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Barat mengalami kontraksi 35,77% (qtq) menjadi sebesar Rp1,20 triliun. Perkembangan aliran uang kartal tersebut menunjukkan posisi net outflow, dimana jumlah uang yang diedarkan oleh Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Kalimantan Barat lebih besar dibandingkan jumlah uang yang masuk. Jika ditinjau secara

(17)

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat

Triwulan III 2014 3

tahunan, transaksi sistem pembayaran tunai di Kalimantan Barat mengalami kenaikan baik di sisi inflow maupun outflow masing-masing sebesar 40,70% (yoy) dan 55,33% (yoy).

Perkembangan Keuangan Pemerintah

Penyerapan belanja APBN pada triwulan III 2014 di Kalimantan Barat terutama didominasi oleh belanja modal. Tercatat penyerapan belanja APBN secara umum di wilayah Kalimantan Barat

hingga triwulan laporan mencapai Rp4,24 triliun atau 59,11% dari pagu belanja APBN tahun 2014 yang sebesar Rp7,175 triliun. Berdasarkan komponennya, belanja modal mendominasi realisasi belanja secara keseluruhan.

Berdasarkan daerahnya, realisasi penyerapan secara umum terkonsentrasi pada Pemerintah Provinsi Kalimantan Barat, Kota Pontianak dan Kabupaten Pontianak, dengan pangsa masing-masing mencapai 39,53%, 28,19% dan 9,55%. Kondisi tersebut sejalan dengan pelaksanaan beberapa proyek pembangunan yang dikelola oleh pemerintah daerah. Sementara itu berdasarkan fungsinya, realisasi penyerapan belanja APBN di Kalimantan Barat terutama dialokasikan pada fungsi Pelayanan Umum. Tercermin dari pangsa belanja APBN yang mencapai 29,73%. Selain itu, beberapa fungsi lain yang memiliki relaisasi anggaran belanja APBN yang relatif besar antara lain Ekonomi dan Pendidikan dengan pangsa masing-masing mencapai 26,41% dan 18,38%.

Realisasi kinerja keuangan Pemerintah (APBD) Provinsi Kalimantan Barat pada triwulan III 2014 menunjukkan perkembangan yang positif, terutama dari sisi belanja. Berdasarkan

nilainya, realisasi anggaran pemerintah pada triwulan III 2014 mengalami kenaikan dibandingkan triwulan III 2013, baik dari sisi pendapatan maupun belanja.

Realisasi pendapatan Provinsi Kalimantan Barat pada triwulan III 2014 tercatat sebesar Rp2.818,60 miliar, lebih besar dari realisasi triwulan III 2013 yang mencapai Rp1.693,25 miliar. Sejalan dengan perkembangan realisasi pendapatan, penyerapan belanja pada triwulan III 2014 menunjukkan perkembangan realisasi yang positif.

Perkembangan Ketenagakerjaan dan Kesejahteraan

Berdasarkan Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) BPS bulan Agustus 2014, jumlah penduduk usia kerja (usia 15 tahun ke atas) Provinsi Kalimantan Barat adalah sebanyak 3.318 ribu orang, atau mengalami peningkatan sebesar 8,14% (yoy) dibandingkan hasil survei pada Bulan Agustus 2013. Sementara jumlah angkatan kerja tercatat meningkat sebesar

8,40% (yoy) menjadi sebanyak 2.320 ribu orang. Berdasarkan dari status pekerjaan, penyerapan tenaga kerja pada sektor informal mengalami peningkatan sebesar 7,51% (yoy) pada Agustus 2014 apabila dibandingkan Agustus 2013 yang tercatat sebanyak 1.355 ribu orang. Ditinjau dari sisi

(18)

sektoral, tingkat penyerapan tenaga kerja tertinggi terjadi di sektor pertanian, dengan pangsa sebesar 57,76% dari total penduduk yang bekerja di Kalimantan Barat.

Secara tahunan, pergerakan NTP gabungan di Kalimantan Barat menunjukkan kecenderungan yang meningkat dibandingkan tahun 2013. NTP bulan September 2014

mengalami peningkatan sebesar 1,55% (yoy) dibandingkan NTP bulan September 2013 yang tercatat sebesar 95,19. Dari sisi pendapatan, indeks yang diterima petani di Kalimantan Barat pada bulan September 2014 meningkat 0,75% (qtq). Peningkatan tersebut juga diikuti oleh peningkatan pada indeks yang dibayar petani, relatif lebih besar dari peningkatan indeks yang diterima petani. Pada bulan September 2014 indeks yang dibayar petani tercatat meningkat 1,15% (qtq.

Prospek Perekonomian Daerah

Perekonomian Kalimantan Barat pada triwulan IV 2014 diperkirakan relatif meningkat jika dibandingkan triwulan III 2014 yang tumbuh cukup rendah di level 4,45% (yoy). Perekonomian Kalimantan Barat pada triwulan mendatang diperkirakan tumbuh pada kisaran 4,4 4,8% (yoy). Di sisi permintaan, peningkatan pertumbuhan terutama didorong oleh

konsumsi, baik konsumsi rumah tangga maupun konsumsi pemerintah.Konsumsi rumah tangga diperkirakan meningkat seiring dengan peningkatan kebutuhan pada periode hari raya, baik Idul Adha, Natal dan memasuki Tahun Baru. Namun demikian, kinerja sisi eksternal diperkirakan masih belum optimal, antara lain akibat indikasi pelemahan ekonomi Tiongkok sebagai negara konsumen utama serta masih belum pulihnya harga komoditas internasional. Dari sisi sektoral, akselerasi perekonomian Kalimantan Barat diperkirakan masih bersumber dari sektor perekonomian utama Kalimantan Barat, khususnya sektor pertanian dan sektor industri pengolahan. Sektor pertanian diperkirakan akan tumbuh moderat, didorong oleh peningkatan produksi tanaman perkebunan, khususnya sawit. Sejalan dengan hal tersebut, sektor industri pengolahan diperkirakan akan mengalami akselerasi.

Secara umum, kinerja perekonomian Provinsi Kalimantan Barat pada tahun 2014 diperkirakan relatif melambat dibandingkan tahun sebelumnya, yaitu dalam kisaran4,4%-4,8% (yoy). Dari sisi penggunaan, perlambatan diperkirakan dipengaruhi oleh perlambatan di sisi

ekspor, akibat kontraksi pada ekspor komoditas utama Kalimantan Barat, yaitu bauksit sebagai dampak dari implementasi UU Minerba, dan karet seiring dengan masih adanya potensi perlambatan permintaan dari negara Tiongkok. Dari sisi sektoral, perlambatan diperkirakan dipengaruhi oleh sektor pertanian dan pertambangan.

Inflasi Kalimantan Barat pada triwulan IV 2014 diperkirakan mengalami kenaikan. Tekanan

inflasi yang relatif tinggi diperkirakan terjadi di akhir triwulan IV 2014, seiring berlangsungnya perayaan Natal dan Tahun Baru. Pada awal hingga pertengahan triwulan, tekanan inflasi diperkirakan

(19)

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat

Triwulan III 2014 5

relatif mereda sejalan dengan tidak terdapatnya even musiman yang berpotensi memberikan koreksi harga pada sebagian besar komoditas. Faktor lain yang juga berpotensi menjadi pemicu kenaikan inflasi salah satunya adalah rencana kenaikan tarif tiket batas atas angkutan udara yang mengacu pada Peraturan Menteri Perhubungan No. 51/2014 tentang Mekanisme Formulasi Perhitungan dan Penetapan Tarif Batas Atas Penumpang Pelayanan Kelas Ekonomi Angkutan Udara Niaga Berjadwal Dalam Negeri yang mulai berlaku pada bulan November 2014.

Berdasarkan kondisi tersebut dan jika pemerintah menunda kenaikan harga BBM bersubsidi, inflasi Provinsi Kalimantan Barat pada triwulan IV 2014 atau menjadi inflasi keseluruhan tahun 2014 diperkirakan berada pada kisaran 6,32%-7,32% (yoy).

(20)

Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III

Ekonomi Makro Regional

Produk Domestik Regional Bruto (%, yoy) 6.67 5.43 5.87 5.29 4.48 6.73 6.70 6.37 4.76 4.53 4.45 Berdasarkan Sektor (Miliar Rp) : 8,311 8,115 8,618 8,963 8,684 8,661 9,196 9,534 9,097 9,053 9,605 - Pertanian 2,299 1,776 2,037 2,117 2,364 1,978 2,210 2,281 2,461 1,982 2,178 - Pertambangan & Penggalian 146 146 152 162 153 153 159 169 152 160 170 - Industri Pengolahan 1,302 1,313 1,387 1,399 1,351 1,384 1,435 1,463 1,420 1,475 1,455 - Listrik, Gas & Air Bersih 35 36 36 37 37 37 38 39 38 39 40 - Bangunan 701 730 784 857 768 770 802 911 826 859 876 - Perdagangan, Hotel & Restoran 1,750 1,794 1,846 1,871 1,816 1,879 1,985 1,974 1,905 1,981 2,111 - Pengangkutan & Komunikasi 783 823 841 870 825 877 909 941 870 935 999 - Keuangan, Persewaan & Jasa 463 481 489 498 487 520 524 523 501 546 555 - Jasa 834 1,016 1,046 1,152 882 1,063 1,136 1,233 924 1,076 1,222 Berdasarkan Permintaan (Miliar Rp) : 8,311 8,115 8,618 8,963 8,684 8,661 9,196 9,534 9,097 9,053 9,605 - Konsumsi Rumah Tangga 4,401 4,427 4,552 4,615 4,676 4,715 4,813 4,893 4,988 5,070 5,215 - Konsumsi Lembaga Swasta Nirlaba 78 79 83 85 81 85 88 90 91 95 98 - Konsumsi Pemerintah 941 979 1,047 1,238 1,013 1,073 1,163 1,303 1,093 1,157 1,247 - PMTB 2,300 2,346 2,436 2,465 2,357 2,392 2,491 2,655 2,590 2,602 2,713 - Perubahan Stok 348 (44) 453 445 213 (17) 476 350 278 293 320 - Ekspor 2,581 2,651 2,577 2,697 2,645 2,723 2,710 2,861 2,695 2,307 2,317 - Impor 2,337 2,324 2,530 2,583 2,301 2,310 2,545 2,619 2,638 2,471 2,305 Ekspor

- Nilai Ekspor Non Migas (USD Juta) 336 365 261 346 326 339 346 351 210 151 147 - Volume Ekspor Non Migas (ribu ton) 3,313 2,724 2,156 4,381 3,340 4,356 4,910 4,218 750 137 194 Impor

- Nilai Impor Non Migas (USD Juta) 44 88 80 123 63 47 81 50 74 65 50 - Volume Impor Non Migas (ribu ton) 32 58 47 65 54 58 83 91 134 90 101 Indeks Harga Konsumen

- Kota Pontianak 97.54 98.96 101.32 101.84 103.98 105.99 110.48 111.74 113.94 115.88 117.72 - Kota Singkawang 99.13 100.1062 100.30 100.67 103.26 103.92 106.46 107.31 110.67 110.69 114.32 Laju Inflasi Tahunan (%,yoy)

- Kota Pontianak 5.72 6.83 5.82 6.75 6.61 7.10 9.05 9.71 9.58 9.33 6.55

- Kota Singkawang 6.34 7.77 3.90 4.21 4.17 3.81 6.14 6.59 7.17 6.52 7.38 Perbankan

Dana Pihak Ketiga (Rp Miliar) 28,856 30,352 31,060 32,000 32,407 33,509 34,720 36,273 36,407 38,648 39,648 - Tabungan 15,709 16,669 17,492 19,824 18,676 18,465 19,438 22,004 20,213 19,728 20,372 - Giro 5,663 6,345 6,206 4,628 5,970 6,780 6,688 4,873 6,368 8,120 8,060 - Deposito 7,485 7,337 7,362 7,548 7,761 8,264 8,595 9,396 9,826 10,800 11,216 Kredit (Rp Miliar) - Berdasarkan Lokasi Proyek 19,217 21,071 21,918 23,826 24,757 26,390 27,452 28,923 28,108 29,606 30,346 - Modal Kerja 6,704 7,620 7,699 8,811 8,569 9,369 9,501 10,135 9,969 10,517 10,791 - Investasi 4,221 4,536 4,646 4,993 5,791 6,076 6,471 7,034 6,180 6,758 6,893 - Konsumsi 8,292 8,915 9,572 10,022 10,397 10,945 11,480 11,753 11,959 12,330 12,662 Kredit UMKM (Rp Miliar) 6,108 6,629 6,759 7,368 7,649 8,696 9,011 9,624 10,039 11,243 11,014 - Modal Kerja 4,106 4,595 4,861 5,380 5,609 6,141 6,365 6,763 6,910 7,510 7,479 - Investasi 1,970 2,001 1,870 1,961 2,018 2,538 2,634 2,851 3,128 3,733 3,535 - Konsumsi 32 34 28 28 22 17 13 10 1 0 0 Loan to Deposit Ratio (%) 69.42 72.23 73.48 77.30 79.49 82.34 82.84 83.55 84.33 83.32 83.30 NPL Gross (%) 0.98 0.96 0.94 0.80 1.44 1.45 1.47 1.12 1.24 1.31 1.37 Sistem Pembayaran

Transaksi RTGS

- Rata-rata Harian Nominal Transaksi (Rp Miliar) 897 1,142 1,160 1,399 1,093 1,175 1,167 1,197 1,084 1,462 1,531 - Rata-rata Harian Volume Transaksi (Lembar) 790 918 987 1,180 965 972 886 938 825 890 878 Transaksi Kliring

- Rata-rata Harian Nominal Transaksi (Rp Miliar) 122 141 188 157 139 142 160 183 170 174 197 - Rata-rata Harian Volume Transaksi (Lembar) 3,745 4,227 4,937 5,383 3,859 3,982 4,018 4,412 3,944 4,334 4,067

(21)

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat

Triwulan III 2014 7

I. PERKEMBANGAN PEREKONOMIAN DAERAH

1.1 Kajian Umum

Pertumbuhan ekonomi nasional triwulan III 2014 tercatat sebesar 5,01% (yoy), melambat dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 5,12% (yoy). Untuk tiga triwulan pertama tahun 2014 pertumbuhan ekonomi tercatat 5,11%. Sejalan dengan perlambatan tersebut, perekonomian Kalimantan Barat pada triwulan III 2014 juga tercatat mengalami perlambatan. Perekonomian Kalimantan Barat tercatat tumbuh relatif rendah sebesar 4,45% (yoy), lebih lambat dibandingkan triwulan

sebelumnya yang tercatat sebesar 4,53% (yoy). Pertumbuhan Kalimantan Barat tersebut juga tercatat lebih rendah dibandingkan pertumbuhan pada triwulan yang sama di tahun sebelumnya yang mampu mencapai 6,70% (yoy). Pada sisi permintaan, perlambatan perekonomian Kalimantan Barat pada periode laporan terutama dipengaruhi oleh kontraksi kinerja ekspor.Sementara itu, di sisi sektoral, perlambatan terutama dipengaruhi oleh kontraksi pada sektor pertanian serta perlambatan pada sektor industri pengolahan dan sektor bangunan.

1.2 PDRB Menurut Penggunaan

Tabel 1.1 PDRB Penggunaan Provinsi Kalimantan Barat (miliar Rp)

Sumber : Data BPS Prov. Kalimantan Barat

Pada sisi permintaan, komponen yang dominan dalam pembentukan PDRB Kalimantan Barat bersumber dari permintaan domestik, yaitu konsumsi dan investasi, yang memiliki pangsa mencapai 96,55% dari total PDRB. Konsumsi mencatat kinerja yang lebih baik dibandingkan triwulan sebelumnya, khususnya pada konsumsi rumah tangga.Investasi juga menunjukkan akselerasi pada

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3

Konsumsi Rumah Tangga 4,401 4,427 4,552 4,615 4,676 4,715 4,813 4,893 4,988 5,070 5,215 Konsumsi Nirlaba 78 79 83 85 81 85 88 90 91 95 98 Konsumsi Pemerintah 941 979 1,047 1,238 1,013 1,073 1,163 1,303 1,093 1,157 1,247 PMTB 2,300 2,346 2,436 2,465 2,357 2,392 2,491 2,655 2,590 2,602 2,713 Perubahan Stok 348 (44) 453 445 213 (17) 476 350 278 293 320 Ekspor 2,581 2,651 2,577 2,697 2,645 2,723 2,710 2,861 2,695 2,307 2,317 Dikurangi Impor 2,337 2,324 2,530 2,583 2,301 2,310 2,545 2,619 2,638 2,471 2,305 PDRB 8,311 8,115 8,618 8,963 8,684 8,661 9,196 9,534 9,097 9,053 9,605 2014 Jenis Penggunaan 2012 2013

Sumber : Data BPS Provinsi Kalimantan Barat

Grafik 1. 1 PDRB Provinsi Kalimantan Barat

0 1 2 3 4 5 6 7 8 0 2000 4000 6000 8000 10000 12000 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 2012 2013 2014 % M il ia r R p

Nilai g Nasional (yoy) g Kalbar (yoy)

(22)

triwulan laporan.Pada sisi lain, kontraksi yang cukup dalam ditunjukkan oleh perdagangan luar negeri Provinsi Kalimantan Barat, khususnya ekspor.

1.2.1 Konsumsi

Pada triwulan III 2014, konsumsi rumah tangga tercatat tumbuh 8,36% (yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 7,53% (yoy). Sementara itu, konsumsi pemerintah menunjukkan perlambatan dari 7,81% (yoy) pada triwulan II 2014 menjadi 7,25% (yoy) pada triwulan laporan. Terjaganya konsumsi rumah tangga di Kalimantan Barat antara lain didorong oleh peningkatan permintaan masyarakat seiring dengan periode perayaan Idul Fitri dan Sembahyang Kubur. Selain itu, pelaksanaan Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden pada awal triwulan juga turut mendorong permintaan pada triwulan laporan.Dari sisi pendapatan, pencairan gaji ke-13 pegawai negeri sipil yang secara nominal meningkat 6% berdampak pada terjaganya konsumsi masyarakat pada triwulan III 2014.

Peningkatan konsumsi masyarakat juga diindikasikan oleh hasil Survei Konsumen Bank Indonesia, dimana indeks pembelian barang konsumsi tahan lama tercatat sebesar 149,50 pada triwulan laporan, atau meningkat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 141,00. Peningkatan konsumsi rumah tangga tersebut terutama pada jenis barangelektronik dan peralatan rumah tangga.Hal tersebut juga sejalan dengan akselerasi penyaluran kredit rumah tangga di Kalimantan Barat untuk pembelian perlengkapan sebesar 14,10% (yoy) pada triwulan laporan setelah mengalami kontraksi pada triwulan sebelumnya. Peningkatan konsumsi juga tercermin dari data nilai tukar petani BPS Provinsi Kalimantan Barat, dimana terdapat peningkatan indeks harga yang dibayar petani, khususnya untuk konsumsi rumah tangga dari 112,45 menjadi 113,85 pada triwulan laporan. Sementara itu, meskipun konsumsi pemerintah pada triwulan III 2014 didorong oleh pencairan gaji ke-13 PNS serta realisasi anggaran pemerintah pusat terkait pelaksanaan Pemilu Presiden, konsumsi pemerintah tercatat mengalami perlambatan sebesar 7,25% (yoy), dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 7,81% (yoy). Perlambatan tersebut diperkirakan dipengaruhi oleh masih belum optimalnya penyerapan APBD di sejumlah kota/kabupaten di Kalimantan Barat. Hal tersebut antara lain diindikasikan oleh outstanding giro pemerintah di perbankan Kalimantan Barat pada triwulan laporan yang relatif tidak mengalami perubahan dibandingkan triwulan sebelumnya. Selain itu, perlambatan pada konsumsi pemerintah juga diperkirakan merupakan dampak dari pemotongan anggaran kementerian dan lembaga di pemerintah pusat sebagai akibat cukup tingginya defisit anggaran.

(23)

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat

Triwulan III 2014 9

Sumber : BPS Kalimantan Barat, diolah

Grafik 1. 2 Indeks Harga Yang Dibayar Petani Konsumsi Rumah Tangga

Sumber : Survei Konsumen Bank Indonesia, diolah

Grafik 1. 3 Tingkat Konsumsi Barang Tahan Lama dan Penyaluran Kredit Perlengkapan

1.2.2 Investasi

Investasi Provinsi Kalimantan Barat pada triwulan III 2014 tercatat mengalami akselerasi sebagaimana tercermin pada pertumbuhan Pembentukan Modal Tetap Bruto (PMTB) sebesar 8,90% (yoy), relatif lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 8,78% (yoy). Peningkatan investasi tersebut diindikasikan antara lain oleh data realisasi investasi di provinsi Kalimantan Barat, khususnya penanaman modal dalam negeri (PMDN) yang tercatat mencapai Rp1,42 triliun, atau mengalami akselerasi mencapai 700,86% (yoy) dibandingkan pertumbuhan di triwulan sebelumnya sebesar 124,60% (yoy). Sementara itu, penanaman modal asing (PMA) tercatat tumbuh relatif rendah sebesar 8,33% (yoy) menjadi sebesar 142 juta USD.

Tabel 1.2 Perkembangan Investasi di Kalimantan Barat

Sumber : Badan Koordinasi Penanaman Modal

Data total realisasi investasi Badan Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu (BPMPTSP) Provinsi Kalimantan Barat menunjukkan total realisasi investasi di Kalimantan Barat sampai triwulan laporan mencapai Rp8,99 triliun atau meningkat jika dibandingkan periode yang sama di tahun sebelumnya yang tercatat mencapai Rp7,63 triliun. Investasi PMDN terbesar merupakan investasi pada subsektor perkebunan kelapa sawit dan industri pengolahan minyak kelapa sawit.Sementara itu, investasi PMA sebagian besar merupakan investasi pada sektor industri pengolahan logam dasar, khususnya untuk bijih bauksit dan bijih besi.Selain investasi dimaksud, berlanjutnya penyelesaian

96 98 100 102 104 106 108 110 112 114 116 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 2012 2013 2014

Indeks Harga Yang Dibayar Petani Konsumsi Rumah Tangga

-80.00% -60.00% -40.00% -20.00% 0.00% 20.00% 40.00% 60.00% 80.00% 100.00% 95.00 105.00 115.00 125.00 135.00 145.00 155.00

Indeks Pembelian Barang Konsumsi Tahan Lama

gKredit Perlengkapan (yoy)

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3

PMDN (Miliar Rp) 903.4 754.4 564.0 589.2 202.7 172.3 177.2 1,970.0 1,570.4 386.9 1,419.1 PMA (US$ Juta) 120.7 92.1 78.7 106.0 116.8 134.7 131.1 267.7 237.3 274.1 142.0

2014 2012

Keterangan 2013

PMDN (Miliar Rp) 1,171.7 1,404.0 2,811.0 PMA (US$ Juta) 170.4 500.7 397.5

(24)

proyek-proyek pemerintah, khususnya dalam rangka realisasi proyek MP3EI di Kalimantan Barat, juga mendorong pertumbuhan investasi di Kalimantan Barat pada triwulan laporan.

Tabel 1.3 Perkembangan Realisasi Investasi di Kalimantan Barat (Rp miliar)1

Sumber : BPMPTSP Provinsi Kalimantan Barat

1.2.3 Ekspor - Impor

Kinerja ekspor luar negeri Kalimantan Barat pada triwulan III 2014 menunjukkan kontraksi yang cukup dalam meskipun tidak sedalam triwulan sebelumnya. Pada triwulan laporan, ekspor mengalami kontraksi sebesar 14,50% (yoy), sementara pada triwulan sebelumnya ekspor mengalami kontraksi mencapai 15,31% (yoy). Sementara itu, impor Kalimantan Barat juga mengalami kontraksi sebesar 9,44% (yoy), setelah pada triwulan sebelumnya tumbuh 6,97% (yoy).

Penurunan kinerja ekspor diindikasikan oleh penurunan ekspor Kalimantan Barat ke luar negeri, dimana pada triwulan laporan nominal ekspor hanya tercatat sebesar 146,81 juta USD atau mengalami kontraksi 57,37% (yoy). Dari sisi volume, data ekspor juga menunjukkan penurunan yang signifikan, dimana pada triwulan laporan volume ekspor Kalimantan Barat ke luar negeri tercatat sebesar 193,96ribu ton atau mengalami kontraksi hingga mencapai 96,05% (yoy). Kontraksi tersebut terutama terjadi akibat kontraksi pada ekspor komoditas utama Kalimantan Barat, yaitu karet seiring dengan masih belum pulihnya permintaan. Selain itu, dampak dari optimalisasi ekspor bauksit pada tahun 2013 juga berdampak pada kontraksi ekspor di triwulan laporan pasca implementasi UU Minerba terkait pembatasan ekspor barang tambang mentah. Sementara itu, ekspor komoditas utama lainnya, yaitu kayu, menunjukkan peningkatan sebesar 8,56% (yoy), setelah mengalami kontraksi sejak tahun 2013.

1

PMDN : Penanaman Modal Dalam Negeri, PMA : Penanaman Modal Asing, PDKPM : Perangkat Daerah Kab/Kota di Bidang Penanaman Modal

Akumulasi (Q1-Q3) Target Akhir Tahun Realisasi Akhir Tahun Akumulasi (Q1-Q3) Target Akhir Tahun PMDN 3,614.43 6,190.00 6,300.00 1,922.34 2,480.00 PMA 4,017.23 6,190.00 4,080.00 3,423.50 11,060.00 PDKPM**) - - 2,230.00 3,648.51 TOTAL 7,631.66 12,380.00 12,610.00 8,994.35 17,988.70 Keterangan 2013 2014

(25)

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat

Triwulan III 2014 11

Tabel 1.4 Nominal Ekspor Luar Negeri Kalimantan Barat Berdasarkan HS2 (ribu USD)

Sumber : Bank Indonesia, diolah

Sumber : Bank Indonesia, diolah

Grafik 1. 4 Ekspor Karet

Sumber : Bloomberg

Grafik 1. 5 Harga Internasional Karet (USD Cent/kg)

Pada triwulan laporan, nominal ekspor karet mengalami kontraksi sebesar 38,94% (yoy), atau lebih dalam dibandingkan kontraksi pada triwulan sebelumnya yang tercatat mencapai 37,57% (yoy). Kontraksi ekspor karet dipengaruhi oleh masih belum pulihnya permintaan dunia yang antara lain dipengaruhi oleh perekonomian di negara Tiongkok yang tumbuh relatif terbatas akibat menurunnya aktivitas produksi di negara tersebut. Tingginya stok karet di negara tersebut juga berpengaruh terhadap tren penurunan harga karet, dimana pada triwulan III 2014 harga internasional karet masih berada pada tren penurunan dimana tercatat sebesar 219,56 USD Cent/kg, lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 237,02 USD Cent/kg.

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3

Karet dan Barang dari Karet (HS40) 167,815 224,422 131,103 144,527 155,725 136,685 124,495 153,081 127,473 85,329 76,021 Kayu, Barang dari Kayu (HS44) 62,092 49,225 46,006 46,548 50,039 45,869 41,360 46,907 39,454 44,546 44,899 Lemak dan minyak dari hewan/nabati (HS15) 731 1,823 3,880 5,567 4,301 6,724 4,039 - 11,839 8,943 8,511 Ampas/Sisa Industri Makanan (HS23) 1,647 1,723 2,441 2,248 2,492 2,283 2,784 3,547 3,822 4,133 4,092 Biji-bijian berminyak (HS12) 805 385 527 707 774 604 615 443 1,026 1,438 651 Ikan dan Udang (HS03) 3,445 2,697 2,283 3,245 2,126 3,057 2,174 2,782 2,866 1,416 2,619 Buah-buahan dan kacang-kacangan (HS08) 359 482 546 92 162 290 179 383 530 1,355 972 Perabot, penerangan rumah (HS94) 263 771 717 1,003 540 357 490 690 646 821 498 Olahan dari Tepung (HS19) 779 356 379 838 472 611 239 476 393 547 291 Bijih, Kerak, dan Abu Logam (HS26) 111,589 84,116 70,221 136,281 105,872 138,295 163,950 137,140 18,880 103 -Total 10 Golongan 349,524 366,001 258,104 341,056 322,503 334,774 340,324 345,451 206,929 148,631 138,555 Total Ekspor 351,261 375,792 260,315 345,926 326,599 338,795 344,414 350,014 210,622 150,620 146,809 2012 2013 Komoditas 2014 -60% -50% -40% -30% -20% -10% 0% 10% 20% 30% -50,000 100,000 150,000 200,000 250,000 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 2012 2013 2014 Nominal Growth (yoy) 0 50 100 150 200 250 300 350 400 450

I II III IV I II III IV I II III 2012 2013 2014

(26)

Tabel 1.5 Nominal Impor Kalimantan Barat Berdasarkan HS2 (ribu USD)

Sumber : Bank Indonesia, diolah

Dari sisi impor, kontraksi impor terindikasi oleh kontraksi pada impor luar negeri Kalimantan Barat, dimana pada triwulan laporan, nominal impor luar negeri mengalami kontraksi cukup dalam sebesar 38,95% (yoy) menjadi sebesar 49,61 juta USD. Penurunan tersebut dipengaruhi oleh kontraksi pada impor komoditas kapal pada triwulan laporan.Dari sisi volume, impor luar negeri Kalimantan Barat tercatat sebesar 101,21 ribu ton atau melambat 22,39% (yoy) dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 55,64% (yoy). Impor Kalimantan Barat didominasi oleh impor komoditas garam, belerang dan kapur, serta pupuk.

1.3 PDRB Sektoral

Tabel 1.6 Pertumbuhan PDRB Sektoral (%-yoy)

Sumber : Data BPS Provinsi Kalimantan Barat

Kinerja perekonomian Provinsi Kalimantan Barat secara sektoral pada triwulan III 2014 ditandai dengan kontraksi pada sektor pertanian sebagai salah satu sektor perekonomian utama Kalimantan Barat. Sektor perekonomian utama lainnya, yaitu sektor industri pengolahan

juga menunjukkan perlambatan dibandingkan triwulan sebelumnya. Kontribusi terbesar terhadap pertumbuhan ekonomi Kalimantan Barat pada triwulan III 2014 bersumber dari sektor perdagangan, hotel dan restoran (PHR), sektor angkutan dan komunikasi, serta sektor jasa, dimana ketiganya memberikan kontribusi sebesar 3,28% dari angka pertumbuhan secara keseluruhan sebesar 4,45% (yoy). Sementara itu, struktur perekonomian Provinsi Kalimantan Barat masih didominasi oleh sektor pertanian, sektor PHR dan sektor industri pengolahan, yang membentuk pangsa 59,80%.

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3

Mesin-mesin/pesawat mekanik (HS84) 18,250 47,661 44,939 52,642 28,616 13,399 13,782 11,432 10,524 16,376 15,485 Kapal Laut dan Bangunan Terapung (HS89) 3,827 9,824 22,518 39,232 4,457 17,491 44,933 17,780 33,122 13,347 4,493 Pupuk (HS31) 4,746 5,097 2,758 5,793 1,084 206 1,228 1,153 4,281 6,150 9,561 Benda-benda dari Besi dan Baja (HS73) 2,072 4,169 1,234 4,940 1,825 455 299 795 3,171 5,680 1,715 Kendaraan dan Bagiannya (HS87) 586 424 1,137 887 1,331 639 856 580 1,357 3,365 1,715 Besi dan Baja (HS72) 2,638 4,302 1,447 5,889 353 2,082 3,530 1,808 1,780 2,666 2,627 Garam, Belerang, Kapur (HS25) 979 1,252 1,727 2,796 2,652 3,147 3,614 3,833 4,299 2,611 3,377 Bahan Ampas/Sisa Industri Makanan (HS23) 310 222 674 515 5,003 1,135 809 1,334 2,720 2,429 2,855 Biji-bijian berminyak (HS12) 1,479 905 3,260 1,075 1,741 1,207 814 1,542 678 2,181 1,473 Perlengkapan rumah tangga (HS94) 248 273 96 632 210 157 1,381 317 865 1,877 340 Total 10 Golongan Barang 35,137 74,129 79,791 114,402 47,272 39,917 71,246 40,574 62,796 56,681 43,641

Total Impor 43,761 88,315 87,695 122,893 62,715 47,262 81,255 50,351 74,061 65,309 49,604

Komoditas 2012 2013 2014

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3

1. Pertanian 4.82% 0.96% 5.28% 4.06% 2.84% 11.39% 8.45% 7.76% 4.10% 0.18% -1.42% 2. Pertambangan & Penggalian 6.47% 4.48% 4.73% 4.99% 5.33% 4.92% 4.32% 4.28% -1.09% 4.80% 7.21% 3. Industri Pengolahan 6.03% 2.16% 3.30% 1.78% 3.82% 5.37% 3.41% 4.59% 5.06% 6.59% 1.42% 4. Listrik,Gas & Air Bersih 5.32% 4.52% 3.78% 4.85% 4.13% 3.89% 4.85% 5.02% 2.69% 3.78% 5.31% 5. Bangunan 12.07% 8.64% 8.94% 9.72% 9.57% 5.42% 2.31% 6.39% 7.58% 11.60% 9.23% 6. Perdagangan, Hotel & Restoran 6.91% 6.70% 6.59% 6.23% 3.79% 4.79% 7.56% 5.46% 4.93% 5.40% 6.36% 7. Angkutan & Komunikasi 6.49% 9.44% 5.61% 4.91% 5.44% 6.45% 8.07% 8.14% 5.40% 6.71% 9.83% 8. Keuangan, Persewaan & Jasa Perusahaan 6.96% 7.35% 7.29% 5.50% 5.28% 8.18% 7.17% 5.02% 2.78% 5.01% 5.88% 9. Jasa - jasa 8.20% 9.85% 6.79% 7.62% 5.76% 4.58% 8.54% 7.05% 4.85% 1.23% 7.62%

PDRB 6.67% 5.43% 5.87% 5.29% 4.48% 6.73% 6.70% 6.37% 4.76% 4.53% 4.45%

(27)

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat

Triwulan III 2014 13

1.3.1 Sektor Pertanian

Tabel 1.7Pertumbuhan PDRB Sektor Pertanian (yoy)

Sumber : BPS Prov. Kalbar, diolah

Pada triwulan III 2014, sektor pertanian mengalami kontraksi mencapai 1,42% (yoy), sementara pada triwulan sebelumya sektor pertanian pun hanya mampu tumbuh 0,18% (yoy). Kontraksi tersebut terutama dipengaruhi kontraksi pada subsektor tanaman bahan makanan (tabama) dan subsektor tanaman perkebunan.Sementara subsektor lainnya yang mengalami kontraksi adalah subsektor kehutanan.

Kinerja subsektor tabama pada periode laporan menunjukkan kontraksi 0,58% (yoy), relatif tidak sedalam triwulan sebelumnya dimana subsektor tabama mengalami kontraksi mencapai 10,76% (yoy). Kontraksi tersebut antara lain diindikasikan oleh luas panen padi yang pada triwulan laporan tercatat sebesar 57,98 ribu Ha, atau mengalami kontraksi 26,25% (yoy). Rendahnya luas panen tersebut antara lain dipengaruhi oleh kondisi cuaca kering yang tidak mendukung pertumbuhan tanaman padi sehingga menyebabkan gagal panen di beberapa daerah Kalimantan Barat. Beberapa daerah, antara lain Kabupaten Sambas dan Singkawang, mengalami gagal panen akibat tidak tersedianya sumber air yang memadai di tengah cuaca panas yang berkepanjangan. Sementara itu,

Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3

PERTANIAN 4.82% 0.96% 5.28% 4.06% 2.84% 11.39% 8.45% 7.76% 4.10% 0.18% -1.42%

a. Tanaman Bahan Makanan 5.86% -8.34% 6.33% 1.18% -0.08% 26.14% 9.58% 12.80% 3.48% -10.76% -0.58% b. Tanaman Perkebunan 5.12% 7.08% 5.09% 7.46% 9.01% 7.35% 11.38% 5.53% 5.93% 7.16% -5.08% c. Peternakan dan Hasil-hasilnya 3.73% 4.49% 5.14% 4.03% -0.41% 3.47% 3.36% 4.97% 5.38% 5.77% 6.09% d. Kehutanan -2.21% 1.15% 1.21% 1.53% -0.20% -2.55% -3.24% -0.95% -0.93% -1.67% -2.86% e. Perikanan 2.29% 2.44% 4.20% 4.21% 2.05% 1.94% 3.56% 2.72% 1.03% 2.81% 3.22%

Sektor 2012 2013 2014

Sumber : Data BPS Prov. Kalbar, diolah

Grafik 1. 6 Kontribusi Terhadap Pertumbuhan

Sumber : Data BPS Prov. Kalbar, diolah

Grafik 1. 7 Pangsa Tiap Sektor Terhadap PDRB -0.34% 0.12% 0.22% 0.02% 0.80% 1.37% 0.97% 0.34% 0.94% Pertanian Pertambangan Industri LGA Bangunan PHR Angkutan Keuangan Jasa Pertanian 22.68% Pertambangan 1.77% Industri 15.15% LGA 0.41% Bangunan 9.12% PHR 21.98% Angkutan & Komunikasi 10.40% Keuangan 5.78% Jasa - jasa 12.72% Lainnya, 36.08%

(28)

cuaca panas juga mempengaruhi populasi hama belalang di Ketapang yang menyebabkan gagal panen di daerah tersebut.

Sumber : Distan Prov. Kalbar, diolah

Grafik 1. 8 Luas Panen Padi

Sumber : BMKG Supadio Pontianak, diolah

Grafik 1. 9 Curah Hujan

Sementara itu, subsektor tanaman perkebunan menunjukkan kontraksi sebesar 5,08% (yoy) pada triwulan III 2014, meskipun mampu tumbuh mencapai 7,16% (yoy) pada triwulan sebelumnya. Kontraksi tersebut antara lain dipengaruhi oleh kinerja subsektor perkebunan kelapa sawit, dimana produksi tandan buah segar (TBS) tercatat sebesar 1,23 juta ton, atau tumbuh melambat sebesar 38,85% (yoy) dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh cukup tinggi sebesar 61,45% (yoy). Cuaca kering berdampak pada penurunan

produktivitas tanaman sawit di beberapa perusahaan sawit terbesar di Kalimantan Barat pada triwulan laporan. Dari sisi harga, pergerakan harga TBS juga penurunan cukup besar, dimana pada triwulan laporan harga rata-rata TBS tercatat pada level Rp1.591/kg, lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat pada level Rp1.757/kg.

Di sisi lain, produksi tanaman karet terusmengalami penurunan akibat rendahnya aktivitas petani menoreh getah karet. Rendahnya aktivitas petani tersebut antara lain dipengaruhi oleh kurang bergairahnya petani akibat harga karet yang belum berangsur membaik. Harga karet di tingkat petani terus menurun berada pada kisaran Rp5.000 Rp6.000 per kg pada periode laporan. Di tingkat

-80% -60% -40% -20% 0% 20% 40% 60% 80% -50,000 100,000 150,000 200,000 250,000 300,000 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 2012 2013 2014 H e k ta r Luas Panen Pertumbuhan-yoy (RHS) 0 100 200 300 400 500 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 2012 2013 2014 mm

Sumber : Disbun Prov. Kalbar, diolah

Grafik 1. 10 Produksi Tandan Buah Segar Sawit

-30% -20% -10% 0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% -200,000 400,000 600,000 800,000 1,000,000 1,200,000 1,400,000 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 2012 2013 2014 T o n

(29)

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat

Triwulan III 2014 15

internasional, harga karet masih menunjukkan tren penurunan. Pada triwulan laporan, harga internasional karet tercatat pada level 219,56USD cent/kg, lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat di level 237,02 USD cent/kg. Selain itu, berdasarkan informasi pelaku usaha, penurunan produksi karet antara lain dipengaruhi oleh semakin banyaknya konversi lahan perkebunan karet menjadi lahan perkebunan sawit, serta rendahnya produktivitas tanaman karet akibat usia tanaman yang sudah tua. Menyikapi hal tersebut, kiranya peran pemerintah dapat lebih dioptimalkan, misalnya dalam pemberian bantuan baik berupa bibit unggul maupun tenaga penyuluh perkebunan yang dapat membina petani dalam peremajaan dan perawatan tanaman karet.

1.3.2 Sektor Perdagangan, Hotel dan Restoran

Pada triwulan III 2014, sektor perdagangan, hotel dan restoran tumbuh 6,36% (yoy), atau menunjukkan peningkatan dibandingkan triwulan sebelumnya sebesar 5,40% (yoy). Berdasarkan subsektornya, akselerasi kinerja terjadi terutama pada subsektor perdagangan dan restoran, sementara subsektor hotel menunjukkan perlambatan.

Kinerja subsektor perdagangan tumbuh 6,39% (yoy), atau lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 5,40% (yoy). Peningkatan tersebut tercermin dari peningkatan volume petikemas melalui pelabuhan Kota Pontianak. Impor dan bongkar petikemas pada triwulan laporan tercatat mencapai 451,74 ribu ton atau tumbuh meningkat 37,01% (yoy) dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 32,10% (yoy). Peningkatan kinerja subsektor perdagangan antara lain didorong oleh peningkatan konsumsi masyarakat pada

triwulan laporan terutama seiring dengan penyelenggaraan Pemilihan Umum Presiden pada awal triwulan serta kegiatan perayaan masyarakat, yaitu Idul Fitri dan Sembahyang Kubur.

Sumber : PT. Pelindo II Cab. Pontianak, diolah Grafik 1. 11 Volume Petikemas

0 100000 200000 300000 400000 500000 600000 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 2012 2013 2014 Ton

(30)

Sementara itu, subsektor restoran juga menunjukkan kinerja yang meningkat, dimana pada triwulan laporan tumbuh 5,84% (yoy), atau lebih tinggi dibandingkan triwulan II 2014 yang tumbuh 5,19% (yoy). Peningkatan pertumbuhan tersebut antara lain diindikasikan oleh peningkatan pertumbuhan perolehan pajak restoran oleh Pemerintah Kota Pontianak, yang tercatat mencapai Rp8,82 miliar atau tumbuh 15,78% (yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 12,10% (yoy). Akselerasi pada subsektor restoran antara lain didorong oleh peningkatan konsumsi masyarakat seiring dengan kegiatan perayaan pada triwulan laporan.

Sumber: BPS Prov. Kalimantan Barat

Grafik 1. 13 Perkembangan Jumlah Wisatawan Mancanegara

Sumber : BPS Provinsi Kalbar, diolah

Grafik 1. 14 Tingkat Hunian Hotel

Di sisi lain, subsektor hotel menunjukkan perlambatan kinerja, dimana pada triwulan laporan hotel tumbuh 5,12% (yoy), lebih rendah dibandingkan pada triwulan II 2014 dimana hotel tumbuh 6,35% (yoy). Perlambatan tersebut antara lain terjadi seiring dengan perlambatan yang terjadi pada kunjungan wisatawan ke Kalimantan Barat yang mengalami kontraksi pertumbuhan sebesar 3,47% (yoy), dibandingkan triwulan sebelumnya yang cenderung tumbuh stabil 0,60% (yoy). Perlambatan pada subsektor hotel tercermin pada penurunan rata-rata tingkat hunian hotel di Kalimantan Barat pada triwulan III 2014 sebesar 49,28%, lebih rendah dibandingakn triwulan II 2014 sebesar 51,58% (yoy). -15% -10% -5% 0% 5% 10% 15% 20% -2,000 4,000 6,000 8,000 10,000 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 2012 2013 2014

Orang Jumlah Wisman

Pertumbuhan (% yoy) 0 10 20 30 40 50 60 70 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 2012 2013 2014 %

Sumber : Dinas Pendapatan Daerah Kota Pontianak Grafik 1. 12 Perolehan Pajak Restoran

0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% -1,000 2,000 3,000 4,000 5,000 6,000 7,000 8,000 9,000 10,000 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 2012 2013 2014 Pajak Restoran Pertumbuhan-RHS (yoy)

(31)

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat

Triwulan III 2014 17

1.3.3 Sektor Angkutan dan Komunikasi

Pada triwulan III 2014, kinerja sektor angkutan dan komunikasi mengalami akselerasi cukup tinggi sebesar 9,83% (yoy), dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 6,71% (yoy). Akselerasi terjadi baik pada subsektor angkutan maupun subsektor komunikasi. Subsektor angkutan tercatat tumbuh 6,14% (yoy) atau mengalami akselerasi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 3,34% (yoy). Peningkatan pertumbuhan tersebut antara lain diindikasikan dengan meningkatnya mobilitas penumpang di Kalimantan Barat pada triwulan laporan seiring dengan perayaan Idul Fitri dan Sembahyang Kubur. Jumlah penumpang yang berangkat dari Kalimantan Barat pada triwulan III 2014 tercatat mencapai 359,29 ribu orang atau tumbuh 1,04% (yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang mengalami kontraksi mencapai 5,42% (yoy). Peningkatan jumlah penumpang terutama terjadi pada penumpang dengan moda transportasi udara yang tercatat tumbuh 7,97% (yoy) mencapai 323,10 ribu penumpang, dibandingkan triwulan sebelumnya yang mengalami penurunan pertumbuhan jumlah penumpang sebesar 1,01% (yoy).

1.3.4 Sektor Industri Pengolahan

Kinerja sektor industri pengolahan Kalimantan Barat pada triwulan III 2014 tumbuh 1,42% (yoy), atau mengalami perlambatan dibandingkan triwulan sebelumnya dimana sektor tersebut mampu tumbuh mencapai 6,59% (yoy). Perlambatan tersebut terutama dipengaruhi oleh perlambatan kinerja pada subsektor industri utama di Kalimantan Barat, yaitu industri pengolahan minyak kelapa sawit (CPO) dan industri pengolahan karet.Sementara itu, belum beroperasinya smelter secara komersil juga cenderung menahan pertumbuhan sektor industri pengolahan di Kalimantan Barat. Pada triwulan III 2014, perkembangan industri CPO mengalami perlambatan, yang diindikasikan oleh melambatnya pertumbuhan produksi CPO yang tercatat mencapai 268,04 ribu ton atau tumbuh 40,63% (yoy), lebih lambat dibandingkan triwulan sebelumnya yang mampu tumbuh 64,81% (yoy). Perlambatan produksi tersebut dipengaruhi oleh penurunan bahan baku seiring dengan turunnya produksi TBS di Kalimantan Barat. Sementara itu, dari sisi permintaan, permintaan dari Tiongkok masih belum pulih akibat kondisi perekonomian negara tersebut yang masih terindikasi melemah, namun demikian permintaan impor dari India relatif meningkat.Pada sisi pasar domestik, pemerintah meyakini bahwa program mandatori biodiesel 10% yang akan diterapkan

Sumber:PT. Pelindo II Cab. Pontianak BPS Prov. Kalimantan Barat

Grafik 1. 15 Perkembangan Jumlah Penumpang

-50,000 100,000 150,000 200,000 250,000 300,000 350,000 400,000 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 2012 2013 2014 Orang Pesawat Kapal

(32)

pada kuartal terakhir 2014 akan mendorong peralihan dari bahan baku tujuan ekspor menjadi CPO untuk memenuhi pasokan dalam negeri.

Dari sisi harga, harga komoditas CPO internasional tercatat terus mengalami pelemahan, dimana pada triwulan III 2014, harga CPO tercatat pada level 692,93 USD/metric ton atau menurun dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat pada level 796,50 USD/metric ton. Seiring dengan hal tersebut, harga rata-rata CPO di Kalimantan Barat juga menunjukkan penurunan dimana pada triwulan laporan tercatat sebesar Rp7.974/kg, sementara pada triwulan II 2014 berada pada level Rp8.586/kg. Tekanan harga CPO di level internasional dipengaruhi oleh kenaikan persediaan CPO di Malaysia diiringi dengan kebijakan pengetatan pembiayaan terhadap perdagangan komoditi di Tiongkok. Selain itu, tingginya produksi minyak biji-bijian dan minyak kelapa sampai beberapa waktu yang akan datang, antara lain seiring dengan puncak produksi minyak kedelai di Amerika Serikat, turut memberikan tekanan pada harga CPO.

Sumber : Dinas Perkebunan Kalbar, diolah

Grafik 1. 16 Produksi CPO Kalimantan Barat

Sumber : Bloomberg

Grafik 1. 17 Harga Internasional Karet dan CPO

Sementara itu, kinerja sektor industri karet masih belum menunjukkan pemulihan. Hal tersebut diindikasikan oleh produksi karet pada triwulan laporan yang tercatat sebesar 44,37 ribu ton atau mengalami kontraksi lebih dalam dibandingkan triwulan sebelumnya, yaitu 17,12% (yoy). Kontraksi tersebut selain dipengaruhi oleh relatif rendahnya produksi karet pada periode laporan, juga dipengaruhi oleh pertumbuhan permintaan yang terbatas seiring dengan potensi pelemahan ekonomi Tiongkok dan tingginya stok karet di negara tersebut.

-30% -20% -10% 0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% -50,000 100,000 150,000 200,000 250,000 300,000 350,000 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 2012 2013 2014 Produksi (ton) gProduksi-RHS (yoy)

0 50 100 150 200 250 300 350 400 450 0 200 400 600 800 1000 1200 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 2012 2013 2014 USD cent/kg USD/metric ton CPO Karet

(33)

Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional Provinsi Kalimantan Barat

Triwulan III 2014 19

Dari sisi harga, harga internasional karet pada triwulan laporan tercatat pada level 219,56 USD Cent/kg, lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya dimana harga internasional karet tercatat sebesar 237,02 USD Cent/kg. Koreksi harga karet dipengaruhi oleh masih lemahnya permintaan sementara pasokan karet tercatat tinggi.Berdasarkan informasi pelaku usaha, pasokan karet di Qingdao (daerah penyimpanan stok karet di Tiongkok) mengalami oversupply seiring dengan tingginya produksi dari beberapa negara di Asia Tenggara, khususnya Vietnam dan Kamboja. Harga komoditas diperkirakan akan mengalami tekanan lebih lanjut seiring dengan potensi kenaikan suku bunga Amerika Serikat. Sejumlah perusahaan di industri pengolahan karet Kalimantan Barat menempuh strategi menahan ekspor menunggu peningkatan harga karet.

Belum optimalnya kinerja sektor industri pengolahan karet juga dipengaruhi oleh adanya regulasi pemerintah yang berdampak pada meningkatnya biaya produksi perusahaan.Selain itu, persaingan usaha yang semakin ketat seiring dengan adanya kemudahan pemberian izin, juga berpengaruh terhadap kinerja industri tersebut.

1.3.5 Sektor Lainnya

Pada triwulan III 2014, kinerja sektor jasa menunjukkan akselerasi yang cukup tinggi, dimana sektor jasa tumbuh 7,62% (yoy), atau lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tercatat sebesar 1,23% (yoy). Peningkatan pertumbuhan pada sektor jasa antara lain ditandai dengan perolehan pajak reklame dan hiburan di Kota Pontianak yang mencapai Rp5,05 miliar atau tumbuh 18,42% (yoy), lebih tinggi dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 5,45% (yoy). Peningkatan tersebut antara lain didorong oleh penyelenggaraan beberapa kegiatan perayaan masyarakat pada triwulan laporan, termasuk Idul Fitri, Sembahyang Kubur dan Pemilihan Umum Presiden.

Sumber : Gapkindo Prov. Kalbar

Grafik 1. 18 Produksi Karet Kalimantan Barat

Sumber : Dinas Pendapatan Daerah Kota Pontianak

Grafik 1. 19 Perolehan Pajak Hiburan

-40% -20% 0% 20% 40% -10,000 20,000 30,000 40,000 50,000 60,000 70,000 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 2012 2013 2014

Ton Volume gVolume-RHS (yoy)

0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% 70% 80% -1,000 2,000 3,000 4,000 5,000 6,000 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 2012 2013 2014

Rp juta Pajak Hiburan dan Reklame Pertumbuhan-RHS (yoy)

(34)

Di sisi lain, kinerja sektor konstruksi di Kalimantan Barat pada triwulan laporan tercatat tumbuh 9,23% (yoy), atau relatif melambat dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 11,60% (yoy). Perlambatan tersebut antara lain diindikasikan oleh perlambatan penyaluran semen di Kalimantan Barat, dimana pada triwulan III 2014 tercatat sebesar 245,58 ribu ton atau tumbuh 15,29% (yoy), lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang tumbuh 26,80% (yoy). Perlambatan juga diindikasikan oleh melambatnya penyaluran kredit ke sektor konstruksi sebesar 6,99% (yoy) , lebih rendah dibandingkan triwulan sebelumnya yang mampu tumbuh 14,31% (yoy).

Sumber : Asosiasi Semen Indonesia

Grafik 1. 20 Pengadaan Semen di Kalimantan Barat

Sumber : LBU Bank Indonesia

Grafik 1. 21 Penyaluran Kredit Sektor Konstruksi Kalimantan Barat -20% 0% 20% 40% 60% 80% -50,000 100,000 150,000 200,000 250,000 300,000 350,000 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 2012 2013 2014 T on Volume Pertumbuhan (yoy) 0% 10% 20% 30% 40% 50% 60% -100 200 300 400 500 600 700 800 900 1,000 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 Q4 Q1 Q2 Q3 2012 2013 2014 % M il ia r Rp Kredit Konstruksi Pertumbuhan (yoy)

Gambar

Tabel 1.1 PDRB Penggunaan Provinsi Kalimantan Barat (miliar Rp)
Tabel 1.5 Nominal Impor Kalimantan Barat Berdasarkan HS2 (ribu USD)
Grafik 1. 8 Luas Panen Padi
Grafik 1. 16 Produksi CPO Kalimantan Barat
+7

Referensi

Dokumen terkait

Oksidasi merupakan reaksi yang paling penting pada korosi temperatur tinggi, membentuk lapisan oksida yang dapat menahan serangan dari peristiwa korosi yang lain

Keabsahan data yang digunakan dalam penelitian ini terkait dengan judul “Reformasi Birokrasi Pemerintahan Daerah Istimewa Yogyakarta Sebagai. Implikasi Budaya Politik

Kemajuan ekonomi yang didorong oleh informasi dan pengetahuan telah menyebabkan meningkatnya perhatian terhadap intellectual capital (Stewart, 1997; Thuroe, 1999; Petty and

Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan, pada di atas dapat dilihat bahwa responden memberikan nilai tertinggi pada pernyataan nomor satu dengan nilai sebesar 119 dengan

(ii) To find out the problems in The Implementation of English Day faced by second, fourth, sixth and eighth semester students of English Education

Hasil analisis Kerapatan jenis, Kerapatan relatif, Frekuensi jenis, Frekuensi relatif, Penutupan jenis, Penutupan relatif dan Indeks Nilai Penting mangrove tingkat semai

Malu, jadi harus siapin mental dan yakin kalo si cowok nggak berpikir negatif tentang aku 2 Subyek malu menceritakan keadaan keluarganya kepada pacarnya Kapan sih

Dampak positif yang dihasilkan dari kebijakan pemerintah dalam menetapkan Singaparna sebagai ibukota kabupaten Tasikmalaya terhadap ekonomi politik masyarakat Singaparna