• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

E. Hipotesis

Berdasarkan rumusan masalah yang telah diuraikan terlebih dahulu, maka penulis mengajukan hipotesis ” Diduga bahwa penyebab terjadinya Kredit Macet (NPL) adalah kurangnya pengawasan dan pengendalian kredit pada PT. Bank Rakyat Indonesia Unit Mataere Kabupaten Jeneponto.

29

BAB III

METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian

Dalam penelitian ini, pada PT. Bank Rakyat Indonesia Unit Mataere Kabupaten Jeneponto, beralamat di Jalan Sungai Kelara. Adapun waktu penelitian kurang lebih 2 (dua) bulan.

B. Jenis dan Sumber Data 1. Jenis Data

a. Deskriptif Kualitatif, analisis yang dilakukan terhadap data-data yang non angka seperti hasil wawancara, atau catatan laporan bacaan dan buku-buku, artikel. Data-data ini akan digunakan untuk pengembangan analisis itu sendiri. Pada dasarnya kegunaan data tersebut adalah sebagai dasar objektif dalam proses pembuatan keputusan-keputusan atau kebijaksanaan-kebijaksanaan dalam rangka memecahkan persoalan yang ada.

2. Sumber Data

a. Data Primer, yaitu data yang diperoleh langsung dari hasil observasi dan wawancara langsung dengan pihak yang berwenang.

b. Data sekunder, yaitu data yang diperoleh dari dokumen-dokumen dan bahan tertulis, baik yang berasal dari dalam perusahaan maupun dari luar perusahaan yang berhubungan dengan masalah yang akan di bahas.

30

C. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah:

a. Penelitian lapangan

Penelitian lapangan (field research) yaitu penelitian yang dilakukan dengan mengadakan pengamatan langsung terhadap objek penelitian untuk mendapatkan data yang sesuai dengan pembahasan dalam laporan ini, dengan cara :

1. Kuisioner merupakan suatu lembar isian yang di dalamnya berisi pertanyaan-pertanyaan yang harus di jawab oleh responden yang berhubungan dengan peneliti.

2. Observasi yaitu teknik pengumpulan data dengan jalan mengadakan pengamatan langsung pada objek penelitian.

3. Wawancara yaitu teknik pengumpulan data dengan cara melakukan wawancara secara langsung dengan staf yang dijadikan responden yang dapat memberikan keterangan sehubung dengan masalah yang dibahas.

b. Studi Kepustakaan

Suatu teknik pengumpulan data dengan cara mengumpulkan dokumen-dokumen, buku-buku, dan bahan pustaka lainnya yang berkaitan dengan pembahasan penelitian.

31

D. Populasi dan Sampel

Populasi dari penelitian ini adalah seluruh karyawan PT. Bank Rakyat Indonesia Unit Mataere bagian analisis kredit (Mantri) sebanyak 5 (lima) orang karyawan.

E. Metode Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah teknik analisis model interaktif (interactive model of analysis). Langkah-langkah analisis model tersebut diuraikan sebagai berikut:

a. Pengumpulan Data

Langkah pengumpulan data ini sesuai dengan teknik pengumpulan data yang telah diuraikan di atas, yang terdiri dari wawancara dan studi kepustakaan.

b. Reduksi Data

Reduksi data merupakan proses penyeleksian, pemfokusan, penyederhanaan, dan abstraksi data yang diperoleh dari data yang kasar yang dimuat dicatatan tertulis.

c. Penyajian Data

Sajian data berupa rangkaian informasi yang tersusun dalam kesatuan bentuk narasi yang memungkinkan untuk dapat ditarik suatu kesimpulan dari penelitian yang dilakukan.

32

d. Verifikasi data

Penarikan kesimpulan adalah suatu kegiatan yang dilakukan oleh peneliti yang perlu untuk diverifikasi, berupa suatu pengulangan dari tahap pengumpulan data yang terdahulu dan dilakukan secara lebih teliti setelah data tersaji. Hal ini merupakan tahap akhir dari suatu penelitian.

33

BAB IV

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN A. Gambaran Umum Perusahaan

1. Sejarah Singkat PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk.

Pada tanggal 16 Desember 1875, Raden Wiriatmaja dan kawab-kawan mendirikan “De Poerwokerto Hulp-en Spaarbank Der Islandshe Hoofden”

(Bank penolong dan tabungan bagi priyayi poerwokerto) atau disingkat menjadi bank priyayi poerwokerto dengtan akte otentik dibuat oleh E. Siendbrgh peside.

Tahun 1986 W.P.D.D Wolf Van Westerrode Asisten Residen yang menggatikan E. Siendbrgh bersama AL Schieff mendirikan “De Poerwokerto Hulp-en Spaarbank Der Islandshe Hoofden”.

Pada tahun 1898 dengan bantuan dari pemerintah belanda didirikan Volksbanken atau Bank Rakyat. Daerah kerjanya meliputi wilayah administrasi kabupaten atau Afdeling, sehingga Volksbanken disebut pula sebagai Afdeling Bank.

Tenyata Volksbanken saat ini mengalami kesulitan, sehingga pemerintah Hindia Belanda turut campur tangan dalam perkreditan rakyat, dengan mendirikan Diens der Volkscredietwesen (Dinas Perkreditan Rakyat) pada tahun 1904 yang membantu Volksbanken secara immaterial dengan tambahan modal bimbingan dan pengawasan dengan demikian perkreditan rakyat sejak tahun 1904 menjadi Engeringzorg (Tugas Pemerintah).

34

Pada tahun 1912 pemerintah Hindia Belanda mendirikan lembaga berbadan hokum dengan nama Cebtrale Kas yang berfungsi sebagai Bank Sentral, volkbanken tidak dapat berjalan dengan baik. Untuk mengatasi kesulitan tersebut maka pada tahun 1934 didirikan Algemeene Volksbanken Bank (AVB) yang berstastus berbadan hokum eropa, modal pertama berasal dari Likuidasi Centrale Kas di tambah dengan kekayaan bersih dari Volksbanken.

Pada jaman kedudukan jepang AVB di pulau jawa diganti namanya menjadi Syoomin Ginko (Bank Rakyat) berdasarkan Undang-undang Nomor 30 Tanggal 3 Oktober 1942.

Dengan surat Keputusan Mentri Kemakmuran RIS tanggal 6 Maret 1959, direksi Bank Rakyat Indonesia dari Negara bagian RI 1945 dipindahkan dari Yogyakarta ke Jakarta Direksi BARRIS, akan tetapi surat keputusan tersebut mendapat protes dari federalis sebab secara nyata kantor besar BARRIS belum ada sehingga Mentri Kemakmuran RIS meralatnya denganmenamakan direksi baru itu dengan nama Direksi AVB/Bank Rakyat.

Setelah proklamasi kemerdekaan RI tanggal 17 Agustus 1945 dengan peraturan pemerintah nomor 1 tahun 1946, maka ditetapkan berdirinya Bank Rakyat Indonesia sebagai bank pemerintah yang semula berturut-turut bernama Algemeene Volkscrediet Bank AVB dan Syoomin Ginko.

Meskipun pada tanggal 17 Agustus 1950 Negara RIS dengan UNDS 1959 negara RI dijadikan Negara kesatuaan, akan tetapi Algemeene Volkscrediet Bank baru dibubarkan pada tanggal 29 Agustus 1951 menjadi bank menengah.

35

Dengan dikeluarkan Dekrit Presiden yang menyatakan kembali kepada UUD 1945 maka peraturan pemerintah pengganti Undang-undang (PERPU) Nomor 41 tahun 1960 dibentuk Bank Koperasi, Tani dan Nelayan yang disingkat BKTN. Dalam Bank itu berturut-turut dilebur dan di integrasikan menjadi :

1. BRI berdasarkan PERPU Nomor 43 tahun 1960 tanggal 26 Oktober 1960.

2. PT. Bank Tani Nleayan berdasarkan PERPU Nomor 43 tahun 1960 tanggal 26 Oktober 1960.

3. Nedelandsche Hendej Mij (NMH) yang dinasionalkan berdasarkan peraturan mentri keuangan Nomor 261-161/PUM II tanggal 30 November 1960 diserahakan kepada BKTN.

Ketika penpres tersebut baru berjalan satu bulan keluarlah Penpres Nomor 17 Tahun 1965 tentang pembentukan Bank Tunggal dengan nama Bank Negara Indonesia Urusan Koperasi, Tani dan Nelayan (ex. BKTN) diintegrasikan dengan nama Bank Negara Indonesia Unit II.Selanjutnya Bank Negara Indonesia Unit II (ex.Pelabuhan Bank Rakyat Indonesia dan Bank Tani dan Nelayan) dalam sehari-hari bekerja dengan nama Bank Negara Indonesia Unit II bidang Ekstrim.

36

Berdasarkan UU No. 7/1992 tentang perbankan dan Kep Menkeu No.Kep 603/M/IV/12/1962 pada tanggal 25 Maret 1992 dan pada pasal 21 ayat UU No.7 tahun 1992 tersebut maka suatu bank umum di Indonesia harus berbentuk Badan Hukum yang ada di bawah ini :

1. Perusahaan Perseorangan

2. Perusahaan Daerah

3. Koperasi

4. Perusahaan Terbatas

Sehubung dengan hal itu BRI sebagai Bank Umum baru menyesuaikan bentuk hukumnya menurut Undang-undang Perbankan yang baru tersebut.

Sebagai dasar peralihan bentuk badan hokum tersebut adalah PERPU No.31 tahun 1992 tentang penyesuaian bentuk badan hukum menjadi perusahaan perseroan (Persero) dimana peralihan bentuk hokum menjadi persero ini tidak berubah statusnya sebagai Badan Usaha Milik Negara.

Pelaksanaan pendirian persero telah dilaksanakan dengan akte Notaris No.133 pada tanggal 31 Juli 1992 yang dibuat oleh dan dihadapan Muhami Salim SH, Notaris Jakarta.

Sesuai dengan Mentri Keuangan RI No. S 940/MK.01 1992 tertanggal 31 Juli 1992 penyesuaian berbentuk hukum tersebut tiddak didahului dengan cara membubarkan BRI (bentuk badan sesuai hukum lama). Selanjutnya sebutan Bank 37

Rakyat Indonesia (persero) Tbk dan ini berlaku bagi cabang-cabang yang berdiri.

Anggaran dasar beserta perubahan-perubahannya yang terakhir telah diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia tertanggal 4 November 2003 No. 88 Tambahan Berita Negara Indonesia No.11053.

2. Visi dan Misi PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk.

a. Visi

Visi PT. Bank Rakyat Indonesia (BRI) adalah bank terkemuka dan terbuka yang selalu mengutamakan kepuasaan semua para nasabah yang ada diseluruh Indonesia agar selalu mempercayai Bank Rakyat Indonesia sebagai Bank terbaik di Indonesia ini.

b. Misi

1. BRI melakukan kegiatan perbankan yang terbaik dengan memprioritaskan pelayanan kepada Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM), untuk menunjang perekonomian di Negara Indonesia.

2. BRI memberikan pelayanan prima kepada para nasabahnya melalui jaringan kerja luas dan didukung sumber daya manusia (SDM) yang professional dan ahli dengan melakukan banyak praktek tata kelola perusahaan yang baik (Good Corporate Governance).

3. BRI selalu memberikan keuntungan dan manfaat seoptimal mungkin kepada para berbagai pihak yang berkepentingan atau kepada para nasabah.

38

3. Struktur Organisasi PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk.

Manfaat struktur organisasi adalah mempermudah proses pencapaian tujuan dari suatu lembaga, dalam hal ini bank atau perusahaan pada umumnya dan PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) pada khususnya. Dengan adanya struktur organisasi ini dapat diketahui asal kesalahan atau penyimpangan didalam suatu proses kegiatan.

Bagan Struktur Organisasi Unit PT. BRI

Kepala Unit

Gambar 1.2 Struktur Unit PT. BRI Job Description masing-masing bagian adalah sebagai berikut : a. Kepala Unit (KAUNIT) mempunyai tugas :

1. Membawahi mentri-mentri, deksman, dan teller.

2. Melaksanakan prosedur kredit

3. Mendiskusikan rapat kerja anggaran dengan unit bisnis manajerial dan menegosiasikan dengan pimpinan cabang.

4. Mengoptimalkan kinerja BRI unit

5. Berperan secara aktif dalam strategi pengembangan bisnis serta menjalin hubungan profesioanal dengan debitur dan dana dari masyarakat terkait

39

6. Menyampaikan masalah-masalah yang timbul berkaitan dengan kredit kepada atasanya

7. Bertanggung jawab atas kebenaran analisis kredit yang akann diputuskan pimpinan cabang dan memutuskan kredit sesuai wewenangnya

b. Mantri mempunyai tugas :

1. Melaksanakan prosedur kredit di unit kerjanya

2. Mempelajari dan melakukan analisis terhadap potensi ekonomi di wilayah kerjanya

3. Mempersiapkan dan melaksanakan rencana bisnis prioritas terhadap debitur dan menetapkan prioritas pembinaan atas debitur yang dikelolanya.

4. Bertindak sebagai pemrakarsa / penganalisa dan atau perekomendasi untuk setiap permohonan kredit

5. Melaporkan situasi dan kondisi bisnis debitur baik yang masih lancar maupun memburuk serta memberikan usul, saran, pemecahan atau penanggulangannya (RTL) dan menindak lanjuti RTL yang sudah di putuskan ka.unit

c. Deksman (consumer service) mempunyai tugas :

1. Menata usaha register-register yang berkaitan dengan pemberian kredit 2. Menata usaha register pembrantasan tunggakan

3. Memberikan pelayanan administrasi kepada nasabah atau calon nasabah pinjaman dengan sebaik-baiknya.

40

d. Teller mempunyai tugas :

1. Menerima uang setoran dari nasabah dan mencocokkan dengan tanda setorannya

2. Membayar uang kepada nasabah yang berhak 3. Meneliti kesahan bukti kas yang diterima

41

BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskriptif Data Hasil Penelitian 1. Karakteristik Responden

Dalam melakukan penelitian ini, penulis menyebar kuisioner kepada 5 orang responden di lingkungan PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk Unit Mataere Kabupaten jeneponto bagian mantri. Kuisioner ini terdiri dari dua bagian.

Yang pertama mengenai sebab-sebab kemacetan kredit dari pihak intern bank dan yang kedua mengenai sebab-sebab kemacetan kredit dari pihak nasabah. Untuk menjelaskan mengenai responden dalam penelitian ini, berikut akan di uraikan data dari responden berdasarkan jenis kelamin, usia dan masa kerja setiap responden. Adapun data yang penulis peroleh mengenai responden adalah sebagai berikut :

Tabel 2.1

Responden Berdasarkan Jenis Kelamin

Berdasarkan tabel 2.1 di atas, dari 5 orang responden yang menjadi objek penelitian, terlihat bahwa 5 orang responden berjenis kelamin Pria (100%) dan tidak ada yang berjenis kelamin wanita (0%).

JENIS

KELAMIN JUMLAH PERSENTASE

Pria 5 100%

Wanita 0 0%

Total 5 100%

42

Tabel 2.2

Responden Berdasarkan Usia USIA (TAHUN) JUMLAH PERSENTASE

25-29 3 60%

30-35 2 40%

Total 5 100%

Berdasarkan table 2.2 diatas, sebagian besar responden berusia antara 25- 34 tahun. Dimana pada tingkat ini biasanya karyawan berada pada tingkat yang produktif, memiliki semangat kerja yang tinggi dan teliti dalam bekerja.

Kemudian terdapat juga karyawan yang berusia antara 35-44 tahun, pada tingkat ini karyawan memiliki imu dan informasi yang cukup banyak dalam bidang perkreditan dan pengendalian intern perkreditan.

Hal ini berarti terdapat suatu hubungan yang saling melengkapi antara karyawan yang produktif , dan karyawan yang memiliki ilmu pengetahuan dan informasi tentang perkreditan.

Tabel 2.3

Responden Bedasarkan Masa Kerja MASA KERJA

(TAHUN) JUMLAH PERSENTASE

1 - 5 thn 4 80% telah memiliki pengalaman kerja yang terbilang cukup, sehingga responden telah mengetahui seluk-beluk perusahaan.

43

B. Analisis Data Penelitian a. Pengumpulan data 1. Rekapitulasi Responden

Rekapitulasi jawaban responden terhadap sebab-sebab kemacetan kredit terbagi atas dua yaitu:

1. Dari hasil penyebaran kuesioner diperoleh persepsi responden dalam Sebab-sebab kemacetan kredit dari faktor intern bank pada tabel berikut :

Tabel 2.4

Rekapitulasi sebab kemacetan kredit dari faktor intern

Sumber Data : Data Primer yang Diolah, 2014

Berdasarkan tabel tersebut dapat diketahui bahwa sebagian besar Responden sejumlah 16 responden (50%) mempersepsikan bahwa penyebab kemacetan kredit di sebabkan dari faktor intern bank. Sedangkan sejumlah 5 responden (16%) mempersepsikan sangat setuju, 1 responden (4%) mempersepsikan netral dan 1 responden (4%) mempersepsikan tidak setuju dan 3 responden mempresepsikan sangat tidak setuju . Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa persepsi kemacetan kredit dari faktor intern bank adalah sesuai dengan persentase 16 responden (50%). Artinya bahwa pengendalian dan pengawasan dari pihak bank terhadap perkreditan kurang memadai.

PERSEPSI EFEKTIFITAS PERSENTASE(%)

Sangat Setuju 5 16

2. Dari hasil penyebaran kuesioner diperoleh persepsi responden terhadap sebab-sebab kemacetan kredit dari pihak nasabah pada PT. Bank Rakyat Indonesia Unit Mataere Kabupaten Jeneponto yaitu :

Tabel 2.5

Rekapitulasi sebab kemacetan kredit dari pihak nasabah

Sumber Data : Data Primer yang Diolah, 2014

Berdasarkan tabel tersebut dapat diketahui bahwa sebagian besar responden sejumlah 13 responden (46%) mempersepsikan setuju pada faktor yang disebabkan dari pihak nasabah pada PT. Bank Rakyat Indonesia Unit Mataere Kabupaten Jeneponto .Sedangkan sejumlah 10 responden (34%) mempersepsikan sangat setuju, 1 responden (4%) mempersepsikan Netral, 2 responden (8%) mempersepsikan tidak setuju, dan 2 responden (8%) mempersepsikan sangat tidak setuju.

Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat dikatakan bahwa penyebab kemacetan kredit pada PT. Bank Rakyat Indonesia Unit Mataere Kabupaten Jeneponto juga berpengaruh pada pihak nasabah.

PERSEPSI EFEKTIFITAS PERSENTASE(%)

Sangat Setuju 10 34

b. Reduksi Data

Berdasarkan hasil penelitian yang penulis lakukan diperoleh beberapa data mengenai perkreditan yang digunakan oleh para pengelola kredit sebagai pedoman dalam mengelola perkreditan pada PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Adapun kredit yang dihindari dan tata cara perkreditan tersebut adalah sebagai berikut :

a. Kredit yang di hindari oleh PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk.

Tidak semua sector ekonomi dan kegitan usaha dapat di bantu pembiayaannya dengan kredit bank. Ada beberapa jenis usaha yang tidak dapat dibiayai. Pada PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk ada beberapa jenis kredit yang harus di hindari. Pernyataan-pernyataan ini terdapat pada PPK artikel 12, dimana jenis-jenis kredit yang dilarang tersebut adalah :

1. Kredit yang digunakan untuk pembiayaan sector usaha yang sifatnya melanggar kesusilaan, seperti: perjudian, prositusi dan lain-lain.

2. Kredit yang akan digunakan untuk pembiayaan sector-sektor usaha yang menurut bank merupakan sector usaha jenuh, seperti: pengusaha angkot.

3. Kredit yang akan digunakan untuk sector usaha yang berisiko tinggi karena faktor alam, seperti: peternakan ayam, pembudidayaan ikan dan lain-lain.

4. Kredit yang akan digunakan untuk jenis usaha yang mengandung unsur spekulasi, seperti: jual beli tanah.

Adapun jenis-jenis kredit yang ditawarkan oleh PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Dibagi menjadi dua kelompok, yaitu Consumer Loan 46

yang terdiri dari kredit kendaraan, credit card, kredit KPR, dan kredit multi guna, serta Komersial Loan yang terdiri dari kredit mikro,dan kupedes.

b. Tata Cara Penilaian Kualitas Kredit pada PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk.

Bank harus memiliki sistem dan prosedur kualitas atas kolektibilitas kredit PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk melakukan penilaian kualitas kredit dengan cara melihat tingkat kualitas pemenuhan kewajiban. Suatu kredit dinyatakan sehat apabila tidak terdapat tunggakan angsuran, bunga, dan tidak terdapat tunggakan biaya-biaya administrasi atau dengan kata lain sistem pembayaran kreditnya lancar dan tepat waktu.

Dan sebaliknya, suatu kredit dinyatakan tidak sehat apabila terdapat tunggakan pembayaran angsuran, bunga dan biaya administrasi serta pembayaran yang tidak lancar dan tidak tepat waktu. Berikut adalah pedoman kolektebilitas cash loan pada PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk:

Tabel 2.6 1-30 hari Dalam Perhatian Khusus

(DPK) 2A

31-60 hari DPK 2B

61-89 hari DPK 2C

90-116 hari Kurang Lancar 120-170 hari Diragukan

≥ 180 hari Macet

47

c. Admnistrasi dan Dokumentasi Kredit pada PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk.

Dokumen kredit meliputi seluruh dokumen yang diperlukan dalam proses perkreditan sesuai dengan kondisi debitur dan jenis kredit yang diberikan. Seluruh dokumentasi kredit wajib diperiksa kelengkapan dan keabsahannya sebelum dilakukan penyimpangan. Dokumentasi kredit terdiri atas 3 bagian, yaitu :

1. File kredit

Berisi semua dokumen yang berkaitan dengan proses kredit sejak awal permohonan kredit, monitoring sampai dengan fasilitas kredit yang dinyatakan selesai.

2. Dokumen Legal

Berisi semua dokumen asli yang bekaitan dengan perjanjian atau perikatan kredit secara hukum antara pihak bank dan nasabah.

3. Laporan Aktivitas nasabah

Berisi seluruh informasi mengenai kegiatan-kegiatan atau perkembangan nasabah dan kondisi keuangan atau data-data lain yang berhubungan dengan kegiatan nasabah.

Semua folder tersebut disimpan pada ruangan yang aman, terutama untuk dokumen legal disimpan pada ruangan yang tahan api atau sering disebut dengan Strong Room.

48

d. Fungsi Pengawasan dan Pembinaan Kredit pada PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk.

Pengawasan dan pembinaan kredit diperlukan sebagai upaya peringatan dini (Early Warning) untuk mengantisipasi tanda-tanda penyimpangan dari syarat-syarat yang telah disepakati antara kreditur dan debitur. Berikut adalah fungsi pembinaan dan pengawasan kredit sebagai berikut :

1. Melakukan pembinaan dan pengawasan untuk memastikan bahwa kredit yang diberikan telah sesuai dengan KUP, PPK Bisnis Ritel dan ketentuan perkreditan lainnya yang berlaku.

2. Melakukan pembinaan dan pengawasan secara berkesinambungan terhadap debitur yang dilakukan sejak permohonan kredit sampai dengan pelunasan atau penyelesaian kredit, baik berdasarkan laporan yang disampaikan secara berkala dan atau informasi lain yang relevan (oof-site) maupun peninjauan secara langsung (on-site) atas seluruh kegiatan debitur. Pengawasan secara oof-site maupun on-site dilakukan dalam rangka pembinaan kepada debitur untuk mendeteksi secara dini kemungkinan adanya masalah yang timbul yang berisiko bagi keamanan kredit yang diberikan, mengantisipasi masalah tersebut dan menyusun rencana maupun mengambil langkah perbaikan sebagaimana mestinya.

49

3. Memantau tanda-tanda peringatan dini sebagai petunjuk adanya kelemahan kredit yang dapat dideteksi dari :

 Faktor keuangan

 Faktor manajemen

 Faktor operasional

 Faktor perbankan

 Faktor ekstern

4. Memantau dan megawasi secara khusus pemberian kredit kepada pihak-pihak yang terkait dengan BRI, apakah telah sesuai dengan KUP, PPK Bisnis Ritel dan ketentuan perkreditan lainnya.

5. Melakukan pembinaan dan pengawasan secara berkesinambungan terhadap debitur, meliputi penilaian perkembangan usaha debitur, kepatuhan debitur dalam memenuhi perjanjian, penggunaan kredit maupun perlindungan kepentingan bank lainnya yang mengarah pada pelunasan kredit sesuai jangka waktu yang diperjanjikan.

6. Melakukan pengawasan terhadap kualitas kredit, baik secara individual atau grup maupun terhadap seluruh portofolio kredit,khususnya terhadap kualitas kredit yang kualitasnya memburuk maupun yang mempunyai kecenderungan memburuk.

50

7. Melakukan penilaian terhadap kualitas kredit yang didasarkan pada tata cara yang bertujuan untuk memastikan bahwa penetuan tingkat kolektibilitas telah sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia

8. Memantau apakah pembentukan penyisihan penghapusan aktiva produktif sesuai dengan ketentuan yang berlaku.

9. Melakukan pengawasan terhadap dokumen primer kredit untuk memastikan bahwa dokumen tersebut telah benar, lengkap dan sempurna secara hukum untuk mengamankan kredit untuk kepentingan BRI.

10. Melakukan pengawasan terhadap administrasi dan dokumentasi kredit untuk memastikan bahwa administrasi dan dokumen-dokumen yang sifatnya intern maupun ektern telah benar, lengkap, akurat sesuai dengan kebijaksanaan dan prosedur perkreditan dapat diterima sebagai suatu rekaman bukti perbuatan, situasi atau kejadian.

e. Sistem Penagihan Kredit pada PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk.

Bank Rakyat Indonesia Collection System sebagai berikut :

1. Seminggu sebelum jatuh tanggal pembayaran pihak bank memberikan peringatan kepada para debitur

2. Pada saat pembayaran, pihak bank memeriksa rekening masing-masing pembayaran

51

3. Apabila terjadi keterlambatan pembayaran pada hari ke 1 tunggakan, pihak Bank Rakyat Indonesia langsung menghubungi nasabah melalui telepon.

4. Kemudian pada hari ke 2-4 tunggakan, nasabah tetap tidak melakukan pembayaran, maka pihak bank akan mengirimkan surat panggilan pertama.

5. Pada hari ke 7 tunggakan nasabah masih belum membayar, pihak bank akan melakukann penagihan dengan cara langsung mendatangai debitur.

6. Hari ke 11 tunggakan, debitur masih belum menunjukkan itikad baiknya untuk membayar, maka pihak bank akan menelpon debitur untuk melakukan penagihan

7. Hari ke 13 tunggakan, pihak bank akan mengirimkan surat penagihan kedua

8. Setelah sebulan ketrlambatan pembayaran, debitur masih belum membayar, maka pihak bank akan melayangkan surat peringatan pertama.

9. Setelah dilayangkan surat penagihan pertama hingga hari ke 45 tunggakan, namun debitur masih belum bisa memenuhi kewajibannya, maka pihak bank akan kembali melayangkan surat peringan kedua.

10. Hari ke 61 masih tetap belum membayar, maka pihak bank akan kembali melayangkan surat peringatan ketiga sebagai surat peringatan terakhir.

11. Setelah surat peringatan ketiga namun debitur masih belum menunjukkan itikad baiknya untuk membayar, maka pihak bank akan memanggil debitur 52

untuk melakukan penyelesaian kredit, apakah debitur akan membayar kewajibannya atau tidak jika tidak dapat melunasinya maka pihak bank akan melakukan pelelangan jaminan.

f. Prosedur Umum Perkreditan pada PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk.

Prosedur pemberian kredit maksudnya adalah tahapan-tahapan yang harus

Prosedur pemberian kredit maksudnya adalah tahapan-tahapan yang harus

Dokumen terkait