• Tidak ada hasil yang ditemukan

Histopatologis dan Mekanisme Karies

Dalam dokumen karies (Halaman 41-51)

2.2.1 Histopatologis Karies

Histopatologi adalah ilmu yang mempelajari penampakan mikroskopis dari proses terjadinya penyakit, dalam hal ini adalah karies, dengan melihat keadaan enamel dan dentine.

1) Caries enamel

Waktu yang diperlukan untuk White Spot agar dapat terlihat apakah 4 minggu. Secara histologi, keadaan ini tampak meruncing dengan dasarnya pada permukaan gigi, sedangkan bagian apeks menuju dentinoenamel junction dengan tampaknya 4 layer diatas.

2) Fissure Caries

Proses pembentukan lesi pada jenis karies ini bergerak ke arah dentinoenamel junction, searah dengan enamel prisma. Penampakannya ditandai dengan bentuk meruncing.

Karena lesi ini berkembang searah dengan dentinoenamel junction dan enamel prisma,  pembentukannya akan menjadi semakin besar menuju dentin.

3) Dentine Caries

Terbagi menjadi 5 zona, berurutan dari luar ke dalam, yaitu : - Zona 1, daerah yang mengalami dekomposisi total.

- Zona 2, daerah yang menuju dekalsifikasi dentin dan telah diserang oleh bakteria. - Zona 3, daerah yang merupakan dekalsifikasi dentin yang tidak diserang lagi oleh

 bakteria.

- Zona 4, daerah dentin yang transclucent.

- Zona 5, daerah dentin yang normal namun proses odonthoblastic menunjukkan degenerasi awal.

2.2.2 Mekanisme Karies a. Interaksi Ion Asam dengan Apatit

Demineralisasi dan remineralisasi terjadi secara dinamis pada permukaan gigi. Namun apabila terjadi ketidakseimbangan antara keduanya dapat terjadi karies, yakni jika demineralisasi lebih besar daripada remineralisasi.

Interaksi faktor-faktor etiologi karies

Demineralisasi Remineralisasi

Plak + karbohidrat Saliva + kehigienisan + fluoride Faktor pelindung alami

Faktor  –   faktor yang berperan terhadap keseimbangan demineralisasi dan remineralisasi

Faktor destabilisasi Faktor penstabil

Penurunan produksi saliva Tingkat Ca2+ dan PO4

3-Tingkat buffer dan pembersihan mulut yang rendah

Sistem buffer dan remineralisasi

Saliva yang bersifat asam dan asam yang bersifat erosif

Protein pembersih mulut / glikoprotein

Pemaparan terhadap fluoride

-  Demineralisasi

Komponen mineral dari enamel, dentin, dan sementum adalah Hidroksiapatit (HA) Ca10(PO4)6(OH)2. Pada lingkungan netral, HA seimbang dengan lingkungan lokal (saliva) yang banyak mengandung ion-ion Ca2+ dan PO43-.

HA bersifat reaktif dengan ion hidrogen dibawah pH 5,5; atau biasa dikenal dengan pH kritis HA. H+ bereaksi secara khusus dengan fosfat dengan segera didekat permukaan kristal. Proses tersebut dapat dapat dideskripsikan sebagai konversi PO43-  menjadi HPO42-  melalui adisi H+  dan pada saat yang sama H+  menjadi penyangga. HPO42-  kemudian tidak dapat  berperan kembal pada keseimbangan HA karena mengandung PO43- lebih daripada HPO42-.

Selanjutnya kristal HA pun larut. Inilah yang disebut deminerilasi. -  Remineralisasi

Proses demineralisasi dapat dibalikkan jika pH di netralkan dan terdapat ion Ca2+  dan PO43-  dalam jumlah yang cukup. Pelarutan apatit dapat menjadi netral dengan menyangga (buffering ), dengan kata lain Ca2+  dan PO43-  pada saliva dapat mencegah proses pelarutan tersebut. Ini dapat membangun kembali bagian-bagian kristal apatit yang larut. Inilah yang disebut remineralisasi. Secara umum, karies gigi dapat terjadi jika proses demineralisasi lebih tinggi dibanding proses remineralisasi.

 b. Reaksi lanjutan ion-ion asam dengan apatit

Selama erupsi gigi terdapat proses mineralisasi berlanjut yag disebabkan adanya ion kalsium dan fosfat dalam saliva. Pada mulanya apatit enamel terdiri atas ion karbonat dan magnesium namun mereka sangat mudah larut bahkan pada keadaan asam yang lemah. Sehingga terjadi pergantian, yakni hidroksil dan floride menggantikan karbonat dan magnesium yang telah larut, menjadikan email lebih matang dengan resistensi terhadap asam

yang lebih besar. Tingkat kematangan atau resistensi asam dapat ditingkatkan dengan kehadiran flouride. Lihat bagan di bawah ini.

Pada saat pH menurun, ion asam bereaksi dengan fosfat pada saliva dan plak (atau kalkulus), sampai pH kritis disosiasi HA tercapai pada 5,5. Penurunan pH lebih lanjut menghasilkan interaksi progresif antara ion asam dengan fosfat pada HA, menghasilkan kelarutan permukaan kristal parsial atau penuh. Flouride yang tersimpan dilepaskan pada  proses ini dan bereaksi dengan Ca2+  dan HPO42-  membentuk FA (Flouro Apatit). Jika pH turun sampai dibawah 4,5 yang merupakan pH kritis untuk kelarutan FA, maka FA akan larut. Jika ion asam dinetralkan dan Ca2+ dan HPO42 dapat ditahan, maka remineralisasi dapat terjadi.

c. Kemungkinan lanjutan

Ini terlihat dari diagram siklus pH, yakni tergantung dari kekuatan asam yang ada, frekuensi dan durasi dari produksi dan potensial remineralisasi pada setiap situasi khusus, maka salah satu kemungkinan lanjutan dibawah ini dapat terjadi:

- Enamel dapat melanjutkan kematangannya, menjadi lebih resisten terhadap asam - Karies kronis dapat berkembang   Demineralisasi lambat dengan remineralisasi

aktif (lesi subpermukaan/ subsurface lesion)

- Karies besar dapat timbul  Demineralisasi tinggi dengan remineralisasi lemah - Erosi dapat terjadi   Demineralisasi sangat tinggi, tanpa remineralisasi sama

sekali

2.2.2 Perkembangan Lesi Karies 1.  Early Enamel Lesion

Permulaan lesi enamel terjadi ketika pH permukaan gigi berada di bawah imbangan remineralisasi. Ion-ion asam masuk ke dalam selubung prisma yang menyebabkan demineralisasi subpermukaan. Permukaan gigi dapat tetap terjaga karena remineralisasi terjadi segera setelahnya, akibat peningkatan ion kalsium dan fosfat, flouride, dan buffer dari produk-produk saliva.

2.  Advancing Coronal Lesion

Bila demineralisasi dan remineralisasi berlanjut, permukaan lesi akan kolaps akibat terurainya apatit atau fraktur pada kristal yang sudah melemah, berakibat kavitasi permukaan. Plak kemudian dapat tertahan pada kedalaman kavitas, dan fase remineralisasi kemudian akan menjaid lebih sulit dan kurang efektif.

3. Caries into dentine

Zona-zona pada lesi karies dentin ada dua, yaitu zona terinfeksi (lapisan luar) dan zona yang lebih dalam (pulpa) tapi masih terpengaruh. Zona terinfeksi memiliki karakteristik yaitu level kontaminasi bakteri yang tinggi, hancurnya struktur tubular dentin (baik separuh maupun sebagian), dan hilangnya sensitivitas dentin. Zona yang lebih dalam masih memiliki mineral yang cukup untuk mempertahankan struktur tubular dentin dan sensitivitasnya, walaupun sebagian mineral telah hilang.

4.  Root Surface Caries

Demineralisasi dapat pula terjadi di permukaan akar, dan terdapat perbedaan- perbedaan dengan demineralisasi di email. Perbedaanya, pada karies enamel lesi awalnya dapat diidentifikasi berupa bercak putih. Lesi awal pada karies akar mungkin sulit untuk dideteksi karena hampir tidak ada perubahan warna/ secara minimal saja, hanya tekstur permukaan yang berubah. Permukaaan lesi karies akar dapat dikeraskan kembali melalui aplikasi fluoride atau mineralisasi. Lesi lebih lanjut akan berwarna lebih gelap karena aktivitas bakteri.

Dalam dokumen karies (Halaman 41-51)

Dokumen terkait