• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HUBUNGAN ANTAR UMAT BERAGAMA DI PANONGAN

A. Hubungan Antar Umat Beragama

Setiap agama telah sepakat untuk mengajarkan kebaikan. Hal ini menjadi modal besar bagi terciptanya kerukunan umat beragama. Keberadaan agama-agama yang diakui Negara Kesatuan Republik Indonesia memiliki ajaran yang luhur agar mengajarkan kebaikan bagi umat manusia. Meskipun ada juga yang tidak menghargai perbedaan dan cenderung tidak mendukung kerukunan umat beragama, tetapi tidak mengurangi keluhuran agama dalam menerapkan konsep kerukunan.

Sejauh ini kerukunan akan dapat dicapai apabila setiap golongan agama memiliki prinsip setuju dalam perbedaan. Setuju dalam perbedaan berarti orang mau menerima sepenuh hati dan menghormati orang lain dengan seluruh aspirasi, keyakinan, kebiasaan dan pola hidupnya, menerima dan menghormati orang lain dengan kebebasan untuk menganut keyakinan agamanya sendiri.

Kesadaran mengenai pentingnya membangun kerukunan beragama di tengah masyarakat jauh lebih kuat tertanam didalam hati masing-masing umat beragama. Dari hasil wawancara penulis dengan tokoh agama Katolik dan masyarakat Katolik Kecamatan Panongan Kabupaten Tangerang, Romo Felix Supranto selaku tokoh agama di Gereja Santa Odilia mengatakan: “sejauh pengamatan saya di wilayah ini berbagai ragam agama hubungan sosialnya berjalan dengan baik, masyarakat kami ajarkan agar saling

48 merangkul, sehingga kehidupan beragama dapat terlaksana dengan baik, seperti mudahnya umat melaksanakan ritual ibadah dan kegiatan keagamaan lainnya walaupun berada di daerah mayoritas muslim, begitupula ketika kami mengadakan kebaktian serta menyambut hari raya besar kami seperti Natalan di Gereja ini aman-aman saja.”1

Panongan merupakan salah satu kecamatan yang memiliki keragaman ras, agama, dan suku. Panongan juga dapat disebut sebagai miniaturnya Indonesia dalam konteks kerukunan umat beragama. Dengan keadaaan tersebut masyarakat dituntut untuk menjaga atau memelihara kerukunan yang selama ini telah terjalin di tengah-tengah masyarakat.

Tentunya hal ini tidak serta-merta dibuat untuk beberapa kepentingan saja, keadaan ini terlihat nyata berkat dari pemahaman-pemahaman yang tumbuh ditengah-tengah masyarakat untuk menjunjung tinggi nilai toleransi dan seringnya diadakan kegiatan silaturahmi lintas agama.2

Menurut Ketua MUI Kecamatan Panongan Anwar Munawar : “cara menjaga kerukunan umat beragama itu adalah tetap menjunjung tinggi nilai toleransi, menjadi pribadi yang terbuka kepada agama lain tetapi tidak mengikuti ajarannya. Menjaga toleransi yang sudah ada, karena dengan adanya sikap toleransi di dalam diri maka akan sedikit sekali timbul pertikaian atau bahkan dapat meredam konflik itu sendiri.”3

1

Wawancara dengan Romo Felix Supranto, Pemuka agama Katholik Kecamatan Panongan, 3 September 2020.

2

Wawancara dengan H. Anwar Munawar Ketua MUI Kecamatan Panongan, 1 September 2020.

3 Wawancara dengan H. Anwar Munawar Ketua MUI Kecamatan Panongan, 1 September 2020.

49 Pentingnya peran pemuka agama dalam menjaga kerukunan umat beragama diawali dengan bagaimana cara mereka mengkondisikan umat agamanya agar aktif di dalam kegiatan keagamannya masing-masing, karena setiap pertemuan di masing-masing agama, pemuka agama memiliki kesempatan bertemu dengan seluruh umat agamanya, kesempatan tersebut mereka manfaatkan untuk memberikan wejangan, berdiskusi dan bermusyawarah membahas semua masalah kemasyarakatan dan keagamaan bagaimana mereka harus memposisikan diri terhadap kedua aspek tersebut.

Dalam wawancara bersama Andi, ia mengatakan: “Peran tokoh agama dalam menjaga kerukunan umat beragama bisa dimulai dari bagaimana tokoh agama membangun dan menanamkan sifat persaudaraan di masing-masing agama yang dianutnya, saya sebagai pemuka umat Budha di Panongan selalu memberikan nasehat berupa ceramah di Vihara Caga Sasana setelah ritual keagamaan yang isinya tentang dorongan motivasi agar umat Budha disini selalu berbuat baik, saling melayani dan memberikan perhatian kepada yang lainnya”.4

Pimpinan umat Kristen GKI Panongan, Samuel mengatakan: “Saya dan tokoh agama lainnya menekankan kepada masyarakat agar selalu memberikan motivasi dan mengajak orang lain yang berbeda agama harus tekun dalam agamanya masing-masing, tidak harus sama keyakinan, yang terpenting adalah kebersaman, dari pandangan dan apa yang saya rasakan, hal itu saya lakukan semata-mata tujuannya agar masyarakat itu tidak terpecah belah, sehingga semua pemuka agama mengupayakan bagaimana caranya

50 agar didadalam suatu hubungan kemasyarakatan tidak terjadi sekat-sekat akibat adanya suatu perbedaan dalam berkeyakinan”.5

Begitu pula seperti yang diungkapkan pemuka agama Khonghucu, di dalam perannya dalam menjaga kerukunan umat beragama dimulai dari lingkup umat beragamanya sendiri baru meluas ke dalam masyarakat. Tjun Teh menuturkan bahwa:6

“Peran saya sebagai umat Khonghucu dalam menjaga kerukunan di dalam masyarakat Panongan, saya mengawali dengan berperan aktif di perkumpulan masyarakat sejak 1980-an, kami saling menjaga satu sama lainnya, kemudian secara tidak langsung kami juga saling menjaga umat beragama lain di masyarakat Panongan khususnya dalam urusan menjaga kerukunan umat beragama”.

Kerukunan beragama menjadi hal yang paling penting dijaga dalam menciptakan masyarakat yang damai, harmonis, dan mengedepankan tenggang rasa terhadap masyarakat yang berbeda agama di wilayah Panongan. Hal tersebut tidak lepas dari peran tokoh agama yang ada di dalamnya dalam mengarahkan umatnya untuk saling menghargai perbedaan yang ada di wilayah Panongan.

Dari hasil wawancara penulis dengan pemuka agama Kristen dan masyarakat Kristen di Kecamatan Panongan, Kabupaten Tangerang: Pendeta Samuel Wiratama selaku pendeta di Gereja Kristen Indonesia mengatakan sejauh pengamatan beliau di wilayah ini antara umat Islam dan Kristen saling

5

Wawancara dengan Samuel Wiratama, Pemuka agama Kristen, 1 September 2020.

51 membina pertemanan, seperti menghadiri acara syukuran dan perkawinan ketika diundang, melayat ketika ada yang meninggal. Beragam agama saling merangkul, sehingga kehidupan beragama dapat terlaksana dengan baik, karena masyarakat paham etika bermasyarakat itu sendiri, paham ajaran-ajaran kitab suci yang mengajarkan kebaikan, karena setiap agama esensinya mengajarkan perdamaian dan kebaikan. Walaupun untuk selalu berinteraksi itu ada, tapi tidak begitu mendalam, karena dikhawatirkan adanya perspektif ataupun bentuk kecurigaan ketika kami sebagai minoritas terlalu dekat dengan muslim itu sendiri. Namun, untuk hal-hal umum secara keseluruhan hubungan yang ada sejauh ini sangat baik.7

Hubungan yang rukun dan harmonis ini dapat dilihat dari membaurnya antar umat beragama, seperti keterlibatan umat beragama dalam berbagai acara kemasyarakatan seperti syukuran, pernikahan, kematian dan acara lainnya. Maksudnya, ketika masyarakat muslim mengadakan pesta, seperti syukuran dan pernikahan, ketika masyarakat Kristen diundang, maka mereka akan menghadiri acara tersebut, begitupula ketika ada musibah , maka umat Kristen dan Islam akan saling menyambangi.8

Pertemuan lintas agama itu mereka lakukan dengan berbagai cara diantaranya berdialog bertukar fikiran dengan sikap keterbukaannya dan saling menghargai perbedaan. Selain itu pertemuan lintas agama yang diadakan itu bertujuan untuk menumbuhkan sikap kesadaran hati bahwa

7

Wawancara dengan Samuel Wiratama, Pemuka agama Kristen, 1 September 2020.

52 perbedaan di antara mereka dalam satu tempat tinggal yang sama merupakan suatu realitas hidup yang tidak dapat dielakkan.

Terjadinya pertemuan lintas agama merupakan jembatan untuk terwujudnya warga masyarakat yang rukun dan harmonis karena adanya pertemuan lintas agama juga merupakan sarana yang positif untuk menghadapi suatu sumber permasalahan antar agama dari hati ke hati agar terciptanya kebersamaan. Mengenai hal itu adanya perbedaan dapat dijadikan sebagai wujud pembauran mereka untuk bersatu sebagai umat yang semangat dalam menjalin kerukunan.

Berbagai agenda kemasyarakatan yang terselenggara di wilayah Panongan, setiap umat beragama tidak mempermasalahkan dalam urusan yang menyangkut agama, mereka saling kerjasama, contohnya dalam peringatan hari kemerdekaan yang biasanya mengadakan kegiatan jalan santai kebangsaan, selain itu faktor kerukunan yang terjalin biasanya adanya kegiatan dilakukan oleh pemuka agama setiap setahun sekali setelah hari raya, umat Katolik setiap tahunnya selalu ikut serta dalam perayaan hari raya Idul Adha dengan menyumbangkan hewan kurban kepada beberapa tokoh agama di lingkungan Panongan.9

Selain itu adanya pertemuan atau perjumpaan lintas agama merupakan jembatan untuk terwujudnya warga masyarakat yang rukun dan harmonis karena adanya pertemuan lintas agama juga merupakan sarana yang positif untuk menghadapi dinamika permasalahan antar agama dari hati ke hati agar

9 Wawancara dengan Romo Felix Supranto, Pemuka agama Katholik Kecamatan Panongan, 3 September 2020.

53 terciptanya rasa kebersamaan. Mengenai hal itu adanya perbedaan itu dijadikan sebagai upaya mereka untuk bersatu sebagai umat yang semangat dalam mewujudkan toleransi.10

Dalam berbagai kegiatan setiap umat beragama di Kecamatan Panongan tidak mempermasalahkan dalam urusan agama, mereka saling kerjasama, hal kecil yang nampak terlihat di Panongan ialah banyaknya peternakan babi atau berkeliarannya babi milik warga etnis tionghoa dipemukiman warga yang penduduknya mayoritas muslim, sejauh ini hal tersebut tidak pernah dipermasalahkan oleh masyarakat sekitar.

Selain itu faktor kerukunan yang terjalin selama ini atas dasar tali persaudaraan atau solidaritas yang kuat, dimana masyarakat harus bergotong royong, tolong-menolong dan tukar-menukar pendapat dalam setiap unsur kegiatan yang akan direncanakan. Selanjutnya hubungan pertetanggaan antara muslim dan non-muslim terbina dengan memegang prinsip-prinsip kemanusiaan seperti menghargai dan memahami bahwa tidak boleh sembarangan memelihara babi dan memberikan jalan untuk jamaah yang akan melakukan ibadah.11

Hubungan kekerabatan disini juga baik, masyarakat non-muslim memandang masyarakat muslim tidak membedakan mereka beragama dan bersuku apa, contohnya saja tidak adanya permasalahan dalam pemberitahuan berita kematian non muslim yang di syiarkan oleh masyarakat muslim di masjid, komunikasi terus ada dalam kehidupan bermasyarakat dan tidak

10

Wawancara dengan Romo Felix Supranto, Pemuka agama Katholik Kecamatan Panongan, 3 September 2020.

54 menunjukkan sikap permusuhan. Hal lain juga terlihat dalam perbaikan jalan yang ada di desa Ciakar, mereka tidak keberatan ketika jalan yang diperbaiki diutamakan jalan yang dilingkungan mayoritas muslim.12

Hubungan yang mereka bangun juga terlihat, artinya tidak merasa individualis 13 , namun ada komunikasi diantara mereka walau hanya pembicaraan ringan. Hubungan juga terjalin antara tokoh agama kristen dengan tokoh masyarakat, seperti diskusi mengenai gotong royong, perbaikan jalan dan upaya penanggulangan narkoba.

Dokumen terkait