• Tidak ada hasil yang ditemukan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.6. Hubungan antara Faktor-faktor Efektivitas Kepemimpinan dengan

Komite Pengembangan Organisasi dan Manajemen PT Jasa Marga (Persero) adalah cukup.

4.6. Hubungan antara Faktor-faktor Efektivitas Kepemimpinan dengan Motivasi Kerja.

Output korelasi antara faktor-faktor efektivitas kepemimpinan dengan motivasi kerja dapat dilihat pada Lampiran 9 dan kesimpulan hasil korelasinya disajikan pada Tabel 14.

Tabel 14. Hasil korelasi antara faktor-faktor efektivitas kepemimpinan dengan motivasi kerja Faktor-faktor Efektivitas Kepemimpinan Nilai Korelasi Product Moment (Pearson) P-Value α=10% Upaya Bawahan 0.747 0.000 0,1 Partisipasi Bawahan 0.698 0.000 0,1 Tingkat Koordinasi 0.239 0.250 0,1 Faktor Bawahan 0.706 0.000 0,1 Ciri Pemimpin 0.534 0.006 0,1

Keterampilan dan Kemampuan Pemimpin 0.532 0.006 0,1

Perilaku Pemimpin 0.565 0.003 0,1 Dukungan Manajemen 0.754 0.000 0,1 Karakterististik Pemimpin 0.747 0.000 0,1 Faktor Pimpinan 0.731 0.000 0,1 Struktur Tugas 0.384 0,18 0,1 Kekuasaan Posisi 0.202 0.332 0,1

Hubungan Atasan dan Bawahan 0.619 0.001 0,1

Faktor Situasi 0.449 0.024 0,1

Berdasarkan Tabel 14, nilai korelasi antara variabel upaya bawahan yang membentuk faktor bawahan dengan motivasi kerja adalah sebesar 0,747. Artinya adalah bahwa antara variabel upaya bawahan dan motivasi kerja memiliki keeratan yang sangat kuat. Koefisien korelasi bertanda positif, artinya hubungan antara upaya bawahan dan motivasi kerja adalah searah, sehingga jika tingkat upaya bawahan semakin naik, maka tingkat motivasi kerjanya juga semakin naik. Nilai p-value dari hasil korelasinya adalah 0 (nol). Nilai cukup signifikan sehingga kesimpulannya adalah menolak hipotesis awal

(Ho1) yang berarti bahwa upaya bawahan dan motivasi kerja memiliki korelasi cukup erat.

Nilai korelasi antara variabel partisipasi bawahan yang membentuk faktor bawahan dengan motivasi kerja adalah sebesar 0.698. Artinya adalah bahwa antara variabel partisipasi bawahan dan motivasi kerja memiliki keeratan yang sangat kuat. Koefisien korelasi bertanda positif, artinya hubungan antara partisipasi bawahan dan motivasi kerja adalah searah, sehingga jika tingkat partisipasi bawahan semakin naik, maka tingkat motivasi kerjanya juga semakin naik. Nilai P-value dari hasil korelasinya adalah 0 (nol). Nilai cukup signifikan sehingga kesimpulannya adalah menolak hipotesis awal (Ho2) yang berarti bahwa partisipasi bawahan dan motivasi kerja memiliki korelasi cukup erat.

Nilai korelasi antara variabel tingkat koordinasi dengan bawahan yang membentuk faktor bawahan dengan motivasi kerja adalah sebesar 0,239. Artinya adalah bahwa antara variabel tingkat koordinasi dengan bawahan dan motivasi kerja memiliki keeratan yang lemah. Nilai p-value dari hasil korelasinya adalah 0,250 > level of significant 10%, sehingga kesimpulannya adalah menerima hipotesis awal (Ho3) yang berarti bahwa partisipasi bawahan dan motivasi kerja tidak berkorelasi.

Tabel 14 menunjukkan nilai korelasi antara faktor bawahan secara keseluruhan dengan motivasi kerja yaitu sebesar 0,706. Artinya adalah bahwa antara faktor bawahan dan motivasi kerja memiliki keeratan yang sangat kuat. Koefisien korelasi bertanda positif, artinya hubungan antara faktor bawahan dan motivasi kerja adalah searah, sehingga jika tingkat upaya bawahan semakin naik, maka tingkat motivasi kerjanya juga semakin naik. Nilai p- value dari hasil korelasinya adalah 0 (nol). Nilai cukup signifikan sehingga kesimpulannya adalah menolak hipotesis awal (Ho4) yang berarti bahwa faktor bawahan dan motivasi kerja memiliki korelasi cukup erat.

Berdasarkan Tabel 14, nilai korelasi antara variabel ciri pemimpin yang membentuk faktor pimpinan dengan motivasi kerja sebesar 0,534. Artinya adalah bahwa antara variabel upaya bawahan dan motivasi kerja memiliki keeratan yang kuat. Koefisien korelasi bertanda positif, artinya

hubungan antara ciri pemimpin dan motivasi kerja adalah searah, sehingga jika ciri pemimpin semakin naik, maka tingkat motivasi kerjanya juga semakin naik. Nilai p-value dari hasil korelasinya adalah 0,006. Nilai cukup signifikan sehingga kesimpulannya adalah menolak hipotesis awal (Ho5) yang berarti bahwa terdapat korelasi antara ciri pemimpin dan motivasi kerja.

Nilai korelasi antara variabel keterampilan dan kemampuan pemimpin yang membentuk faktor pimpinan dengan motivasi kerja sebesar 0,532. Artinya adalah bahwa antara variabel keterampilan dan kemampuan pemimpin dan motivasi kerja memiliki keeratan yang kuat. Koefisien korelasi bertanda positif, artinya hubungan antara keterampilan dan kemampuan pemimpin dan motivasi kerja adalah searah, sehingga jika tingkat keterampilan dan kemampuan pemimpin mengalami kenaikan, maka tingkat motivasi kerjanya juga semakin naik. Nilai p-value dari hasil korelasinya adalah 0,006. Nilai cukup signifikan sehingga kesimpulannya adalah menolak hipotesis awal (Ho6) yang berarti bahwa keterampilan dan kemampuan pemimpin dan motivasi kerja saling berkorelasi.

Nilai korelasi antara variabel perilaku pemimpin yang membentuk faktor pimpinan dengan motivasi kerja sebesar 0,565 Artinya adalah bahwa antara variabel perilaku pemimpin dan motivasi kerja memiliki keeratan yang kuat. Koefisien korelasi bertanda positif, artinya hubungan antara perilaku pemimpin dan motivasi kerja adalah searah, sehingga jika tingkat perilaku pemimpin semakin naik, maka tingkat motivasi kerjanya juga semakin naik. Nilai p-value dari hasil korelasinya adalah 0,003. Nilai cukup signifikan sehingga kesimpulannya adalah menolak hipotesis awal (Ho7) yang berarti bahwa perilaku pemimpin dan motivasi kerja saling berkorelasi.

Nilai korelasi antara variabel dukungan manajemen yang membentuk faktor pimpinan dengan motivasi kerja adalah sebesar 0,754. Artinya adalah bahwa antara variabel dukungan manajemen dan motivasi kerja memiliki keeratan yang sangat kuat. Koefisien korelasi bertanda positif, artinya hubungan antara dukungan manajemen dan motivasi kerja adalah searah, sehingga jika tingkat dukungan manajemen semakin naik, maka tingkat motivasi kerjanya juga semakin naik. Nilai p-value dari hasil korelasinya

adalah 0 (nol). Nilai cukup signifikan sehingga kesimpulannya adalah menolak hipotesis awal (Ho8) yang berarti bahwa dukungan manajemen dan motivasi kerja memiliki korelasi cukup erat.

Nilai korelasi antara variabel karakteristik pemimpin yang membentuk faktor pimpinan dengan motivasi kerja adalah sebesar 0,747. Artinya adalah bahwa antara variabel karakteristik pemimpin dan motivasi kerja memiliki keeratan yang sangat kuat. Koefisien korelasi bertanda positif, artinya hubungan antara karakteristik pemimpin dan motivasi kerja adalah searah, sehingga jika tingkat karakteristik pemimpin semakin naik, maka tingkat motivasi kerjanya juga semakin naik. Nilai p-value dari hasil korelasinya adalah 0 (nol). Nilai cukup signifikan sehingga kesimpulannya adalah menolak hipotesis awal (Ho9) yang berarti bahwa karakteristik pemimpin dan motivasi kerja memiliki korelasi cukup erat.

Nilai korelasi antara faktor pimpinan secara keseluruhan dengan motivasi kerja adalah sebesar 0,731. Artinya adalah bahwa antara faktor pimpinan dan motivasi kerja memiliki keeratan yang sangat kuat. Koefisien korelasi bertanda positif, artinya hubungan antara faktor pimpinan dan motivasi kerja adalah searah, sehingga jika tingkat faktor pimpinan semakin naik, maka tingkat motivasi kerjanya juga semakin naik. Nilai p-value dari hasil korelasinya adalah 0 (nol). Nilai cukup signifikan sehingga kesimpulannya adalah menolak hipotesis awal (Ho10) yang berarti bahwa faktor pimpinan dan motivasi kerja memiliki korelasi cukup erat.

Tabel 14 menunjukkan nilai korelasi antara variabel struktur tugas yang membentuk faktor situasi dengan motivasi kerja adalah sebesar 0,384. Walaupun nilai korelasinya cukup kecil, tapi p-value menunjukkan angka dibawah 10% yaitu 0,18. Artinya dapat disimpulkan bahwa antara variabel struktur tugas dengan motivasi kerja secara statistik berkorelasi cukup signifikan, sehingga kesimpulannya adalah menolak hipotesis awal (Ho11) yang berarti bahwa struktur tugas dan motivasi kerja saling berkorelasi. Koefisien korelasi bertanda positif, artinya hubungan antara variabel struktur tugas dengan motivasi kerja adalah searah, sehingga jika struktur tugas mengalami kenaikan, maka tingkat motivasi kerjanya juga semakin naik.

Berdasarkan Tabel 14, nilai korelasi antara variabel kekuasaan posisi yang membentuk faktor situasi dengan motivasi kerja adalah sebesar 0,202. Artinya adalah bahwa antara variabel kekuasaan posisi dan motivasi kerja memiliki keeratan yang sangat lemah. Nilai p-value dari hasil korelasinya adalah 0,332 > level of significant 10%, sehingga kesimpulannya adalah menerima hipotesis awal (Ho12) yang berarti bahwa variabel kekuasaan posisi dan motivasi kerja tidak berkorelasi.

Nilai korelasi antara variabel hubungan atasan dan bawahan yang membentuk faktor situasi dengan motivasi kerja adalah sebesar 0,619. Artinya adalah bahwa antara variabel hubungan atasan dan bawahan dan motivasi kerja memiliki keeratan yang kuat. Koefisien korelasi bertanda positif, artinya korelasi antara hubungan atasan dan bawahan dan motivasi kerja adalah searah, sehingga jika tingkat hubungan atasan dan bawahan semakin naik, maka tingkat motivasi kerjanya juga semakin naik. Nilai p-value dari hasil korelasinya adalah 0,001. Nilai cukup signifikan sehingga kesimpulannya adalah menolak hipotesis awal (Ho13) yang berarti bahwa hubungan atasan dan bawahan dan motivasi kerja saling berkorelasi.

Berdasarkan Tabel 14, nilai korelasi antara faktor situasi secara keseluruhan dengan motivasi kerja adalah sebesar 0,449. Artinya adalah bahwa antara faktor situasi dan motivasi kerja memiliki keeratan yang kuat. Koefisien korelasi bertanda positif, artinya hubungan antara faktor situasi dan motivasi kerja adalah searah, sehingga jika tingkat faktor situasi semakin naik, maka tingkat motivasi kerjanya juga semakin naik. Nilai p-value dari hasil korelasinya adalah 0,024. Nilai cukup signifikan sehingga kesimpulannya adalah menolak hipotesis awal (Ho14) yang berarti bahwa faktor situasi dan motivasi kerja saling berkorelasi.

4.7. Faktor Efektivitas Kepemimpinan yang Mempengaruhi Motivasi Kerja Pegawai

Faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas kepemimpinan pada PT Jasa Marga (Persero) adalah faktor bawahan (upaya bawahan, tingkat partisipatif bawahan dan koordinasi eksternal dengan bawahan), faktor pimpinan (ciri pemimpin, keterampilan dan kemampuan pemimpin, perilaku

pemimpin, dukungan manajemen dan karakteristik pemimpin) dan faktor situasi (struktur tugas, kekuasaan posisi dan hubungan atasan dan bawahan). Analisis regresi dilakukan dengan regresi linier sederhana dan dan regresi linier berganda antara faktor-faktor efektivitas kepemmpinan terhadap motivasi kerja.

4.7.1. Analisis Regresi Linier Sederhana

Hasil analisis regresi linier sederhana faktor efektivitas kepemimpinan dan motivasi kerja PT Jasa Marga (Persero) disajikan pada Tabel 15.

Tabel 15. Hasil analisis regresi linier sederhana faktor efektivitas kepemimpinan terhadap motivasi kerja pegawai

Faktor-faktor Efektivitas Kepemimpinan (X)

terhadap Motivasi Kerja (Y)

Analisis Regresi Berganda

Persamaan Model Regresi Y = 0,11 + 0,887 X

Nilai F 27,67

Nilai T 5,26

Nilai P-Value dari F 0,000

Nilai P-Value T 0,000

Koefisien Determinasi (R-Sq) 0,546 Koefisien Determinasi (R-Sq (adj)) 0,526

Berdasarkan Tabel 15, persamaan regresi linier sederhana antara faktor efektivitas kepemimpinan (X) terhadap motivasi kerja (Y) adalah sebagai berikut:

Motivasi Kerja (Y) = 0,11 + 0,887 Faktor Efektivitas Kepemimpinan (X). Konstanta (a) sebesar 0,11, artinya jika variabel independen faktor efektivitas kepemimpinan (X) bernilai 0 (nol), maka tingkat motivasi kerjanya (Y) adalah 0,11. Koefisien regresi X(b) adalah 0,887, artinya adalah apabila faktor efektivitas kepemimpinan meningkat sebanyak 1 unit, maka motivasi kerja (Y) akan meningkat sebesar 0,887 unit.

Koefisien determinasi (R2) bertujuan untuk mengetahui seberapa besar kemampuan variabel independen menjelaskan variabel dependen. Pada hasil regresi dapat diketahui bahwa Koefisien determinasi (R2) dari hasil regresi linier sederhana antara faktor efektivitas kepemimpinan terhadap motivasi kerja adalah 0, 546. Artinya 54,6% variabel dependen motivasi kerja dijelaskan oleh variabel independen faktor efektivitas kepemimpinan

dan sisanya sebesar 45,4% (100% - 54,6%) dijelaskan oleh variabel lain diluar variabel yang digunakan.

Output Minitab tersebut menunjukkan nilai p-value 0 < level of significant (α) 10%, artinya signifikan. Signifikan di sini berarti Ha1 diterima dan Ho1 ditolak. Artinya faktor efektivitas kepemimpinan berpengaruh terhadap motivasi kerja.

4.7.2. Analisis Regresi Linier Berganda

a) Analisis Regresi Linier Berganda Faktor Bawahan, Faktor Pimpinan Faktor Situasi terhadap Motivasi Kerja.

Output analisis regresi linier berganda antara faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas kepemimpinan terhadap motivasi kerja PT Jasa Marga (Persero) dapat dilihat pada Tabel 16.

Tabel 16. Hasil analisis regresi linier berganda faktor-faktor efektivitas kepemimpinan terhadap motivasi kerja pegawai.

Faktor Bawahan (X1), Faktor Pimpinan (X2) dan Faktor Situasi (X3)

terhadap Motivasi Kerja (Y)

Analisis Regresi Berganda

Persamaan Model Regresi Y = 1,00 + 1,33 X1 + 1,52 X2 – 0,698 X3

Nilai F 12,31

Nilai T (X1) 1,80

Nilai T (X2) 2,25

Nilai T (X3) -0,79

Nilai P-Value dari F 0,000

Nilai P-Value T (X1) 0,087 Nilai P-Value T (X2) 0,035 Nilai P-Value T (X3) 0,439 Koefisien Determinasi (R-Sq) 0,637 Koefisien Determinasi (R-Sq (adj)) 0,586

Berdasarkan Tabel 16, persamaan regresi linier berganda antara faktor-faktor efektivitas kepemimpinan (faktor bawahan (X1), faktor pimpinan (X2) dan faktor situasi (X3)) terhadap motivasi kerja (Y) adalah sebagai berikut:

Motivasi Kerja (Y) = 1.00 + 1.33 Faktor Bawahan (X1) + 1.52 Faktor Pimpinan (X2) - 0.698 Faktor Situasi (X3).

Nilai konstanta (a) dari hasil perhitungan adalah sebesar 1,00, artinya jika variabel-variabel independen faktor bawahan (X1), faktor pimpinan (X2) dan faktor situasi (X3) bernilai 0 (nol), maka nilai motivasi kerjanya (Y) adalah 1,00. Koefisien regresi X1 (b1) adalah 1,33, artinya adalah apabila faktor bawahan (X1) meningkat sebanyak 1 unit, maka motivasi kerja (Y) akan meningkat pula sebanyak 1,33 unit. Koefisien regresi X2 (b2)

adalah 1,52, artinya adalah apabila faktor pimpinan (X2) meningkat sebanyak 1 unit, maka motivasi kerja (Y) akan meningkat pula sebanyak 1,52 unit. Koefisien regresi X3 (b3) adalah -0,698, artinya adalah apabila faktor situasi (X3) meningkat sebanyak 1 unit, maka motivasi kerja (Y) akan mengalami penurunan sebanyak 0,698 unit.

Koefisien determinasi (R2) dari hasil analisis regresi berganda adalah sebesar 0,637. Untuk analisis regresi linier berganda, koefisien determinasi yang digunakan adalah koefisien determinasi yang telah disesuaikan (R- Square Adjusted). R-Square adjusted dari hasil perhitungan regresi linier berganda antara faktor bawahan (X1), faktor pimpinan (X2) dan faktor situasi (X3) terhadap motivasi kerja (Y) adalah sebesar 0,586. Artinya 58.6% variabel dependen motivasi kerja (Y) dijelaskan oleh variabel independen faktor bawahan (X1), faktor pimpinan (X2) dan faktor situasi (X3), dan sisanya 41,4% (100%-58,6%) dijelaskan oleh variabel lain diluar variabel yang digunakan.

Uji simultan dengan F-test melalui output Minitab pada Tabel 16 menunjukkan p-value 0 (nol) < 0,1 (α) yang artinya adalah signifikan. Artinya adalah bahwa Ha2 diterima dan Ho2 ditolak. Ini berarti faktor bawahan (X1), faktor pimpinan (X2) dan faktor situasi (X3) secara bersama- sama berpengaruh terhadap motivasi kerja (Y).

Uji parsial dengan T-test yang dapat dilihat dari output Minitab pada Tabel 16 menunjukkan bahwa faktor bawahan (X1) memiliki nilai p-value 0,087 < 10% (α), artinya signifikan. Signifikan di sini berarti Ha3 diterima dan Ho3 ditolak. Artinya faktor bawahan (X1) secara parsial berpengaruh terhadap motivasi kerja (Y). Faktor pimpinan (X2) memiliki nilai p-value 0,035 < 10% (α), artinya signifikan. Signifikan di sini berarti Ha4 diterima dan Ho4 ditolak. Artinya faktor pimpinan (X2) secara parsial berpengaruh terhadap motivasi kerja (Y). Sedangkan faktor situasi (X3) memiliki nilai p- value 0,439 > 10% (α), artinya tidak signifikan. Ini berarti bahwa Ho5 diterima dan Ha5 ditolak. Artinya faktor situasi (X3) secara parsial tidak berpengaruh terhadap motivasi kerja (Y).

b) Analisis Regresi Linier Berganda Variabel-variabel Faktor Efektivitas Kepemiminan terhadap Motivasi Kerja.

Output analisis regresi linier berganda antara variabel-variabel faktor efektivitas kepemimpinan terhadap motivasi kerja PT Jasa Marga (Persero) dapat dilihat pada Tabel 17.

Tabel 17. Hasil analisis regresi linier berganda variabel-variabel efektivitas kepemimpinan terhadap motivasi kerja pegawai

Upaya Bawahan (X1), Tingkat Partisipatif Bawahan (X2), Koordinasi Eksternal dengan Bawahan (X3), Ciri Pemimpin (X4), Keterampilan dan Kemampuan Pemimpin (X5), Perilaku Pemimpin (X6), Dukungan Manajemen (X7), Karakteristik Pemimpin (X8), Struktur Tugas (X9), Kekuasaan Posisi (X10), Hubungan Atasan dan Bawahan

(X11) terhadap Motivasi Kerja (Y)

Analisis Regresi Berganda

Persamaan Model Regresi Y = - 7.41 + 3.70 X1 + 2.94 X2 + 1.71 X3 - 0.60 X4 + 3.49 X5 - 4.47 X6 + 6.70 X7 - 3.15 X8 - 2.69 X9 - 1.72 X10 + 6.24 X11 Nilai F 12.87 Nilai T (X1) 2,38 Nilai T (X2) 2,03 Nilai T (X3) 1,38 Nilai T (X4) -0,40 Nilai T (X5) 1,42 Nilai T (X6) -1,91 Nilai T (X7) 3,54 Nilai T (X8) -1,29 Nilai T (X9) -1,50 Nilai T (X10) -1,05 Nilai T (X11) 2,70

Nilai P-Value dari F 0,000

Nilai P-Value T (X1) 0,034 Nilai P-Value T (X2) 0,064 Nilai P-Value T (X3) 0,192 Nilai P-Value T (X4) 0,698 Nilai P-Value T (X5) 0,179 Nilai P-Value T (X6) 0,078 Nilai P-Value T (X7) 0,004 Nilai P-Value T (X8) 0,218 Nilai P-Value T (X9) 0,159 Nilai P-Value T (X10) 0,313 Nilai P-Value T (X11) 0,018 R-Square 0,916 R-Square (adj) 0,841

Tabel 17 menunjukkan persamaan regresi linier berganda antara variabel-variabel faktor efektivitas kepemimpinan (upaya bawahan (X1), partisipasi bawahan (X2), koordinasi dengan bawahan (X3), ciri pemimpin (X4), keterampilan dan kemampuan pemimpin (X5), perilaku pemimpin (X6), dukungan manajemen (X7), karakteristik pemimpin (X8), struktur tugas (X9), kekuasaan posisi (X10) dan hubungan atasan dan bawahan (X11)) terhadap motivasi kerja (Y) adalah sebagai berikut:

Y = - 7.41 + 3.70 X1 + 2.94 X2 + 1.71 X3 - 0.60 X4 + 3.49 X5 - 4.47 X6 + 6.70 X7-3. X8 - 2.69 X9 - 1.72 X10 + 6.24 X11

Dimana Y=motivasi kerja, X1=upaya bawahan, X2=tingkat partisipatif bawahan, X3=koordinasi eksternal dengan bawahan, X4=ciri pemimpin, X5=keterampilan dan kemampuan pemimpin, X6=perilaku pemimpin, X7=dukungan manajemen, X8=karakteristik pemimpin, X9=struktur tugas, X10=kekuasaan posisi dan X11=hubungan atasan dan bawahan.

Nilai konstanta (a) dari hasil perhitungan adalah sebesar -7,41, artinya jika variabel-variabel independen faktor efektivitas kepemimpinan bernilai 0 (nol), maka nilai motivasi kerjanya (Y) adalah -7,41. Koefisien regresi X1 (b1) adalah 3,70, artinya adalah apabila upaya bawahan (X1) meningkat sebanyak 1 unit, maka motivasi kerja (Y) akan meningkat pula sebanyak 3,70 unit. Koefisien regresi X2 (b2) adalah 2,94, artinya adalah apabila partisipasi bawahan (X2) meningkat sebanyak 1 unit, maka motivasi kerja (Y) akan meningkat pula sebanyak 2,94 unit. Koefisien regresi X3 (b3) adalah 1,71, artinya adalah apabila koordinasi dengan bawahan (X3) meningkat sebanyak 1 unit, maka motivasi kerja (Y) akan mengalami penurunan sebanyak 1,71 unit.

Koefisien regresi X4 (b4) adalah -0,60, artinya adalah apabila ciri pemimpin (X4) meningkat sebanyak 1 unit, maka motivasi kerja (Y) akan mengalami penurunan sebanyak 0,60 unit. Koefisien regresi X5 (b5) adalah 3,49, artinya adalah apabila keterampilan dan kemampuan pemimpin (X5) meningkat sebanyak 1 unit, maka motivasi kerja (Y) akan meningkat pula sebanyak 3,49 unit. Koefisien regresi X6 (b6) adalah -4,47, artinya adalah apabila perilaku pemimpin (X6) meningkat sebanyak 1 unit, maka motivasi kerja (Y) akan mengalami penurunan sebanyak 4,47 unit. Koefisien regresi X7 (b7) adalah 6,70, artinya adalah apabila dukungan manajemen (X7) meningkat sebanyak 1 unit, maka motivasi kerja (Y) akan meningkat pula sebanyak 6,70 unit. Koefisien regresi X8 (b8) adalah -3,15, artinya adalah apabila ciri pemimpin (X8) meningkat sebanyak 1 unit, maka motivasi kerja (Y) akan mengalami penurunan sebanyak 3,15 unit.

Koefisien regresi X9 (b9) adalah -2,69, artinya adalah apabila stuktur tugas (X9) meningkat sebanyak 1 unit, maka motivasi kerja (Y) akan mengalami penurunan sebanyak 2,69 unit. Koefisien regresi X10 (b10)

adalah -1,72, artinya adalah apabila kekuasaan posisi (X10) meningkat sebanyak 1 unit, maka motivasi kerja (Y) akan mengalami penurunan sebanyak 1,72 unit. Koefisien regresi X11 (b11) adalah 6,24, artinya adalah apabila ciri pemimpin (X11) meningkat sebanyak 1 unit, maka motivasi kerja (Y) juga akan mengalami peningkatan sebanyak 6,24 unit.

Koefisien determinasi (R2) dari hasil analisis regresi berganda untuk semua variabel faktor efektivitas kepemimpinan adalah sebesar 0,916. Untuk analisis regresi linier berganda, koefisien determinasi yang digunakan adalah koefisien determinasi yang telah disesuaikan (R-Square Adjusted). R-Square adjusted dari hasil perhitungan regresi linier berganda antara variabel- variabel upaya bawahan (X1), partisipasi bawahan (X2), koordinasi dengan bawahan (X3), ciri pemimpin (X4), keterampilan dan kemampuan pemimpin (X5), perilaku pemimpin (X6), dukungan manajemen (X7), karakteristik pemimpin (X8), struktur tugas (X9), kekuasaan posisi (X10) dan hubungan atasan dan bawahan (X11) terhadap motivasi kerja (Y) adalah sebesar 0,845. Artinya 84,10% variabel dependen motivasi kerja (Y) dijelaskan oleh variabel-variabel independen upaya bawahan (X1), partisipasi bawahan (X2), koordinasi dengan bawahan (X3), ciri pemimpin (X4), keterampilan dan kemampuan pemimpin (X5), perilaku pemimpin (X6), dukungan manajemen (X7), karakteristik pemimpin (X8), struktur tugas (X9), kekuasaan posisi (X10) dan hubungan atasan dan bawahan (X11), dan sisanya 15,10% (100%-84,10%) dijelaskan oleh variabel lain diluar variabel yang digunakan.

Uji simultan dengan F-test melalui output Minitab pada Tabel 17 menunjukkan p-value 0 (nol) < 0,1 (α) yang artinya adalah signifikan. Artinya adalah bahwa Ha6 diterima dan Ho6 ditolak. Ini berarti variabel- variabel upaya bawahan (X1), partisipasi bawahan (X2), koordinasi dengan bawahan (X3), ciri pemimpin (X4), keterampilan dan kemampuan pemimpin (X5), perilaku pemimpin (X6), dukungan manajemen (X7), karakteristik pemimpin (X8), struktur tugas (X9), kekuasaan posisi (X10) dan hubungan atasan dan bawahan (X11) secara bersama-sama berpengaruh terhadap motivasi kerja (Y).

Uji parsial dengan T-test yang dapat dilihat dari output Minitab pada Tabel 17 menunjukkan bahwa variabel upaya bawahan (X1) memiliki nilai p-value 0,034 < 10% (α), artinya signifikan. Signifikan di sini berarti Ha7 diterima dan Ho7 ditolak. Artinya upaya bawahan (X1) secara parsial berpengaruh terhadap motivasi kerja (Y). Partisipasi bawahan (X2) memiliki nilai p-value 0,064 < 10% (α), artinya signifikan. Signifikan di sini berarti Ha8 diterima dan Ho8 ditolak. Artinya partisipasi bawahan (X2) secara parsial berpengaruh terhadap motivasi kerja (Y). Koordinasi eksternal dengan bawahan (X3) memiliki nilai p-value 0,192 > 10% (α), artinya tidak signifikan. Ini berarti bahwa Ho9 diterima dan Ha9 ditolak. Artinya koordinasi dengan bawahan (X3) secara parsial tidak berpengaruh terhadap motivasi kerja (Y).

Ciri pemimpin (X4) memiliki nilai p-value 0,698 > 10% (α), artinya tidak signifikan. Ini berarti bahwa Ho10 diterima dan Ha10 ditolak. Artinya ciri pemimpin (X4) secara parsial tidak berpengaruh terhadap motivasi kerja (Y). Keterampilan dan kemampuan pemimpin (X5) memiliki nilai p-value 0,179 > 10% (α), artinya tidak signifikan. Ini berarti bahwa Ho11 diterima dan Ha11 ditolak. Artinya keterampilan dan kemampuan pemimpin (X5) secara parsial tidak berpengaruh terhadap motivasi kerja (Y). Perilaku pemimpin (X6) memiliki nilai p-value 0,078 < 10% (α), artinya signifikan. Signifikan di sini berarti Ha12 diterima dan Ho12 ditolak. Artinya perilaku pemimpin (X6) secara parsial berpengaruh terhadap motivasi kerja (Y). Dukungan manajemen (X7) memiliki nilai p-value 0,004 < 10% (α), artinya signifikan. Signifikan di sini berarti Ha13 diterima dan Ho13 ditolak. Artinya partisipasi bawahan (X7) secara parsial berpengaruh terhadap motivasi kerja (Y). Karakteristik pemimpin (X8) memiliki nilai p-value 0,218 > 10% (α), artinya tidak signifikan. Ini berarti bahwa Ho14 diterima dan Ha14 ditolak. Artinya karakteristik pemimpin (X8) secara parsial tidak berpengaruh terhadap motivasi kerja (Y).

Struktur tugas (X9) memiliki nilai p-value 0,159 > 10% (α), artinya tidak signifikan. Ini berarti bahwa Ho15 diterima dan Ha15 ditolak. Artinya struktur tugas (X9) secara parsial tidak berpengaruh terhadap motivasi kerja

(Y). Kekuasaan posisi (X10) memiliki nilai p-value 0,313 > 10% (α), artinya tidak signifikan. Ini berarti bahwa Ho16 diterima dan Ha16 ditolak. Artinya kekuasaan posisi (X10) secara parsial tidak berpengaruh terhadap motivasi kerja (Y). Hubungan atasan dan bawahan (X11) memiliki nilai p-value 0,018 < 10% (α), artinya signifikan. Signifikan di sini berarti Ha17 diterima dan Ho17 ditolak. Artinya hubungan atasan dan bawahan (X11) secara parsial berpengaruh terhadap motivasi kerja (Y).

4.8.Implikasi Manajerial

Manajemen sumber daya manusia yaitu suatu pengelolaan dan pendayagunaan sumber daya yang ada pada individu (pegawai) (Mangkunegara, 2002). Manajemen sumber daya manusia sangat penting bagi perusahaan dalam mengelola, mengatur, memanfaatkan pegawai sehingga dapat berfungsi secara produktif untuk mencapai tujuan perusahaan. Faktor manusia merupakan modal utama yang perlu diperhatikan oleh pengusaha dan pemimpin perusahaan. Pengelolaan dan pendayagunaan tersebut dikembangkan secara maksimal di dalam dunia kerja untuk mencapai tujuan perusahaan dan pengembangan individu pegawai. Menurut Mangkunegara (2002) fungsi operatif manajemen sumber daya manusia ada enam, yaitu pengadaan tenaga kerja, pengembangan, pemberian balas jasa, integrasi, pemeliharaan dan pemisahaan tenaga kerja.

Motivasi kerja dan kepemiminan merupakan hal yang termasuk dalam fungsi integrasi. Berdasarkan hasil penelitian dengan menggunakan korelasi Product Moment (Pearson), analisis regresi linier sederhana dan analisis regresi linier berganda, maka dapat diketahui implikasi manajerial bagi pihak manajemen perusahaan sebagai masukan untuk meningkatkan motivasi kerja pegawai melalui peran pemimpin dalam menjalankan kepemimpinannya. Implikasi manajerial yang diperoleh dari hasil analisis yaitu faktor efektivitas kepemimpinan yang menjadi perhatian utama dalam meningkatkan motivasi kerja pegawai adalah faktor pemimpin, dimana faktor ini merupakan faktor yang terkait pada diri pemimpin itu sendiri. Sedangkan variabel pembentuk faktor pemimpin yang memiliki kontribusi besar dalam mempengaruhi

motivasi kerja pegawai yaitu variabel perilaku pemimpin dan dukungan manajemen.

Perilaku pemimpin mencakup gaya kepemimpinan yang digunakan oleh seorang pemimpin. Gaya kepemimpinan yang paling efektif adalah gaya kepemimpinan situasional. Berdasarkan hasil observasi, perusahaan telah menerapkan gaya kepemimpinan situasional, sehingga perusahaan sebaiknya mempertahankan dan mengoptimalkan fungsi gaya kepemimimpinan tersebut demi meningkatkan dan menjaga kestabilan motivasi kerja pergawainya.

Dukungan manajemen mencakup dorongan semangat kerja yang dilakukan oleh pimpinan atau pihak manajemen perusahaan baik secara langsung maupun tidak langsung. Pemberian motivasi secara langsung dapat dilakukan melalui pemberian kata-kata motivasi atau penyemangat pada saat pemimpin memberikan instruksi atau tugas kepada pegawainya, menanyakan kesulitan pegawai dalam melaksanakan pekerjaan dan memberikan motivasi melalui training yang dilaksanakan oleh pihak manajemen perusahaan. Dukungan manajemen yang tidak langsung dapat mencakup pengawasan dan pemberian perhatian kepada para pegawai dalam pelaksanaan kerjanya.

Pengoptimalan faktor tersebut diharapkan mampu meningkatkan motivasi kerja pegawai. Namun, motivasi kerja pegawai yang tinggi tidaklah cukup bagi perusahaan untuk terus mengembangkan usahanya, namun juga perusahaan perlu menjaga motivasi pegawai agar tetap dalam keadaan stabil.

Dokumen terkait