BAB VI FAKTOR-FAKTORYANGBERKAITAN DENGAN
6.2 Hubungan antara Interaksi Sosial Teman Sebaya dengan Kreativitas 66
faktor-faktor yang berhubungan dengan kreativitas yang lebih lanjut berhubungan dengan kompetensi dalam mengikuti Program Kreativitas Mahasiswa (PKM). Variabel yang berhubungan dengan kreativitas selain karakteristik individu adalah interaksi sosial teman sebaya. Hasil pengujian hubungan antara interaksi sosial teman sebaya dengan kreativitas disajikan secara ringkas pada Tabel 20.
Tabel 20 Hasil Pengujian Hubungan antara Interaksi Sosial Teman Sebaya dengan Kreativitas.
Interaksi Sosial Teman Sebaya
Kreativitas
Koefisien ( rs) p-value
Intensitas Interaksi 0,119 0,319
Dukungan 0,334** 0,004
Keterangan: **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Hipotesis penelitian ini menduga adanya hubungan nyata antara interaksi sosial teman sebaya dengan kreativitas. Hasil analisis data antara variabel interaksi sosial teman sebaya dan kreativitas menunjukkan bahwa hipotesis tersebut tidak terbukti sepenuhnya. Artinya, tidak keseluruhan variabel dapat menunjukkan adanya hubungan. Interaksi sosial teman sebaya meliputi intensitas interaksi dan dukungan. Variabel intensitas interaksi tidak berhubungan dengan kreativitas, hanya variabel dukungan yang menunjukkan hubungan. Hubungan antara masing-masing interaksi sosial teman sebaya dengan kreativitas dapat dijelaskan secara rinci sebagai berikut:
6.2.1 Hubungan antara Intensitas Interaksi dengan Kreativitas
Intensitas interaksi dalam penelitian ini dibagi menjadi tiga, yaitu rendah, sedang dan tinggi. Pada kelompok responden kategori intensitas interaksi rendah memiliki rataan skor sebesar 20,00. Kelompok responden pada kategori intensitas sedang memiliki rataan skor sebesar 21,95 dan kelompok responden pada kategori intensitas interaksi tinggi memiliki rataan skor sebesar 23,14. Dari hasil uji korelasi Spearman (rs) yang terlampir pada Tabel 20 dapat dilihat bahwa nilai rs
yang didapat sebesar 0,119.
Hasil tersebut menunjukkan bahwa intensitas interaksi yang terjadi antara responden dengan teman sebayanya tidak berkaitan dengan pengembangan kreativitas responden. Hal ini dapat dipahami bahwa intensitas interaksi yang sebagian besar masuk ke dalam kategori tinggi terjadi dalam ruang lingkup waktu jam belajar mengajar dan meliputi kegiatan yang terkait dengan kegiatan perkuliahan. Selain itu Trock (2003) juga mengatakan bahwa interaksi yang
cukup sering antara remaja dan teman sebayanya dapat memberikan pengaruh positif maupun negatif. Oleh karena itu interaksi yang dilakukan seringkali bertujuan untuk mengamati dengan teliti minat dan pandangan teman sebaya. Hal tersebut untuk memudahkan proses penyatuan dirinya ke dalam aktivitas teman sebaya yang sedang berlangsung dan tidak berhubungan dengan kreativitas.
Apabila dikaitkan dengan faktor yang mendasari interaksi sosial, maka intensitas interaksi yang terjadi disebabkan oleh faktor imitasi. Imitasi adalah proses sosial atau tindakan seseorang untuk meniru orang lain melalui sikap, penampilan, gaya hidupnya, bahkan apa saja yang dimiliki orang lain (Rahman, 2000). Individu yang hanya mengandalkan perilaku dari meniru dapat mengakibatkan individu tersebut menjadi tidak berkembang dan menghambat perkembangan kebiasaan berpikir kritis. Imitasi dalam interaksi sosial dapat menimbulkan kebiasaan dimana orang mengimitasi sesuatu tanpa kritik, mereka melakukan dari apa yang mereka lihat. Adanya peranan imitasi dalam interaksi sosial dapat memajukan gejala-gejala kebiasaan malas berpikir kritis pada individu manusia, yang mendangkalkan kehidupannya.
Berdasarkan hasil analisis di atas maka terima Ho atau tolak H1 yaitu intensitas interaksi dengan teman sebaya tidak mamiliki hubungan dengan kreativitas. Pernyataan ini ditunjukkan oleh nilai hasil uji korelasi Spearman dengan nilai p-Value yang lebih dari 0,05. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa intensitas interaksi tidak menentukan kreativitas.
6.2.2 Hubungan antara Dukungan dengan Kreativitas
Dukungan dalam penelitian ini dibagi menjadi tiga, yaitu rendah, sedang dan tinggi. Pada kelompok responden kategori dukungan rendah memiliki rataan skor sebesar 23,00. Kelompok responden pada kategori dukungan sedang memiliki rataan skor sebesar 21,89 dan kelompok responden pada kategori dukungan tinggi memiliki rataan skor sebesar 23,67. Dari hasil uji korelasi
Spearman (rs) yang terlampir pada Tabel 20 dapat dilihat bahwa nilai rs yang didapat sebesar 0,334 dan berhubungan nyata pada level 1%.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Pritini (2006), dimana didapatkan hasil bahwa teman sebaya bisanya memberikan dukungan semangat, fisik dan ego yang kemudian akan mengarah pada solidaritas bersama. Peran teman sebaya sebagai penyedia informasi kemudian mengakibatkan remaja yang haus akan informasi dari lingkungan luar merasa mendapatkan berbagai informasi. Hal ini didukung pula oleh sifat dan karakteristik remaja yang mulai senang melakukan eksperimen untuk mengembangkan kreativitasnya. Apabila dikaitkan dengan bentuk interaksi menurut Soekanto (2002 dalam Nisriyana, 2007) maka dukungan dapat dikategorikan sebagai bentuk kerja sama (co-operation). Kerja sama di sini dimaksudkan sebagai suatu usaha bersama antara orang perorangan atau kelompok manusia untuk mencapai satu atau beberapa tujuan bersama
Selain itu dinyatakan pula oleh Direktorat Kemahasiswaan bahwa informasi dari mulut ke mulut yang dilakukan sesama teman ternyata lebih ampuh dalam penyampaian informasi sosialisasi PKM. Hal ini dikarenakan mahasiswa, terutama yang masih berada pada tingkat 2 masih percaya kepada informasi dari teman sebayanya yang dirasa memiliki pengetahuan lebih. Mereka merasa informasi tersebut jujur dan tidak berlebihan. Mereka juga tidak segan untuk bertanya dan berdiskusi mengenai hal-hal detail pada teman. Dukungan inilah yang menyebabkan kreativitas mereka muncul dan berkembang.
Berdasarkan hasil analisis tersebut maka H0 ditolak atau terima H1 yaitu dukungan teman sebaya memiliki hubungan dengan kreativitas. Hubungan antara dukungan teman sebaya dengan kreativitas ini termasuk ke dalam hubungan yang signifikan pada level 1% yaitu pada selang kepercayaan 99,6 persen.
6.3 Hubungan antara Kreativitas dengan Kompetensi dalam Mengikuti Program Kreativitas Mahasiswa (PKM)
Variabel yang berhubungan dengan kompetensi dalam penelitian ini adalah faktor yang berhubungan dengan kompetensi dalam mengikuti Program Kreativitas Mahasiswa (PKM). Variabel tersebut adalah kreativitas. Kreativitas berhubungan dengan kompetensi dalam mengikuti PKM melalui tiga variabel pada kompetensi yaitu pengetahuan, sikap dan keterampilan. Hasil pengujian
hubungan antara kreativitas dengan kompetensi dalam mengikuti Program Kreativitas Mahasiswa disajikan secara ringkas pada Tabel 21 berikut ini.
Tabel 21 Hasil Pengujian Hubungan Kreativitas dengan Kompetensi dalam Mengikuti Program Kreativitas Mahasiswa.
Kompetensi Kreativitas
Koefisien ( rs) p-value
Pengetahuan 0,122 0,308
Sikap 0,379** 0,001
Keterampilan 0,384** 0,001
Keterangan: **. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).
Hipotesis penelitian ini menduga adanya hubungan nyata antara kreativitas dengan kompetensi dalam mengikuti program kreativitas mahasiswa (PKM). Hasil analisis data antara variabel kreativitas dan kompetensi dalam mengikuti PKM menunjukkan bahwa hipotesis tersebut tidak terbukti sepenuhnya. Artinya, tidak keseluruhan variabel dapat menunjukkan adanya hubungan. Salah satu variabel kompetensi yaitu pengetahuan tidak menunjukkan adanya hubungan. Kreativitas hanya menunjukkan hubungan dengan variabel sikap dan keterampilan. Hubungan antara kreativitas dengan masing-masing variabel kompetensi dalam mengikuti PKM dapat dijelaskan secara rinci sebagai berikut
6.3.1 Hubungan antara Kreativitas dengan Pengetahuan
Kreativitas dalam penelitian ini dibagi menjadi tiga, yaitu rendah, sedang dan tinggi. Seperti yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya bahwa setelah dilakukan akumulasi skor data responden maka tidak ada responden yang berada pada kategori rendah. Oleh karena itu kategori pada kreativitas menjadi dua, yaitu kreativitas sedang dan tinggi. Pada kelompok responden kategori kreativitas sedang memiliki rataan skor pengetahuan sebesar 9,82 dan kelompok responden pada kategori kreativitas tinggi memiliki rataan skor pengetahuan sebesar 10,67.
Dari hasil uji korelasi Spearman (rs) yang terlampir pada Tabel 21 dapat dilihat bahwa nilai rs yang didapat sebesar 0,122.
Hasil tersebut menunjukkan bahwa kreativitas yang dimiliki oleh responden tidak berkaitan dengan pengetahuan dalam mengikuti Program Kreativitas Mahasiswa (PKM). Hal ini dapat dipahami bahwa pengetahuan yang dimaksud dalam kompetensi ini lebih ke arah kemampuan responden menangkap informasi dalam sosialisasi PKM. Kreativitas lebih menekankan kepada kegiatan yang mendatangkan hasil yang sifatnya baru berguna dan dapat dimengerti. Pada intinya kreativitas lebih menakankan pada kemampuan unruk melahirkan sesuatu yang baru, baik berupa gagasan maupun karya nyata yang semuanya itu relatif berbeda dengan apa yang telah ada sebelumnya. Pengetahuan yang dimaksud dalam penelitian ini meliputi pengetahuan bidang ilmu dan pengetahuan materi sosialisasi PKM.
Dari hasil penelitian terdapat beberapa alasan mengenai tidak adanya hubungan antara kreativitas dan pengetahuan. Pertama dikarenakan terdapat beberapa kategori PKM yang tidak harus sesuai dengan bidang keilmuan. Hal ini memberi peluang agar setiap mahasiswa dapat mengembangkan kreativitasnya walaupun pengetahuan yang ia miliki belum cukup banyak. Selama mahasiswa tersebut memiliki motivasi, berkemauan dan mampu bekerjasama maka ia dapat mengikuti PKM. Kedua, yaitu status responden yang berada pada tingkat dua dimana ia baru diperkenalkan pada pengetahuan-pengetahuan menurut bidang ilmunya. Pada usia tersebut mereka cenderung memanfaatkan keterampilan bukan pengetahuan mereka. Ketiga, yaitu status mahasiswa tingkat dua yang membuat mereka merasa hanya dianggap sebagai pelengkap syarat. Hal ini sebenarnya tidak sepenuhnya benar karena mahasiswa tingkat dua ini dipersiapkan untuk kemudian menjadi pemimpin dalam kegiatan PKM berikutnya. Namun, posisi mereka yang kurang dari segi pengalaman membuat mereka tidak dapat mengembangkan kreativitas dan memperoleh sedikit pengetahuan.
Berdasarkan hasil analisis di atas maka terima Ho atau tolak H1 yaitu kreativitas tidak mamiliki hubungan dengan pengetahuan dalam mengikuti Program Kreativitas Mahasiswa. Pernyataan ini ditunjukkan oleh nilai hasil uji korelasi Spearman dengan nilai p-Value yang lebih dari 0,05.
6.3.2 Hubungan antara Kreativitas dengan Sikap
Variabel kedua pada kompetensi yang diduga berkaitan dengan kreativitas adalah sikap. Pada kelompok responden kategori kreativitas sedang memiliki rataan skor sikap sebesar 28,69 dan kelompok responden pada kategori kreativitas tinggi memiliki rataan skor sikap sebesar 30,70. Dari hasil uji korelasi Spearman (rs) yang terlampir pada Tabel 21 dapat dilihat bahwa nilai rs yang didapat sebesar 0,379 dan berhubungan nyata pada level 1%.
Hasil tersebut menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang rendah tetapi berarti antara kreativitas dengan sikap dalam mengikuti Program Kreativitas Mahasiswa. Hal ini sejalan dengan pernyataan Murfiani (2006) bahwa sikap atau domain afektif dalam kompetensi ini merupakan dasar untuk melakukan suatu kegiatan melalui kesiapan menerima nilai-nilai. Pernyataan tersebut juga diperkuat oleh Siagian (1986 dalam Mariani, 1995) yang menyatakan bahwa dengan kreativitas seseorang dapat mengabstraksikan sesuatu sehingga dapat melihat sesuatu itu baik atau berbahaya, dapat melihat ke depan, lebih peka dan berani mengambil sikap tanpa ragu-ragu dan bertanggung jawab.
Dari hasil penelitian terlihat bahwa sebagian besar mahasiswa yang tergolong dalam kategori kreativitas tinggi memiliki rataan skor sikap yang tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa responden tersebut memiliki sikap yang lebih positif terhadap PKM. Mereka cenderung merasa senang untuk mencari informasi, mengunjungi tempat-tempat yang dapat memberikan pengetahuan dan mereka juga merasa senang apabila dapat terlibat dalam kegiatan PKM.
Berdasarkan hasil analisis di atas maka H0 ditolak atau terima H1 yang artinya terdapat hubungan nyata antara kreativitas dengan sikap dalam mengikuti Program Kreativitas Mahasiswa. Pernyataan ini ditunjukkan oleh nilai hasil uji korelasi Spearman dimana nilai p-Value kurang dari 0,01.
6.3.3 Hubungan antara Kreativitas dengan Keterampilan
Variabel ketiga pada kompetensi yang diduga berkaitan dengan kreativitas adalah keterampilan. Pada kelompok responden kategori kreativitas sedang memiliki rataan skor keterampilan sebesar 28,71 dan kelompok responden pada
kategori kreativitas tinggi memiliki rataan skor keterampilan sebesar 32,00. Dari hasil uji korelasi Spearman (rs) yang terlampir pada Tabel 21 dapat dilihat bahwa nilai rs yang didapat sebesar 0,384 dan berhubungan nyata pada level 1%.
Hasil tersebut menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang rendah tetapi berarti antara kreativitas dengan keterampilan dalam mengikuti Program Kreativitas Mahasiswa. Hal ini sejalan dengan pernyataan yang dikemukakan oleh Simpson (1956 dalam Huzaifah, 2009) bahwa hasil belajar psikomotor akan tampak dalam bentuk keterampilan dan kemampuan bertindak individu. Hasil belajar psikomotor ini merupakan kelanjutan dari hasil belajar kognitif dan afektif yang kemudian membuat individu mampu untuk melahirkan suatu gagasan yang baru dan kreatif.
Dari hasil penelitian terlihat bahwa responden yang berada pada kategori kreativitas tinggi memiliki rataan skor yang tinggi pula dalam keterampilan. Hal ini karena kreativitas sendiri memang menuntut sesorang dapat mengeluarkan keterampilannya. Sebagian besar responden yang pernah terlibat dalam PKM juga menunjukkan bahwa mereka mampu melakukan keterampilan-keterampilan yang dibutuhkan untuk mengikuti PKM seperti memahami informasi, mengumpulkan data secara cepat dan tepat, menyusun proposal secara sitematis, lengkap dan sesuai, merinci biaya secara lengkap dan wajar, menerapkan kesesuaian metode, serta mengkoordinasikan kelompok.
Berdasarkan hasil analisis diatas maka H0 ditolak atau terima H1 yang artinya terdapat hubungan nyata antara kreativitas dengan keterampilan dalam mengikuti Program Kreativitas Mahasiswa. Pernyataan ini ditunjukkan oleh nilai hasil uji korelasi Spearman dimana nilai p-Value kurang dari 0,01.