• Tidak ada hasil yang ditemukan

FAKTOR-FAKTOR YANG BERKAITAN DENGAN KOMPETENSI DALAM MENGIKUTI PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA (PKM)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "FAKTOR-FAKTOR YANG BERKAITAN DENGAN KOMPETENSI DALAM MENGIKUTI PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA (PKM)"

Copied!
102
0
0

Teks penuh

(1)

FAKTOR-FAKTOR YANG BERKAITAN DENGAN KOMPETENSI DALAM MENGIKUTI PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA (PKM) (Kasus: Mahasiswa/i Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan Tahun Masuk

2008, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor)

Oleh :

INDRIANI HARYANI I34060782

DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

(2)

ABSTRACT

INDRIANI HARYANI. FACTORS RELATED TO COMPETENCE IN STUDENTS CREATIVITY PROGRAM (SCP). Case: Student in Department of Food Science and Technology Entry Year 2008, Faculty of Agricultural Technology, Bogor Agricultural University. (Supervised by PUDJI MULJONO).

The purpose of this study are to analyze the relationship of individual characteristics with the creativity of students, analyze the social influence of peer relationships with the creativity of students and analyze the relationship between student creativity with competence to participate in Student Creativity Program (SCP). This research was conducted at the Bogor Agricultural University, Department of Food Science and Technology, Faculty of Agricultural Technology. Data used in this study are primary and secondary data. The primary data obtained through interviews using questionnaire which is distributed and completed by the respondent In this study, the result of the individual characteristics consist of gender, academic achievement, organizational experience and achievement motivation is not all of them correlated with creativity. Only variable of organizational experience and achievement motivation are significantly associated with the creativity. In the social environment of peer group, the intensity of interaction is not correlated with the creativity. But only the support in peer group has correlated significantly with the creativity. Besides that creativity significantly correlated with competence in the student creativity program through the attitudes and skills variable. Creativity has no linkage with variable of knowledge in competence to participating in the Student Creativity Program.

(3)

RINGKASAN

INDRIANI HARYANI. FAKTOR-FAKTOR YANG BERKAITAN DENGAN KOMPETENSI DALAM MENGIKUTI PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA (PKM). Kasus: Mahasiswa/i Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan Tahun Masuk 2008, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor. (Di bawah bimbingan PUDJI MULJONO).

Mahasiswa yang sebagian besar tergolong dalam masa remaja akhir memiliki tugas penting sebagai bagian dari generasi muda. Disamping itu peran mahasiswa sebagai agent of changes tidak diragukan lagi, sebab di negara mana pun di dunia ini, mahasiswa tampil sebagai pionir pembaharuan dalam suatu negara, termasuk Indonesia. Mahasiswa harus memiliki kompetensi seperti kreatif, kritis, kooperatif, dan etis yang sangat dibutuhkan untuk menghadapi persaingan yang semakin ketat di era globalisasi. Besarnya waktu yang dihabiskan mahasiswa terutama mahasiswa pada usia remaja akhir untuk berinteraksi dan berkumpul bersama teman sebayanya dapat dikatakan berpengaruh sangat besar dalam perkembangan kehidupannya. Interaksi tersebut kemudian dapat membentuk sebuah pengembangan kreativitas dan peningkatan kompetensi mahasiswa untuk melakukan segala sesuatu yang berguna bagi pembangunan negaranya. Hal ini menjadi sangat penting karena mahasiswa di negara manapun akan tampil sebagai pionir pembangunan yang akan dituntut untuk melanjutkan pembangunan negaranya. Sehubungan dengan hal itu, penulis tertarik untuk meneliti keterkaitan faktor-faktor, seperti karakteristik individu dan interaksi sosial teman sebaya dengan kreativitas dan selanjutnya pada kompetensi mahasiswa tersebut.

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan karakteristik individu dengan kreativitas mahasiswa, menganalisis hubungan interaksi sosial teman sebaya dengan kreativitas mahasiswa dan menganalisis hubungan kreativitas mahasiswa dengan kompetensi mahasiswa dalam mengikuti Program Kreativitas Mahasiswa (PKM). Penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi pembaca khususnya untuk kalangan akademisi, direktorat kemahasiswaan IPB, pemerintah dan kalangan non akademisi serta masyarakat untuk dapat memahami pengaruh karakteristik individu dan teman sebaya terhadap kreativitas dan kompetensi mahasiswa.

Kompetensi mengikuti Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) adalah kemampuan menerapkan pengetahuan, sikap dan keterampilan secara konsisten dan sesuai dengan standar yang diterapkan dalam kegiatan Program Kreativitas Mahasiswa. Kompetensi ini kemudian diduga memiliki keterkaitan dengan faktor-faktor seperti karakteristik individu dan lingkungan sosial. Faktor-faktor-faktor tersebut kemudian diduga memiliki hubungan dengan kreativitas yang kemudian akan berhubungan dengan kompetensi.

Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer adalah data asli yang dikumpulkan oleh periset untuk menjawab rumusan masalah. Pengumpulan data primer yaitu dengan teknik pengisian kuesioner. Data sekunder berupa literatur-literatur yang menjadi acuan penulisan skripsi ini.

(4)

Data yang diperoleh akan dianalisis menggunakan analisis deskriptif kuantitatif untuk mengetahui gambaran secara umum mengenai hubungan antara faktor-faktor yang berkaitan dengan kreativitas yang lebih lanjut berhubungan dengan kompetensi. Data kuantitatif dianalisis dengan menggunakan program komputer SPSS 17.0 for windows dengan model uji korelasi Spearman dan Chi

Square.

Pada penelitian ini didapatkan hasil bahwa karakteristik individu yang terdiri dari jenis kelamin, prestasi akademik, pengalaman organisasi dan motivasi berprestasi ternyata tidak secara keseluruhan memiliki keterkaitan dengan kreativitas. Hanya variabel pengalaman organisasi dan motivasi berprestasi yang berhubungan signifikan dengan kreativitas. Intensitas interaksi pada interaksi sosial teman sebaya tidak memiliki keterkaitan dengan kreativitas. Hanya dukungan yang berhubungan signifikan dengan kreativitas. Kreativitas berhubungan signifikan dengan kompetensi dalam mengikuti program kreativitas mahasiswa melalui variabel sikap dan keterampilan. Kreativitas tidak memiliki keterkaitan dengan variabel pengetahuan pada kompetensi dalam mengikuti Program Kreativitas Mahasiswa.

Beberapa saran yang dapat disampaikan pada skripsi ini antara lain menciptakan lingkungan yang kondusif bagi pengembangan kompetensi sehingga mahasiswa dapat mengembangkan kreativitasnya untuk kemudian dapat menjadi generasi penerus pembangunan, perlu ditingkatkannya peran teman sebaya sebagai pemberi dukungan dalam memberikan informasi-informasi mengenai Program Kreativitas Mahasiswa dan perlunya memperhatikan masalah karakteristik mahasiswa seperti pengalaman organisasi dan motivasi berprestasi yang harus terus dikembangkan agar kreativitas mahasiswa terus meningkat.

(5)

FAKTOR-FAKTOR YANG BERKAITAN DENGAN KOMPETENSI DALAM MENGIKUTI PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA (PKM)

(Kasus: Mahasiswa/i Departemen Ilmu dan Teknologi Pangan Tahun Masuk 2008, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor)

Oleh : Indriani Haryani

I34060782

Skripsi

Sebagai Bagian Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat

pada

Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor.

DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2010

(6)

LEMBAR PENGESAHAN

DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

Dengan ini menyatakan bahwa skripsi yang ditulis oleh : Nama Mahasiswa : Indriani Haryani

Nomor Pokok : I34060782

Judul : Faktor-faktor yang Berkaitan dengan Kompetensi dalam Mengikuti Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) (Kasus: Mahasiswa/i Departemen Ilmu dan Teknologi pangan Tahun Masuk 2008, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor)

dapat diterima sebagai syarat kelulusan untuk memperoleh gelar Sarjana Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor.

Menyetujui, Dosen Pembimbing

Dr.Ir.Pudji Muljono, MSi NIP.19621010 198903 1 005

Mengetahui, Ketua Departemen

Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat

Dr.Ir.Soeryo Adiwibowo, MS NIP. 19550630 198103 1 003

(7)

PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI YANG BERJUDUL “FAKTOR-FAKTOR YANG BERKAITAN DENGAN KOMPETENSI DALAM MENGIKUTI PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA (PKM) (KASUS: MAHASISWA/I DEPARTEMEN ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN TAHUN MASUK 2008, FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN, INSTITUT PERTANIAN BOGOR)” BELUM PERNAH DIAJUKAN PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA LAIN MANAPUN UNTUK TUJUAN MEMPEROLEH GELAR AKADEMIK TERTENTU. SAYA JUGA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI DAN TIDAK MENGANDUNG BAHAN-BAHAN YANG PERNAH DITULIS ATAU DITERBITKAN OLEH PIHAK LAIN KECUALI SEBAGAI BAHAN RUJUKAN YANG DITERBITKAN OLEH PIHAK LAIN.

Bogor, Juni 2010

Indriani Haryani I34060782

(8)

RIWAYAT HIDUP

Penulis memiliki nama lengkap Indriani Haryani. Penulis dilahirkan di Dumai, pada tanggal 7 Maret 1988. Penulis adalah anak keempat dari empat bersaudara, dari pasangan Bapak M. Chairuddin Rambe dan Ibu Srie Kartiyah. Pendidikan dasar diselesaikan pada tahun 2000 di SD Taman Harapan Bekasi. Pendidikan lanjutan menengah pertama diselesaikan pada tahun 2003 di SLTP Negeri 19 Bekasi dan pendidikan lanjutan menengah atas diselesaikan pada tahun 2006 di SMA Negeri 4 Bekasi. Penulis diterima sebagai mahasiswa pada tahun 2006 melalui jalur Ujian Seleksi Mahasiswa IPB (USMI) di Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor.

(9)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan ke hadirat Allah SWT karena atas berkat rahmat dan karunia-Nya skripsi yang berjudul, “FAKTOR-FAKTOR YANG BERKAITAN DENGAN KOMPETENSI DALAM MENGIKUTI PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA (PKM) (KASUS: MAHASISWA/I DEPARTEMEN ILMU DAN TEKNOLOGI PANGAN TAHUN MASUK 2008, FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN, INSTITUT PERTANIAN BOGOR)” ini dapat diselesaikan sebagai salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat.

Besarnya waktu yang dihabiskan mahasiswa terutama mahasiswa pada usia remaja akhir untuk berinteraksi dan berkumpul bersama teman sebayanya dapat dikatakan berpengaruh sangat besar dalam perkembangan kehidupannya. Interaksi tersebut kemudian dapat membentuk sebuah pengembangan kreativitas dan peningkatan kompetensi mahasiswa untuk melakukan segala sesuatu yang berguna bagi pembangunan negaranya. Hal ini menjadi sangat penting karena mahasiswa di negara manapun akan tampil sebagai pionir pembangunan yang akan dituntut untuk melanjutkan pembangunan negaranya. Oleh karena itu menarik untuk melihat keterkaitan faktor-faktor seperti karakteristik individu dan lingkungan sosial teman sebaya dengan kreativitas dan selanjutnya pada kompetensi mahasiswa tersebut.

Penulis menyadari bahwa penulisan skripsi ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan saran dan masukannya. Akhirnya penulis mengharapkan semoga skripsi ini bermanfaat bagi pihak-pihak terkait.

Bogor, Juni 2010

(10)

UCAPAN TERIMA KASIH

Penulisan skripsi ini tidak lepas dari bantuan dan dukungan berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan syukur kepada Allah SWT karena atas berkat rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Pada kesempatan ini penulis juga ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang telah membantu, baik secara langsung maupun tidak langsung dalam penyelesaian skripsi ini, antara lain:

1. Dr. Ir. Pudji Muljono, MSi sebagai dosen pembimbing, atas bimbingan, waktu, koreksi, pemikiran serta sarannya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan.

2. Ir. Said Rusli, MA sebagai dosen pembimbing akademik, atas bimbingannya selama penulis melaksanakan kuliah di IPB.

3. Ratri Virianita, S.Sos, M.Si sebagai dosen penguji utama yang telah bersedia meluangkan waktu pada sidang skripsi penulis.

4. Ir. Yatri Indah Kusumastuti, MS sebagai dosen penguji dari Departemen SKPM yang telah bersedia meluangkan waktu pada sidang skripsi penulis. 5. Ibu Megawati yang telah membantu penulis mengumpulkan data dan bertukar

pikiran mengenai hasil pengolahan data.

6. Kedua orang tua Ayah, Mama serta kakak-kakaku (Yenni Chairiah Rambe SH, Syahri Fadlillah SAg. dan Ansyari Maulana) yang mencurahkan perhatian, semangat dan motivasi yang begitu besar.

7. Tunggul Permono Wicaksono SPi, yang selalu memberikan dorongan, semangat, kasih sayang dan perhatian yang begitu besar.

8. Teman-teman KPM 43, Sita, Icha, Ega, Bambel, Vio dan teman-teman tidak dapat disebutkan satu persatu. Terima kasih untuk kerjasamanya selama ini. 9. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah memberikan

(11)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR ... x

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR …... xiv

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang... 1

1.2 Perumusan Masalah... 3

1.3 Tujuan Penelitian... 4

1.4 Kegunaan Penelitian... 4

BAB II PENDEKATAN TEORITIS 2.1 Tinjauan Pustaka... 6

2.1.1 Mahasiswa dan Budaya Akademik Perguruan Tinggi……….. 6

2.1.2 Definisi Remaja... 7

2.1.3 Karakteristik Remaja... 8

2.1.3 Teman Sebaya... 13

2.1.4 Interaksi Sosial Teman Sebaya... 16

2.1.5 Kreativitas... 19

2.1.6 Kompetensi... 21

2.1.7 Program Kretivitas Mahasiswa (PKM)... 24

2.2 Kerangka Pemikiran... 29

2.3 Hipotesis Penelitian... 31

2.4 Definisi Operasional... 32

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian... 38

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian... 38

3.3 Teknik Pengumpulan Data... 39

3.4 Validitas dan Reliabilitas Instrumen... 40

(12)

3.4.2 Reliabilitas Instrumen... 41

3.5 Teknik Analisis Data ... 41

BAB IV PROFIL PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA (PKM) DI INSTITUT PERTANIAN BOGOR (IPB) 4.1 Sejarah Program Kreativitas Mahasiswa dan Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (PIMNAS) ... 44

4.2 Partisipasi Institut Pertanian Bogor dalam Program Kreativitas Mahasiswa ... 45

4.3 Prestasi Institut Pertanian Bogor dalam Program Kreativitas Mahasiswa ... 47

BAB V KARAKTERISTIK INDIVIDU, INTERAKSI SOSIAL TEMAN SEBAYA, KREATIVITAS DAN KOMPETENSI 5.1 Karakteristik Responden... 52

5.1.1 Jenis Kelamin ... 52

5.1.2 Prestasi Akademik ... 53

5.1.3 Pengalaman Organisasi ... 53

5.1.4 Motivasi Berprestasi ... 54

5.2 Interaksi Sosial Teman Sebaya ... 55

5.2.1 Intensitas Interaksi dengan Teman Sebaya ... 55

5.2.2 Dukungan Teman Sebaya ... 56

5.3 Kreativitas ... 57

5.4 Kompetensi dalam Mengikuti Program Kreativitas Mahasiswa….… 58 5.4.1 Pengetahuan dalam Mengikuti Program Kreativitas Mahasiswa ... 58 5.4.2 Sikap dalam Mengikuti Program Kreativitas Mahasiswa…….. 59

5.4.3 Keterampilan dalam Mengikuti Program Kreativitas Mahasiswa... 60

BAB VI FAKTOR-FAKTORYANGBERKAITAN DENGAN KOMPETENSI DALAM MENGIKUTI PROGRAM KREATIVITAS MAHASISWA (PKM) 6.1 Hubungan antara Karakteristik Individu dengan Kreativitas... 61

6.1.1 Hubungan antara Jenis Kelamin dengan Kreativitas... 62

6.1.2 Hubungan antara Prestasi Akademik dengan Kreativitas…... 63

6.1.3 Hubungan antara Pengalaman Organisasi dengan Kreativitas.. 64

6.1.4 Hubungan antara Motivasi Berprestasi dengan Kreativitas... 65

6.2 Hubungan antara Interaksi Sosial Teman Sebaya dengan Kreativitas 66 6.2.1 Hubungan antara Intensitas Interaksi dengan Kreativitas... 67

(13)

6.3 Hubungan antara Kreativitas dengan Kompetensi dalam Mengikuti

Program Kreativitas Mahasiswa ... 69

6.3.1 Hubungan antara Kreativitas dengan Pengetahuan ... 70

6.3.2 Hubungan antara Kreativitas dengan Sikap ... 72

6.3.3 Hubungan antara Kreativitas dengan Keterampilan ... 72

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN 7.1 Kesimpulan …... 74

7.2 Saran ... 74

DAFTAR PUSTAKA ... 76

(14)

DAFTAR TABEL

Nomer Halaman

Tabel 1. Kriteria Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) ... 25

Tabel 2. Skor Jawaban Responden untuk Pernyataan Motivasi ... 33

Tabel 3. Rancangan Kuesioner Komponen Kompetensi ... 35

Tabel 4. Skor Jawaban Responden untuk Pernyataan Sikap ... 36

Tabel 5. Skor Jawaban Responden untuk Pernyataan Keterampilan ... 37

Tabel 6. Penyelenggara Pekan Ilmiah Nasional ... 46

Tabel 7. Daftar Juara Umum PIMNAS ... 48

Tabel 8. Prestasi IPB dalam PIMNAS periode 2003-2009 ... 49

Tabel 9. Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Jenis Kelamin ... 52

Tabel 10. Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Prestasi ... 53

Tabel 11. Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Pengalaman Organisasi ... 54

Tabel 12. Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Motivasi Berprestasi ... 55

Tabel 13. Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Intensitas Interaksi dengan Teman Sebaya ... 56

Tabel 14. Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Dukungan Teman Sebaya ... 57

Tabel 15. Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Kreativitas ... 58

Tabel 16. Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Pengetahuan dalam Program Kreativitas Mahasiswa ... 59

Tabel 17. Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Sikap dalam Program Kreativitas Mahasiswa ... 59

Tabel 18. Jumlah dan Persentase Responden Berdasarkan Keterampilan dalam Program Kreativitas Mahasiswa ... 60

(15)

Tabel 19. Hasil Pengujian Hubungan antara Karakteristik Individu dengan

Kreativitas. ... 62 Tabel 20. Hasil Pengujian Hubungan antara Interaksi Sosial Teman Sebaya

dengan Kreativitas ... 67 Tabel 21. Hasil Pengujian Hubungan Kreativitas dengan Kompetensi dalam

(16)

DAFTAR GAMBAR

Nomer Halaman Gambar 1. Kerangka Pemikiran ... 31

(17)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Mahasiswa yang sebagian besar tergolong dalam masa remaja memiliki tugas penting sebagai bagian dari generasi muda. Santoso (2006) menyatakan bahwa peran mahasiswa sebagai agent of changes tidak diragukan lagi, sebab di negara mana pun di dunia ini, mahasiswa tampil sebagai pionir pembaharuan dalam suatu negara, termasuk Indonesia. Mahasiswa harus memiliki kompetensi, seperti kreatif, kritis, kooperatif, dan etis yang sangat dibutuhkan untuk menghadapi persaingan yang semakin ketat di era globalisasi. Mahasiswa diharapkan tidak hanya menekuni ilmu dalam bidangnya saja, tetapi juga beraktivitas untuk mengembangkan soft skills-nya agar menjadi lulusan yang mandiri, penuh inisiatif, bekerja secara cermat, penuh tanggung jawab dan gigih.

Kompetensi pada mahasiswa dapat diperoleh dari pembekalan secara formal melalui kurikulum akademik dan ko-kurikuler, serta ekstra dan intra kurikuler. Namun, tidak semua mahasiswa mau dan mampu untuk menjadi pembelajar yang sukses. Acapkali mahasiswa dengan nilai akademik yang tinggi tidak memanfaatkan peluang untuk menggunakan waktunya dalam kegiatan ko-kurikuler dan ekstra ko-kurikuler. Sebaliknya mahasiswa yang aktif dalam organisasi kemahasiswaan dan kegiatan pengembangan soft skills tidak memperoleh nilai akademik yang tinggi (Susanto, 2004). Sementara itu, dalam era persaingan bebas dibutuhkan lulusan yang memiliki hard skills dan soft skills yang seimbang. Oleh karenanya di tiap perguruan tinggi perlu diidentifikasi mahasiswa yang dapat melakukan keduanya dan yang terbaik perlu diberi penghargaan sebagai mahasiswa yang berprestasi (Santoso, 2006).

Remaja merupakan salah satu tahap perkembangan dalam manusia yang sangat kritis. Hal ini dikarenakan pada masa remaja seorang individu masih berada dalam keadaan emosi yang labil dalam mencari identitas dirinya (Hurlock, 2005). Menurut Piaget (1969), secara psikologis, masa remaja adalah usia dimana individu berintegrasi dengan masyarakat dewasa, usia dimana anak tidak lagi merasa di bawah tingkat orang-orang yang lebih tua melainkan berada dalam

(18)

tingkatan yang sama, sekurang-kurangnya dalam masalah hak. Remaja yang biasa disebut generasi muda juga mempunyai peranan yang sangat berarti dalam negara yang sedang membangun seperti Indonesia. Semangat yang cukup tinggi untuk mencapai suatu ideal tertentu dengan kerja yang tanpa pamrih dapat membuat remaja menghasilkan prestasi-prestasi yang baik yang berguna untuk pembangunan negaranya (Prasetya, 2009).

Setiap kali membahas mengenai manusia, maka akan timbul pertanyaan cukup mendasar yang berkaitan dengan perilakunya. Apakah tingkah laku bersumber pada manusia itu sendiri ataukah dari luar dirinya. Salah satu ranah perilaku yang dapat diamati, yaitu ranah psikomotor. Hal ini dikarenakan ranah psikomotor dapat diidentifikasikan sebagai tingkah laku nyata (overt behaviour). Harrow (1976) menyatakan bahwa istilah psychomotor terkait dengan kata motor,

sensory-motor atau perceptual-motor. Ranah psikomotor erat kaitannya dengan

kerja otot yang menjadi penggerak tubuh dan bagian-bagiannya, mulai dari gerak yang paling sederhana sampai dengan gerakan-gerakan yang kompleks. Ranah psikomotor ini kemudian dapat dijelaskan sebagai sebuah keterampilan atau kemampuan (Santoso, 2006).

Interaksi sosial mempunyai peranan besar terhadap perkembangan kemampuan remaja. Pada masa remaja, lingkungan sosial yang dominan antara lain dengan teman sebaya (Mappiare, 1982). Teman sebaya menurut Kail dan Reilson (dalam Rohani, 1999) merupakan sumber dukungan sosial karena dapat memberikan rasa senang dan dukungan selama mengalami suatu permasalahan. Teman sebaya juga merupakan suatu kelompok baru yang memiliki ciri, norma, kebiasaan yang jauh berbeda dengan apa yang ada di lingkungan rumah. Bergaul dengan teman sebaya merupakan bantuan dari seseorang yang kemudian diberikan kepada orang lain yang berusia kurang lebih sama, dimana dukungan tersebut bertujuan memberikan motivasi atau menimbulkan minat dalam diri seseorang ketika melakukan kegiatan (Prayitno, 2004). Beberapa penelitian yang telah dilakukan antara hubungan teman sebaya dan remaja seringkali menunjukkan hubungan yang negatif seperti kenakalan remaja, merokok, seks bebas, dan sebagainya. Hal inilah yang kemudian menjadi pertanyaan, apakah

(19)

teman sebaya selalu berdampak negatif. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk melihat sisi positif dari interaksi antara remaja dan teman sebaya.

Salah satu kegiatan yang sering mengundang minat mahasiswa untuk berprestasi bersama teman sebayanya adalah Program Kreativitas Mahasiswa (PKM). Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) merupakan salah satu bentuk upaya yang ditempuh oleh Direktorat Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (DP2M), Ditjen Dikti dalam meningkatkan kualitas peserta didik (mahasiswa) di perguruan tinggi agar kelak dapat menjadi anggota masyarakat yang memiliki kemampuan akademis dan/atau profesional yang dapat menerapkan, mengembangkan dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan, teknologi dan/atau kesenian, serta memperkaya budaya nasional. Program Kreativitas Mahasiswa dikembangkan untuk mengantarkan mahasiswa mencapai taraf pencerahan kreativitas dan inovasi berlandaskan penguasaan sains dan teknologi, serta keimanan yang baik. Mahasiswa diberi peluang untuk mengimplementasikan kemampuan, keahlian, sikap tanggungjawab, membangun kerjasama tim maupun mengembangkan kemandirian melalui kegiatan yang kreatif dalam bidang ilmu yang ditekuni dalam rangka mempersiapkan diri menjadi pemimpin yang cendekiawan, wirausahawan, mandiri dan arif (Dikti, 2010).

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diutarakan maka cukup penting untuk meneliti faktor-faktor yang berkaitan dengan kompetensi mahasiswa, mengingat bahwa mahasiswa merupakan generasi penerus bangsa yang memiliki sikap dan perilaku kreatif. Oleh karena itu, perumusan masalah yang akan diangkat dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Apakah terdapat hubungan antara karakteristik individu dengan kreativitas mahasiswa?

2. Apakah terdapat hubungan antara interaksi sosial teman sebaya dengan kreativitas mahasiswa?

3. Apakah terdapat hubungan antara kreativitas mahasiswa dengan kompetensi mahasiswa dalam mengikuti Program Kreativitas Mahasiswa (PKM)?

(20)

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan perumusan masalah, tujuan utama yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk menganalisis faktor-faktor yang berkaitan dengan kompetensi dalam mengikuti Program Kreativitas Mahasiswa. Kompetensi mahasiswa tersebut tidak dapat dipisahkan dari karakteristik individu dan interaksi sosial mereka. Oleh karena itu, tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Menganalisis hubungan antara karakteristik individu dengan kreativitas mahasiswa.

2. Menganalisis hubungan antara interaksi sosial teman sebaya dengan kreativitas mahasiswa.

3. Menganalisis hubungan antara kreativitas mahasiswa dengan kompetensi mahasiswa dalam mengikuti Program Kreativitas Mahasiswa (PKM).

1.4 Kegunaan Penelitian

Masalah kompetensi mahasiswa merupakan masalah yang perlu mendapat perhatian bagi banyak pihak baik oleh akademisi, pemerintah serta kalangan non-akademisi dan masyarakat. Oleh karena itu, penelitian ini, diharapkan dapat berguna bagi:

1. Akademik

Penelitian berjudul “Faktor-faktor yang Berkaitan dengan Kompetensi dalam Mengikuti Program Kreativitas Mahasiswa (PKM)” ini dapat digunakan oleh mahasiswa untuk memahami hubungan karakteristik individu, interaksi sosial teman sebaya dan kreativitas terhadap kompetensi mahasiswa.

2. Direktorat Kemahasiswaan IPB

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi informasi bagi Direktorat Kemahasiswaan IPB mengenai interaksi sosial untuk pengembangan dan peningkatan mutu terkait Program Kreativitas Mahasiswa di Institut Pertanian Bogor

3. Pemerintah

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan bagi Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi (DIKTI) selaku wakil pemerintah yang menaungi bidang

(21)

pendidikan perguruan tinggi terhadap penyelenggaraan serta pengembangan Program Kreativitas Mahasiswa ke depannya.

4. Kalangan non-akademisi dan masyarakat

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber pengetahuan tentang pengembangan kompetensi kreativitas mahasiswa.

(22)

BAB II

PENDEKATAN TEORITIS

2.1 Tinjauan Pustaka

2.1.1 Mahasiswa dan Budaya Akademik Perguruan Tinggi

Peguruan tinggi merupakan wahana tenaga ahli yang diharapkan mampu mengembangkan ilmu pengetahuan dan memberi sumbangan kepada pembangunan. Perguruan tinggi sebagai wadah untuk menciptakan kader-kader pemimpin bangsa memerlukan suatu pengelolaan yang berbeda dengan pengelolaan instansi non-pendidikan. Hal ini karena dalam perguruan tinggi berkumpul orang-orang berilmu dan bernalar (Artawan, 2004). Lingkungan akademik perguruan tinggi adalah ruang lingkup tempat proses belajar dan tempat berlangsungnya visi dan misi perguruan tinggi sebagai salah satu lembaga pendidikan tinggi (Kurniawan 2005). Di dalam lingkungan akademik terdapat beberapa komponen, yaitu dosen, mahasiswa, manajemen peguruan tinggi dan sarana untuk mendukung kegiatan perkuliahan.

Salah satu komponen dalam perguruan tinggi adalah mahasiswa. Mahasiswa dapat didefinisikan sebagai peserta didik yang terdaftar secara sah dan belajar di perguruan tinggi (Kurniawan, 2005). Sejalan dengan hal tersebut, maka Takwin (2008) juga mendefinisikan mahasiswa sebagai calon pembaharu, calon cendekiawan dan calon penyangga keberlangsungan hidup masyarakat. Tiga hal itu menjadi tujuan yang akan dicapai oleh mahasiswa melalui perguruan tinggi. Hal tersebut merupakan dasar bagi penentuan kualitas-kualitas psikologis apa yang seharusnya dimiliki oleh mahasiswa. Tujuan-tujuan itu juga menjadi dasar pertimbangan bagi penentuan kegiatan-kegiatan apa saja yang sebaiknya dilakukan oleh mahasiswa.

Menurut Kurniawan (2005) budaya akademik sebagi suatu subsistem perguruan tinggi memegang peranan penting dalam upaya membangun dan mengembangkan kebudayaan dan peradaban masyarakat dan bangsa secara keseluruhan. Pemilikan budaya akademik seharusnya menjadi keinginan semua insan akademik, yakni dosen dan mahasiswa. Derajat akademik tertinggi bagi

(23)

mahasiswa adalah apabila ia mampu mencapai prestasi akademik setinggi-tingginya. Bagi mahasiswa faktor-faktor yang dapat menghasilkan prestasi akademik adalah terprogramnya kegiatan belajar, giat untuk memburu referensi aktual dan mutakhir, diskusi substansial akademik, aktif organisasi dan sebagainya (Purwanto, 2000). Melalui aktivitas seperti itu diharapkan budaya mutu dapat dikembangkan secara bertahap dan menjadi kebiasaan dalam perilaku mahasiswa dalam proses pendidikan di perguruan tinggi.

2.1.2 Definisi Remaja

Istilah adolescence atau remaja berasal dari kata latin adolescere yang berarti “tumbuh” atau “tumbuh menjadi orang dewasa” (Hurlock, 2005). Remaja merupakan masa peralihan antar masa anak dan masa dewasa, yakni antara 12 sampai 21 tahun (Gunarsa dan Gunarsa, 2006). Mengingat pengertian remaja, menunjukkan ke masa peralihan sampai tercapainya masa dewasa, maka sulit menentukan batas umurnya. Masa remaja mulai pada saat timbulnya perubahan-perubahan berkaitan dengan tanda-tanda kedewasaan fisik, yakni pada umur 11 tahun atau mungkin 12 tahun pada wanita dan pada laki-laki sedikit lebih tua. Saat berakhirnya masa remaja juga sulit ditentukan mengingat pengertian “mandiri” yang berbeda-beda. Masyarakat yang majemuk dengan kebudayaan dan peradaban yang tinggi memerlukan masa remaja yang panjang untuk menjalani semua persiapan pendewasaan agar mampu hidup “mandiri”. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa remaja masa kini bisa mencapai masa dewasa pada umur 20 tahun atau 21 tahun.

Monks dan Knoers (1998) mengemukakan suatu analisis yang cermat mengenai semua aspek perkembangan dalam masa remaja yang secara global berlangsung antara umur 12 sampai 21 tahun dengan pembagiannya sebagai berikut:

1. Usia 12-15 tahun termasuk ke dalam masa remaja awal,

2. Usia 15-18 tahun termasuk ke dalam masa remaja pertengahan dan, 3. Usia 18-21 tahun termasuk ke dalam masa remaja akhir.

(24)

Sarwono (2002) mengelompokkan remaja menjadi dua tahap yang didasarkan pada usia tahap perkembangan masa remaja yaitu: (1) Tahap remaja awal (14-17 tahun untuk laki-laki dan 13-17 tahun untuk wanita) dengan ciri-ciri, yaitu status sosial belum jelas antara anak-anak dan dewasa, terjadi perubahan fisik dan kejiwaan yang pesat, masa peningkatan emosi, masa tidak stabil (cepat merasa bosan, sulit konsentrasi dan lain-lain), dan merasa banyak masalah; (2) Tahap remaja akhir (18-21 tahun untuk laki-laki dan wanita) dengan ciri-ciri yang lebih stabil dalam emosi, minat, konsentrasi dan cara berpikir, mengalami pertumbuhan fisik yang lamban, bertambah realistis, meningkatnya kemampuan untuk memecahkan masalah, serta tidak terganggu lagi dengan perhatian orang tua yang kurang.

Mengacu kepada definisi beberapa ahli tersebut, maka mahasiswa dapat dikategorikan sebagai individu yang berada dalam fase remaja akhir dalam kategori perkembangan sosial. Hal ini karena usia mahasiswa yang pada umumnya berkisar antara 17-24 tahun. Ahmadi dan Sholeh (2005) mengemukakan bahwa individu pada usia mahasiswa berada dalam vitalitas optimum. Perkembangan intelektualnya berada pada taraf operasional formal, sehingga kemampuaan nalarnya tinggi dan dapat mengembangkan kemampuan untuk berpikir sistematis mengenai hal yang abstrak dan hipotesis.

2.1.3 Karakteristik Remaja

Kurt Lewin (dalam Azwar, 2003) merumuskan suatu model hubungan perilaku (ranah psikomotor) yang mengatakan bahwa perilaku (B) adalah fungsi karakteristik individu (P) dan lingkungan (E). Karakteristik individu meliputi berbagai variabel seperti motif, nilai-nilai, sifat kepribadian, dan sikap yang saling berinteraksi satu sama lain dan kemudian berinteraksi pula dengan faktor-faktor lingkungan sosial dalam menentukan perilaku. Faktor lingkungan memiliki kekuatan besar dalam menentukan kemampuan individu, bahkan kekuatannya lebih besar daripada karakteristik individu. Hal ini terlihat pada individu yang bersifat submisif (lebih mengutamakan penerimaan lingkungan daripada keinginan pribadi).

(25)

Kemampuan seseorang untuk melakukan sebuah tindakan didorong oleh motif-motif untuk memenuhi kebutuhan, minat serta potensi yang ada pada diri individu tersebut. Motivasi sendiri didefinisikan sebagai suatu dorongan, kebutuhan atau keinginan untuk melakukan sesuatu (Slavin, 1991). Pengertian motivasi juga merujuk pada faktor-faktor yang terdapat dalam diri seseorang (seperti halnya kebutuhan, harapan dan minat) yang menggerakkan, memelihara, dan mengarahkan perilaku untuk mencapai suatu tujuan tertentu (Huffman et.al, 1995). McClelland (1976) menyatakan bahwa dalam lingkungan akademis, tinggi rendahnya motivasi belajar seseorang cenderung dilihat dari prestasi atau nilai akademisnya. Nilai akademis inilah yang biasanya dijadikan alat untuk mengukur kemampuan peserta didik. Oleh karena itu motivasi belajar sering disamakan dengan motivasi berprestasi.

Adapun karakteristik yang berkaitan dengan kreativitas dan kompetensi mahasiswa menurut beberapa penelitian sebelumnya adalah sebagai berikut:

1. Jenis Kelamin

Tjahjoanggoro (1994) melakukan penelitian yang menunjukkan bahwa makin tua usia seseorang, maka makin tinggi derajat keberhasilan kegiatan yang dilakukannya karena pengalaman yang ia miliki. Selain itu disebutkan pula bahwa laki-laki cenderung memiliki kesuksesan dalam karir yang lebih tinggi dibandingkan perempuan. Sejalan dengan ini Azzahra (2009) juga menyatakan bahwa kecenderungan laki-laki lebih besar dalam mengikuti Program Kreativitas Mahasiswa Kewirausahaan dan Program Pengembangan Kewirausahaan. Laki-laki memiliki kecenderungan lebih besar untuk berwirausaha dikarenakan mereka memiliki tanggung jawab yang lebih besar untuk menyejahterakan kehidupannya.

2. Prestasi Akademik

Menurut Soekarwati et al. (1986), salah satu faktor yang dapat mengubah pola pikir dan daya nalar adalah pendidikan. Pendidikan menunjukkan tingkat intelegensi yang berhubungan dengan daya pikir seseorang yang biasanya diukur melalui tes kemampuan seperti tes prestasi dan tes bakat. Tes Prestasi adalah tes yang dilakukan untuk mengukur keterampilan yang telah dicapai dan menunjukkan apa yang dapat dilakukan

(26)

saat ini. Tes bakat adalah tes yang dilakukan untuk memprediksi apa yang dapat dilakukan seseorang jika dilatih. Jahi (1988, dalam Malta, 2008) merangkum pendapat beberapa ilmuwan bahwa pendidikan merupakan suatu faktor yang menentukan dalam mendapatkan pengetahuan. Pendidikan menggambarkan tingkat kemampuan kognitif yang dimiliki seseorang.

Salam (1997) mengemukakan bahwa pendidikan pada hakekatnya merupakan usaha yang disadari untuk mengembangkan kepribadian dan kemampuan manusia yang dilaksanakan di dalam maupun di luar sekolah dan berlangsung seumur hidup. Tes kemampuan yang biasanya dilakukan dalam lingkungan pendidikan biasanya berupa nilai prestasi akademik. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa individu yang memiliki prestasi akademik yang baik berarti memiliki kemampuan kognitif yang baik pula. Prestasi akademik dengan demikian merupakan nilai yang dimiliki seseorang yang didapat melalui tes prestasi. Prestasi akademik dalam penelitian ini dibatasi pada jumlah indeks prestasi kumulatif remaja sampai pada saat penelitian ini dilakukan.

3. Pengalaman organisasi

Pengalaman organisasi merupakan salah satu cara kepemilikan pengetahuan berorganisasi yang dialami seseorang selama terlibat dalam sebuah organisasi. Pengalaman dapat mengarahkan perhatian seseorang pada minat, kebutuhan dan masalah-masalah yang dihadapinya (Batoa, 2007). Manalu (2009) menyatakan bahwa pengalaman merupakan salah satu pertimbangan bagi seseorang dalam menerima ide-ide baru yang menjadi kebutuhan dan dapat membantu memecahkan masalah.

Pengalaman organisasi dengan demikian dapat berupa jumlah kuantitatif, yaitu jumlah organisasi dan jumlah tahun yang dialami dan mempengaruhi tindakan seseorang dalam kehidupannya. Pengalaman organisasi dalam penelitian ini adalah jumlah organisasi dan lamanya waktu dalam tahun yang telah dialami individu dalam kegiatan berorganisasi

(27)

Selain ketiga karakteristik yang telah disebutkan sebelumnya terdapat satu karakteristik lain yang berhubungan dengan kreativitas sehubungan dengan kompetensi yaitu motivasi berprestasi. Menurut McClelland (1976 dalam Hawadi, 2001), motivasi berprestasi adalah motif yang mengarahkan tingkah laku seseorang dengan titik berat pada bagaimana prestasi tersebut dicapai. Motif inilah yang mendorong individu untuk mencapai keberhasilan dalam bersaing dengan suatu standar keunggulan tertentu. Motivasi dapat memberi arah dan tujuan pada kegiatan berprestasi serta mempertahankan kemampuan (ability) berprestasi dan mendorong mahasiswa untuk menyukai dan mengikuti program pengembangan kreativitas.

Motivasi merupakan keinginan untuk mengarahkan sekuat tenaga agar tercapai tujuan yang terorganisir, dilakukan melalui kemampuan yang dimiliki untuk memenuhi kebutuhan individu (Robbins, 1996). Menurut Mc Clelland (1976 dalam Hawadi, 2001), kebutuhan manusia terdiri dari tiga macam, yaitu: 1. Kebutuhan berprestasi (need for achievement)

Dorongan untuk mengungguli atau untuk mencapai sesuatu sesuai standar dan berusaha keras untuk sukses.

2. Kebutuhan berkuasa (need for power)

Kebutuhan untuk membuat orang lain patuh kepadanya dan tidak untuk sebaliknya.

3. Kebutuhan berafiliasi (need for affiliation)

Keinginan untuk mendapatkan persahabatan dan hubungan interpersonal yang erat.

Huffman et.al (1995) menyatakan bahwa kebutuhan berprestasi merupakan kebutuhan untuk mencapai kesuksesan, untuk melakukan sesuatu yang lebih baik dari orang lain, dan untuk menguasai tugas-tugas yang menantang. Beberapa karakteristik yang terdapat pada individu berprestasi antara lain:

1. Cenderung untuk menyukai tugas-tugas yang tingkat kesulitannya sewajarnya saja. Mereka menghindari tugas-tugas yang terlampau mudah karena mereka hanya menghadapi tangtangan atau kepuasan yang sedikit saja. Mereka juga

(28)

2. Cenderung untuk menyukai tugas-tugas yang hasilnya cukup jelas. Mereka mencari situasi dimana mereka dapat menerima umpan balik bagi kinerjanya. Mereka lebih suka menerima kritikan yang keras tetapi berasal dari orang yang kompeten daripada seorang teman tetapi tidak berbobot kritikannya. 3. Lebih menyukai untuk menangani pekerjaan dengan tanggungjawab sendiri.

Mereka dapat merasa puas manakala tugas itu dapat dikerjakan dengan baik. 4. Lebih menyukai pekerjaan atau tugas yang sulit.

5. Mampu melakukan pekerjaan lebih baik daripada orang lain.

Hawadi (2001) menyatakan bahwa secara umum, motif untuk berprestasi dibagi menjadi dua, yaitu motivasi yang datang dari luar diri individu (ekstrinsik) dan motivasi yang datang dari dalam individu itu sendiri (intrinsik). Pada kenyataannya, ada individu yang motif berprestasinya lebih bersifat intrinsik sedangkan individu lain lebih bersifat ekstrinsik. Hal ini disebabkan oleh dua faktor, yaitu:

1. Faktor individual

Penelitian yang dilakukan Hawadi (2001) menunjukkan bahwa hanya individu yang mempersepsikan dirinya untuk berkompetensi dalam bidang akademik yang mampu mengembangkan motivasi intrinsik. Individu tipe ini dikatakan lebih menyukai tugas yang menantang dan selalu berusaha mencari kesempatan untuk memuaskan rasa ingin tahunya.

2. Faktor situasional

Besar kecilnya jumlah individu dalam suatu kelompok berpengaruh terhadap pembentukan ragam motivasi mahasiswa. Kelompok besar cenderung bersifat formal, penuh persaingan dan kontrol. Situasi seperti ini cenderung menekankan pentingnya kemampuan bukan penguasaan bahan. Sebaliknya pada kelompok yang lebih kecil, individu akan merasa leluasa mengatur dirinya.

Harter (1981 dalam Hawadi, 2001) menyatakan tiga hal yang mempengaruhi motivasi berprestasi dalam kaitannya dengan kemampuan, yaitu:

(29)

1. Kompetensi yang dirasakan oleh individu. Hal ini dipengaruhi persepsinya tentang bagaimana penilaian orang lain terhadap tingkat prestasi yang sesungguhnya. Semakin tinggi prestasi seseorang, maka semakin besar kompetensi yang dimilikinya.

2. Afek dalam kegiatan belajar di lingkungan universitas. Ada tiga afek yang berkaitan dengan mata pelajaran, pengajar dan lingkungan sosial belajar (teman sebaya).

3. Persepsi tentang kontrol. Individu dengan persepsi tentang kontrol internal mempunyai harapan tinggi untuk berhasil dan terdorong untuk bekerja keras. Individu tersebut yakin bahwa keberhasilan dan kegagalan tergantung pada usaha sendiri.

Menurut beberapa definisi mengenai motivasi berprestasi tersebut maka dapat disimpulkan bahwa motivasi berprestasi adalah dorongan untuk melakukan sesuatu yang berasal dari dalam diri responden untuk mencapai prestasi. Dorongan tersebut kemudian akan menyebabkan individu akan berupaya untuk meningkatkan kompetensi dan kemampuannya.

2.1.4 Teman Sebaya

Remaja juga merupakan golongan yang paling mudah mendapatkan pengaruh budaya karena emosi mereka yang masih labil. Menurut Hurlock (2005), dalam bersosialisasi, selain dengan keluarga, remaja juga bersosialisasi dengan kelompok teman sebaya. Remaja lebih banyak berada di luar rumah bersama teman-teman dalam kelompok. Mudah dimengerti apabila teman sebaya dapat mempengaruhi sikap, penampilan, minat, pembicaraan, perilaku dan kemampuan. Remaja cenderung memilih teman bermain yang mempunyai tingkah laku sama, khususnya yang berasal dari tempat tinggal dan sekolah, serta kebiasaan remaja yang sama. Trock (2003) menyatakan bahwa teman sebaya (peers) adalah anak-anak atau remaja dengan tingkat usia atau tingkat kedewasaan yang sama yang saling mengenal satu sama lain dengan baik. Mansoer (2008) juga menjelaskan bahwa teman sebaya adalah individu lain yang membantu remaja menemukan identitas dan menyelesaikan konflik.

(30)

Gunarsa dan Gunarsa (2006) menyatakan bahwa salah satu ciri khas remaja adalah kecenderungan untuk membentuk kelompok dan kecenderungan melakukan kegiatan berkelompok. Karakter tersebut menjadi dasar bahwa remaja menyukai untuk melakukan kegiatan bersama dengan teman sebayanya yang dipengaruhi oleh beberapa faktor pendukung sebagai berikut:

1. Kesamaan latar belakang

Mansoer (2008) menyatakan bahwa nilai yang umum dijadikan acuan atau dasar dalam memilih teman adalah nilai moral, penampilan fisik, status sosial, kepemimpinan dan kecerdasan. Monks dan Knoers (1998) juga menjelaskan bahwa, dalam perkembangan masa remaja terdapat gerakan memisahkan diri dari orang tua menuju ke arah teman-teman sebaya yang mengerti mereka dan berada dalam nasib yang sama. Kesamaan latar belakang ini menjadi penting karena remaja akan merasa nyaman berada dalam kelompok yang dirasakannya memiliki kesamaan nasib dan karakteristik sehingga mereka tidak merasa asing atau risih.

2. Kesamaan minat

Pada masa kanak-kanak, individu cenderung memilih teman untuk kegiatan bermain. Seiring perkembangannya remaja akan membentuk pengelompokkan baru yang sesuai dengan minatnya karena teman masa kanak-kanak dianggap tidak lagi dapat sejalan dengan mereka. Sejalan dengan pernyataan tersebut maka Hurlock (2005) menyatakan bahwa pada masa remaja, individu menginginkan teman yang mempunyai minat dan nilai-nilai yang sama, yang dapat mengerti dan membuatnya merasa aman, dan kepadanya ia dapat mempercayakan masalah-masalah dan membahas hal-hal yang tidak dapat dibicarakan dengan orangtua ataupun guru.

3. Dukungan

Penelitian yang dilakukan oleh Anawati (2003) menghasilkan sebuah kesimpulan bahwa remaja merasa nyaman berteman dengan kelompoknya karena mereka mendapatkan dukungan yang kuat baik secara fisik dan mental. Dukungan kelompok ini kemudian akan mengarah kepada solidaritas emosional. Berbagai wacana mengenai kenakalan remaja yang sering

(31)

diungkapkan menyatakan bahwa keterkaitan emosi yang berujung pada solidaritas inilah yang membuat sering terjadinya kasus kenakalan remaja. Hal ini karena dukungan kelompok akan mengarah pada solidaritas emosional yang meliputi perasaan pengertian, saling membutuhkan, merasa percaya dan aman, kemudian merasa dicintai dan diperhatikan, dihormati dan dihargai pendapatnya serta saling membantu.

Menurut penelitian yang dilakukan Pritini (2006) didapatkan hasil bahwa teman sebaya biasanya memberikan dukungan berupa dukungan semangat, dukungan fisik, dukungan ego, fungsi komparasi sosial, dan sumber kasih sayang. Bagi remaja, hubungan teman sebaya merupakan bagian yang paling besar dalam kehidupannya.

4. Sumber informasi

Hubungan dengan teman sebaya akan menjadi sangat penting karena mereka mulai melakukan gerakan melepaskan diri dari keluarga. Sifat dan karakteristik remaja yang mulai menuntut kebebasan dan senang melakukan eksperimen untuk mengembangkan kretivitas mengakibatkan mereka haus akan informasi dari lingkungan luar. Pritini (2006) dalam penelitiannya menunjukkan hampir semua remaja (92%) mendapat berbagai informasi tersebut dari teman.

5. Intensitas interaksi

Remaja menjalin persahabatan dengan teman sebaya dalam perkembangan sosialnya. Interaksi tersebut menjadi wadah bagi remaja untuk belajar kemampuan menerima kelebihan dan kekurangan orang lain. Interaksi sosial remaja dengan teman sebaya mengakibatkan seringkali keputusan yang mereka ambil merupakan hasil perbincangan antara mereka. Sejalan dengan itu, penelitian yang dilakukan oleh Mansoer (2008), mendapatkan hasil mengenai interaksi remaja, yakni rata-rata remaja berinteraksi dengan teman sebaya setiap hari 1 jam (5-6 jam/minggu) di luar sekolah.

Trock (2003) menjelaskan bahwa interaksi yang cukup sering antara remaja dan teman sebayanya dapat memberikan pengaruh positif maupun negatif. Melalui interaksi teman sebayalah remaja belajar mengenai pola

(32)

hubungan timbal balik dan setara. Remaja menggali prinsip kejujuran dan keadilan dengan cara mengatasi ketidaksetujuan dengan teman sebaya. Mereka juga belajar untuk mengamati dengan teliti minat dan pandangan teman sebaya dengan tujuan untuk memudahkan proses penyatuan dirinya ke dalam aktivitas teman sebaya yang sedang berlangsung.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas maka dapat disimpulkan bahwa teman sebaya adalah individu dengan tingkat kedewasaan dan usia yang relatif sama dan saling mengenal baik.

2.1.5 Interaksi Sosial Teman Sebaya

Widayanti (2005) menyatakan bahwa manusia merupakan makhluk individual dan makhluk sosial. Manusia sebagai makhluk individual mempunyai dorongan atau motif untuk mengadakan interaksi dengan dirinya sendiri, sedangkan manusia sebagai makhluk sosial mempunyai dorongan untuk mengadakan hubungan dengan orang lain. Dorongan atau motif sosial pada manusia menyebabkan manusia akan mencari orang lain untuk mengadakan hubungan atau untuk mengadakan interaksi. Oleh karena itulah terjadi interaksi sosial antara manusia dengan manusia yang lain. Menurut Bonner (2004 dalam Nisriyana, 2007), interaksi sosial merupakan suatu hubungan antara dua orang atau lebih individu, dimana kelakuan individu mempengaruhi, mengubah atau mempengaruhi individu lain atau sebaliknya.

Beberapa uraian di atas dapat menunjukkan bahwa interaksi mengandung pengertian hubungan timbal balik antara dua orang atau lebih, dan masing- masing orang yang terlibat di dalamnya memainkan peran secara aktif. Interaksi juga lebih dari sekedar terjadi hubungan antara pihak-pihak yang terlibat melainkan terjadi saling mempengaruhi. Soekanto (2002 dalam Nisriyana, 2007) menyatakan bahwa dalam kenyataan sehari-hari terdapat tiga bentuk interaksi sosial yang dapat dijelaskan sebagai berikut:

a. Kerja sama (Co-operation)

Kerja sama akan timbul jika orang menyadari bahwa mereka mempunyai kepentingan-kepentingan yang sama, mempunyai pengetahuan dan pengendalian terhadap diri sendiri untuk memenuhi

(33)

kepentingan-kepentingan tersebut. Kerja sama di sini dimaksudkan sebagai suatu usaha bersama antara orang perorangan atau kelompok manusia untuk mencapai satu atau beberapa tujuan bersama.

b. Persaingan (Competition)

Persaingan dapat diartikan sebagai proses dimana perorangan atau kelompok bersaing mencari keuntungan melalui bidang-bidang kehidupan yang pada menjadi pusat perhatian umum dengan cara usaha-usaha menarik perhatian publik atau dengan mempertajam prasangka yang telah ada tanpa mempergunakan ancaman atau kekerasan.

c. Pertentangan/pertikaian (Conflict)

Pertentangan merupakan suatu proses sosial dimana individu atau kelompok berusaha untuk memenuhi tujuannya dengan jalan menantang pihak lawan yang disertai dengan ancaman atau kekerasan. Walaupun pertentangan merupakan proses disosiasif yang agak tajam, akan tetapi pertentangan sebagai salah satu bentuk proses sosial juga mempunyai fungsi positif bagi masyarakat.

Nisriyana (2007) menyatakan bahwa interaksi sosial sekalipun dalam bentuknya yang sederhana, ternyata merupakan proses yang kompleks dimana dapat dibedakan beberapa faktor yang mendasarinya, yaitu imitasi, sugesti, identifikasi, dan simpati. Faktor-faktor tersebut dapat dijelaskan secara rinci sebagai berikut:

a. Faktor Imitasi

Imitasi adalah proses sosial atau tindakan seseorang untuk meniru orang lain melalui sikap, penampilan, gaya hidupnya, bahkan apa saja yang dimiliki orang lain (Rahman, 2000 dalam Nisriyana, 2007). Imitasi tidak lain adalah contoh mencontoh, tiru meniru, ikut mengikuti. Imitasi bukan menjadi dasar pokok dari semua interaksi sosial seperti yang diuraikan oleh Gabriel Tarde (dalam Gerungan, 2000), melainkan merupakan suatu segi dari proses interaksi sosial, yang menerangkan mengapa dan bagaimana dapat terjadi keseragaman dalam pandangan dan tingkah laku di antara orang banyak (Gerungan, 2000).

(34)

mengakibatkan individu tersebut menjadi tidak berkembang dan menghambat perkembangan kebiasaan berpikir kritis. Imitasi dalam interaksi sosial dapat menimbulkan kebiasaan dimana orang mengimitasi sesuatu tanpa kritik, mereka melakukan dari apa yang mereka lihat. Adanya peranan imitasi dalam interaksi sosial dapat memajukan gejala-gejala kebiasaan malas berpikir kritis pada individu manusia, yang mendangkalkan kehidupannya.

b. Faktor Sugesti

Sugesti dalam ilmu sosial dapat dirumuskan sebagai suatu proses di mana seorang individu menerima suatu cara penglihatan atau pedoman-pedoman tingkah laku dari orang lain tanpa kritik terlebih dahulu (Gerungan, 2000). Faktor sugesti berlangsung apabila seseorang memberi suatu pandangan atau sesuatu sikap yang berasal dari dirinya kemudian diterima oleh pihak lain (Soekanto, 2002). Sugesti adalah pengaruh psikis, baik yang datang dari diri sendiri, maupun yang datang dari orang lain, yang pada umumnya diterima tanpa adanya kritik dari individu yang bersangkutan.

Secara garis besar terdapat beberapa keadaan tertentu serta syarat-syarat yang memudahkan sugesti terjadi, yaitu sugesti karena hambatan berfikir, sugesti karena keadaan pikiran terpecah-pecah, segesti karena otoritas, sugesti karena mayoritas dan sugesti karena “will to believe” (Gerungan, 2000).

c. Faktor Identifikasi

Identifikasi adalah upaya yang dilakukan seorang individu untuk menjadi sama (identik) dengan individu lain yang ditirunya (Rahman, 2000

dalam Nisriyana, 2007). Identifikasi dalam psikologi berarti dorongan untuk

menjadi identik (sama) dengan seorang lain. (Gerungan, 2000).

Sebenarnya manusia itu, ketika masih belum cukup kuat memiliki norma, sikap-sikap, cita-cita atau pedoman-pedoman tingkah laku dalam bermacam-macam situasi dalam kehidupannya, akan melakukan identifikasi kepada orang-orang yang dianggapnya tokoh pada lapangan kehidupan tempat ia berada. Oleh karena itu manusia terus menerus menguatkan norma

(35)

dan cita-citanya itu, terutama di dalam suatu masyarakat yang berubah-ubah dan situasi-situasi kehidupannya serba ragam.

d. Faktor Simpati

Simpati dapat dirumuskan sebagai perasaan tertariknya orang yang satu terhadap orang yang lain (Gerungan, 2000). Di dalam proses simpati perasaan memegang peranan yang sangat penting, walaupun dorongan utama pada simpati adalah keinginan untuk memahami pihak lain dan untuk bekerja sama dengannya (Soekanto, 2002). Simpati timbul tidak atas dasar logis rasional, tetapi berdasarkan penilaian perasaan, seperti juga pada proses identifikasi. Saling mempengaruhi dalam interaksi sosial yang berdasarkan simpati, jauh lebih mendalam akibatnya daripada yang terjadi atas dasar imitasi atau sugesti.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat diambil suatu kesimpulan bahwa interaksi sosial merupakan hubungan saling pengaruh atau saling mengubah tingkah laku antara manusia. Apabila dikaitkan dengan faktor pendukung terbentuknya kelompok teman sebaya dan kecenderungan melakukan kegiatan berkelompok yang telah dijelaskan sebelumnya maka interaksi sosial yang terjadi antara remaja dan teman sebaya dapat dilihat melalui intensitas interaksi dan dukungan.

2.1.6 Kreativitas

Kreativitas adalah pengalaman mengekpresikan dan mengaktualisasikan identitas individu dalam bentuk terpadu dalam hubungan dengan diri sendiri, dengan alam, dan dengan orang lain (Moustatis, 1967 dalam Citra, 2008). Menurut Hulbeck (1945, dalam Citra, 2008), tindakan kreatif muncul dari keunikan keseluruhan kepribadian dalam interaksi dengan lingkungannya. Pengertian kreativitas menunjukkan ada tiga tekanan kemampuan, yaitu yang berkaitan dengan kemampuan untuk mengkombinasikan, memecahkan/ menjawab masalah, dan cerminan kemampuan operasional anak kreatif (Munandar, 2002). Campbell (1986) menyatakan bahwa kreativitas adalah kegiatan yang mendatangkan hasil yang sifatnya:

(36)

1. Baru (novel): inovatif, belum ada sebelumnya, segar, menarik, aneh dan mengejutkan.

2. Berguna (useful): lebih enak, lebih praktis, mempermudah, memperlancar, mendorong, mengembangkan, mendidik, memecahkan masalah, mengurangi hambatan, mengatasi kesulitan dan mendatangkan hasil lebih baik/ banyak. 3. Dapat dimengerti (understandable): hasil yang sama dapat dimengerti dan

dapat dibuat di lain waktu.

Siagian (1986 dalam Mariani, 1995) juga menyatakan bahwa dengan kreativitas yang tinggi berarti seseorang dapat mengabstraksikan sesuatu sehingga dapat melihat sesuatu itu baik atau berbahaya, dapat melihat ke depan, lebih peka dan berani mengambil sikap tanpa ragu-ragu dan bertanggung jawab. Menurut Torrance (1988, dalam Citra 2008), kreativitas dalam perkembangannya sangat terkait dengan empat aspek, yaitu:

1. Aspek Pribadi

Ditinjau dari aspek pribadi, kreativitas muncul dari interaksi pribadi yang unik dengan lingkungannya.

2. Aspek Pendorong

Ditinjau dari aspek pendorong kreativitas dalam perwujudannya memerlukan dorongan internal maupun eksternal dari lingkungan.

3. Aspek Proses

Ditinjau sebagai proses, kreativitas adalah proses merasakan dan mengamati adanya masalah, membuat dugaan tentang kekurangan (masalah) ini, menilai, dan menguji dugaan atau hipotesis, kemudian mengubah dan mengujinya lagi, dan akhirnya menyampaikan hasil-hasilnya.

4. Aspek Produk

Definisi produk kreativitas menekankan bahwa apa yang dihasilkan dari proses kreativitas adalah sesuatu yang baru, orisinil, dan bermakna.

Campbell (1986) menyatakan bahwa ciri-ciri kreativitas terdiri dari tiga kategori sebagai berikut:

1. Ciri-ciri pokok: kunci untuk melahirkan ide, gagasan, ilham, pemecahan, cara baru dan penemuan.

(37)

2. Ciri-ciri yang memungkinkan: yang membuat mampu mempertahankan ide-ide kreatif, sekali sudah ditemukan tetap hidup.

3. Ciri-ciri sampingan: tidak langsung berhubungan dengan penciptaan atau menjaga agar ide-ide yang sudah ditemukan tetap hidup, tetapi kerap mempengaruhi perilaku orang-orang kreatif.

Ciri-ciri diatas kemudian sejalan dengan pernyataan Hawadi (2001) yang menyebutkan ciri-ciri kreativitas sebagai berikut:

1. Memiliki rasa ingin tahu yang mendalam. 2. Sering mengajukan pertanyaan yang berbobot.

3. Memberikan banyak gagasan, usul-usul terhadap suatu masalah . 4. Mampu menyatakan pendapat secara spontan dan tidak malu-malu. 5. Mempunyai/ menghargai rasa keindahan.

6. Menonjol dalam satu atau lebih bidang studi.

7. Dapat mencari pemecahan masalah dari berbagai segi. 8. Mempunyai rasa humor.

9. Mempunyai daya imajinasi (misalnya memikirkan hal-hal yang baru dan tidak biasa).

10. Mampu mengajukan pemikiran, gagasan pemecahan masalah yang berbeda dengan orang lain (orisinil).

11. Kelancaran dalam menghasilkan bermacam-macam gagasan. 12. Mampu menghadapi masalah dari berbagai sudut pandangan.

Dari beberapa uraian definisi di atas dapat dikemukakan bahwa kreativitas pada intinya merupakan kemampuan seseorang untuk melahirkan sesuatu yang baru, baik berupa gagasan maupun karya nyata, baik dalam karya baru maupun kombinasi dengan hal-hal yang sudah ada, yang semuanya itu relatif berbeda dengan apa yang telah ada sebelumnya.

2.1.7 Kompetensi

Ranah psikomotor adalah ranah yang berhubungan dengan aktivitas fisik, misalnya lari, melompat, melukis, menari, memukul, dan sebagainya. Hasil belajar ranah psikomotor ini dikemukakan oleh Simpson (1956, dalam Huzaifah,

(38)

2009) yang menyatakan bahwa hasil belajar psikomotor ini tampak dalam bentuk keterampilan (skill) dan kemampuan bertindak individu. Hasil belajar psikomotor ini sebenarnya merupakan kelanjutan dari hasil belajar kognitif (memahami sesuatu) dan dan hasil belajar afektif (yang baru tampak dalam bentuk kecenderungan-kecenderungan berperilaku). Hasil belajar kognitif dan hasil belajar afektif akan menjadi hasil belajar psikomotor apabila peserta didik telah menunjukkan perilaku atau perbuatan tertentu sesuai dengan makna yang terkandung dalam ranah kognitif dan afektif.

Menurut Sofo (2003) istilah kemampuan didefinisikan sebagai apa yang diharapkan di tempat kerja dan merujuk pada pengetahuan, keahlian, dan sikap yang dalam penerapannya harus konsisten dan sesuai standar kinerja yang dipersyaratkan dalam pekerjaan. Sejalan dengan pernyataan tersebut, As’ad (2000) mendefinisikan kemampuan (ability) sebagai karakterisik individual, seperti intelegensia, manual skill dan traits yang merupakan kekuatan potensial seseorang untuk berbuat dan sifatnya stabil. Selain itu kemampuan dinyatakan sebagai seperangkat tindakan cerdas penuh tanggung jawab yang dimiliki seseorang sebagai syarat untuk dianggap mampu oleh masyarakat dalam melaksanakan tugas-tugas di bidang pekerjaan tertentu (Sedarmayanti, 2003).

Kemampuan pada individu paling tidak ditentukan oleh tiga aspek kondisi dasar yaitu; kondisi sensoris dan kognitif, pengetahuan tentang cara respon yang benar dan kemampuan melaksanakan respon tersebut. Jadi kemampuan (ability) merupakan suatu potensi untuk melakukan sesuatu. Atau dengan kata lain kemampuan (ability) adalah what one can do dan bukanlah what

he does do (As’ad, 2000). Kemampuan tersebut kemudian dapat dilihat dengan

mengukur kompetensi yang sesuai dengan kriteria yang menjadi acuan.

Shellabear (2002 dalam Murfiani, 2006) menyatakan bahwa kompetensi adalah penerapan dari pengetahuan yang bersifat interpersonal, pembuatan keputusan dan keterampilan (psychomotor skills) yang diharapkan dalam menjalankan suatu peran. Pendapat tersebut sesuai dengan definisi dari Cooper dan Graham (2001 dalam Murfiani, 2006) yang menyatakan bahwa kompetensi didefinisikan sebagai pengetahuan, keterampilan atau kemampuan yang dibutuhkan dalam pekerjaan.

(39)

Secara lebih mendalam Spencer dan Spencer (1993) mendefinisikan kompetensi dalam tiga bagian yaitu:

1. Karakteristik pokok atau mendasar dimana kompetensi hampir dapat dipastikan sudah ada dan menjadi bagian dari kepribadian seseorang sehingga dapat diperkirakan perilaku seseorang dalam berbagai situasi dan tugas-tugas pekerjaan. Kompetensi ini dapat mengindikasikan seseorang dalam cara berpikir, berperilaku dan pandangan tentang berbagai situasi. Terdapat lima tipe dari kompetensi ini, yaitu motivasi, ciri atau sifat, konsep diri, pengetahuan dan keterampilan. Tiga tipe kompetensi yang pertama merupakan kompetensi yang ada dalam diri seseorang tetapi tidak terlihat secara nyata (tersembunyi) dan dua tipe terakhir dapat dilihat secara nyata. 2. Kompetensi dapat menyebabkan atau memperkirakan perilaku dan kinerja

seseorang. Melalui perilaku seseorang dapat diketahui kompetensi yang ada pada dirinya.

3. Kriteria sebagai acuan perlu ada untuk dipergunakan dalam menilai pekerjaan yang dilakukan dengan baik atau buruk.

Beberapa pendapat mengenai kompetensi tersebut memperlihatkan bahwa kompetensi selalu mengandung kemampuan yang didalamnya mencakup adanya pengetahuan, keterampilan dan sikap dalam menjalankan suatu peran. Dikaitkan dengan teori belajar menurut Benyamin Bloom (1972 dalam Murfiani, 2006), maka Murfiani (2006) menyatakan bahwa kompetensi belajar seseorang dapat terbagi dalam tiga domain, yaitu kognitif, afektif dan psikomotorik yang dapat dijelaskan sebagai berikut.

1. Domain kognitif diartikan sebagai kompetensi mengembangkan intelektual yang berkaitan dengan pengetahuan yang menyangkut tentang konsespsi dan fakta.

2. Domain afektif diartikan sebagai kompetensi untuk menerima nilai-nilai dan menjadikannya sebagai dasar melakukan suatu kegiatan.

3. Domain psikomotorik diartikan sebagai kompetensi yang berkaitan dengan gerak fisik dari sejumlah bagian tubuh manusia, terutama tangan untuk mengerjakan suatu pekerjaan.

(40)

Menurut Irrianto (1995), seseorang dapat dikategorikan sebagai individu yang “kompeten” hanya jika dia memiliki kemampuan untuk menangani suatu tugas dan pekerjaan sesuai dengan standar yang telah ditetapkan. Oleh karena itulah konsep kompetensi setidaknya meliputi tiga persoalan, yaitu:

2. Sebuah kerangka acuan dasar dimana kompetensi dikonstruksikan dengan melibatkan pengukuran standar yang diakui oleh kalangan yang relevan. Hal ini mengindikasikan terjadinya kesepadanan antara kemampuan individu dengan standar yang ditetapkan oleh pengguna.

3. Kompetensi tidak hanya sekedar dapat ditunjukkan namun harus dapat dibuktikan dalam menjalankan fungsi-fungsi kerja yang diberikan.

4. Kompetensi merupakan sebuah nilai yang merujuk pada satisfactory

performance of individual yang dengan kata lain bukanlah sebuah “lembaga”

yang memberikan sertifikat atau ijazah kepada lulusannya, tanpa mengetahui bagaiman kelanjutannya, apakah dapat digunakan atau tidak dalam menunjang pekerjaannya

Berdasarkan beberapa pendapat diatas, maka dapat disimpulkan bahwa kompetensi mengikuti Program Kreativitas Mahasiswa adalah kemampuan menerapkan pengetahuan, sikap dan keterampilan secara konsisten dan sesuai dengan standar yang diterapkan dalam kegiatan Program Kreativitas Mahasiswa.

2.1.8 Program Kreativitas Mahasiswa (PKM)

Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) merupakan salah satu bentuk upaya yang ditempuh oleh Direktorat Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (DP2M), Ditjen Dikti dalam meningkatkan kualitas peserta didik (mahasiswa) di perguruan tinggi agar kelak dapat menjadi anggota masyarakat yang memiliki kemampuan akademis dan/atau profesional yang dapat menerapkan, mengembangkan dan meyebarluaskan ilmu pengetahuan, teknologi dan/atau kesenian serta memperkaya budaya nasional. Program Kreativitas Mahasiswa dilaksanakan pertama kali pada tahun 2001, yaitu setelah dilaksanakannya program restrukturisasi di lingkungan Ditjen Dikti. Kegiatan

(41)

pendidikan, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat yang selama ini sarat dengan partisipasi aktif mahasiswa, diintegrasikan ke dalam satu wahana yang diberi nama Program Kreativitas Mahasiswa (Dikti, 2010).

Program Kreativitas Mahasiswa dikembangkan untuk mengantarkan mahasiswa mencapai taraf pencerahan kreativitas dan inovasi berlandaskan penguasaan sains dan teknologi serta keimanan yang baik. Dalam rangka mempersiapkan diri menjadi pemimpin yang cendekiawan, wirausahawan, mandiri dan arif, mahasiswa diberi peluang untuk mengimplementasikan kemampuan, keahlian, sikap tanggungjawab, membangun kerjasama tim maupun mengembangkan kemandirian melalui kegiatan yang kreatif dalam bidang ilmu yang ditekuni (Dikti, 2010). Kriteria mengenai inti kegiatan seperti materi kegiatan, strata pendidikan, jumlah anggota, dosen pendamping, alokasi biaya, laporan akhir dan luaran dalam PKM disajikan dalam Tabel 1.

Tabel 1 Kriteria Program Kreativitas Mahasiswa (PKM)

No Kriteria Jenis Kegiatan

PKMP PKMT PKMK PKMM PKMI 1 Inti Kegiatan (Karya) Kreatif, inovatif dalam penelitian Kreatif, inovatif dalam mencipta-kan karya teknologi Kreatif, inovatif dalam membuka peluang usaha Kreatif, inovatif dalam membantu masyarakat Kreatif, dalam penulisan artikel ilmiah

2 Materi kegiatan Sesuai bidang ilmu, lintas bidang dianjurkan Semua bidang ilmu, lintas bidang dianjurkan

Karya kelompok yang telah dilaksanakan 3 Strata Pendidi-kan Diploma, S1 4 Jumlah Anggota 3-5 orang 5 Alokasi

Pendana-an Lihat pengumuman Dikti setiap periode anggaran

6 Laporan Akhir Hasil Kerja Artikel

7 Luaran Artikel, paten

Paten, model desain, piranti lunak, jasa Barang dan jasa komersial Jasa, desain, barang Publikasi di jurnal ilmiah Sumber: Dikti, 2010

(42)

Perbedaan kelima jenis kegiatan PKM menimbulkan konsekuansi teknis pelaksanaan yang berlainan. Berikut adalah karakteristik dari masing-masing PKM:

1. PKM Penelitian (PKMP) merupakan kreativitas yang inovatif dalam menemukan hasil karya melalui penelitian pada bidang profesi masing-masing. Kreativitas penemuan gagasan, ketepatan metode penelitian dan sumbangan berupa informasi bagi kemajuan ilmu pengetahuan merupakan pertimbangan utama.

2. PKM Penerapan Teknologi (PKMT) merupakan kreativitas yang inovatif dalam menciptakan suatu karya teknologi (prototipe, model, peralatan, proses) yang dibutuhkan oleh suatu kelompok masyarakat (kelompok tani, industri kecil, pengusaha/pedagang kecil, koperasi atau kelompok produktif lain) yang akan dijadikan mitra kerja. PKMT mewajibkan mahasiswa bertukar pikiran dengan mitra, karena produk PKMT merupakan solusi atas persoalan yang diprioritaskan mitra. Dasar teknologi yang akan diterapkan sudah tersedia, bukan dicari melalui penelitian dalam program ini. Namun demikian untuk penyesuaian bisa dilakukan kalibrasi dan uji coba seperlunya dalam rangka adaptasi.

3. PKM Kewirausahaan (PKMK) merupakan kreativitas penciptaan ketrampilan berwirausaha dan berorientasi pada profit, umumnya didahului oleh survai pasar, karena relevansinya yang tinggi terhadap terbukanya peluang perolehan profit bagi mahasiswa. Perlu ditegaskan di sini bahwa penciptaan ketrampilan berusaha yang dimaksud adalah untuk mahasiswa pengusul PKMK, begitu juga pelaku aktivitas usaha/bisnis yang didanai dalam PKMK adalah kelompok mahasiswa pengusul PKMK. Kelompok mahasiswa pengusul sebagai wirausahawan baru bisa menjalin kerjasama dengan kelompok masyarakat produktif, namun dana PKMK tidak dimaksudkan untuk membantu peningkatan ekonomi kelompok masyarakat tertentu. Dalam PKMK sama sekali tidak diijinkan dilakukannya penelitian/ percobaan untuk mencari temuan.

4. PKM Pengabdian kepada Masyarakat (PKMM) merupakan kreativitas yang inovatif dalam melaksanakan program membantu masyarakat, yaitu program

(43)

yang mampu memberikan peningkatan kecerdasan, keterampilan, dan pengetahuan masyarakat seperti penataan dan perbaikan lingkungan, pelatihan keterampilan kelompok masyarakat, pengembangan kelembagaan masyarakat, penciptaan karya seni dan olah raga, dan sebagainya. PKMM menuntut ditetapkannya masyarakat sasaran strategis dan persoalannya sebelum menyusun proposal. Pengetahuan atau teknologi yang akan digunakan dalam kegiatan pengabdian sudah harus dikenal dan dikuasai. Tidak ada kegiatan penelitian dalam PKMM.

5. PKM Penulisan Ilmiah (PKMI) merupakan kegiatan penulisan ilmiah dari suatu hasil karya mahasiswa dalam pendidikan, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat (praktek lapang, KKN, PKM, magang, dan sebagainya). Usulan PKMI berupa artikel ilmiah yang siap cetak dan tulisan yang dibuat berasal dari hasil karya mahasiswa peserta yang telah selesai dilaksanakan.

Mengingat luasnya bidang keilmuan yang ada serta topik dapat sangat menyebar, untuk memudahkan evaluasi dan alokasi evaluator maka mulai tahun 2006 pengajuan usulan PKM dalam setiap jenis PKM dikelompokkan lagi ke dalam tujuh kelompok bidang ilmu, yaitu:

1. Bidang Kesehatan, yang meliputi: Farmasi, Gizi, Kebidanan, Kedokteran, Kedokteran Gigi, Keperawatan, Kesehatan Masyarakat, Psikologi.

2. Bidang Pertanian, yang meliputi: Kedokteran Hewan, Kehutanan, Kelautan, Perikanan, Pertanian, Peternakan, Teknologi Pertanian.

3. Bidang MIPA, yang meliputi: Astronomi, Biologi, Geografi, Fisika, Kimia, Matematika.

4. Bidang Teknologi dan Rekayasa, yang meliputi: Informatika, Teknik, Teknologi Pertanian.

5. Bidang Sosial Ekonomi, yang meliputi : Agribisnis (Pertanian), Ekonomi, Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.

6. Bidang Humaniora, yang meliputi : Agama, Bahasa, Budaya, Filsafat, Hukum, Sastra, Seni.

7. Bidang Pendidikan, yang meliputi Program Studi Ilmu-Ilmu Pendidikan di bawah Fakultas Kependidikan.

(44)

Program studi lain yang belum termasuk dalam pengelompokan bidang ilmu di atas, pengusul dapat memilih kelompok bidang ilmu yang terdekat. Perlu diketahui bahwa pengelompokan bidang ilmu tersebut tidak ada hubungannya dengan kuota kebidangan, tetapi akan digunakan sebagai salah satu dasar pertimbangan kedekatan bidang evaluator dengan usulan yang dievaluasi dan dalam penjurian Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional (PIMNAS) bidang PKM.

Proposal yang disusun mahasiswa sesuai format dan sistematika yang telah ditetapkan dapat diajukan ke DP2M secara kolektif oleh perguruan tinggi setelah disahkan pembantu/Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan.

Dikti akan memilih kelompok program yang layak diundang sebagai peserta Seminar Program Kreativitas Mahasiswa Tingkat Nasional berdasarkan hasil monitoring dan Laporan Akhir Program. Penghargaan akan diberikan kepada program yang inovatif, merangsang pengembangan diri, dan berdampak luas untuk manfaat ilmu pengetahuan dan atau masyarakat. Kegiatan ini dikoordinasikan dalam kegiatan Pekan Ilmiah Mahasiswa Nasional.

Secara rinci Dikti (2010) menyebutkan bahwa tujuan kegiatan Program Kreativitas Mahasiswa (PKM) adalah sebagai berikut:

1. Meningkatkan kualitas peserta didik (mahasiswa) di perguruan tinggi agar kelak dapat menjadi anggota masyarakat yang memiliki kemampuan akademis dan/atau profesional yang dapat menerapkan, mengembangkan dan menyebarluaskan ilmu pengetahuan, teknologi dan/ atau kesenian serta memperkaya budaya nasional.

2. Mengantarkan mahasiswa mencapai taraf pencerahan kreativitas dan inovasi berlandaskan penguasaan sains dan teknologi serta keimanan yang baik.

3. Mempersiapkan peserta didik menjadi pemimpin yang cendekiawan, wirausahawan, mandiri dan arif dengan cara memberikan peluang untuk mengimplementasikan kemampuan, keahlian, sikap, tanggung jawab, membangun kerjasama tim dan mengembangkan kemandirian melalui kegiatan yang kreatif dalam bidang ilmu yang ditekuni.

Tujuan yang telah diuraikan di atas kemudian menjadi landasan dalam penilaian usulan proposal kegiatan PKM yang secara garis besar dijelaskan oleh Dikti (2010) sebagai berikut:

Gambar

Tabel 19. Hasil Pengujian Hubungan antara Karakteristik Individu dengan
Tabel 1 Kriteria Program Kreativitas Mahasiswa (PKM)
Gambar 1  Kerangka Pemikiran Faktor-faktor yang Berkaitan dengan  Kompetensi dalam Mengikuti Program Kreativitas Mahasiswa (PKM)
Tabel 2 Skor Jawaban Responden untuk Pernyataan Motivasi
+4

Referensi

Dokumen terkait

mempengaruhi promosi yang digunakan, misalnya pada tahap introduksi, maka promosi ditujukan untuk mendidik, mengarahkan kenapa konsumen pada produk baru, apa istimewanya produk

Definisi yang dinyatakan dalam paragraph 21 PSAK no 10 mengenai transaksi valuta asing bahwa “transaksi valuta asing adalah transaksi yang didenominasikan atau

Pembangunan bangsa yang beradab masa kini berikut kaidah-kaidah dalam hubungan internasional dipengaruhi oleh ajaran- ajaran Islam termasuk di dalamnya adalah hokum perang

Data yang diperoleh digunakan untuk mendapatkan kondisi eksisting terjenuh yang akan menjadi acuan dalam merencanakan waktu siklus baru dengan memperhatikan teori koordinasi

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul : “PENGARUH CELEBRITY

From the figure we can look that using query database still not good perfume, because when we use two parameter query not work with two parameter, just in condition

1) Menginformasikan hasil pemeriksaan pada ibu, dimana hasil pemeriksaan penting untuk diketahui agar ibu tidak khawatir. Hasil pemeriksaan menunjukkan keadaan ibu

Retribusi Daerah yang selanjutnya disebut retribusi adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian ijin yang khusus disediakan dan atau diberikan