• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan antara Keamanan dan Penyelesaian Sengketa dan Realisasi PMDNdan PMA Kabupaten dan Kota di Jawa Timur

Sub indikator keamanan dan penyelesaian konflik disusun atas empat variabel, yaitu tingkat kejadian pencurian di tempat usaha (Q83BR1), kualitas penanganan masalah kriminal oleh polisi (Q84R1-R3), kualitas penanganan kasus demonstrasi buruh oleh polisi (Q86R1-R2), tingkat hambatan keamanan dan penyelesaian masalah terhadap kinerja perusahaan (Q88). Variabel yang berskala interval adalah tingkat kejadian pencurian di tempat usaha sehingga dianalisis dengan uji korelasi Pearson. Variabel-variabel lainnya berskala ordinal sehingga dianalisis dengan uji korelasi Spearman.

Tabel 36 Korelasi Pearson antara PMDN dan PMA 2005-2010 dengan Variabel Tingkat Kejadian Pencurian di Tempat Usahadi Provinsi Jawa Timur

Q83R1

LPMDN Pearson Correlation 0.020927

Sig. (2-tailed) 0.857597

LPMA Pearson Correlation 0.230795**

Sig. (2-tailed) 0.044872

Ket. **Korelasi signifikan pada tingkat 0.05 (2-tailed). Sumber: data olahan

3 2 1.4000E+13 1.2000E+13 1.0000E+13 8.0000E+12 6.0000E+12 4.0000E+12 2.0000E+12 0 Q63 PM A Boxplot of PMA VS Q63 Rs= 0.274 P value: 0.016

Seberapa besar kinerja perusahaan terhambat oleh hal-hal yang berkaitan dengan kualitas pimpinan daerah? 2= Besar, 3= kecil

Dari hasil uji korelasi Pearson ternyata tingkat kejadian pencurian di tempat usaha (Q83R1) tidak berhubungan secara signifikan terhadap realisasi PMDN di kabupaten/kota di Jawa Timur, namun justru berpengaruh signifikan terhadap realisasi PMA. (Tabel 36). Hal ini mengindikasikan semakin tinggi realisasi investasi PMA di tempat usaha, diikuti oleh semakin tingginya tingkat kejadian pencurian di tempat usaha(Gambar 31). PMA biasanya didukung oleh permodalan besar dan asset yang kuat, sehingga besar kemungkinan terjadi tindakan pencurian/kriminalitas dalam perusahaan tersebut.

Sumber: Data Olahan

Gambar 31 Scatterplot Variabel Tingkat Kejadian Pencurian di Tempat Usaha, terhadap PMA 2005-2010 di Provinsi Jawa Timur

Variabel-variabel yang berhubungan signifikan namun negatif terhadap PMDN berdasarkan uji korelasi Spearman pada Tabel 36 adalah variabel kualitas penanganan masalah kriminal oleh polisi, yaitu polisi selalu bertindak tepat waktu dalam menangani kasus kriminal (Q84R1) dan solusi yang diberikan polisi menguntungkan perusahaan (Q84R2) serta pada praktiknya solusi yang diberikan polisi dalam menangahi kasus demonstrasi buruh janya menyebabkan dampak kehilangan kecil terhadap waktu produktif dan biaya operasional usaha (Q86 R2). Sedangkan untuk PMA, semua variabel penyusun sub indikator keamanan dan penyelesaian sengketa berkorelasi baik positif maupun negatif dengan realisasi PMA (Tabel 37). 30 25 20 15 10 5 0 40 30 20 10 0 Q83R1 LP MA Scatterplot of LPMA vs Q83R1 R p= 0.230 P value= 0.044

Tabel 37 Korelasi Spearman antara PMDN dan PMA2005-2010 dengan Variabel Keamanan dan Penyelesaian Sengketadi Provinsi Jawa Timur Q84R1 Q84R2 Q84R3 Q86R1 Q86R2 Q88 Spear man's rho PM DN Correlation Coefficient -.249** -.308** -.160 -.070 -.258** .151 Sig. (2-tailed) .029 .006 .165 .545 .024 .190 PMA Correlation Coefficient -.306** -.416** -.328** -.192* -.393** .260** Sig. (2-tailed) .007 .001 .003 .095 .001 .023 ket:

**Korelasi signifikan pada tingkat 0.05 (2-tailed). *. Korelasi signifikan pada tingkat 0.1 (2-tailed). Sumber: data olahan

Dari boxplot yang ditunjukkan dalam Gambar 32 sampai Gambar 36 terlihat jelas bahwa pelaku usaha di kabupaten/kota yang tidak setuju bahwa polisinya bertindak tepat waktu, memberikan solusi yang menguntungkan dunia usaha justru memiliki nilai realisasi PMDN maupun PMAyang lebih tinggi dibandingkan kabupaten/kota yang tidak setuju.

Korelasi-korelasi negatif yang terdapat pada sub indikator ini tidak dapat langsung dijadikan justifikasi, melainkan hanyalah deskripsi awal fenomena saja. Pada dasarnya penurunan/peningkatan realisasi investasi PMDN maupun PMA tidak hanya ditentukan oleh satu faktor tata kelola berupa keamanan saja tetapi juga oleh variabel tata kelola lainnya seperti akses lahan, perizinan dan infrastruktur.

3 2 4.0000E+12 3.0000E+12 2.0000E+12 1.0000E+12 0 Q84R1 P M D N Boxplot of PMDN VS Q84R1

Sumber: Data Olahan

Gambar 32 Boxplot Variabel Kualitas Penanganan Kriminal oleh Polisi: Polisi Selalu Bertindak Tepat Waktu dalam Menangani Kasus Kriminal yang Berhubungan dengan Kegiatan Usaha, terhadap PMDN dan PMA 2005-2010

Sementara itu korelasi negatif juga ditemui pada korelasi antara variabel polisi tepat waktu dalam menangani kriminalitas (Q84R1) terhadap realisasi PMDN maupun PMA (Gambar 32). Semakin pelaku usaha tidak setuju bahwa polisi bertindak tepat waktu dalam menangani kriminalitas, semakin tinggi realisasi PMA maupun PMDN.

Pencilan pada korelasi Q84R1 dengan PMDN dan PMA adalah kabupaten Malang, Probolinggo, Sidoarjo dan Kota Surabaya (Tabel 38). Walaupun demikian ,pada empat kabupaten ada beberapa variabel tata kelola lainnya yang baik antara lain penggusuran dan konflik atas tanah jarang terjadi (Q34,Q35) ,biaya-biaya transaksi kecil hambatannya terhadap kinerja perusahaan (Q71). Di balik posisi empat kabupaten ini sebagai pencilan, kualitas tata kelola masing-masing kabupaten di aspek tata kelola yang lain justru sangat baik. Hal ini mengindikasikan, faktor penentu investasi di suatu daerah bukan hanya 1 aspek variabel tata kelola namun banyak aspek variabel tata kelola lainnya.

Polisi selalu tepat waktu menangani kriminalitas sehubungan dunia usaha 2= Tidak setuju , 3= setuju

Rs=- 0.249 P value: 0.029 3 2 1.4000E+13 1.2000E+13 1.0000E+13 8.0000E+12 6.0000E+12 4.0000E+12 2.0000E+12 0 Q84R1 P M A Boxplot of PMA Q84R1 Rs=- 0.306 P value: 0.007

Tabel 38 Kabupaten Pencilan di Provinsi Jawa Timur pada Korelasi Tindakan Polisi Tepat Waktu dalam Menangani Kriminalitas (Q84R1) terhadap PMDN dan PMA , serta Kualitas Tata Kelola yang Baik yang Dimilikinya

Pencilan (anomali) Kualitas Tata Kelola yang baik kab. Malang a. Penggusuran jarang terjadi (Q34) kab. Probolinggo b. Konflik atas tanah jarang terjadi(Q35) kab. Sidoarjo

c. Keseluruhan permasalahan lahan usaha kecil hambatannya terhadap kinerja perusahaan (Q36)

kota Surabaya d. Persepsi bahwa biaya tidak memberatkan usaha (Q41dR1) e. Hal-hal yang berkaitan dengan izin usaha tidak menghambat kinerja perusahaan (Q46)

f. Interaksi Pemda kecil hambatannya terhadap pelaku usaha (Q55)

g. Retribusi daerah tidak memberatkan kinerja perusahaan (Q65cR1)

h. biaya-biaya transaksi kecil hambatannya terhadap kinerja perusahaan (Q71)

Sumber: data olahan

Korelasi negatif juga ditemui pada korelasi antara variabel solusi polisi dalam menangani kriminalitas menguntungkan bagi perusahaan(Q84R2) terhadap realisasi PMDN maupun PMA (Gambar 33). Semakin pelaku usaha tidak setuju bahwa solusi polisi dalam menangani kriminalitas menguntungkan bagi perusahaan, semakin tinggi realisasi PMA maupun PMDN.

3 2 4.0000E+12 3.0000E+12 2.0000E+12 1.0000E+12 0 Q84R2 P M D N Boxplot of PMDN VS Q84R2

Sumber: Data Olahan

Gambar 33 Boxplot Variabel Kualitas Penanganan Kriminal oleh Polisi: Solusi Yang Diberikan Polisi Ketika Menangani Kasus Kriminal Menguntungkan Bagi Perusahaan, terhadap PMDN 2005-2010 di Provinsi Jawa Timur

Solusi polisi dalam menangani kriminalitas menguntungkan bagi perusahaan 2= Tidak setuju , 3= setuju

3 2 1.4000E+13 1.2000E+13 1.0000E+13 8.0000E+12 6.0000E+12 4.0000E+12 2.0000E+12 0 Q84R2 P M A Boxplot of PMA VS Q84R2 Rs=- 0.308 P value: 0.067 Rs=- 0.416 P value: 0.001

Pencilan pada korelasi Q84R2 terhadap PMDN dan PMA adalah kabupaten Gresik, Jember, Malang, Pasuruan, Probolinggo, Sidoarjo, Tuban, Batu, kota Pasuruan dan Surabaya. Di Kabupaten/kotapencilan ini akses lahan sangat baik (Q35-Q36), baik biaya perizinan,retribusi, IPPU maupun biaya transaksi kecil hambatannya terhadap kinerja perusahaan (Tabel 39). Di balik posisi kabupaten-kabupaten ini sebagai pencilan, kualitas tata kelola masing-masing kabupaten di aspek tata kelola yang lain justru sangat baik. Hal ini mengindikasikan, faktor penentu investasi di suatu daerah bukan hanya 1 aspek variabel tata kelola namun banyak aspek variabel tata kelola lainnya.

Tabel 39 Kabupaten Pencilan di Provinsi Jawa Timur pada Korelasi Solusi Yang Diberikan Polisi Ketika Menangani Kasus Kriminal Menguntungkan Bagi Perusahaan (Q84R2) terhadap PMDN dan PMA , serta Kualitas Tata Kelola yang Baik yang Dimilikinya

Pencilan

(anomali) Kualitas Tata Kelola yang baik

kab. Gresik a. Konflik atas tanah jarang terjadi(Q35) kab .Jember

b.Keseluruhan permasalahan lahan usaha kecil hambatannya terhadap kinerja perusahaan (Q36)

kab. Malang c. Biaya perizinan tidak memberatkan usaha (Q41dR1) kab. Pasuruan

d. Hal-hal yang berkaitan dengan izin usaha tidak menghambat kinerja perusahaan (Q46)

kab.

Probolinggo e. Interaksi Pemda kecil hambatannya terhadap pelaku usaha (Q55) kab. Sidoarjo f. Retribusi daerah tidak memberatkan kinerja perusahaan (Q65cR1) kab. Tuban

g. biaya-biaya transaksi kecil hambatannya terhadap kinerja perusahaan (Q71)

kod. Batu kota Pasuruan Kota Surabaya Sumber: data olahan

Korelasi negatif berikutnya kita temui pada korelasi antara variabel solusi polisi dalam menangani dampak kriminalitas meminimalisir dampak kerugian waktu dan biaya (Q84R3) terhadap realisasi PMA (Gambar 34).Semakin pelaku usaha tidak setuju bahwa solusi yang diberikan polisi ketika menangani kasus kriminal meminimalisir dampak kerugian waktu dan biaya, semakin tinggi realisasi PMA.

Sumber: Data Olahan

Gambar 34 Boxplot Variabel Kualitas Penanganan Kriminal oleh Polisi: Solusi Yang Diberikan Polisi Ketika Menangani Kasus Kriminal Meminimalisir Dampak Kerugian Waktu dan Biaya, terhadap PMA 2005-2010 di Provinsi Jawa Timur

Pencilan pada korelasi ini adalah kabupaten Gresik dan kabupaten Pasuruan. (Tabel 40). Responden di kabupaten Gresik dan Pasuruan justru meyakini bahwa kualitas tata kelola di sub indikator lainnya sangat baik, antara lain bahwa konflik atas tanah jarang terjadi (Q35),biaya perizinan sama sekali bukan hal yang memberatkan perusahaan (Q41DR1) dan sangat kecil tingkat hambatan kapasitas infrastruktur terhadap kinerja perusahaan (Q88). Demikian pula retribusi tidak menjadi hambatan terhadap kinerja perusahaan (Q65CR1). Ternyata, di balik posisi empat kabupaten ini sebagai pencilan, kualitas tata kelola masing-masing kabupaten di aspek tata kelola yang lain justru sangat baik. Hal ini mengindikasikan, faktor penentu investasi di suatu daerah bukan hanya 1 aspek variabel tata kelola namun banyak aspek variabel tata kelola lainnya.

3 2 1.4000E+13 1.2000E+13 1.0000E+13 8.0000E+12 6.0000E+12 4.0000E+12 2.0000E+12 0 Q84R3 PM A Boxplot of PMA VS Q84R3 Rs=- 0.328 P value: 0.003

Solusi polisi dalam menangani kriminalitas meminimalisir dampak kerugian waktu dan biaya 2= Tidak setuju , 3= setuju

Tabel 40 Kabupaten Pencilan di Provinsi Jawa Timur pada Korelasi Solusi Yang Diberikan Polisi Ketika Menangani Kasus Kriminal Meminimalisir Dampak Kerugian Waktu dan Biaya (Q84R3) terhadap PMA , serta Kualitas Tata Kelola yang Baik yang Dimilikinya

Korelasi Pencilan (anomali) Kualitas Tata Kelola yang baik Q84R3 vs

PMA kab. Gresik

a. Konflik atas tanah jarang terjadi(Q35)

kab. Pasuruan

b. Keseluruhan permasalahan lahan usaha kecil hambatannya terhadap kinerja perusahaan (Q36) c. Biaya perizinan tidak memberatkan usaha (Q41dR1)

d. Hal-hal yang berkaitan dengan izin usaha tidak menghambat kinerja perusahaan (Q46)

e. Interaksi Pemda kecil hambatannya terhadap pelaku usaha (Q55)

f. kapasitas dan integritas kepala daerah kecil hambatannya terhadap dunia usaha (Q63) g. Retribusi daerah tidak memberatkan kinerja perusahaan (Q65cR1)

h. biaya-biaya transaksi kecil hambatannya terhadap kinerja perusahaan (Q71)

i. infrastruktur kecil hambatannya terhadap kinerja perusahaan (Q81)

Sumber: data olahan

Hubungan negatif antara tata kelola dengan PMA terlihat pada korelasi antara variabel polisi selalu bertindak tepat waktu dalam menangani demonstrasi buruh (Q86R1) terhadap PMA (Gambar 35). Semakin pelaku usaha tidak setuju bahwa polisi selalu bertindak tepat waktu dalam memangani kasus demonstrasi buruh, realisasi PMA justru makin tinggi.

Sumber: Data Olahan

Gambar 35 Boxplot Variabel Kualitas Penanganan Demonstrasi Buruh oleh Polisi: Polisi Bertindak Tepat Waktu Menangani Demonstrasi Buruh, terhadap PMA 2005-2010 di Provinsi Jawa Timur

Pencilan pada korelasi ini adalah kabupaten Probolinggo dan Sidoarjo (Tabel 41). Untuk kedua kabupaten ini sendiri, kualitas tata kelola akses lahannya sangat baik, terlihat dari kemungkinan lokasi usaha digusur sangat kecil, penggusuran dan konflik tanah jarang (Q33-Q36)., biaya perizinan tidak menghambat kinerja perusahaan (Q41dR1), serta biaya transaksi berupa pajak, retribusi dan donasi kepada Pemda tidak menghambat kinerja perusahaan (Q65CR1,Q65CR2, Q67CR1), serta infrastruktur kecil hambatannya terhadap kinerja perusahaan (Q88). Ternyata, di balik posisi dua kabupaten ini sebagai pencilan, kualitas tata kelola masing-masing kabupaten di aspek tata kelola yang lain justru sangat baik. Hal ini mengindikasikan, faktor penentu investasi di suatu daerah bukan hanya 1 aspek variabel tata kelola namun banyak aspek variabel tata kelola lainnya. 3 2 1.4000E+13 1.2000E+13 1.0000E+13 8.0000E+12 6.0000E+12 4.0000E+12 2.0000E+12 0 Q86R1 PM A Boxplot of PMA VS Q86R1 Rs=- 0.192 P value: 0.095

Polisi selalu bertindak tepat waktu dalam menangani demonstrasi buruh 2= Tidak setuju , 3= setuju

Tabel 41 Kabupaten Pencilan di Provinsi Jawa Timur pada Korelasi Polisi Tepat Waktu dalam Menangani Demonstrasi Buruh (Q86R1) terhadap PMA , serta Kualitas Tata Kelola yang Baik yang Dimilikinya

Korelasi Pencilan (anomali) Kualitas Tata Kelola yang baik Q86R1 vs

PMA kab. Probolinggo

a. Kemungkinan lokasi usaha akan digusur sangat kecil (Q33)

kab. Sidoarjo b. Penggusuran jarang terjadi (Q34) c. Konflik atas tanah jarang terjadi(Q35) d. Keseluruhan permasalahan lahan usaha kecil hambatannya terhadap kinerja perusahaan (Q36) e.Persepsi bahwa biaya tidak memberatkan usaha (Q41dR1)

f. Hal-hal yang berkaitan dengan izin usaha tidak menghambat kinerja perusahaan (Q46)

g. Interaksi Pemda kecil hambatannya terhadap pelaku usaha (Q55)

h. Retribusi daerah tidak memberatkan kinerja perusahaan (Q65cR1)

i. Pajak daerah tidak memberatkan kinerja perusahaan (Q65cR2)

k. Donasi kepada Pemda tidak menghambat kinerja perusahaan (Q67Cr1)

l. Pembayaran biaya informal pada polisi tidak menghambat kinerja perusahaan (Q70BR1)

g. biaya-biaya transaksi kecil hambatannya terhadap kinerja perusahaan (Q71)

h. infrastruktur kecil hambatannya terhadap kinerja perusahaan (Q81)

Sumber: Data Olahan

Untuk variabel kualitas penanganan demonstrasi buruh oleh polisi berupa solusi polisi menangani demonstrasi buruh meminimalisir dampak kerugian usaha (Q86R2), juga berkorelasi negatif baik dengan PMDN maupun PMA (Gambar 36). Semakin pelaku usaha tidak setuju bahwa solusi polisi dalam memangani kasus demonstrasi buruh meminimalisir dampak kerugian waktu dan biaya, realisasi PMA dan PMDN justru makin tinggi.

3 2 4.0000E+12 3.0000E+12 2.0000E+12 1.0000E+12 0 Q86R2 P M D N Boxplot of PMDN VS Q86R2

Sumber: Data Olahan

Gambar 36 Boxplot Variabel Kualitas Penanganan Kriminal oleh Polisi: Solusi Yang Diberikan Polisi Ketika Menangani Demonstrasi Buruh Meminimalisir Dampak Kerugian Waktu dan Biaya Terhadap Usaha, terhadap PMDN dan PMA 2005-2010 di Provinsi Jawa Timur

Pencilan pada korelasi Q86R2 dengan PMDN dan PMA adalah Kabupaten Gresik, Pasuruan, Probolinggo. Sidoarjo, Tuban dan kota Pasuruan (Tabel 44). Pada kabupaten-kabupaten ini, akses akan lahan dan ketersediaan lahan sangat baik, terlihat dari kecilnya kemungkinan lokasi usaha akan digusur, dan konflik atas tanah yang jarang (Q33 & Q35). Sementara itu, biaya perizinan tidaklah menjadi hambatan bagi pelaku bisnis (Q41DR1), biaya transaksi berupa retribusi tidak menghambat kinerja perusahaan (Q65CR1, Q71) dan hambatan infrastruktur kecil terhadap kinerja perusahaan (Q81). Ternyata, di balik posisi kabupaten-kabupaten ini sebagai pencilan, kualitas tata kelola masing-masing kabupaten-kabupaten di aspek tata kelola yang lain justru sangat baik. Hal ini mengindikasikan, faktor penentu investasi di suatu daerah bukan hanya 1 aspek variabel tata kelola namun banyak aspek variabel tata kelola lainnya.

Solusi polisi meminimalisir dampak kerugian waktu dan biaya dunia usaha 2= Tidak setuju , 3= setuju

Rs= -0.258 P value: 0.024 3 2 1.4000E+13 1.2000E+13 1.0000E+13 8.0000E+12 6.0000E+12 4.0000E+12 2.0000E+12 0 Q86R2 P M A Boxplot of PMA VS Q86R2 Rs= -0.393 P value: 0.001

Tabel 42 Kabupaten Pencilan di Provinsi Jawa Timur pada Korelasi Solusi Polisi dalam Menangani Demonstrasi Buruh Meminimalkan Dampak Kerugian Waktu dan Biaya (Q86R2) terhadap PMA dan PMDN , serta Kualitas Tata Kelola yang Baik yang Dimilikinya

Pencilan (anomali) Kualitas Tata Kelola yang baik

kab. Gresik a. Kemungkinan lokasi usaha akan digusur sangat kecil (Q33) kab. Pasuruan b. Konflik atas tanah jarang terjadi(Q35)

kab. Probolinggo

c. Keseluruhan permasalahan lahan usaha kecil hambatannya terhadap kinerja perusahaan (Q36)

kab. Sidoarjo d. Biaya perizinan tidak memberatkan usaha (Q41dR1) kab. Tuban

e. Hal-hal yang berkaitan dengan izin usaha tidak menghambat kinerja perusahaan (Q46)

kota Pasuruan

e. Interaksi Pemda kecil hambatannya terhadap pelaku usaha (Q55)

f. Retribusi daerah tidak memberatkan kinerja perusahaan (Q65cR1)

g. biaya-biaya transaksi kecil hambatannya terhadap kinerja perusahaan (Q71)

h. infrastruktur kecil hambatannya terhadap kinerja perusahaan (Q81)

Sumber: Data Olahan

Salah satu latar belakang mengapa daerah yang aman justru realisasi investasinya rendah adalah sebagai berikut. Pada kenyataannya di lapangan, penyediaan barang publik berupa keamanan yang seharusnya dapat dinikmati seluruh warga masyarakat tanpa terkecuali dan tanpa imbalan biaya apapun, ternyata seringkali disalahgunakan oleh pihak kepolisian dan juga pihak pengguna (user) dalam hal ini para pelaku usaha. Barang publik berupa keamanan seringkali diakuisisi oleh pihak swasta menjadi barang privat dengan imbalan tertentu. Di banyak kasus keamanan, polisi justru secara terang-terangan meminta

fee tambahan atas setiap solusi permasalahan dunia usaha yang dipecahkan. Biaya

keamanan informal inilah yang nantinya menjadi komponen biaya produksi, yang bila jumlahnya semakin besar seiring waktu, akan menyebabkan kemampuan pelaku usaha untuk berinvestsai semakin berkurang karena biaya produksi semakin tinggi Hal inilah yang menyebabkan biaya yang dikeluarkan perusahaan akan semakin bertambah . Dengan demikian sangat logis apabila semakin responden setuju bahwa polisi memberikan solusi terbaik dalam setiap permasalahan keamanan yang mereka hadapi, semakin rendah realisasi investasi di kabupaten/kota tersebut.

Dari sekian banyaknya variabel yang berkorelasi negatif, ternyata secara umum masalah keamanan dan penyelesaian sengketa ini kecil hambatannya terhadap realisasi PMA. Oleh karena itu, para pelaku usaha yang berpersepsi bahwa masalah keamanan ini kecil hambatannya, memiliki realisasi PMA yang lebih tinggi (Gambar 37).

Sumber: Data Olahan

Gambar 37 Boxplot Variabel Tingkat hambatan Keamanan dan Penyelesaian Sengketa terhadap Kinerja Perusahahaan, terhadap PMA 2005-2010 di Provinsi Jawa Timur

5.2.7 Hubungan antara Biaya Transaksi dan Realisasi PMDN dan PMA