• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan antara Kapasitas dan Integritas Bupati /Walikota dan Realisasi PMDNdan PMAKabupaten dan Kota di Jawa Timur

Sub indikator Kapasitas dan integritas Bupati/ Walikota terdiri dari enam variabel, yaitu pemahaman kepala daerah terhadap masalah dunia usaha (Q61R1),

3 2 1.4000E+13 1.2000E+13 1.0000E+13 8.0000E+12 6.0000E+12 4.0000E+12 2.0000E+12 0 Q59 PM A Boxplot of PMA VS Q59 Rs= 0.280 P value: 0.014

Secara umum, dampak dari PPUS Pemda terhadap kinerja perusahaan: 2= Kecil , 3 = besar

profesionalisme birokrat daerah (Q61R2), ketegasan kepala daerah terhadap korupsi birokratnya (Q61R3), tindakan kepala daerah yang menguntungkan diri sendiri (Q61R4), karakter kepemimpinan kepala daerah (Q61R5), hambatan kapasitas dan integritas kepala daerah terhadap dunia usaha (Q63). Semua variabel tersebut berskala ordinal sehingga semuanya dianalisis dengan uji korelasi Spearman.

Tabel 33 Korelasi Spearman antara PMDN 2005-2010 dengan Variabel Kapasitas Integritas Bupati/Walikotadi Provinsi Jawa Timur

Q61R 1 Q61R 2 Q61R3 Q61R4 Q61R5 Q63 Spear man's rho PM DN Correlation Coefficient .091 .032 -.251** .230** -.052 .188 Sig. (2-tailed) .430 .777 .028 .045 .652 .102 PMA Correlation Coefficient .214 -.055 -.380** .384** .177 .274** Sig. (2-tailed) .062 .635 .001 .001 .124 .016 Ket.

**Korelasi signifikan pada tingkat 0.05 (2-tailed). *. Korelasi signifikan pada tingkat 0.1 (2-tailed). Sumber: data olahan

Dari kesemua variabel penyusun sub indikator ini, variabel yang berhubungan negatifsecara signifikan dilihat dari Tabel 33 adalah ketegasan kepala daerah akan korupsi birokratnya (Q61 R3) dan tindakan kepala daerah yang menguntungkan diri sendiri (Q61R4).Deskripsi lebih lanjutnya dapat dilihat pada gambar 28 dan 29.

3 2 4.0000E+12 3.0000E+12 2.0000E+12 1.0000E+12 0 Q61R3 P M D N Boxplot of PMDN VS Q61R3

Sumber: Data Olahan

Gambar 28 Boxplot Variabel Ketegasan Kepala Daerah Terhadap Korupsi Birokratnya , terhdadap PMDN dan PMA 2005-2010 di Provinsi Jawa Timur

Pada kabupaten/kota di provinsi Jawa Timur, ternyata semakin pelaku usaha tidak setuju bahwa bupati/walikota bertindak tegas terhadap tindakan korupsi jajarannya(Q61R3), realisasi investasibaik PMA maupun PMDN makin besar (Gambar 26). Pencilan untuk korelasi Q61R3 terhadap PMDN ini adalah Kabupaten Tuban, Probolinggo, Gresik, Pasuruan, Sidoarjo dan kota Surabaya (Tabel 34). Di lima kabupaten/kota ini terlihat bahwa aspek tata kelola dalam hal akses lahan sangat baik karena konflik atas tanah jarang terjadi (Q35) dan keseluruhan permasalahan lahan usaha kecil hambatannya terhadap kinerja perusahaan (Q36). Selain itu biaya perizinan serta retribusi juga tidak menghambat kinerja perusahaan, serta infrastruktur kecil hambatannya terhadap kinerja perusahaan.

Bupati/walikota bertindak tegas kepadatindakan korupsi jajarannya: 2= Tidak setuju , 3= setuju

Rs=- 0.251 P value: 0.028 3 2 1.4000E+13 1.2000E+13 1.0000E+13 8.0000E+12 6.0000E+12 4.0000E+12 2.0000E+12 0 Q61R3 P M A Boxplot of PMA VS Q61R3 Rs= -0.380 P value: 0.001

Tabel 34 Kabupaten Pencilan di Provinsi Jawa Timur pada KorelasiKetegasan Kepala Daerah akan Korupsi Birokratnya (Q61R3) terhadap PMDN dan PMA , serta Kualitas Tata Kelola yang Baik yang Dimilikinya Pencilan (anomali) Kualitas Tata Kelola yang baik

kab. Tuban a. Konflik atas tanah jarang terjadi(Q35) kab. Probolinggo

b. Keseluruhan permasalahan lahan usaha kecil hambatannya terhadap kinerja perusahaan (Q36)

kab. Gresik c.Persepsi bahwa biaya tidak memberatkan usaha (Q41dR1) kab. Pasuruan

d. Hal-hal yang berkaitan dengan izin usaha tidak menghambat kinerja perusahaan (Q46)

kota Surabaya

e. Interaksi Pemda kecil hambatannya terhadap pelaku usaha (Q55)

kab. Sidoarjo f. Keamanan tidak menghambat kinerja perusahaan (Q88) g. Retribusi daerah tidak memberatkan kinerja perusahaan (Q65cR1)

h. biaya-biaya transaksi kecil hambatannya terhadap kinerja perusahaan (Q71)

i. infrastruktur kecil hambatannya terhadap kinerja perusahaan (Q81)

Sumber: data olahan

Korelasi negatif juga ditemui pada Tindakan kepala Daerah yang Menguntungkan Diri Sendiri (Q61R4) terhadap realisasi PMDN dan PMA. Semakin pelaku usaha setuju bahwa bupati/walikotanya melakukan perbuatan yang meguntungkan dirinya sendiri, realisasi PMA maupun PMDNnya makin tinggi (Gambar 29).

3 2 4.0000E+12 3.0000E+12 2.0000E+12 1.0000E+12 0 Q61R4 P M D N Boxplot of PMDN VS Q61R4

Sumber: Data Olahan

Gambar 29 Boxplot Variabel Tindakan kepala Daerah yang Menguntungkan Diri Sendiri, terhadap PMDN dan PMA 2005-2010 di Provinsi Jawa Timur

Pencilan pada korelasi Q61R4 dengan PMDN dan PMA adalah kabupaten Pasuruan, Malang, Gresik, Sidoarjo,Tuban, Bojonegoro dan Kota Surabaya (Tabel 35). Pada enam kabupaten ini, pelaku usahanya berpendapat kepala daerahnya melakukan tindakan korupsi, namun ternyata realisasi investasi PMDN dan PMAnya masih tinggi. Namun ternyata ada beberapa variabel tata kelola lainnya yang baik antara lain konflik atas tanah jarang terjadi (Q35) dan biaya-biaya transaksi kecil hambatannya terhadap kinerja perusahaan (Q71). Di balik posisi 2 kabupaten ini sebagai pencilan, kualitas tata kelola masing-masing kabupaten di aspek tata kelola yang lain justru sangat baik. Hal ini mengindikasikan, faktor penentu investasi di suatu daerah bukan hanya 1 aspek variabel tata kelola namun banyak aspek variabel tata kelola lainnya.

Bupati/walikota melakukan perbuatan yang menguntungkan dirinya (korupsi) 2= Tidak setuju , 3= setuju

Rs= 0.230 P value: 0.045 3 2 1.4000E+13 1.2000E+13 1.0000E+13 8.0000E+12 6.0000E+12 4.0000E+12 2.0000E+12 0 Q61R4 P M A Boxplot of PMA VS Q61R4 Rs= 0.384 P value: 0.001

Tabel 35 Kabupaten Pencilan di Provinsi Jawa Timur pada Korelasi Tindakan Kepala Daerah yang Menguntungkan Diri Sendiri (Q61R4) terhadap PMDN dan PMA , serta Kualitas Tata Kelola yang Baik yang Dimilikinya

Pencilan (anomali) Kualitas Tata Kelola yang baik

kab. Pasuruan a. Konflik atas tanah jarang terjadi(Q35) kab. Malang

b. Keseluruhan permasalahan lahan usaha kecil hambatannya terhadap kinerja perusahaan (Q36)

kab. Gresik c. Biaya perizinan tidak memberatkan usaha (Q41dR1) kab. Sidoarjo

d. Hal-hal yang berkaitan dengan izin usaha tidak menghambat kinerja perusahaan (Q46)

kab. Tuban e. Interaksi Pemda kecil hambatannya terhadap pelaku usaha (Q55) kota Surabaya f.Keamanan tidak menghambat kinerja perusahaan (Q88)

kab. Bojonegoro g. Retribusi daerah tidak memberatkan kinerja perusahaan (Q65cR1) h. biaya-biaya transaksi kecil hambatannya terhadap kinerja

perusahaan (Q71) Sumber: Data Olahan

Hubungan antara dua variabel (Q61R3 dan Q61R4) ini terhadap realisasi PMA maupun PMDN sangatlah berkebalikan namun saling mendukung. Responden di kabupaten/kota yang tidak setuju bahwa kepala daerahnya telah bertindak tegas terhadap korupsi ternyata memiliki nilai realisasi investasi yang lebih tinggi dibandingkan kabupaten/kota yang menjawab setuju (Gambar 28). Sedangkan sejalan dengan gambar 28, Gambar 29 menunjukkan bahwa para pelaku usaha yang setuju bahwa bupati/walikotanya melakukan tindakan korupsi justru realisasi PMDN maupun PMAnya makin rendah. Hal ini menandakan bahwa sosok bupati/walikota di suatu kabupaten/kota belum menjadi sosok panutan dan sosok figur pemimpin yang kuat. Kenyataannya bupati/walikota yang korup justru membuat para investor yang memiliki kepentingan dalam beberapa proyek pengadaan gencar melakukan negosiasi dan pendekatan tertentu dengan harapan proyek tersebut mendapat persetujuan, dan pada akhirnya meningkatkan realisasi PMDN maupun PMA di kabupaten/kota tersebut.

Namun di balik korelasi yang negatif tersebut, terdapat satu variabel yang berkorelasi positif, yaitu tingkat hambatan kapasitas dan integritas kepala daerah (Q63). Semakin pelaku usaha berpersepsi bahwa kapasitas dan integritas kepala daerah memiliki hambatan yang kecil terhadap dunia usaha, semakin tinggi realisasi PMA di daerah tersebut (Gambar 30).

Sumber: Data Olahan

Gambar 30 Boxplot Variabel Hambatan Kapasitas dan Integritas Kepala Daerah Terhadap Dunia Usaha, terhadap PMA 2005-2010 di Provinsi Jawa Timur

5.2.6. Hubungan antara Keamanan dan Penyelesaian Sengketa dan Realisasi