BAB II : KAJIAN PUSTAKA
F. Hubungan Antara Kemampuan Membaca dan Menulis
Hubungan antara minat dan kemampuan kecil pada masa kanak-kanak dan permulaan masa muda, tetapi hubungan itu akan berangsur-angsur bertambah dengan semakin bertambahnya umur. Minat anak untuk bermain-main dengan menggunakan mainan biasanya tidak selalu memerlukan kemampuan, sebab pada dasarnya anak bermain untuk mencapai kepuasan. Kemampuan anak dibutuhkan bila mainan yang digunakan memerlukan atau menuntut kecakapan tertentu. Dalam situasi seperti ini, minat sudah mempunyai hubungan dengan kemampuan.
Kemampuan yang dibutuhkan untuk mendukung minat seseorang terhadap obyek, tergantung pada tingkat kesukaran yang ada pada obyek minat tersebut.
Menurut Munandar Dalam Ahmad Susanto Teori belajar dan pembelajara di sekolah dasar (2013:64) fase perkembangan minat berlangsung secara bertingkat dan mengikuti pola perkembangan individu itu sendiri. Di samping itu, kematangan indivdu juga memengaruhi perkembangan minat, karena semakin matang secara psikologis maupun fisik, maka minat juga akan semakin kuat dan terfokus pada objek tertentu.
Minat yang tinggi terhadap suatu jenis pekerjaan yang didukung oleh kemampuan yang tinggi, akan berakhir dengan mencapai hasil sesuai obyek yang tidak didukung oleh kemampuan akan mendorong seseorang berusaha untuk memiliki kemampuan dalam upaya mendukung
minat yang ada padanya. Sedangkan kemampuan seseorang terhadap suatu jenis pekerjaan, aktivitas, yang tidak disertai oleh minat pada akhirnya kemampuan itu tidak diaktualisasikan.
Menurut Ahmad Susanto dalam bukunya Teori belajar dan pembelajaran di sekolah dasar, secara sederhana minat berarti kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu.
Meskipun demikian, minat siswa-siswa terhadap pendidikan agama tidak bisa dilepaskan dengan kemampuan membaca dan menulis Al-Qur'an. Disamping secara khusus pelajaran Al-Qur'an juga sub-sub lainnya sangat berkaitan dengan ayat-ayat Al-Qur'an. Oleh karena itu, mempelajari pendidikan agama tanpa ditunjang oleh kemampuan membaca dan menulis Al-Qur'an, dengan sendirinya akan mengalami hambatan dalam menyerap secara utuh materi pendidikan agama.
Sebaliknya, siswa-siswa yang memiliki kemampuan membaca dan menulis Al-Qur'an baik dari segi makhraj, tajwid dan mengetahui maknanya disertai minat untuk mempelajari pendidikan agama memiliki peluang yang lebih tinggi untuk mempelajari atau menelaah keseluruhan materi pendidikan dibandingkan dari mereka yang kurang dan tidak mampu membaca dan menulis Al-Qur'an. Dengan demikian, minat merupakan faktor yang sangat penting untuk menunjang kegiatan belajar siswa, kenyataan ini juga diperkuat oleh pendapat Sardiman dalam Ahmad Susanto (2013:66) yang menyatakan bahwa proses belajar itu akan berjalan lancar kalau disertai dengan minat.
Metode penyajian pendidikan agama Islam merupakan salah satu daya tarik yang mengarahkan perhatian siswa-siswa kepada materi yang sedang di bahas oleh guru dalam menerangkan ayat-ayat Al-Qur'an akan lebih meningkatkan keinginan siswa-siswa untuk mempelajari ayat-ayat Al-Qur'an dengan kemampuan siswa-siswa membaca Al-Qur'an dan metode penyajian yang menarik digunakan oleh guru akan lebih memudahkan siswa-siswa untuk mencerna kandungan ayat-ayat Al-Qur'an yang sedang dipelajari.
Guru sebagai salah satu komponen pendidikan mempunyai peranan untuk membangkitkan minat siswa-siswa baik dalam kelas maupun luar kelas. Di luar kelas guru agama dengan tegur sapa, tingkah laku dan perbuatannya merupakan pencerminan ajaran-ajaran Al-Qur'an.
Hal tersebut dapat menarik dan meningkatkan minat siswa-siswa untuk mempelajari dan mempraktekkan ajaran-ajaran agama yang telah dipelajari. Pencerminan ajaran agama yang diajarkan oleh guru dalam pergaulan sehari-hari baik sesama guru maupun dengan siswa-siswa merupakan contoh tauladan yang akan ditrasfer oleh siswa-siswa.
Minat siswa-siswa terhadap materi-materi pendidikan agama Islam akan lebih komperehensif bila ditunjang oleh kemampuan mereka membaca Al-Qur'an. Oleh karena itu siswa-siswa yang memiliki kemampuan membaca Al-Qur'an (baik dengan tarti, dengan tajwid dan makhraj, maupun yang berkemampuan biasa) memiliki peluang yang lebih baik untuk menelaah materi-materi pendidikan agama dibandingkan dari
siswa-siswa yang tidak mampu dan tertegun-tegun membaca Al-Qur'an semakin mendukung minat siswa mempelajari pendidikan agama.
Sebaliknya, semakin rendah kemampuan siswa membaca Al-Qur'an akan mempengaruhi minat mereka untuk menelaah dan mendalami materi-materi pendidikan agama secara komprehensif.
Dalam hal ini, praktikum pendidikan agama merupakan salah satu upaya utuk memantapkan teoi-teori yang diajarkan oleh guru agama kepada siswa-siswa. Pada umumnya teori-teori yang diajarkan untuk dipraktekkan bersumber dari Al-Qur'an dan hadits Nabi. Pemahaman dan penghayatan siswa-siswa terhadap ajaan-ajaran agama itu akan berpengaruh terhadap prilaku beribadah dikalangan siswa.
Data frekuensi kehadiran siswa pada praktikum yang dilaksanakan oleh sekolah, dapat dikemukakan bahwa siswa-siswa yang kurang mampu dan tertegun-tegun membaca Al-Qur'an banyak yang absen pada saat praktikum membaca Al-Qur'an dilakukan dibandingkan dari praktikum shalat, wudhu maupun tayammun. Hal ini menunjukkan bahwa, minat mereka terhadap praktikum yang tidak menguji kemampuan membaca Al-Qur'an lebih tinggi dibandingkan dari minat terhadap praktikum membaca Al-Qur'an. Hal ini terjadi karena praktikum selain membaca Al-Qur'an, juga ada yang tidak memerlukan bacaan Al-Qur'an dengan suara keras dan bahkan ada yang tidak memerlukannya, sehingga siswa-siswa yang tidak mampu dan tertegun-tegun membaca Al-Qur'an menghadiri praktikum.
Dengan demikian, minat siswa-siswa terhadap praktikum membaca dan menulis la harus ditopang oleh kemampuan membaca dan menulis, siswa-siswa yang tidak mampu dan tertegun-tegun membaca Al-Qur'an tidak dapat berpartisipasi secara aktif selama praktikum berlangsung. Pernyataan ini didukung oleh pendapat Hartono dalam Ahmad Susanto (2013 : 67) yang menyatakan bahwa minat memberikan sumbangan besar terhadap keberhasilan belajar peserta didik.
Berdasarkan uraian di atas sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa apabila siswa masih kurang atau tidak mampu membaca dan menulis Al-Qur‟an maka akan sangat berpengaruh dalam praktikum akan tetapi apabila guru pendidikan agama Islam memberikan kebijaksanaan dengan memberikan dorongan dan motivasi siswa yang tidak mampu membaca dan menullis Al-Qur‟an maka siswa tersebut akan merasa diperhatikan dan menimbulkan motivasi dalam dirinya untuk giat belajar membaca dan menulis Al-Qur‟an.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian survei (lapangan) dengan pendekatan kualitatif karena datanya dikumpulkan dari isian kuesioner responden. Singarimbung (1989) mengemukakan bahwa penelitian survei adalah penelitian yang mengambil sampel dari suatu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpul data yang pokok.
Sedangkan Kerlinger (2002) mengemukakan bahwa penelitian survei mengkaji populasi (universe) yang besar maupun kecil dengan menyeleksi serta mengkaji sampel yang dipilih populasi.
B. Lokasi dan Objek Penelitian
Lokasi penelitian bertempat di SDN 34 Libureng Kecamatan Tondong Tallasa Kabupaten Pangkep, dalam hal ini yang menjadi objek penelitian adalah siswa SDN 34 Libureng Kecamatan Tondong Tallasa Kabupaten Pangkep dan guru sebagai respoden pelengkap.
C. Variabel Penelitian
Adapun variabel yang akan diteliti, terdiri atas dua macam variabel yaitu :
1. Kemampuan membaca dan menulis Al-Qur‟an sebagai variabel bebas yang diberi simbol (X).
2. Minat belajar pendidikan agama islam sebagai variabel terikat yang diberi simbol ( Y ).
30
D. Definisi operasional variabel
Untuk memperoleh gambaran yang jelas tentang variabel, serta untuk menghindari salah pengertian dalam penelitian ini, maka berikut dijelaskan definisi oprasional variabel penelitian sebagai berikut :
1. Kemampuan membaca dan menulis Al-Qur‟an adalah kecakapan yang dimiliki oleh siswa Sekolah Dasar untuk membaca dan menulis al-Quran yang diukur melalui indikator :
Indikator kemampuan membaca Al-Qur`an : (1) kemampuan membaca lancar dengan tartil, (2) kemampuan membaca dengan tajwid dan makhraj, (3) kemampuan membaca tanpa tartil dan tidak fasih, dan (4) bertegun-tegun membaca Al-Qur‟an.
Indikator kemampuan menulis Al-Qur`an : (1) Kemampuan menulis huruf hija`iyah secara bersambung dan tanda bacanya, (2) ketepatan huruf, (3) kerapian menulis ayat-ayat Al-Qur`an.
2. Minat belajar agama adalah ketertarikan siswa untuk mengikuti kegiatan belajar mengajar agama yang diukur dengan menggunakan indikator: (1) ketertarikan terhadap materi pelajaran, (2) ketertarikan terhadap metode penyajian, dan (3) ketertarikan karena faktor lain.
Dan pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan hubungan antara kemampuan membaca dan menulis Al-Qur`an dengan minat belajar PAI siswa di SDN 34 Libureng Tondong Tallasa Kabupateng Pangkep adalah suatu kajian yang
sistematis tentang ketertarikan siswa untuk mengikuti kegiatan belajar mengajar agama dengan kemampuan membaca dan menulis Al-Qur`an.
E. Populasi dan sampel 1. Populasi
Populasi adalah jumlah keseluruhan unit analisis yang akan diselidiki karakteristik atau ciri-cirinya. Populasi dari penelitian ini adalah seluruh siswa SDN 34 Libureng Kecamatan Tondong Tallasa Kabupaten Pangkep, Secara rinci keadaan populasi dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1 Sumber data: Kantor SDN 34 Libureng Kecamatan Tondong Tallasa
Kabupaten Pangkep 2. Sampel
Sampel adalah sebagian dari populasi yang dipandang mampu menjadi wakil keseluruhan dari obyek penelitian. Sehubungan dengan populasi, yang tidak semua populasi bisa menjadi sampel karena beberapa pertimbangan bahwa siswa kelas 1,2 dan 3 belum bisa bemberikan informasi yang akurat. Maka dalam penarikan sampel
ditentukan secara purposive sampling yaitu penarikan sampel yang dilakukan secara sengaja sebagai responden yang terdiri dari siswa kelas 4,5,6, guru agama dan kepala sekolah dan informan yang mampu memberikan informasi mengenai hubungan antara kemampuan membaca dan menulis Al-qur`an dengan minat belar PAI yang meliputi :
No
Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati secara spesifik.
Instrument yang dimaksud dalam penelitian ini adalah alat ukur, yaitu alat untuk menyatakan besaran atau persentase terhadap hal-hal yang dikaji.
Adapun beberapa jenis instrumen yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu:
1. Pedoman atau catatan observasi 2. angket
3. Pedoman wawancara 4. Catatan dokumentasi
Untuk mengetahui lebih jelasnya mengenai ke empat instrument tersebut, penulis akan menguraikan secara sederhana sebagai berikut : 1. Pedoman observasi
Pedoman observasi adalah seperangkat catatan-catatan kecil yang berisi ikhtisar tentang hal-hal pokok yang akan diobservasi.
Pedoman observasi ini paling tidak berisi petunjuk praktis menyangkut tujuan, waktu, tempat, materi dan sasaran observasi.
2. Angket
Angket adalah teknik penulisan data melalui pertanyaan-pertanyaan yang dilakukan secara tertulis pada responden terpilih untuk mendapat jawaban atau tanggapan yang informasinya diperlukan (peneliti) dalam penelitian ini.
3. Pedoman wawancara
Pedoman wawancara adalah seperangkat catatan persiapan, berisi pertanyaan-pertanyaan yang disusun secara sistematis untuk mempermudah berlangsungnya proses wawancara.
4. Catatan dokumentasi
Catatan dokumentasi dari asal kata dokumen yang artinya barang-barang tertulis. Dalam melaksanakan penelitian dengan metode
dokumentasi, peneliti menyelidiki benda-benda tertulis seperti buku-buku dan arsip.
G. Teknik Pengumpulan data
Dalam rangka pengumpulan data, penulis menempuh beberapa tahap yang secara garis besarnya penulis membagi ke dalam dua tahap, yaitu tahap persiapan dan tahap pelaksanaan penelitian.
Pada tahap persiapan, penulis terlebih dahulu melengkapi hal-hal yang akan dibutuhkan di lapangan yang menyangkut penyusunan dan pembatasan instrument penelitian. Pada tahap ini pula, peneliti mengurus surat izin penelitian hingga kesejumlah instansi yang terkait, setelah memperoleh izin tersebut, peneliti kemudian melakukan pengumpulan data sebagai tahap pelaksanaan.
Pada tahap pelaksanaan penelitian, penulis di samping mengumpulkan data lapangan, juga data-data konseptual melalui literatur.
Dengan demikian pada tahap pelaksanaan ini, penulis mengumpulkan data dengan dua cara, yaitu :
1. Penelitian kepustakaan
Yaitu dengan cara pengumpulan data melalui telaah literature, baik dari buku-buku ilmiah, artikel, majalah, maupun dari sumber tertulis lainnya yang dianggap perlu. Cara ini dimaksudkan untuk menghimpun literatur atau bahan-bahan yang bersifat ilmiah yang berhubungan dengan masalah yang dikaji, sebagai landasan kajian ataupun sebagai bahan banding terhadap masalah yang dikaji.
2. Penelitian lapangan
Penelitian lapangan merupakan langkah bentuk memperoleh data dan informasi guna menjawab permasalahan yang dikaji. Penelitian lapangan ini meliputi observasi, wawancara dan penyebaran angket dan dokumentasi.
H. Teknik Analisa Data
1. Teknik Induktif, yaitu suatu analisis yang berpangkal dari fakta-fakta yang bersifat khusus kemudian menarik kesimpulan secara umum.
2. Teknik Deduktif, yaitu suatu analisis yang berpangkal dari suatu generalisasi yang bersifat umum, lalu diperinci untuk mendapatkan keterangan secara khusus.
3. Teknik Komparatif, yaitu membanding-bandingkan beberapa pendapat dalam masalah yang sama lalu menarik kesimpulan yang lebih tepat.
4. Persentase, dimana peneliti mengolah data dari tabulasi angket yang diedarkan pada responden, adapun rumus yang digunakan menurut M. Subana, Moersatyo Rahadi, Sudarajat (2000 : 94) adalah :
Dimana :
∑X = Nilai persentase
F = Frekuensi jawaban responden N = Jumlah responden (subyek).
X NF x 100Selanjutnya untuk memperoleh generalisasi maka dilakukan dengan membuat rekapitulasi tabel, dengan pengukuran secara kualitatif sebagai berikut :
Yang mencapai 76 % - 100 % dinilai sangat positif Yang mencapai 56 % - 75 % dinilai positif
Yang mencapai 40 % - 55 % cukup positif Yang mencapai 40 % - 0% kurang positi
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN
A. Gambaran Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini bertempat di SDN 34 Libureng KecamatanTondong Tallasa Kabupateng Pangkep. Sekolah ini berdiri atas inisiatif para tokoh masyarakat dan didukun oleh para pemerintah setempat.
Adapun Visi Misi SDN 34 LIbureng Kecamatan Tondong Tallasa Kabupateng Pangkep sebangai berikut :
Visi : Menjadi sekolah terpercaya dimasyarakat untuk mencerdaskan bangsa dalam rangka mensukseskan wajib belajar.
Misi : 1. Menyiapkan generasi unggul untuk memiliki potensi Imtaq dan Iptek.
2. Membentuk sumber daya manusia yang aktif, kreatif, inifatif sesuai dengan perkembangan zaman.
3. Membangun citra sekolah sebangai mitra terpercaya dimasyarakat.
1. Keadaan Guru
SDN 34 Libureng kecamatang Tondong Tallasa Kabupaten Pangkep merupakan sekolah yang bernaung dibawah Dinas Pendidikan Nasional. Guru-guru yang mengajar di sekolah ini ada berstatus pegawai negeri dan honorer. Guru memiliki perang dan fungsi didalam pendidikan
38
formal di sekolah. Tugas guru di sekolah tidaklah dipandang ringan, karena tugas menyangkut berbagai aspek serta memikul tanggungjawab moral yang berat disebabkan karena rendahnya tingkat pendidikan orang tua siswa.
Guru adalah jabatan atau profesi yang memerlukan keahlian khusus sebagai guru, pada hakekatnya guru merupakan orang yang bekerja dalam bidang pendidikan dan pengajaran yang memiliki kualifikasi sebagai guru. Dan seorang guru dipandang memiliki legitimasi dari masyarakat dan pemerintah sebagai seorang ahli dalam profesi keguruan yang harus memiliki kecakapan dan kemampuan dalam menjalankan tugasnya.
Adapun keadaan SDN 34 Libureng Kecamatan Tondong Tallasa Kabupateng Pangkep di lihat pada table berikut:
Tabel 2
Keadaan Guru SDN 34 Libureng Kecamatang Tondong Tallasa Kabupaten Pangkep
No Nama Jabatan Status
1. Hambali, S. Pd Kepala Sekolah PNS
2. Abdul Rasid, S.Pd Guru Kelas PNS
3. Minahari Guru Kelas PNS
4. Syamsiah, S.Pd.SD Guru Kelas PNS
5. Marwah, S.Pd Guru Kelas PNS
6. Irwan Mustafa, A.Ma Guru Kelas PNS
7. Muhammad Safri, S.Pd Guru Penjas PNS
8. Nadira, S.Pd Guru Mapel Honorer
9. Abdul Muis, S.Pd Guru Kelas Honorer
10. Nur Aeni, A.Ma Guru Agama Honorer
11. Haeriah, A.Ma Guru Mulok Honorer
12. Dahliah, S.Sos Pustakawan Honorer
13. Muhammad Hanis, ST Operator Honorer
14. Muhammad Nasriadi Penjaga Sekolah Honorer
15. Nasruddin, S. Pd Guru Mapel Honorer
Sumber Data : Kantor SDN 34 LIbureng Kecamatang Tondong Tallasa Kabupaten Pangkep
Tabel di atas menunjukkan bahwa meskipun sekolah tersebut mempunyai jumlah siswa yang sangat minim, namun tetapi jumlah guru yang mengajar di sekolah tersebut terhitung lengkap.
2. Keadaan siswa
Siswa yang diterimah masuk di SDN 34 Libureng Kecamatang Tondong Tallasa Kabupateng Pangkep pada umumnya dari anak-anak masyarakat di sekitar lokasi sekolah, ada juga yang datang dari luar lokasi, yang rumahnya agak jauh dari sekolah.
Untuk dapat mengetahui keadaan siswa dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 3
Keadaan Siswa SDN 34 Libureng Kecamatan Tondong Tallasa Kabupaten Pangkep
TA. 2015/2016
No Kelas
Jenis kelamin
Jumlah Laki-laki Perempuan
1. I 1 Orang 3 Orang 4 Orang
2. II 3 Orang - 3 Orang
3. III 6 Orang 2 Orang 8 Orang
4. IV 3 Orang 7 Orang 10 Orang
5. V 6 Orang 6 Orang 12 Orang
6. VI 9 Orang 3 Orang 12 Orang
Jumlah 28 Orang 21 Orang 49 Orang
Sumber Data : Kantor SDN 34 LIbureng Kecamatang Tondong Tallasa Kabupaten Pangkep
3. Keadaan sarana dan prasarana
Sarana juga merupakan hal yang penting penulis kemukakan karena salah satu faktor yang menyebabkan terjadinya kelancaran proses belajar mengajar. Adapun keadaan sarana dan prasarana di SDN 34 Libureng Kecamatan Tondong Tallasa Kabupateng Pangkep dapat di lihat pada tebel berikut:
Tabel 4
Keadaan Prasarana SDN 34 Libureng Kecamatan Tondong Tallasa Kabupaten Pangkep
No Jenis Barang Jumlah Keterangan
1. Kursih & meja murid 60 buah Utuh
2. Meja Ka. Sek & guru 8 Buah Utuh
3. Kursih Ka. Sek & guru 8 Buah Utuh
4. Kursih tamu 4 Buah Utuh
5. Lemari 8 Buah Utuh
6. Papan Absen 6 Buah Utuh
7. Papan memori 1 Buah Utuh
8. Papan potensih 1 Buah Utuh
10. Buku Paket 315 exp Utuh
11. Rak Buku 11 Buah Utuh
Sumber data : Kantor SDN 34 Libureng Kecamatan Tondong Tallasa Kabupaten Pangkep
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa keadaan prasarana sekolah ini sudah cukup memadai. Adapun keadaan sarana gedun dan ruangan kantor SDN 34 Libureng Kecamatan Tondong Tallasa Kabupaten Pangkep adalah sebagai berikut:
Tabel 5
Keadaan Saran Gedung SDN 34 LIburen Kecamatan Tondong Tallasa Kabupaten Pangkep
No Jenis Luas Banyaknya Ket
1. Ruang Belajar 8 x 7 6 Ruangan Dipakai
2. Ruang Kantor 8 x 7 1 Ruangan Dipakai
3. Ruang Perputakaan 8 x 6 1 Ruangan Dipakai
4. WC 3 x 2 2 Ruangan Dipakai
Sumber data : Kantor SDN 34 Libureng Kecamatan Tondong Tallasa Kabupaten Pangkep
Dengan melihat tabel tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa keadaan gedung SDN 34 libureng Kecamatang Tondong Tallasa Kabupateng Pangkep sudah cukup menunjang dalam proses pembelajaran.
B. Kemampuan Membaca dan Menulis Al-Qur`an Siswa SDN 34 Libureng Kecamatang Tondong Tallasa Kabupateng Pangkep.
Kemampuan membaca dan menulis Al-qur`an adalah suatu kecakapan yang dimiliki atau yang diperoleh dari pengalaman. Dengan demikian kemampuan membaca dan menulis Al-qur`an merupakan hasil yang dicapai oleh seseorang setelah melakukan aktivitas dalam jangka waktu tertentuh.
Kemampuan membaca Al-qur`an dapat diketahui dengan kemampuan siswa membaca secara lancer, kemampuan membaca Al-qur`an dengan tajwid dan makhraj, kemampuan membaca Al-Al-qur`an
tampa tajwid dan makhraj, dan tidak mampu membaca Al-qur`an, dan hal ini dapat diketahui apabila guru pendidikan Agama Islam melaksanakan praktek membaca Al-qur`an dan apabila guru mendapat siswa yang belum mampu membaca Al-qur`an maka hendaknya guru tesebut memberikan bimbingan khusus dan melakukan metode yang bervariasi agar minat siswa terhadap mata pelajaran pendidkan Agama Islam dapat meningkat.
Dalam menulis Huruf Hijaiyyah, diperlukan suatu keterampilan dan potensi yang harus dikembangkan. Jika potensi yang dimiliki seseorang tidak dilatih secara continu dan konsisten, maka potensi tersebut manjadi hilang perlahan-lahan. Untuk mengetahui kemampuan membaca dan menulis Al-qur`an siswa SDN 34 Libureng Kecamatan Tondong Tallasa Kabupaten Pangkep dapat dilihat dari hasil penyebaran angket berikut :
Tabel 6
Tanggapan siswa dalam membaca Al-qur`an mengalami kesulitan tentang ilmu tajwid
Pilihan Kategori Jawaban Frekuensi Persentase (%)
a. Ya 7 20,6 %
b. Kadang-kadang 24 70,6 %
c. Tidak 3 8,8 %
Jumlah 34 100 %
Angket No 1
Tabel di atas menunjukkan bahwa siswa dalam membaca Al-qur`an mengalami kesulitanten tentang ilmu tajwid yang menjawab selalu
sebanyak 7 atau 20,6 %, siswa yang menjawab kadang-kadang 24 atau 70,6 % dan siswa yang menjawab tidak perna 3 atau 8,8 %.
Tabel 7
Tanggapan siswa memperhatikan guru agama dengan baik ketika menerangkan materi pelajaran
Pilihan Kategori Jawaban Frekuensi Persentase (%)
a. Ya 24 70,6 %
b. Kadang-kadang 10 29,4 %
c. Tidak - -
Jumlah 34 100 %
Angket No 2
Tabel di atas menunjukkan bahwa siswa yang memperhatikan guru agama dengan baik ketika menerangkan materi pelajaran yang menjawab selalu sebanyak 24 atau 70,6 %, siswa yang menjawab kadang-kadang 10 atau 29,4 % dan tidak ada siswa yang menjawab tidak pernah.
Berdasarkan keterangan diatas dipertegas sebagaimana yang dijelaskan oleh Ibu Nur Aeni, A. Ma selaku guru Pendidikan Agama Islam ketika penulis mengadakan wawancara tentang bagaimana kemampuan membaca dan menulis Al-qur`an siswa SDN 34 Libureng mengemukakan bahwa :
Menurut saya siswa SDN 34 Libureng dalam membaca dan menulis Al-qur`an ada yang lancar dan ada pula yang belum lancar, bagi siswa yang duduk di kelas rendah masih kurang mampu membaca Al-qur`an atau masih terbatah-batah. Namun siswa yang duduk di kelas tinggi sudah mulai lancar cara membaca
qur`annya, akan tetapi masih banyak siswa yang membaca Al-qur`an tidak sesuai dengan makhrajnya karena siswa-siswi lebih paham apa yang diajarkan oleh guru mengajinya. Dan saya selaku guru agama mengalami kesulitan dalam mengajar cara penyebutan hurur-huruf hijaiyyah atau makhraj, karena anak-anak sudah terbiasa mengaji seperti yang di ajarkan oleh guru mengajinya.
qur`annya, akan tetapi masih banyak siswa yang membaca Al-qur`an tidak sesuai dengan makhrajnya karena siswa-siswi lebih paham apa yang diajarkan oleh guru mengajinya. Dan saya selaku guru agama mengalami kesulitan dalam mengajar cara penyebutan hurur-huruf hijaiyyah atau makhraj, karena anak-anak sudah terbiasa mengaji seperti yang di ajarkan oleh guru mengajinya.