SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I) pada Jurusan
Pendidikan Agama Islam Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Makassar
SAMSIAH 105 19 01436 11
FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 1436 H / 2015 M
v
bawah ini, menyatakan bahwa skripsi ini benar adalah hasil karya penulis/peneliti sendiri, jika kemudian hari terbukti bahwan iya merupakan duplikat, tiruan, plagiat dibuat atau dibantu secara langsung orang lain baik keseluruhan, maka skripsi dan gelar yang diperoleh karenanya batal demi hukum.
27 Syawal 1436 H Makassar...
12 Agustus 2015 M
Peneliti SAMSIAH
vi
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan hidayah, inayah serta berkah-Nya atas selesainya skripsi ini.
Sholawat serta salam smoga Allah SWT, melimpahkan rahmatnya kepada Nabi Muhammad saw, keluarga, sahabat serta kita semua ummatnya sampai akhir zaman.
Dalam penyelesaan skripsi ini penulis telah banyak mendapatkan bantuan baik dari dukungan, motofasi, bimbingan, kritik, dan saran dari berbagai pihak. Untuk itu penulis banyak mengucapkan trima kasih dan penghargaan yang sebesar-besarnya kepada:
1. Kepada kedua Orang tua yang tercinta, Ayah Muh. Arsyad dan Ibu tercinta Hatima yang telah mengasuh dan memberikan dukungan baik moral maupun materil sejak kecil sampai sekarang, serta ketulusan do`a yang selalu terpanjatkan sehingga penulisan skripsi ini dapat terselesaikan, semoga semua jasa yang diberikan menjadi amal shaleh serta diterima Allah swt.
2. Bapak DR. H. M. Irwan Akib, M. Pd. Rektor Universitas Muhammadiyah Makassar yang telah memberikan bantuan dalam pengembangan kemampuan dan keterampilan kepemimpinan kepada penulis.
vii
4. Ibu Amirah Mawardi, S. Ag, M. Si. Ketua Program Studi Pendidikan Agama Islam yang senantiasa membantu penulis dalam persoalan Akademik.
5. Ibu Dr Hj. Maryam, M.Th.I Selaku dosen pembimbing I dan Ibunda Dra. Hj. Nurhaeni DS, M. Pd. Pembimbing II, yang telah banyak mencurahkan perhatian dan bimbinganya dengan penuh kesabaran dan ketelatenan dalam penyelesaian penulisan dan penyusunan Skripsi ini.
6. Bapak / Ibu para dosen yang telah mentransfer ilmunya kepada penulis yang penuh manfaat dan berkah, semoga amal jariahnya selalu mengalir.
7. Teman-teman seperjuanganku Kls E
8. Sahabat-sahat tersayang shinar, nilmah, rasna, dan raodah rauf, serta teman-teman pondok AINUN yang selalu memberikan motivasi dan semangat serta selalu ada di saat suka maupun duka yang penulis alami.
Penulis juga menyadari bahwa penulisan skripsi ini, masi ada kekurangan dan kesalahan baik dari segi penulisan, ejaan, bahan rujukan serta lainya. Untuk itu saran dan kritikan dari berbagai pihak penulis sangat harapkan demi perbaikan-perbaikan dan kesempurnaan skripsi ini.
viii
wawasan bagi semua pihak yang membaca. Amin.
Makassar,27 Syawal 1436 H 12 Agustus 2015 M
Penulis
ix
Tondong Tallasa Kabupaten Pangkep”. (Dibimbing Oleh Hj. Maryam dan Hj.
Nurhaeni DS.)
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kemampuan membaca dan menulis Al-qur`an siswa SDN 34 Libureng Kecamatan Tondong Tallasa Kabupaten Pangkep, untuk mengetahui minat belajar Pendidikan Agama Islam siswa SDN 34 Libureng Kecamatan Tondong Tallasa Kabupaten Pangkep dan untuk mengetahui hubungan antara kemampuan membaca dan menulis Al-qur`an dengan minat belajar PAI siswa SDN 34 Libureng Kecamatan Tondong Tallasa Kabupaten Pangkep.
Jenis penelitian ini adalah penelitian survey (lapangan) dengan pendekatan kualitatif. Peneliti mengambil lokasi penelitian di SDN 34 Libureng Kecamatan Tondong Tallasa Kabupaten Pangkep. Mengingat bahwa populasi siswa di sekolah ini kurang dari 100 orang siswa maka penepatan sampel pada penelitian ini adalah purposive sampling dengan melihat beberapa pertimbangan bahwa dari populasi tersebut berjumlah 64 orang dan hanya 36 orang yang mampu memberikan informasi. Penulis menggunakan instrumen penelitian, observasi, angket, wawancara dan dokumentasi digunakan untuk melengkapi data yang dibutuhkan.
Berdasarkan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa kemampuan membaca dan menulis Al-Qur’an siswa SDN 34 Libureng Kecamatan Tondong Tallasa Kabupaten Pangkep masih berada dalam kategori rendah, karena masih banyak siswa yang membaca dan menulis Al-qur`an tidak sesuai dengan makhraj, tajwid, dan tartil dalam membaca Al-qur`an. Dan terbukti dari hasil penyebaran angket tanggapan siswa dalam membaca Al-qur`an mengalami kesulitan tentang ilmu tajwid dari 36 respoden 7 siswa atau 20,6 %, mengatakan ya, 24 siswa atau 70,6 % mengatakan kadang-kadang dan 3 siwa atau 8,8 % mengatakan tidak mengalami kesulitan tentang ilmu tajwid. Minat belajar PAI siswa SDN 34 Libureng Kecamatan Tondong Tallasa Kabupaten Pangkep merasa senang belajar membaca dan menulis Al-qur`an di dalam kelas, terbukti dari hasil penyebaran angket menyatakan bahwa 23 siswa atau 67,7 % , mengatakan ya, 11 siswa atau 32,3 % mengatakan kadang-kadang dan 0 % atau tidak ada yang mengatakan tidak merasa senang dalam belajar membaca dan menulis Al-qur’an. Hubungan antara kemampuan membaca dan menulis Al- qur`an dengan minat belajar PAI sangat erat terbukti pada hasil penyabaran angket bahwa 31 siswa atau 91,2 % siswa yang menjawab bahwa ada hubungan antara kemampuan membaca dan menulis Al-qur`an dengan minat belajar PAI, yang menjawab kadang-kadang sebanyak 2 siswa atau 5,9 % dan yang menjawa tidak 1 siswa atau 2,9 %.
x DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
BERITA ACARA MUNAQASYAH ... iii
PENGESAHAN SKRIPSI ... iv
PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ... v
KATA PENGANTAR ... vi
ABSTRAK ... ix
DAFTAR ISI ... x
DAFTAR TABEL ... xiii
BAB 1 : PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 4
C. Tujuan Penelitian ... 5
D. Manfaat Hasil Penelitian ... 5
BAB II : KAJIAN PUSTAKA ... 7
A. Kemampuan Membaca Al-Qur`an ... 7
B. Kemampuan Menulis Al-Qur`an ... 12
C. Pengertian Minat Belajar ... 14
xi
D. Pengertian Pendidikan Agama Islam ... 18
E. Minat Siswa Terhadap Pendidikan Agama Islam ... 19
F. Hubungan Antara Kemampuan Membaca dan Menulis Al-Qur`an dengan Minat Belajar PAI ... 25
BAB III : METODE PENELITIAN ... 30
A. Jenis Penelitian ... 30
B. Lokaso dan Objek Penellitian ... 30
C. Variabel Penelitian ... 30
D. Defenisi Operasional Variabel ... 31
E. Populasi dan Sampel ... 32
F. Instrumen Penelitian ... 33
G. Teknik Pengumpulan Data ... 35
H. Teknik Analisis Data ... 36
BAB IV : HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN ... 38
A. Gambaran Lokasi Penelitian ... 38
B. Kemampuan Membaca dan Menulis Al-qur`an Siswa SDN 34 Libureng Kecamatan Tondong Tallasa Kabupaten Pangkep ... 43
C. Minata Belajar Pendidkan Agama Islam Siswa SDN 34 Libureng Kecamatan Tondong Tallasa Kabupaten Pangkep ... 47 D. Hubungan Antara Kemampuan Membaca dan Menulis
Al-qur`an Siswa SDN 34 Libureng Kecamatang Tondong
xii
Tallasa Kabupaten Pangkep ... 52
BAB V : PENUTUP ... 55
A. Kesimpulan ... 55
B. Saran ... 56
DAFTAR PUSTAKA ... 58
LAMPIRAN-LAMPIRAN
xiii
Tabel Judul
1 2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
Keadaan Populasi
Keadaan guru SDN 34 Libureng Kecamatan Tondong Tallasa Kabupaten Pangkep
Keadaan siswa SD 34 Libureng Kecamatan Tondong Tallasa Kabupaten Pangkep TA. 2015/2016
Keadaan prasarana SDN 34 Libureng Kecamatan Tondong Tallasa Kabupaten Pangkep
Keadaan sarana gedung SDN 34 Libureng Kecamatan Tondong Tallasa Kabupaten Pangkep
Tanggapan siswa dalam membaca Al-qur`an mengalami kesulitan tentang ilmu tajwid
Tanggapan siswa memperhatikan guru agama dengan baik ketika menerangkan materi pelajaran
Tanggapan siswa mempunyai kemauan yang tinggi untuk bisa membaca Al-qur`an
Tanggapan siswa untuk mempunyai kemauan yang tinggi untuk bisa menulis Al-qur`an
Tanggapan siswa untuk merasa senang belajar membaca dan menulis Al-qur`an di dalam kelas
Tanggapan siswa senang jika dapat menguasai materi pelajaran Agama Islam
Tanggapan siswa tentang hubungan antara
kemampuan membaca dan menulis Al-qur’an dengan minat belajar PAI
32 39
41
42
43
44
45
48
48
49
50
53
1 A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan bahagian yang tidak dapat dipisahkan dari hidup dan kehidupan manusia. Pendidikan sebagai salah satu kebutuhan, fungsi sosial, bimbingan dan sarana pencerdasan serta membentuk disiplin hidup manusia. Pernyataan tersebut mengisyaratkan bahwa sesederhana bagaimanapun suatu komunitas manusia, pasti memerlukan adanya pendidikan. Maka dalam pengertian umum kehidupan dan komunitas itu sangat ditentukan oleh aktivitas pendidikan, sebab pendidikan secara alami sudah merupakan kebutuhan manusia. Oleh karena itu, setiap masyarakat berusaha melakukan berbagai bentuk kegiatan mendidik dan mengasuh anggotanya terutama generasi muda dalam rangka untuk mengembangkan dan membina kualitas sumber daya manusia yang disesuaikan dengan cita-cita masyarakat tersebut.
Langgulung (1988:63) berpendapat bahwa “cita-cita suatu masyarakat berbeda dengan masyarakat lainnya, sehingga teori dan aplikasi dari pendidikan yang dilakukan juga berbeda. Hal tersebut berarti bahwa pendidikan sesungguhnya tidak dapat dipisahkan dari cita-cita komunitas masyarakat tertentu.
Islam sebagai pandangan hidup yang tidak hanya terbatas pada upacara ritual manusia terhadap Tuhan, akan tetapi merupakan pandangan hidup yang berdasarkan pada Al-Qur‟an dan Hadits yang
terkait dengan seluruh aspek kehidupan manusia. Dengan demikian maka umat Islam atau komunitas Islam tentulah memiliki cita-cita hidup yang berbeda dengan komunitas masyarakat lainnya. Seluruh cita-cita hidup manusia secara umum dan umat Islam secara khusus tuntunan dan petunjuknya terdapat dalam Al-Qur‟an sebagai pedoman dan kitab suci bagi pemeluknya. Hal tersebut berarti bahwa dalam Al-Qur‟an telah memuat berbagai konsep dasar pendidikan yang dapat mengantarkan masyarakat Islam untuk dapat meraih cita-cita hidupnya.
Dalam Sistem Pendidikan Nasional BAB II, Pasal 3 disebutkan bahwa;
Pendidikan Nasional bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan Bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya yaitu manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti Luhur, memiliki pengetahuan dan keterampilan, kesehatan jasmani dan Rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan”.
Upaya pengembangan manusia Indonesia seutuhnya yang dilandasi dengan keyakinan dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa maka dilaksanakan proses pendidikan baik yang bersifat formal, informal dan non formal. Ketiga wadah pelaksanaan pendidikan tersebut harus dikelola secara profesional dan mandiri sesuai dengan sistem pendidikan nasional yang berlaku. Kualitas manusia Indonesia dapat ditingkatkan jika sistem pendidikan menganut prinsip pemerataan dan membuka kesempatan yang sama dalam memperoleh pendidikan.
Selain tujuan pendidikan nasional yang tertuang dalam UUSPN No 20 tahun 2003, Langgulung (1988) merumuskan secara jelas dan nyata tentang tujuan pendidikan Islam yaitu untuk membentuk manusia yang bertindak sebagai khalifah yang ciri-cirinya terkandung dalam konsep ibadah dan amanah. Manusia sebagai khalifah mempunyai ciri-ciri yang membedakan dari makhluk lain yaitu mempunyai fitrah yang baik, mempunyai roh, disamping jasmani, mempunyai kebebasan dan mempunyai akal yang menjadi inti manusia itu. Hal tersebut berarti bahwa pendidikan Islam sesungguhnya merupakan suatu usaha yang dilakukan secara sadar dengan melakukan bentuk bimbingan, mengasuh peserta didik dalam rangka memahami, menghayati dan mengamalkan ajaran- ajaran Islam.
Pentingnya mempelajari pendidikan agama, menjadi landasan utama sehingga mata pelajaran pendidikan agama merupakan bagian penting dari seluruh mata pelajaran yang harus di ajarkan di seluruh jenjang dan tingkatan pendidikan formal di Indonesia. Oleh karena itu maka seluruh siswa diharapkan dapat mengikuti mata pelajaran pendidikan agama sebagai mata pelajaran pokok, khususnya di Tingkat Sekolah Dasar. Akan tetapi terdapat kecenderungan rendahnya minat siswa untuk mengikuti pelajaran Agama. Faktor yang menyebabkan rendahnya minat siswa mengikuti mata pelajaran Agama yang diajarkan disekolah karena mata pelajaran tersebut dianggap sebagai mata pelajaran pelengkap saja. Sehingga perhatian siswa terhadap mata
pelajaran lain lebih tinggi dibandingkan mempelajari mata pelajaran Agama.
Faktor lain yang menyebabkan siswa memiliki minat yang rendah terhadap mata pelajaran pendidikan agama karena kemampuan siswa untuk mengkaji ajaran Islam sangat terbatas. Hal tersebut disebabkan karena kebanyakan siswa SDN 34 Libureng Kecamatan Tondong Tallasa Kabupaten Pangkep tidak mengetahui dan tidak fasih membaca dan menulis Al-Qur‟an sebagai sumber pokok ajaran Islam. Kenyataan tersebut yang menyebabkan peneliti merasa tertarik untuk mengetahui tentang rendahnya minat siswa mempelajari pendidikan agama dikaitkan dengan kemampuan membaca dan menulis Al-Qur‟an anak siswa Sekolah Dasar di SDN 34 Libureng Kecamatan Tondong Tallasa Kabupaten Pangkep.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, maka peneliti merumuskan masalah pokok penelitian dalam bentuk pertanyaan- pertanyaan penelitian sebagai berikut:
1. Bagaimana kemampuan membaca dan menulis Al-Qur`an siswa SDN 34 Libureng Kecamatan Tondong Tallasa Kabupaten Pangkep?
2. Bagaimana minat belajar pendidikan agama islam siswa SDN 34 Libureng Kecamatan Tondong Tallasa Kabupaten Pangkep ?
3. Apakah ada hubungan antara kemampuan membaca dan menulis Al- Qur`an dengan minat belajar PAI siswa SDN 34 Libureng Kecamatan Tondong Tallasa Kabupateng Pangkep ?
C. Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk menemukan informasi-informasi yang berkaitan dengan pertanyaan-pertanyaan tersebut. Secara rinci informasi yang dimaksud adalah:
1. Untuk mengetahui kemampuan membaca dan menulis Al-Qur`an siswa SDN 34 Libureng Kecamatan Tondong Tallasa Kabupaten Pangkep.
2. Untuk mengetahui minat belajar pendidikan agama islam siswa SDN 34 Libureng Kecamatan Tondong Tallasa Kabupaten Pangkep
3. Untuk mengetahui hubungan antara kemampuan membaca dan menulis Al-Qur`an dengan minat belajar PAI siswa di SDN 34 Libureng Kecamatan Tondong Tallasa Kabupaten Pangkep.
D. Manfaat Hasil Penelitian
Hasil yang diperoleh dari penelitian ini, diharapkan dapat bermanfaat untuk:
1. Menjadi bahan informasi yang akurat bagi Departemen Pendidikan Nasional tingkat I Propinsi Sulawesi Selatan khususnya dalam lingkungan Departemen Agama Kabupaten Pangkep dalam upaya meningkatkan kemampuan membaca dan menulis Al-Qur‟an di Tingkat Sekolah Dasar.
2. Menjadi bahan informasi bagi guru-guru di Sekolah Dasar dalam upaya memelihara dan meningkatkan minat siswa belajar pendidikan agama Islam. Bagi guru-guru mengaji diharapkan dapat menjadi bahan-bahan masukan yang dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam upaya untuk meningkatkan kemampuan pelaksanaan pendidikan Al-Qur‟an yang pada akhirnya mampu dan berhasil meningkatkan kemampuan anak-anak dalam membaca dan menulis Al-Qur‟an.
3. Hasil penelitian ini juga diharapkan menjadi input bagi Departemen Agama dalam upaya menata pelaksanaan pendidikan agama dan meningkatkan kemampuan guru-guru mengaji untuk mencapai hasil yang lebih berdaya guna dan berhasil guna.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kemampuan membaca al-Qur'an
Kemampuan membaca al-Qur‟an dalam proposal ini dengan menggunakan beberapa metode yaitu metode eksperimen yaitu mempraktekkan membaca al-Qur‟an dengan lafal yang benar sesuai dengan ilmu tajwid.
Setiap muslim wajib mempelajari dan memahami Al-Qur'an (Shihab, 1999) untuk mempelajari dan memahaminya, maka seorang muslim harus memiliki kemampuan membaca sebagaimana firman Allah Swt dalam Al-Qur`an Surah Al-Alaq (96) : 1-5.
Qur`an Surah Al-Alaq (96) : 1-5 diketahui bahwa dasar untuk mempelajari dan memahami Al-Qur'an adalah kemampuan membacanya dengan baik. Kata kemampuan berasal dari kata dasar mampu, mendapat awalan “ke” dan akhiran “an” yang berarti kesungguhan, kecakapan, kekuatan sedangkan membaca adalah usaha mendapat sesuatu yang ingin kita ketahui, mempelajari sesuatu yang ingin kita lakukan, atau mendapatkan kesenangan dan pengalaman (Depdikbud, 1996).
Jadi kemampuan membaca adalah kecakapan yang dimiliki atau yang diperoleh dari pengalaman. Dengan demikian kemampuan membaca Al-Qur'an merupakan hasil yang dicapai oleh seseorang setelah melakukan aktivitas dalam jangka waktu tertentu. Orang yang memiliki kemampauan membaca diberi jaminan bahwa orang itu berada dalam
7
lingkungan malaikat-malaikat dan orang yang tidak mampu membaca Al- Qur'an dan berusaha untuk mempelajarinya akan memperoleh dua ganjaran.
Siswa-siswa yang memiliki kecakapan dapat belajar membaca Al- Qur'an dengan cepat dibandingkan dari siswa yang kurang memiliki kecakapan. Disamping itu belajar membaca Al-Qur'an secara kontinyu memungkinkan seseorang memiliki kemampuan dan kemahiran membaca. Penggunaan waktu yang teratur dan secara kontinyu, disamping dapat meningkatkan kemampuan seseorang membaca Al- Qur'an juga bisa memiliki keterampilan-keterampilan lain seperti tajwid, lagu, makhraj, tartil.
Waktu yang digunakan untuk belajar membaca Al-Qur'an mempunyai peranan penting yang menentukan kemampuan seseorang.
Namun demikian, masalah waktu tidak tergantung pada lama dan singkatnya melainkan penekanannya pada penggunaannya secara efektif dan efisien. Seorang anak sering menggunakan waktu yang cukup lama untuk dapat membaca Al-Qur'an disebabkan karena faktor kecakapan dan kerajinan. Bila anak cakap dan rajin, maka waktu yang digunakan relatif singkat, demikian pula sebaliknya.
Macam-macam kemampuan membaca Al-Qur'an dikalangan murid di SDN 34 Libureng Kecamatan Tondong Tallasa Kabupaten Pangkep dapat dikemukakan sebagai berikut :
1. Kemampuan membaca lancar
Kemampuan membaca lancar adalah kemampuan membaca Al- Qur'an secara perlahan-lahan dengan bacaan yang bagus (lagu dan tajwid), mengetahui sedikit-sedikit artinya, jelas huruf-hurufnya, benar makhraj-nya dan orang yang mendengarkannya dengan baik serta tertarik kepada apa yang didengarkannya.
Kata tartil merupakan suatu istilah yang digunakan oleh Allah dalam Al-Qur'an, surah Al-Muzammil, ayat 4 Allah berfirman sebagai berikut :
Terjemahan :
...Dan bacalah Al-Qur'an itu dengan perlahan-lahan (Kementrian Agama RI, 1984 ; 988).
Kata tartil berasal dari kata rattala, yurattilu. Jadi tartil adalah mashdar, yang berarti membaca perlahan-lahan dan memperhatikan tajwidnya (Munawir, 1997:507). Dalam rawaly Al-bayan, tartil diartikan bacalah Al-Qur'an dengan tenang, perlahan-lahan dan jelas huruf- hurufnya, dimana pendengarnya dapat mendengarkan dengan baik dan sekaligus merenungkan maknanya. Atau membaca Al-Qur'an dengan tartil yakni “dengan bacaan yang bagus, jelas huruf-hurufnya, bagus makhraj-nya” (Al-Syaibany, 1979:192). Ahmad Mustafa Al-Maraghy yang mengutip Al-Qur'an-Bayan mengemukakan bahwa, yang dimaksud tartil ialah menghadirkan hati ketika membaca, tidak sekedar mengeluarkan
huruf-huruf dari tenggorokan dengan mengerutkan wajah, mulut dengan irama nyanyian (Al-Maraghy, 1974).
Dengan demikian maka membaca al-Qur‟an dengan tartil selain menyebutkan makhradj dengan baik dan fasih, juga harus dibaca berdasarkan tajwid yang benar, serta pembaca dapat mengetahui dan sekaligus merenungkan makna yang terkandung pada ayat yang dibacanya.
2. Kemampuan membaca Al-Qur'an dengan tajwid dan makhraj
Dalam Al-Qur'an dan terjemahannya disebutkan bahwa, tajwid adalah bagaimana cara melapazkan huruf yang berdiri sendiri, huruf yang dirangkainan dengan huruf yang lain, melatih lidah mengeluarkan huruf dari makhraj-nya, mengucapkan bunyi yang panjang dan yang pendek, cara menghilangkan bunyi huruf dengan menggabungkannya kepada huruf yang sesudahnya, berat atau ringan, berdesis atau tidak, mempelajari tanda-tanda berhenti dalam bacaan (Departemen Agama R.I, 1984). Sedangkan menurut Tombak Alam, tajwid adalah cara membaca Al-Qur'an dengan baik dan tertib menurut makhraj-nya, panjang pendeknya, tebal tipisnya, berdengung atau tidaknya, irama dan nadanya serta titik komanya (Alam, 2002).
Dari kedua pendapat diatas dapat dikemukakan bahwa tajwid adalah cara melepaskan huruf-huruf sesuai asalnya, mendengunkan bunyi-bunyi, berat ringan, berdesis tidaknya, panjang pendeknya, irama dan nada serta tanda-tanda berhenti.
Sedangkan makhraj adalah “tempat keluar huruf-huruf hijaiyah.
Makhraj secara global terbagi atas dua bagian, yaitu ijmaliy (ringkas dan global) dan tafshiliy (terinci atau detail)” (Alam, 2002). Jadi kemampuan makhraj adalah kemampuan menyebut huruf-huruf hijaiyah sesuai dengan tempat keluarnya.
3. Kemampuan membaca Al-Qur'an tanpa tajwid dan makhradj
Kemampuan membaca demikian dikategorikan kedalam kemampuan biasa karena tidak di iringi oleh kemampuan-kemampuan lainnya seperti tajwid, lagu, fashih. Kemampuan demikian dimiliki oleh mayoritas siswa dibandingkan dari jumlah siswa termasuk dalam kategori lainnya.
Keterbasan kemampuan siswa membaca tanpa tajwid dan tidak fashih dapat terjadi dan dialami oleh sebagian besar siswa disebabkan disamping karena kurangnya pengetahuan mereka tentang tajwid, lagu, juga karena suara mereka tidak bagus atau kurangnya kesempatan memperoleh bimbingan dari guru mengaji yang berkualifikasi tinggi.
4. Tidak mampu membaca Al-Qur'an
Yang dimaksud tidak mampu membaca Al-Qur'an adalah siswa- siswa yang sama sekali tidak mampu dan tidak dapat membaca Al-Qur'an.
Sedangkan membaca bertegun-tegun adalah siswa-siswa yang memiliki kemampuan mengenal huruf-huruf hijaiyah, dapat membaca suku-suku kata tetapi tidak mampu membaca ayat-ayat Al-Qur'an dengan lancar.
Mereka yang termasuk tidak mampu membaca Al-Qur'an dikategorikan
sebagai buta aksara Al-Qur'an, sedangkan mereka yang dapat membaca dengan bertegun-tegun (tidak lancar) membaca Al-Qur'an dikategorikan melek huruf-huruf Al-Qur'an. Siswa-siswa yang termasuk tidak mampu dan tertegun-tegun membaca Al-Qur'an dikategorikan dalam kemampuan membaca sangat rendah.
Berdasarkan uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa kemampuan membaca Al-Qur‟an dapat diketahui dengan kemampuan siswa membaca Al-Qur‟an secara lancar, Kemampuan membaca Al- Qur'an dengan tajwid dan makhraj, Kemampuan membaca Al-Qur'an tanpa tajwid dan makhradj, dan tidak mampu membaca Al-Qur‟an, dan hal ini dapat diketahui apabila guru pendidikan Agama Islam melaksanakan praktek membaca Al-Qur‟an dan apabila guru mendapat siswa yang belum mampu membaca Al-Qur‟an maka hendaknya guru tersebut memberikan bimbingan khusus dan melakukan metode yang bervariasi agar minat siswa terhadap mata pelajaran pendidikan Agama Islam dapat meningkat.
B. Kemampuan menulis Al-Qur`an
Kemampuan dalam kamus besar bahasa indonesia berasal dari kata “mampu” yang mendapatkan awalan ke dan akhiran an yang berarti kesanggupan, kecakapan dan kekuatan untuk melakukan sesuatu.
Menulis dalam kamus besar bahasa Indonesia adalam membuat huruf (angka dan sebangainya) dengan alat tulis (pena). Menulis adalah suatu
aktivitas kompleks, yang mencakup gerakan lengan, tangan, jari, dan secara terintegrasi.
Saat ini kemampuan menulis menjadi hal yang wajib dimiliki oleh setiap orang. Mampu dan terampil menulis dengan baik dan benar menjadi salah satu tujuan pembelajaran di sekolah-sekolah baik yang formal maupun informa. Dengan menulis anak dapat membaca kembali huruf-huruf yang di tulisnya. Selain itu, anak akan lebih cepat dan tahan lama untuk mengingatnya.
Kata huruf berasal dari bahasa arab : Harfun, Al-Harfu. Huruf arab yang terdapat dalam Al-Qur`an terdiri dari 28 huruf atau 30 (termasuk Lam, Alif dan Hamzah) yang sering disebut huruf hijaiyyah.
Dalam menulis huruf hijaiyyah, diperlukan suatu keterampilan dan potensi yang harus dikembangkan. Jika potensi yang dimiliki seeseorang tidak dilatih secara continue dan konsisten, maka potensi tersebut menjadi hilang perlahan-lahan.
Sebagaiman yang diungkapkan kusnawan dalam bukunya
“berdakwah lewat tulisan” pada dasarnya setiap orang memiliki keterampilan dan potensi dalam menulis, hanya saja keterampilan dan potensi yang dimiliki harus dikembangkan.
Macam-macam kemampuan menulis Al-Qur'an dikalangan murid di SDN 34 Libureng Kecamatan Tondong Tallasa Kabupaten Pangkep dapat dikemukakan sebagai berikut :
1. Kemampuan menulis huruf hija`iyah secara bersambung dan tanda bacanya.
Ketepatan disini, anak mampu membedakan huruf-huruf yang disambung ketika berada di awal, di tengah, ataupun di akhir suatu lafadz atau kata.
2. Ketepatan huruf
Disini dimaksudkan siswa dapat menulis dengan tepat huruf- huruf yang terdapat dalam ayat Al-Qur`an tampa mellihat teks dan hanya dibacakan oleh peneliti yang dibantu oleh ustadz yang menaungi.
3. Kerapian menulis ayat-ayat Al-Qur`an.
Kerapian yang dimaksud yaitu siswa menulis ayat-ayat Al-qur`an sesuai dengan tata cara penulisan yang benar.
C. Pengertian Minat Belajar
Minat merupakan salah satu faktor penentu terhadap keberhasilan mencapai yang direncanakan. Tinggi rendahnya minat dapat menentukan keberhasilan atau kegagalan untuk mencapai suatu tujuan. Menurut Bernard dalam sardiman (2007 : 76) menyatakan bahwa minat timbul tidak secara tiba-tiba atau spontan, melainkan timbul akibat dari partisipasi, pengalaman, kebiasaan pada waktu belajar atau bekerja.
Jadi, jelas bahwa, minat akan selalu terkait dengan persoalan kebutuhan dan keinginan. Dalam kaitannya dengan belajar, Hasen (1995 : 1) menyebutkan bahwa minat belajar siswa erat hubungannya dengan
kepribadian, motivasi, ekspresi dan konsep diri atau identivikasi, faktor keturunan dan pengaruh eksternal atau lingkungan. Dalam praktiknya, minat atau dorongan dalam diri siswa terkait dengan apa dan bagaimana siswa dapat mengaktualisasikan dirinya melalui belajar. Di mana identifikasi diri memiliki kaitan dengan peluang atau hambatang siswa dalam mengekspresikan potensi atau kreativitas dirinya sebagai perwujudan dari minat spesifik yang dia miliki. Adapun faktor keturunan dan pengaruh eksternal atau lingkungan lebih berkaitang dengan perubahan-perubahan yang terjadi dari minat siswa akibat dari pengaruh situasi kelas, sistem, dan dorongan keluarga.
Studi tentang minat siswa terhadap pendidikan agama secara khusus sampai dewasa ini belum pernah dilakukan. Meskipun demikian, tingkat-tingkat minat dapat dibedakan atas minat sangat rendah, minat rendah, minat sedang, minat tinggi dan minat sangat tinggi. Tinggi atau rendahnya minat siswa terhadap pendidikan agama dipengaruhi oleh berbagai faktor. Faktor-faktor itu dapat berupa motivasi siswa, dorongan guru agama, harapan-harapan siswa terhadap materi-materi pendidikan agama serta adanya kebutuhan terhadap rasa ketentraman. Siswa-siswa pada dasarnya memiliki motif dan sebab sehingga mereka mempelajari pendidikan agama. Motif dan sebab itu ada dua kemungkinan, yaitu : (1) Siswa belajar karena didorong oleh keinginan untuk mengetahui materi- materi pelajaran, atau (2) Siswa belajar supaya mendapat angka yang baik, naik kelas dan mendapat ijazah (Nasution, 1986)
Bila siswa belajar sesuai dengan motivasi, yakni siswa ingin mencapai tujuan yang terkandung dalam perbuatan belajar. Jadi tujuannya adalah untuk menambah pengetahuan. Sebaliknya, bila siswa belajar dengan tujuan untuk mencari penghargaan berupa angka, hadiah dan sebagainya, maka ia didorong oleh motivasi yang terletak diluar perbuatan itu (ekstrinsik) (Nasution, 1986) Bila siswa belajar pendidikan agama dengan tujuan untuk menambah pengetahuan, maka lambat laun minat mereka akan semakin meningkat terutama bila mereka memperoleh nilai praktis dari pengetahuan yang diperolehnya. Sebaliknya, bila siswa belajar materi pendidikan agama dengan tujuan dan motif tertentu itu, maka minat mereka akan berkurang setelah mencapai tujuan yang dikehendakinya.
Minat merupakan suatu hal yang sangat penting bagi seseorang dalam melakukan berbagai aktivitas dengan baik. Tanpa minat, dengan sendirinya aktivitas yang dilakukan tidak akan dapat diselesaikan dengan baik dan sempurna. Sebagai suatu gejala kejiwaan, minat bukan saja dapat mewarnai prilaku seseorang, tetapi lebih dari itu minat mendorong seseorang untuk melakukan kegiatan dan menyebabkan seseorang menaruh perhatian dan merelakan dirinya untuk terikat pada suatu kegiatan (Nasution, 1981). Dengan demikian, minat merupakan kecenderungan hati yang tinggi, gairah dan keinginan terhadap sesuatu.
Soegarda mendefenisikan sebagai kesedian jiwa yang sifatnya aktif untuk menerima sesuatu dari luar (Purbawakatja, 1981). Menurut
Slameto, minat adalah suatu rasa lebih suka dan rasa keterikatan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh. Minat pada dasarnya adalah penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu diluar diri. Semakin kuat atau dekat hubungan tersebut, semakin besar minat (Slameto, 2003).
Jadi minat pada dasarnya adalah gejala jiwa dimana pembentukannya tidak berdiri sendiri, tetapi berinteraksi dengan gejala- gejala jiwa lainnya. Dengan demikian, minat merupakan proses yang terjadi sebagai reaksi terhadap rangsangan yang diterima dari luar. Minat menimbulkan perasaan lebih senang terhadap sesuatu obyek tertentu dibandingkan obyek lainnya.
Minat merupakan pernyataan ekspresi seseorang menunjukkan kecenderungan kepada sesuatu obyek sehingga aktivitas-aktivitas yang lebih besar porsinya ditunjukkan kepada obyek tersebut dari pada obyek lainnya. Karena itu, minat seseorang kepada sesuatu obyek akan menyebabkan ia memberi perhatian yang lebih besar pula kepada obyek tersebut.
Berdasarkan uraian-uraian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa secara garis besar ada dua faktor yang sangat berpengaruh terhadap terbentuknya minat. Kedua faktor yang dimaksud adalah faktor internal yaitu faktor-faktor yang mempengaruhi minat seseorang yang bersumber dari dalam dirinya, sementara faktor eksternal adalah faktor- faktor yang mempengaruhi minat seseorang yang bersumber dari luar
dirinya. Kombinasi antara kedua faktor itu mendorong seseorang untuk beraktivitas yang merupakan seleksi dari berbagai aktivitas-aktivitas lainnya untuk mencapai tujuan yang diinginkan dan menghindari aktivitas- aktivitas lain yang tidak mendukung tercapainya tujuan.
D. Pengertian Pendidikan Agama Islam
Pendidikan agama didefenisikan sebagai usaha yang diarahkan kepada pembentukan kepribadian anak yang sesuai dengan ajaran agama Islam (Saleh, 2004). Menurut Zuhairini dkk. (1983) usaha-usaha secara sistematis dalam membantu anak didik agar supaya mereka hidup sesuai dengan ajaran agama Islam.
Terminologi diatas memberi pengertian, bahwa pendidikan agama mempunyai beberapa komponen, yaitu pendidikan, anak didik, metode, materi pendidikan, alat serta tujuan yang akan dicapai. Komponen- komponen tersebut penulis akan uraikan dengan membatasi pada masalah yang terkait dengan materi pendidikan agama, metode penyajian, penampilan guru agama dan praktikum pendidikan agama.
Prof. H. M. Arifin M.Ed. menjelaskan bahwa :
“Pendidikan Islam dapat diartikan sebagai studi tentang proses kependidikan yang bersifat progressif menuju ke arah kemampuan optimal anak didik yang berlangsung di atas nilai-nilai ajaran Islam.
Sedangkan ilmu Pendidikan Islam teoritis berfungsi sebagai penunjuk jalan bagi proses operasionalnya yang akan menjadi umpan balik untuk mengoreksi berbagai teori yang disusun dalam ilmu Pendidikan Islam, misalnya tentang bagaimana cara mendidikkan keimanan kepada anak didik, atau berbagai dampak negatif dari kemajuan ilmu dan tehnologi, harus ditangkal melalui Pendidikan Islam dan sebagainya.”(1993 : 23)
Dengan demikian penulis berpendapat bahwa Pengajaran Agama Islam adalah usaha yang dilakukan secara sadar melalui proses dengan tujuan “memanusiakan manusia” atau dengan kata lain bagaimana membimbing anak menjadi manusia seutuhnya, yang beriman dan bertakwa, serta memiliki kepribadian yang Islami dan berakhlak mulia, sehingga dalam kehidupannya, diharapkan mampu berbuat yang lebih baik bagi dirinya sendiri dan orang lain, serta berguna bagi bangsa dan negara.
E. Minat siswa terhadap pendidikan agama Islam
Seperti dikemukakan bahwa minat merupakan kesadaran seseorang terhadap sesuatu obyek yang ada kaitannya dengan dirinya sehingga menimbulkan kecenderungan yang mendorong aktivitas.
Aktivitas-aktivitas terhadap obyek kecenderungan akan lebih meningkat bila yang bersangkutan memperoleh manfaat
Dalam hubungannya dengan pendidikan agama, minat siswa akan bertambah dan berkembang di samping karena ada nilai praktis yang diperoleh dari mempelajari pendidikan agama juga karena merupakan salah satu bidang studi yang menjadi syarat kelulusan siswa.
Dua faktor itu mendorong siswa belajar pendidikan agama. Meskipun demikian, tidak bisa dipungkiri bahwa diantara siswa ada yang belajar dengan tujuan untuk lulus. Sinyelemen terakhir bukan saja berlaku dalam bidang studi pendidikan agama, tetapi juga bagi bidang studi lainnya.
Untuk mencapai tujuan dari suatu usaha dan kegiatan diperlukan dasar atau landasan sebagai petunjuk untuk mencapai tujuan yang dicita- citakan. Dasar-dasar pendidikan Islam merupakan tempat berpijak yang kuat untuk melaksanakan kegiatan pendidikan guna membentuk manusia ke jalan kehidupan yang diridhai oleh Allah swt.
Agama Islam sebagai agama yang paling haq dan diridhai di sisi Allah swt. Memberikan tuntunan kepada penganutnya berdasarkan al- Qur‟an dan Hadits Rasulullah saw. Al-Qur‟an merupakan sumber kebenaran dalam Islam, sedangkan Sunnah Rasulullah saw. merupakan contoh tauladan sebagai realisasi dari al-Qur‟an.
Al-Qur‟an dan Hadits merupakan asas dasar pendidikan Islam harus dipandang sebagai petunjuk umum yang memungkinkan terbukanya pintu bagi perbedaan-perbedaan opini dalam memberikan pemahaman tentang pendidikan Islam. Untuk lebih jelasnya pembahasan ini, dikemukakan satu-persatu kedua dasar tersebut yaitu sebagai berikut:
1. Al-Qur’an
Al-Qur‟an sebagai pandangan hidup umat Islam dalam menjalani hidup dan kehidupan di dunia merupakan dasar utama yang harus dipedomani dalam setiap usaha dan kegiatan yang akan dilakukan agar apa yang dicapai mendapat ridha di sisi Allah Swt.
Menurut Abdul Wahab Khalaf dalam Saebani (2012 : 63) :
“Mendefenisikan Al-Qur`an sebagai firman Allah yang diturunkan melalui ruhul amin (Jibril) kepada Nabi Muhammad SAW. Dengan
bahasa Arab, isinya dijamin kebenarannya, dan sebagai hujjah kerasulannya, undang-undang bagi seluruh manusia dan petunjuk dalam beribadah serta dipandang ibadah dalam membacanya, yang terhimpung dalam mushaf yang dimulai dari surah Al-fatihah dan diakhiri dengan surah An-nas, yang diriwayatkan kepada kita dengan jalan mutawatir”.
Pendidikan Islam merupakan perintah yang paling pertama diwahyukan oleh Allah swt. dalam surah al-„Alaq ayat 1-5 Allah berfirman:
Terjemahnya:
Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan.
Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmu yang amat mulia Yang mengajar (manusia) dengan perantaraan kalam. Dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahui (Kementrian Agama RI, 1997 : 1079)
Ayat di atas adalah perintah Allah agar semua umat Islam belajar membaca, mengkaji, meneliti, dan menganalisis semua ciptaan Allah.
Mempelajari sumber-sumber ilmu pengetahuan denga berbasis pada kehendak Allah. Oleh karena itu, sumber ilmu pendidikan Islam adalah Al- Qur`an, karena Al-Qur`an yang menyungguhkan semua ide dasar ilmu pengetahuan. Adapun teknik pelaksanaan perintah tersebut kemudian muncullah berbagai usaha untuk mendirikan lembaga-lembaga pendidikan yang merupakan proses merealisasikan ajaran-ajaran Islam.
2. Hadits
Hadits atau as-Sunnah ialah perkataan, perbuatan, ataupun pengakuan Rasul Allah swt. Hadits Rasulullah saw. merupakan dasar
kedua yang harus dipedomani setelah al-Qur‟an. Sebangaimana HR.Malik yang berbunyi :
:
: َلاَق ص ِالله َلْوُسَر َّنَا كلام. :
Artinya:
Sesungguhnya Rasulullah SAW pernah bersabda : “Aku telah meninggalkan pada kamu sekalian dua perkara yang kamu tidak akan sesat selama kamu berpegang teguh kepada keduaya, yaitu : Kitab Allah dan sunnah Rasul-Nya”. [HR. Malik]
Segala isi al-Qur‟an baik perintah maupun larangan Allah swt.
dijelaskan dan dipraktekkan oleh Rasulullah saw. sehingga umat Islam dapat menjelaskannya dengan benar.
Dr. Zakiah Daradjat (1992 : 21) menjelaskan bahwa:
. . . Sunnah berisi petunjuk (pedoman) untuk kemaslahatan hidup manusia seutuhnya atau muslim yang bertakwa. Untuk itu Rasul Allah menjadi guru dan pendidik utama. Beliau sendiri mendidik, pertama dengan menggunakan rumah Al-Arqam ibn Abi Al-Arqam, kedua dengan memanfaatkan tawanan perang untuk mengajar baca tulis, ketiga dengan mengirim para sahabat ke daerah-daerah yang baru masuk Islam. Semua itu adalah pendidikan dalam rangka pembentukan manusia muslim dan masyarakat Islam.
Di samping contoh teladan dari Rasulullah Saw. sebagai realisasi dari proses pendidikan Islam, beliau juga banyak memberikan ajaran-ajaran bahkan perintah tentang pentingnya pendidikan untuk meraih kemaslahatan hidup di dunia dan akhirat. Pendidikan Islam sebagai proses pembinaan yang berdasarkan ajaran agama Islam
bertujuan untuk membentuk rohani dan jasmani manusia menjadi pribadi muslim sebagaimana yang tercakup dalam pengertian pendidikan Islam.
Kepribadian muslim sebagai tujuan pendidikan Islam adalah hal yang abstrak, hanya ciri-ciri dari perilaku yang nampak saja dapat diduga, karena sesungguhnya penentuan mengenai hal itu bukanlah wewenang manusia, hanya Tuhanlah yang mengetahui yang sebenarnya. Pendidikan hanyalah usaha untuk mencapai hal tersebut.
Ahmad D. Marimba (1980 : 68) memberikan batasan pengertian sebagai berikut:
Kepribadian muslim ialah kepribadian yang seluruh aspek-aspeknya yakni tingkah laku luarnya, kegiatan-kegiatan jiwanya, maupun filsafat hidup dan kepercayaannya menunjukkan pengabdian kepada Tuhan menyerahkan diri kepadanya.
Hal ini identik dengan tujuan diciptakannya manusia sebagaimana firman Allah Swt. dalam al-Qur‟an surah adz-Dzariyaat ayat 56 yang berbunyi:
Terjemahnya:
„Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku‟. (Kementrian RI, 1997 : 862)
Selain tujuan pendidikan Islam yang dikemukakan di atas, H.
Abdurrahman dalam bukunya Ilmu Pendidikan (1988 : 39) memberikan gambaran tentang tujuan Islam sebagai berikut:
Secara umum tujuan pendidikan Islam adalah terbentuknya manusia muttaqien yang secara sadar dan bertanggung jawab
selalu mencari keridhaan Allah Swt. melalui jalur muamalah dan ubidiyah.
Untuk mencapai tujuan tersebut hendaklah dimulai sejak dalam pendidikan rumah tangga dengan menerapkan ajaran Islam yang bersumber dari al-Qur‟an dan Hadits Rasulullah Saw.
Minat belajar pendidikan agama dengan motivasi pertama akan mendorong siswa untuk lebih mempelajari dan memperdalam materi- materi. Karena materi-materi itu secara praktis bermanfaat untuk meningkatkan kualitas pelaksanaan ajaran agama yang dianut. Dengan demikian minat siswa untuk lebih mendalami dan mempelajari ajaran- ajaran agama semakin meningkat.
Minat belajar pendidikan agama yang pada awalnya karena motivasi ingin memperoleh nilai kelulusan dapat berubah disebabkan karena pengaruh nilai praktis yang dapat dirasakan manfaatnya. Minat siswa-siswa untuk mempelajari pendidikan agama disamping karena faktor materi pendidikan agama, penampilan guru agama, metode mengajar dan praktikum juga karena mereka merasakan kegunaannya dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam pergaulan sesama manusia maupun dalam hubungan dengan Tuhan (Hubungan horizontal dan vartikal).
Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa agar minat siswa terhadap pendidikan agama Islam meningkat maka guru pendidikan Islam harus menggunakan metode yang bervariasi dalam mengajar yaitu memadukan metode ceramah, tanya jawab, praktek dan
sebagainya serta menggunakan alat peraga untuk menarik perhatian siswa. Dengan demikian siswa akan lebih senang dan aktif dalam mengikuti pelajaran khususnya pendidikan Agama Islam.
F. Hubungan antara kemampuan membaca dan menulis Al-Qur`an dengan minat belajar pendidikan agama Islam
Hubungan antara minat dan kemampuan kecil pada masa kanak- kanak dan permulaan masa muda, tetapi hubungan itu akan berangsur- angsur bertambah dengan semakin bertambahnya umur. Minat anak untuk bermain-main dengan menggunakan mainan biasanya tidak selalu memerlukan kemampuan, sebab pada dasarnya anak bermain untuk mencapai kepuasan. Kemampuan anak dibutuhkan bila mainan yang digunakan memerlukan atau menuntut kecakapan tertentu. Dalam situasi seperti ini, minat sudah mempunyai hubungan dengan kemampuan.
Kemampuan yang dibutuhkan untuk mendukung minat seseorang terhadap obyek, tergantung pada tingkat kesukaran yang ada pada obyek minat tersebut.
Menurut Munandar Dalam Ahmad Susanto Teori belajar dan pembelajara di sekolah dasar (2013:64) fase perkembangan minat berlangsung secara bertingkat dan mengikuti pola perkembangan individu itu sendiri. Di samping itu, kematangan indivdu juga memengaruhi perkembangan minat, karena semakin matang secara psikologis maupun fisik, maka minat juga akan semakin kuat dan terfokus pada objek tertentu.
Minat yang tinggi terhadap suatu jenis pekerjaan yang didukung oleh kemampuan yang tinggi, akan berakhir dengan mencapai hasil sesuai obyek yang tidak didukung oleh kemampuan akan mendorong seseorang berusaha untuk memiliki kemampuan dalam upaya mendukung
minat yang ada padanya. Sedangkan kemampuan seseorang terhadap suatu jenis pekerjaan, aktivitas, yang tidak disertai oleh minat pada akhirnya kemampuan itu tidak diaktualisasikan.
Menurut Ahmad Susanto dalam bukunya Teori belajar dan pembelajaran di sekolah dasar, secara sederhana minat berarti kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu.
Meskipun demikian, minat siswa-siswa terhadap pendidikan agama tidak bisa dilepaskan dengan kemampuan membaca dan menulis Al-Qur'an. Disamping secara khusus pelajaran Al-Qur'an juga sub-sub lainnya sangat berkaitan dengan ayat-ayat Al-Qur'an. Oleh karena itu, mempelajari pendidikan agama tanpa ditunjang oleh kemampuan membaca dan menulis Al-Qur'an, dengan sendirinya akan mengalami hambatan dalam menyerap secara utuh materi pendidikan agama.
Sebaliknya, siswa-siswa yang memiliki kemampuan membaca dan menulis Al-Qur'an baik dari segi makhraj, tajwid dan mengetahui maknanya disertai minat untuk mempelajari pendidikan agama memiliki peluang yang lebih tinggi untuk mempelajari atau menelaah keseluruhan materi pendidikan dibandingkan dari mereka yang kurang dan tidak mampu membaca dan menulis Al-Qur'an. Dengan demikian, minat merupakan faktor yang sangat penting untuk menunjang kegiatan belajar siswa, kenyataan ini juga diperkuat oleh pendapat Sardiman dalam Ahmad Susanto (2013:66) yang menyatakan bahwa proses belajar itu akan berjalan lancar kalau disertai dengan minat.
Metode penyajian pendidikan agama Islam merupakan salah satu daya tarik yang mengarahkan perhatian siswa-siswa kepada materi yang sedang di bahas oleh guru dalam menerangkan ayat-ayat Al-Qur'an akan lebih meningkatkan keinginan siswa-siswa untuk mempelajari ayat-ayat Al-Qur'an dengan kemampuan siswa-siswa membaca Al-Qur'an dan metode penyajian yang menarik digunakan oleh guru akan lebih memudahkan siswa-siswa untuk mencerna kandungan ayat-ayat Al- Qur'an yang sedang dipelajari.
Guru sebagai salah satu komponen pendidikan mempunyai peranan untuk membangkitkan minat siswa-siswa baik dalam kelas maupun luar kelas. Di luar kelas guru agama dengan tegur sapa, tingkah laku dan perbuatannya merupakan pencerminan ajaran-ajaran Al-Qur'an.
Hal tersebut dapat menarik dan meningkatkan minat siswa-siswa untuk mempelajari dan mempraktekkan ajaran-ajaran agama yang telah dipelajari. Pencerminan ajaran agama yang diajarkan oleh guru dalam pergaulan sehari-hari baik sesama guru maupun dengan siswa-siswa merupakan contoh tauladan yang akan ditrasfer oleh siswa-siswa.
Minat siswa-siswa terhadap materi-materi pendidikan agama Islam akan lebih komperehensif bila ditunjang oleh kemampuan mereka membaca Al-Qur'an. Oleh karena itu siswa-siswa yang memiliki kemampuan membaca Al-Qur'an (baik dengan tarti, dengan tajwid dan makhraj, maupun yang berkemampuan biasa) memiliki peluang yang lebih baik untuk menelaah materi-materi pendidikan agama dibandingkan dari
siswa-siswa yang tidak mampu dan tertegun-tegun membaca Al-Qur'an semakin mendukung minat siswa mempelajari pendidikan agama.
Sebaliknya, semakin rendah kemampuan siswa membaca Al-Qur'an akan mempengaruhi minat mereka untuk menelaah dan mendalami materi- materi pendidikan agama secara komprehensif.
Dalam hal ini, praktikum pendidikan agama merupakan salah satu upaya utuk memantapkan teoi-teori yang diajarkan oleh guru agama kepada siswa-siswa. Pada umumnya teori-teori yang diajarkan untuk dipraktekkan bersumber dari Al-Qur'an dan hadits Nabi. Pemahaman dan penghayatan siswa-siswa terhadap ajaan-ajaran agama itu akan berpengaruh terhadap prilaku beribadah dikalangan siswa.
Data frekuensi kehadiran siswa pada praktikum yang dilaksanakan oleh sekolah, dapat dikemukakan bahwa siswa-siswa yang kurang mampu dan tertegun-tegun membaca Al-Qur'an banyak yang absen pada saat praktikum membaca Al-Qur'an dilakukan dibandingkan dari praktikum shalat, wudhu maupun tayammun. Hal ini menunjukkan bahwa, minat mereka terhadap praktikum yang tidak menguji kemampuan membaca Al-Qur'an lebih tinggi dibandingkan dari minat terhadap praktikum membaca Al-Qur'an. Hal ini terjadi karena praktikum selain membaca Al-Qur'an, juga ada yang tidak memerlukan bacaan Al-Qur'an dengan suara keras dan bahkan ada yang tidak memerlukannya, sehingga siswa-siswa yang tidak mampu dan tertegun-tegun membaca Al- Qur'an menghadiri praktikum.
Dengan demikian, minat siswa-siswa terhadap praktikum membaca dan menulis la harus ditopang oleh kemampuan membaca dan menulis, siswa-siswa yang tidak mampu dan tertegun-tegun membaca Al-Qur'an tidak dapat berpartisipasi secara aktif selama praktikum berlangsung. Pernyataan ini didukung oleh pendapat Hartono dalam Ahmad Susanto (2013 : 67) yang menyatakan bahwa minat memberikan sumbangan besar terhadap keberhasilan belajar peserta didik.
Berdasarkan uraian di atas sehingga dapat ditarik kesimpulan bahwa apabila siswa masih kurang atau tidak mampu membaca dan menulis Al-Qur‟an maka akan sangat berpengaruh dalam praktikum akan tetapi apabila guru pendidikan agama Islam memberikan kebijaksanaan dengan memberikan dorongan dan motivasi siswa yang tidak mampu membaca dan menullis Al-Qur‟an maka siswa tersebut akan merasa diperhatikan dan menimbulkan motivasi dalam dirinya untuk giat belajar membaca dan menulis Al-Qur‟an.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian survei (lapangan) dengan pendekatan kualitatif karena datanya dikumpulkan dari isian kuesioner responden. Singarimbung (1989) mengemukakan bahwa penelitian survei adalah penelitian yang mengambil sampel dari suatu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpul data yang pokok.
Sedangkan Kerlinger (2002) mengemukakan bahwa penelitian survei mengkaji populasi (universe) yang besar maupun kecil dengan menyeleksi serta mengkaji sampel yang dipilih populasi.
B. Lokasi dan Objek Penelitian
Lokasi penelitian bertempat di SDN 34 Libureng Kecamatan Tondong Tallasa Kabupaten Pangkep, dalam hal ini yang menjadi objek penelitian adalah siswa SDN 34 Libureng Kecamatan Tondong Tallasa Kabupaten Pangkep dan guru sebagai respoden pelengkap.
C. Variabel Penelitian
Adapun variabel yang akan diteliti, terdiri atas dua macam variabel yaitu :
1. Kemampuan membaca dan menulis Al-Qur‟an sebagai variabel bebas yang diberi simbol (X).
2. Minat belajar pendidikan agama islam sebagai variabel terikat yang diberi simbol ( Y ).
30
D. Definisi operasional variabel
Untuk memperoleh gambaran yang jelas tentang variabel, serta untuk menghindari salah pengertian dalam penelitian ini, maka berikut dijelaskan definisi oprasional variabel penelitian sebagai berikut :
1. Kemampuan membaca dan menulis Al-Qur‟an adalah kecakapan yang dimiliki oleh siswa Sekolah Dasar untuk membaca dan menulis al-Quran yang diukur melalui indikator :
Indikator kemampuan membaca Al-Qur`an : (1) kemampuan membaca lancar dengan tartil, (2) kemampuan membaca dengan tajwid dan makhraj, (3) kemampuan membaca tanpa tartil dan tidak fasih, dan (4) bertegun-tegun membaca Al- Qur‟an.
Indikator kemampuan menulis Al-Qur`an : (1) Kemampuan menulis huruf hija`iyah secara bersambung dan tanda bacanya, (2) ketepatan huruf, (3) kerapian menulis ayat-ayat Al-Qur`an.
2. Minat belajar agama adalah ketertarikan siswa untuk mengikuti kegiatan belajar mengajar agama yang diukur dengan menggunakan indikator: (1) ketertarikan terhadap materi pelajaran, (2) ketertarikan terhadap metode penyajian, dan (3) ketertarikan karena faktor lain.
Dan pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan hubungan antara kemampuan membaca dan menulis Al-Qur`an dengan minat belajar PAI siswa di SDN 34 Libureng Tondong Tallasa Kabupateng Pangkep adalah suatu kajian yang
sistematis tentang ketertarikan siswa untuk mengikuti kegiatan belajar mengajar agama dengan kemampuan membaca dan menulis Al- Qur`an.
E. Populasi dan sampel 1. Populasi
Populasi adalah jumlah keseluruhan unit analisis yang akan diselidiki karakteristik atau ciri-cirinya. Populasi dari penelitian ini adalah seluruh siswa SDN 34 Libureng Kecamatan Tondong Tallasa Kabupaten Pangkep, Secara rinci keadaan populasi dapat dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1 Keadaan Populasi
No Siswa dan Guru
Jenis Kelamin
Jumlah
Lk Pr
1 Siswa 28 21 49
2 Guru 8 7 15
J u m l a h 36 28 64 Sumber data: Kantor SDN 34 Libureng Kecamatan Tondong Tallasa
Kabupaten Pangkep 2. Sampel
Sampel adalah sebagian dari populasi yang dipandang mampu menjadi wakil keseluruhan dari obyek penelitian. Sehubungan dengan populasi, yang tidak semua populasi bisa menjadi sampel karena beberapa pertimbangan bahwa siswa kelas 1,2 dan 3 belum bisa bemberikan informasi yang akurat. Maka dalam penarikan sampel
ditentukan secara purposive sampling yaitu penarikan sampel yang dilakukan secara sengaja sebagai responden yang terdiri dari siswa kelas 4,5,6, guru agama dan kepala sekolah dan informan yang mampu memberikan informasi mengenai hubungan antara kemampuan membaca dan menulis Al-qur`an dengan minat belar PAI yang meliputi :
No
Siswa dan guru
Status
Jenis kelamin
Jumlah
L P
1
Siswa
Kelas IV 3 7 10
Kelas V 6 6 12
Kelas VI 9 3 12
2 Guru
Kepsek 1 - 1
Guru PAI - 1 1
Guru kelas VI 1 - 1
Jumlah 20 17 37
F. Instrumen penelitian
Instrumen penelitian adalah suatu alat yang digunakan untuk mengukur fenomena alam maupun sosial yang diamati secara spesifik.
Instrument yang dimaksud dalam penelitian ini adalah alat ukur, yaitu alat untuk menyatakan besaran atau persentase terhadap hal-hal yang dikaji.
Adapun beberapa jenis instrumen yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu:
1. Pedoman atau catatan observasi 2. angket
3. Pedoman wawancara 4. Catatan dokumentasi
Untuk mengetahui lebih jelasnya mengenai ke empat instrument tersebut, penulis akan menguraikan secara sederhana sebagai berikut : 1. Pedoman observasi
Pedoman observasi adalah seperangkat catatan-catatan kecil yang berisi ikhtisar tentang hal-hal pokok yang akan diobservasi.
Pedoman observasi ini paling tidak berisi petunjuk praktis menyangkut tujuan, waktu, tempat, materi dan sasaran observasi.
2. Angket
Angket adalah teknik penulisan data melalui pertanyaan- pertanyaan yang dilakukan secara tertulis pada responden terpilih untuk mendapat jawaban atau tanggapan yang informasinya diperlukan (peneliti) dalam penelitian ini.
3. Pedoman wawancara
Pedoman wawancara adalah seperangkat catatan persiapan, berisi pertanyaan-pertanyaan yang disusun secara sistematis untuk mempermudah berlangsungnya proses wawancara.
4. Catatan dokumentasi
Catatan dokumentasi dari asal kata dokumen yang artinya barang-barang tertulis. Dalam melaksanakan penelitian dengan metode
dokumentasi, peneliti menyelidiki benda-benda tertulis seperti buku-buku dan arsip.
G. Teknik Pengumpulan data
Dalam rangka pengumpulan data, penulis menempuh beberapa tahap yang secara garis besarnya penulis membagi ke dalam dua tahap, yaitu tahap persiapan dan tahap pelaksanaan penelitian.
Pada tahap persiapan, penulis terlebih dahulu melengkapi hal-hal yang akan dibutuhkan di lapangan yang menyangkut penyusunan dan pembatasan instrument penelitian. Pada tahap ini pula, peneliti mengurus surat izin penelitian hingga kesejumlah instansi yang terkait, setelah memperoleh izin tersebut, peneliti kemudian melakukan pengumpulan data sebagai tahap pelaksanaan.
Pada tahap pelaksanaan penelitian, penulis di samping mengumpulkan data lapangan, juga data-data konseptual melalui literatur.
Dengan demikian pada tahap pelaksanaan ini, penulis mengumpulkan data dengan dua cara, yaitu :
1. Penelitian kepustakaan
Yaitu dengan cara pengumpulan data melalui telaah literature, baik dari buku-buku ilmiah, artikel, majalah, maupun dari sumber tertulis lainnya yang dianggap perlu. Cara ini dimaksudkan untuk menghimpun literatur atau bahan-bahan yang bersifat ilmiah yang berhubungan dengan masalah yang dikaji, sebagai landasan kajian ataupun sebagai bahan banding terhadap masalah yang dikaji.
2. Penelitian lapangan
Penelitian lapangan merupakan langkah bentuk memperoleh data dan informasi guna menjawab permasalahan yang dikaji. Penelitian lapangan ini meliputi observasi, wawancara dan penyebaran angket dan dokumentasi.
H. Teknik Analisa Data
1. Teknik Induktif, yaitu suatu analisis yang berpangkal dari fakta-fakta yang bersifat khusus kemudian menarik kesimpulan secara umum.
2. Teknik Deduktif, yaitu suatu analisis yang berpangkal dari suatu generalisasi yang bersifat umum, lalu diperinci untuk mendapatkan keterangan secara khusus.
3. Teknik Komparatif, yaitu membanding-bandingkan beberapa pendapat dalam masalah yang sama lalu menarik kesimpulan yang lebih tepat.
4. Persentase, dimana peneliti mengolah data dari tabulasi angket yang diedarkan pada responden, adapun rumus yang digunakan menurut M. Subana, Moersatyo Rahadi, Sudarajat (2000 : 94) adalah :
Dimana :
∑X = Nilai persentase
F = Frekuensi jawaban responden N = Jumlah responden (subyek).
X NF x 100Selanjutnya untuk memperoleh generalisasi maka dilakukan dengan membuat rekapitulasi tabel, dengan pengukuran secara kualitatif sebagai berikut :
Yang mencapai 76 % - 100 % dinilai sangat positif Yang mencapai 56 % - 75 % dinilai positif
Yang mencapai 40 % - 55 % cukup positif Yang mencapai 40 % - 0% kurang positi
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN
A. Gambaran Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini bertempat di SDN 34 Libureng KecamatanTondong Tallasa Kabupateng Pangkep. Sekolah ini berdiri atas inisiatif para tokoh masyarakat dan didukun oleh para pemerintah setempat.
Adapun Visi Misi SDN 34 LIbureng Kecamatan Tondong Tallasa Kabupateng Pangkep sebangai berikut :
Visi : Menjadi sekolah terpercaya dimasyarakat untuk mencerdaskan bangsa dalam rangka mensukseskan wajib belajar.
Misi : 1. Menyiapkan generasi unggul untuk memiliki potensi Imtaq dan Iptek.
2. Membentuk sumber daya manusia yang aktif, kreatif, inifatif sesuai dengan perkembangan zaman.
3. Membangun citra sekolah sebangai mitra terpercaya dimasyarakat.
1. Keadaan Guru
SDN 34 Libureng kecamatang Tondong Tallasa Kabupaten Pangkep merupakan sekolah yang bernaung dibawah Dinas Pendidikan Nasional. Guru-guru yang mengajar di sekolah ini ada berstatus pegawai negeri dan honorer. Guru memiliki perang dan fungsi didalam pendidikan
38
formal di sekolah. Tugas guru di sekolah tidaklah dipandang ringan, karena tugas menyangkut berbagai aspek serta memikul tanggungjawab moral yang berat disebabkan karena rendahnya tingkat pendidikan orang tua siswa.
Guru adalah jabatan atau profesi yang memerlukan keahlian khusus sebagai guru, pada hakekatnya guru merupakan orang yang bekerja dalam bidang pendidikan dan pengajaran yang memiliki kualifikasi sebagai guru. Dan seorang guru dipandang memiliki legitimasi dari masyarakat dan pemerintah sebagai seorang ahli dalam profesi keguruan yang harus memiliki kecakapan dan kemampuan dalam menjalankan tugasnya.
Adapun keadaan SDN 34 Libureng Kecamatan Tondong Tallasa Kabupateng Pangkep di lihat pada table berikut:
Tabel 2
Keadaan Guru SDN 34 Libureng Kecamatang Tondong Tallasa Kabupaten Pangkep
No Nama Jabatan Status
1. Hambali, S. Pd Kepala Sekolah PNS
2. Abdul Rasid, S.Pd Guru Kelas PNS
3. Minahari Guru Kelas PNS
4. Syamsiah, S.Pd.SD Guru Kelas PNS
5. Marwah, S.Pd Guru Kelas PNS
6. Irwan Mustafa, A.Ma Guru Kelas PNS
7. Muhammad Safri, S.Pd Guru Penjas PNS
8. Nadira, S.Pd Guru Mapel Honorer
9. Abdul Muis, S.Pd Guru Kelas Honorer
10. Nur Aeni, A.Ma Guru Agama Honorer
11. Haeriah, A.Ma Guru Mulok Honorer
12. Dahliah, S.Sos Pustakawan Honorer
13. Muhammad Hanis, ST Operator Honorer
14. Muhammad Nasriadi Penjaga Sekolah Honorer
15. Nasruddin, S. Pd Guru Mapel Honorer
Sumber Data : Kantor SDN 34 LIbureng Kecamatang Tondong Tallasa Kabupaten Pangkep
Tabel di atas menunjukkan bahwa meskipun sekolah tersebut mempunyai jumlah siswa yang sangat minim, namun tetapi jumlah guru yang mengajar di sekolah tersebut terhitung lengkap.
2. Keadaan siswa
Siswa yang diterimah masuk di SDN 34 Libureng Kecamatang Tondong Tallasa Kabupateng Pangkep pada umumnya dari anak-anak masyarakat di sekitar lokasi sekolah, ada juga yang datang dari luar lokasi, yang rumahnya agak jauh dari sekolah.
Untuk dapat mengetahui keadaan siswa dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 3
Keadaan Siswa SDN 34 Libureng Kecamatan Tondong Tallasa Kabupaten Pangkep
TA. 2015/2016
No Kelas
Jenis kelamin
Jumlah Laki-laki Perempuan
1. I 1 Orang 3 Orang 4 Orang
2. II 3 Orang - 3 Orang
3. III 6 Orang 2 Orang 8 Orang
4. IV 3 Orang 7 Orang 10 Orang
5. V 6 Orang 6 Orang 12 Orang
6. VI 9 Orang 3 Orang 12 Orang
Jumlah 28 Orang 21 Orang 49 Orang
Sumber Data : Kantor SDN 34 LIbureng Kecamatang Tondong Tallasa Kabupaten Pangkep
3. Keadaan sarana dan prasarana
Sarana juga merupakan hal yang penting penulis kemukakan karena salah satu faktor yang menyebabkan terjadinya kelancaran proses belajar mengajar. Adapun keadaan sarana dan prasarana di SDN 34 Libureng Kecamatan Tondong Tallasa Kabupateng Pangkep dapat di lihat pada tebel berikut:
Tabel 4
Keadaan Prasarana SDN 34 Libureng Kecamatan Tondong Tallasa Kabupaten Pangkep
No Jenis Barang Jumlah Keterangan
1. Kursih & meja murid 60 buah Utuh
2. Meja Ka. Sek & guru 8 Buah Utuh
3. Kursih Ka. Sek & guru 8 Buah Utuh
4. Kursih tamu 4 Buah Utuh
5. Lemari 8 Buah Utuh
6. Papan Absen 6 Buah Utuh
7. Papan memori 1 Buah Utuh
8. Papan potensih 1 Buah Utuh
10. Buku Paket 315 exp Utuh
11. Rak Buku 11 Buah Utuh
Sumber data : Kantor SDN 34 Libureng Kecamatan Tondong Tallasa Kabupaten Pangkep
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa keadaan prasarana sekolah ini sudah cukup memadai. Adapun keadaan sarana gedun dan ruangan kantor SDN 34 Libureng Kecamatan Tondong Tallasa Kabupaten Pangkep adalah sebagai berikut:
Tabel 5
Keadaan Saran Gedung SDN 34 LIburen Kecamatan Tondong Tallasa Kabupaten Pangkep
No Jenis Luas Banyaknya Ket
1. Ruang Belajar 8 x 7 6 Ruangan Dipakai
2. Ruang Kantor 8 x 7 1 Ruangan Dipakai
3. Ruang Perputakaan 8 x 6 1 Ruangan Dipakai
4. WC 3 x 2 2 Ruangan Dipakai
Sumber data : Kantor SDN 34 Libureng Kecamatan Tondong Tallasa Kabupaten Pangkep
Dengan melihat tabel tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa keadaan gedung SDN 34 libureng Kecamatang Tondong Tallasa Kabupateng Pangkep sudah cukup menunjang dalam proses pembelajaran.
B. Kemampuan Membaca dan Menulis Al-Qur`an Siswa SDN 34 Libureng Kecamatang Tondong Tallasa Kabupateng Pangkep.
Kemampuan membaca dan menulis Al-qur`an adalah suatu kecakapan yang dimiliki atau yang diperoleh dari pengalaman. Dengan demikian kemampuan membaca dan menulis Al-qur`an merupakan hasil yang dicapai oleh seseorang setelah melakukan aktivitas dalam jangka waktu tertentuh.
Kemampuan membaca Al-qur`an dapat diketahui dengan kemampuan siswa membaca secara lancer, kemampuan membaca Al- qur`an dengan tajwid dan makhraj, kemampuan membaca Al-qur`an
tampa tajwid dan makhraj, dan tidak mampu membaca Al-qur`an, dan hal ini dapat diketahui apabila guru pendidikan Agama Islam melaksanakan praktek membaca Al-qur`an dan apabila guru mendapat siswa yang belum mampu membaca Al-qur`an maka hendaknya guru tesebut memberikan bimbingan khusus dan melakukan metode yang bervariasi agar minat siswa terhadap mata pelajaran pendidkan Agama Islam dapat meningkat.
Dalam menulis Huruf Hijaiyyah, diperlukan suatu keterampilan dan potensi yang harus dikembangkan. Jika potensi yang dimiliki seseorang tidak dilatih secara continu dan konsisten, maka potensi tersebut manjadi hilang perlahan-lahan. Untuk mengetahui kemampuan membaca dan menulis Al-qur`an siswa SDN 34 Libureng Kecamatan Tondong Tallasa Kabupaten Pangkep dapat dilihat dari hasil penyebaran angket berikut :
Tabel 6
Tanggapan siswa dalam membaca Al-qur`an mengalami kesulitan tentang ilmu tajwid
Pilihan Kategori Jawaban Frekuensi Persentase (%)
a. Ya 7 20,6 %
b. Kadang-kadang 24 70,6 %
c. Tidak 3 8,8 %
Jumlah 34 100 %
Angket No 1
Tabel di atas menunjukkan bahwa siswa dalam membaca Al- qur`an mengalami kesulitanten tentang ilmu tajwid yang menjawab selalu