• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN TEORI

F. Hubungan Antara Pendidikan Agama Katolik dan Budi

tindakan yang sengaja dan tindakan yang tidak disengaja, kerap kali manusia dapat membedakan tindakan kita yang sengaja dari yang tidak sengaja tersebut. Didalam pergaulan dengan sesama manusia juga membedakan tindakan yang sengaja dan tidak sengaja, kesengajaan menjadi dasar penilaian terhadap kesalahan sesama kita (Poedjawijatna, 1968 : 5-13).

Manusia pada umumnya mengetahui adanya perbuatan yang baik dan buruk, pengetahuan tersebut disebut sebagai kesadaran etis atau kesadaran moral. Ketika seseorang dilahirkan memang mempunyai daya yang belum dapat dipergunakan. Namun dapat dikatakan bahwa daya untuk tahu tindakan baik atau buruk tersebut sudah ada pada manusia seperti daya tahu biasa. Kemudian dalam perkembangannya kesadaran moral akan berfungsi dalam tindakan yang kongkrit untuk memberi sebuah keputusan terhadap tindakan mengenai suatu hal baik atau buruknya (Poedjawiyatna, 1968 : 16-17).

F. Hubungan Antara Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti dengan Perilaku Sopan Santun

1. PAK dan Budi Pekerti Membentuk Kedewasaan Manusiawi

Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti di sekolah juga dapat dikatakan sebagai sarana untuk membentuk kedewasaan manusiawi. Kedewasaan muncul dari kesadaran dalam setiap pribadi. Seseorang yang dewasa secara manusiawi adalah seseorang yang telah mencapai suatu kesatuan yang fundamental dalam kepribadiannya. Ia tidak lagi dalam proses penemuan serta realisasi diri sendiri seperti halnya dengan para remaja (Seri Puskat 3, 1972 : 4).

Seseorang yang dewasa sudah sepenuhnya menjalani kepribadiannya. Orang yang sudah matang kepribadiannya maka dia akan mulai mempunyai perhatian yang ada diluar dirinya, hal ini merupakan interaksi dengan orang lain tidak hanya dengan satu orang saja namun dengan semua orang yang dijumpainya serta memiliki hubungan yang akrab dengan orang lain.

Seseorang yang sudah dewasa juga mampu untuk mengenal dirinya sendiri, mampu menahan dan mengendalikan emosi, sabar dalam mengolah permasalahan yang sedang dihadapinya dan mempunyai persepsi yang realistis terhadap orang lain.

Dalam hal ini Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti di SMP juga mengajak para peserta didik untuk memiliki kedewasaan yang matang. Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti tidak hanya mengajarkan kepada peserta didik mengenai pengetahuan saja melainkan juga mengajak peserta didik untuk menjadi pribadi yang dewasa secara manusiawi yang mampu memahami dirinya sendiri sehingga Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti di sekolah berperan dalam membentuk kedewasaan secara manusiawi kepada peserta didik untuk menjadi seseorang yang matang secara menyeluruh dan tercermin dalam kehidupannya sehari-hari.

2. PAK dan Budi Pekerti Membentuk Kedewasaan Iman

Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti di sekolah memiliki tempat yang sentral untuk membentuk kedewasaan iman dengan cara mengajak manusia menyadari kehadiran Tuhan didalam hidupnya. Seseorang membentuk imannya dengan penghayatan iman yang mereka alami, mereka diajak untuk mengetahui

mengenai iman dan perwujudan iman didalam kehidupan nyata. Thomas Groome (2010 : 81) mengatakan bahwa iman Kristen sebagai realitas yang hidup memiliki tiga dimensi yang esensial yakni : Iman sebagai kegiatan keyakinan budi (faith as

believing), Iman sebagai kegiatan mempercayakan (faith as trusting), Iman

sebagai kegiatan melakukan (faith as doing).

Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti di SMP menanamkan ketiga dimensi esensial supaya peserta didik dapat menghayati dan menyadari dimensi-dimensi tersebut untuk membentuk kedewasaan iman yang utuh. Maka peserta didik dapat menyadari pribadi dan hidupnya sehingga dapat mengalami kedewasaan iman yang dapat membuat hidupnya menjadi lebih berkembang kepada hal-hal yang positif dalam kehidupan di keluarga, sekolah maupun masyarakat sekitarnya. Melalui penyadaran akan hidup iman peserta didik, peserta didik mulai dapat membentuk hidupnya dengan mengembangkan kepribadiannya melalui tindakan nyata yang mereka alami dalam hidupnya.

Iman merupakan anugerah dari Allah yang menggerakan batin manusia dan manusia percaya akan anugerah iman dari Allah tersebut. Penekanan iman adalah tekanan iluminasi batiniah yang merupakan peringatan iman yang penting bahwa iman selalu pemberian dari Allah, timbul dari Anugerah Allah yang bekerja di dalam. Iman Kristen sekurang-kurangnya adalah kepercayaan, tetapi iman juga harus lebih dari kepercayaan jika iman adalah realitas yang hidup (Groome, 2010 : 85-87).

Dimensi iman yang bersifat kepercayaan ini mengambil bentuk hubungan pribadi yang penuh kepercayaan dengan Allah yang menyelamatkan di dalam

Yesus Kristus dan mempercayakan diekspresikan dalam kesetiaan, kasih, dan kelekatan karena Allah setia kita dapat menyerahkan diri kita dengan penuh kepercayaan dengan Allah. Tekanan pada dimensi iman yang berdasarkan kepercayaan memperlihatkan kebenaran yang tidak pernah boleh diabaikan atau dianggap sudah otomatis. Panggilan Kerajaan Allah merupakan panggilan dari Allah untuk menjalin relasi kepercayaan yang tak terbatas dengan kesetiaan Allah dan kuasa Allah yang menyelamatkan (Groome, 2010 : 87-88).

Iman sebagai respon terhadap Kerajaan Allah dalam Kristus harus mencakup melakukan kehendak Allah. Secara lebih khusus, melakukan kehendak Allah harus diwujudkan dalam kehidupan yang setia pada hidup, mengasihi Allah dan mengasihi sesama seperti diri kita mengasihi diri sendiri (Groome, 2010 : 90). Iman yang hidup sekurang-kurangnya memiliki tiga kegiatan yang penting yaitu kegiatan keyakinan budi (believing), mempercayakan (trusting), dan melakukan (doing).

Pendidikan Agama Katolik dan Budi Pekerti di SMP menanamkan pembelajaran yang menyangkut ketiga dimensi tersebut, agar para peserta didik dapat menyadari serta menghayati untuk membentuk kedewasaan iman yang utuh. Dengan begitu peserta didik dapat menyadari hidup dan pribadinya sehingga mengalami kedewasaan yang membuat hidup mereka semakin berkembang kedalam hal-hal yang positif dalam kehidupan di keluarga, masyarakat maupun lingkungan sekolah. Peserta didik dapat membentuk hidupnya dengan mengembangkan kepribadiannya yang mereka lakukan melalui tindakan nyata yang mereka alami dalam perjalanan hidupnya sehari-hari.

Dokumen terkait