• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II Pelaksanaan Izin Penyedia Jasa Tenaga Kerja menurut Peraturan Ketenagakerjaan

B. Hubungan antara Izin dan Pengawasan

Saat sekarang kinerja pelayanan perizinan yang dilaksanakan oleh pemerintah dituntut untuk lebih baik. Dalam banyak hal memang harus diakui harus diakui bahwa pelayanan perizinan pemerintah masih buruk. Hal ini disebabkan oleh:

1. Tidak ada sistem insentif untuk melakukan perbaikan

2. Buruknya tingkat pengambilan inisiatif dalam pelayanan perizinan,yang dittandai dengan tingkat ketergantungan yang tinggi pada aturan formal(rule driven) dan petunjuk pim[inan dalam melakukan tugas pelayanan.

Pelayanan perizinan yang dilaksanakan oleh birokrasi pemerintah digerakan oleh peraturan dan anggaran bukan digerakan oleh misi. Dampaknya adalah pelyanan menjadi kaku,tidak kreatif dan tidak inovatif,sehingga tidak mengakomondasi kepentingan masyarakat yang selalu berkembang.

3. Budaya aparatur yang masih kurang disiplin dan sering melanggar aturan.

4. Budaya paternalistik yang tinggi, artinya aparat menempatkan pimpinan sebagai prioritas utama,bukan kepebtingan masyarakat.

Masalah pelayanan masyrakat yang diberikan oleh aparat birokrasi pemerintah merupakan satu masalah penting bahkan seringkali variabel ini dijadikan alat ukur untuk menilai keberhasilan pelaksanaan tugas-tugas pokok pemerintah. Begitu juga halnya di daerah masalah pelayanan perizinan sudah menjadi program pemerintah yang harus secara terus menerus ditingkatkan pelaksaanaan nya.

Adanya pembuatan metode atau sistem pelayanan perizinan ternyata tidak otomatis mengatasi masalah yang terjadi,sebab dari hari kehari keluhan masyarakat bukanya berkurang bahkan semakin sumbang terdengar. Hal ini menunjukan bahwa misi pemerintah,yaitu sebagai public service masih belum memenuhi harapan masyarakat.sudah mulai sekaranglah seharusnya pemerintah memberikan perhatian yang serius dalam upaya peningkatan dan perbaikan mutu pelayanan.

Antisipasi terhadap tuntunan pelayanan yang baik membawa suatu kosekuensi logis bagi pemerintah untuk memberikan perubahan-perubahan terhadap pola budaya kerja

47

aparatur pemerintah.sebagai upaya melakukan perubahan tersebut telah lahir undang-undang No. 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik yang dalam pasal 39 ayat (3) mengamanatkan agar masyrakat dilibatkan dalam pengawaasan pelayan publik.namun tata cara pengikutsertaan masyarakat dalam penyelenggaraan pelayanan publik diatur lebih lanjut dalam perarturan pemerintah(pasal 39 ayat (4).

Pengertian Pengawasan Melekat seperti yang termuat dalam Instruksi Presiden Nomor 1 Tahun 1989 tentang pedoman pengawasan melekat merupakan serangkaian kegiatan yang bersifat sebagai pengendalian yang terus-menerus dilakukan atasan langsung terhadap bawahannyab,secara preventif dan represif agar pelaksanaan tugas bawahan tersebut berjalan secara efektif dan efesien sesuai dengan rencana kegiatan dan peraturan perundang- undangan yang berlaku.

Namun,suatu kebijakan tidak begitu saja dapat di implementasikan dengan baik. Di sisi lain, kenyataan menunjukan bahwa tuntutan masyrakat terhadap kualitas pelayanan perizinan terus meningkat seiring dengan meningkatnya dinamika masyarakat itu sendiri. Apabila tidak diimbangi dengan konsistensi pelaksanaan kebijakan atau betapa banyak kebijakan yang telah diambil oleh pemerintah,maka hasilnya tetap saja dirasakan kurang memuaskan.

Pengawasan internal melalui atasan langsung dan pengawas fungsional,sedangkan pengawasan eksternal dilakukan melalui pengawasan masyarakat, komisi pemberantasan korupsi(untuk gratifikasi), DPRD provinsi/kabupaten/kota. 48

Penambahan jumlah dan pengawasan mungkin dapat menjadi satu solusi. Namun ada satu cara strategis lainya, yaitu pengawasan oleh pihak terkena dampak, salah satunya adalah serikat buruh lainya adalah pencari kerja(untuk izin LLS, BKK atau PJTKI).tentu saja disyaratkan adanya sistem informasi pengawasan yang efektif yang dirancang bersama-sama.

Kotak saran saja tidak mampu menjawab kebutuhan itu, pengawasan yang efektif juga masyarakatkan perilaku pegawai pemerintah yang jujur dan taat aturan, baik dalam proses pemberian maupun pengawasan izin. pemberian sanksi kepada pegawai yang melkukan penyimpangan dan reward kepada pegawai yang jujur dan taat aturan merupakan sutu metode yang dapat dilakukan. keinginan baik(political will) dari atasan, yang didukung oleh bawahan, menjadi landasan pembersihan.pengawasan internal masih tetap diperlukan walaupun hasilnya selama ini tidak begitu efektif.

48

Dalam praktiknya, pegawai pemerintah yang benar tidak cukup menjamin proses perizinan berlangsung dengan sesuai aturan. Diperlukan juga keinginan baik pengguna perizinan. toleransi terpakainya waktu, tenaga, dan biaya tertentu untuk mengurus izin merupakan konsekuensi yang mesti diterima.

Memperkuat pengawasan terhadap izin-izin yang dikeluarkan oleh pemerintah. Jalan kebijakan perizinan tidak terhenti sampai dikeluarkanya izin dan terkumpulnya retribusi. Pekerjaan lebih berat dan penting adalah mengawal pelaksanaan izin tersebut agar sesuai dengan peruntukanya. Apakah pelaksanaan izin berdampak negatif bagi pihak lain, menyebabkan terampasnya hak orang lain dan sebagainya. Terbatasnya jumlah dan kemampuan pegawai pengawas disnaker mengawasi izin-izin yang dikeluarkanya.

Dengan pengawasan yang efektif dan prilaku pegawai pemerintah yang baik, akan dicapai kondisi-kondisi:

1) Penyimpangan pengguna izin oleh pengusaha, BKK, PJTKI, dan lembaga swasta pengguna perizinan lainya dapat diminimalisasi

2) Buruh, pencari kerja, dan masyarakat umum sebagai pihak penerima dampak semakin terlindungi hak-haknya

3) Mitos pelayanan perizianan sebagai jasa yang mahal dan lama seddikit demi sedikit akan pupus.

Untuk mencapai kearah kondisi tersebut,diperlukan upaya-upaya: 1. Rekuitmen dan pelatihan pegawai pengawas Disnaker

2. Membangun sistem pengawasan bersama penyedia, pengguna dan pihak terkena dampak perizinan. Sistem ini menjadi bagian perda perizinan ketenagakerjaan

3. Menempatkan staaf sesuai dengan keahlian dan prestasinya

4. Melakukan perubahan terhadap perda ketenagakerjaan dengan memuat pengaturan sistem pengawasan terhadap pelaku, mekanisme dan dampak perizinan ketenagakerjaan.49

49

Ibid hal. 294.

Dalam konteks perizinan, kepentingan buruh adalah perizinan yang diberikan ke pengusaha harus mampu memaksa pengusaha untuk meningkatkan kesejahteraan buruh ,didalam dan diluar tempat kerja. Dengan kata lain perizinan menjadi instrumen hukum pengawasan dalam hak-hak normatif buruh sebagai standar minimal yang harus dipenuhi oleh pengusaha. Fungsi inilah yang kurang berjalan dalam perizinan yang berlangsung. Disisi lain, pengusaha juga mengeluh dengan

biaya tinggi yang harus dikeluarkan dalam pengurusan izin. Diluar retribusi resmi, terjadi pungutan-pungutan liar bahkan kadangkala lebih besar dari tarif resminya.50 Salah satu masalah yang banyak dilakukan oleh Perusahaan Penyedia Jasa adalah Tidak mempunyai Izin dalam pelaksanaan penyediaan jasa pekerja,dimana dalam prakteknya banyak perusahaan penyedia jasa mempekerjakan Buruh/Pekerja outsourcing,tidak sesuai pekerjaan outsourcing yang diatur dalam pasal No.19 Tahun 2012 tentang Syarat-Syarat Penyerahan Sebagian pelaksanaan pekerja kepada perusahaan lain.

Praktik outsourcing yang salah juga marak terjadi adalah dalam hal perotasian pekerja buruh outsource dengan tidak memperhatikan etika bisnis yang akhirnya mengakibatkan ketidakadilan bagi perusahaan pengguna jasa outsourcing (Perusahaan pemberi kerja)

Gambaran diatas menunjukan bahwa persoalan hukum baik aspek publik maupun hukum perdata disekitar Pengawasan Pemerintah dalam hal pelaksanaan izin Perusahaan Penyedia Jasa di harus ditingkatkan. Dimana Perusahaan Penyedia Jasa haruslah mempunyai izin dari Instansi Depnaker Provinsi/kab/kota setempat.

Dokumen terkait