BAB V HASIL PENELITIAN
6.3 Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kelelahan Kerja
6.3.5 Hubungan Antara Shift Kerja dengan Kelelahan Kerja
Berdasarkan tabel 5.10, didapatkan hasil bahwa diantara 6 responden yang bekerja dengan sistem shift siang yaitu sebanyak 5 orang (83,3%) sebagian besar mengalami kelelahan berat, 1 orang (16,7) mengalami kelelahan kerja sedang. Responden yang bekerja dengan sistem shift pagi yaitu sebanyak 10 orang (47,6%) sebagian besar mengalami kelelahan berat, 6 orang (28,6%) mengalami kelelahan kerja sedang dan sebanyak 5 orang (23,8%) mengalami kelelahan kerja ringan. Sedangkan responden yang bekerja dengan sistem shift malam sebagian besar mengalami kelelahan berat dan sedang masing-masing sebanyak 2 orang (40%) dan 1 orang (20%) mengalami kelelahan ringan. Kuswadji (1997) dalam penelitiannya mengenai pengaturan kerja pekerja shift dijelaskan bahwa terdapat beberapa gangguan kesehatan yang dirasakan oleh pekerja shift salah satunya adalah 80% akan mengalami kelelahan. Pheasant (1991) menyatakan bahwa para pekerja di sektor industri pada negara berkembang menggunakan shift kerja antara 15% dan 30%. Setiap sistem shift memiliki keuntungan
dan kerugian. Dari sistem tersebut dapat menimbulkan akibat pada kenyamanan, kesehatan, kehidupan sosial, dan performance kerja. Sejalan dengan itu pada penelitian yang dilakukan Yusri (2006), menunjukkan bahwa pekerja pada shift malam mengalami kelelahan tingkat sedang yaitu sebesar 53,3%, sedangkan pekerja pada shift pagi sebanyak 33,3% mengalami kelelahan sedang. Penelitian lain oleh Tarigan (2006), diketahui bahwa pekerja merasa sangat lelah paling banyak pada pekerja shift malam yaitu sebesar 50%.
Kelelahan kerja yang terjadi pada karyawan di instalasi gizi RSUD Pasar Rebo karena banyak karyawan pada shift pagi kembali bekerja siang harinya yang semestinya mereka harus beristirahat dikarenakan adanya sistem nerus, sehingga mereka tidak pernah sempurna dalam memenuhi waktu tidur dan istirahatnya dalam upaya mengadaptasikan irama tubuh untuk bangun pada malam hari ketika mendapat bagian shift malam pada keesokan harinya. Kelelahan kerja ini dapat terjadi dari hari ke hari sehingga kelelahan tersebut dapat terakumulasi sampai pada level yang tidak aman. Sedangkan pada pekerja yang bekerja dengan jadwal shift rotasi dihadapkan pada permasalahan yang hampir sama dengan shift permanen. Karena waktu shift yang selalu berubah, karyawan tidak pernah secara sempurna untuk beradaptasi pada satu set jadwal kerja tersebut. Dengan demikian biasanya jadwal rotasi diterapkan atas dasar keadilan terhadap pekerjanya.
Dalam Al-qur’an dan dalam tafsir Al-Misbah, Allah SWT juga telah menjelaskan bahwa Dia telah menciptakan waktu siang agar manusia bekerja dan mencari nafkah dan waktu malam merupakan waktu yang disediakan untuk istirahat. Sebagaimana tertuang dalam surat Al-Qashash : 73, Ar-Ruum : 23, dan An-Naba’ : 9-11
Al-Qashash ayat 73
Artinya: “Dan karena rahmat-Nya, Dia jadikan untukmu malam dan siang, supaya kamu beristirahat pada malam itu dan supaya kamu mencari sebahagian dari karunia-Nya (pada siang hari) dan agar kamu bersyukur kepada-karunia-Nya.”
Pergantian siang dan malam dengan fungsinya masing-masing yaitu siang yang digunakan untuk berusaha mencari rezeki dan malam digunakan untuk istirahat melepaskan lelah, sehingga pulih kembali tenaga yang telah dipergunakan pada siang harinya, adalah suatu rahmat besar dari Allah SWT yang tak ternilai harganya, yang wajib di syukuri. Sesuatu nikmat yang tak dapat disyukuri akan hilang lenyap dicabut dan ditarik kembali oleh Allah SWT.
Ar Ruum ayat 23
Artinya: “Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah tidurmu di waktu malam dan siang hari dan usahamu mencari sebagian dari karuniaNya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang mendengarkan.”
Ayat ini masih membicarakan tentang tanda-tanda kekuasaan dan kebesaran Allah, alam semesta dan hubungannya dengan keadaan manusia. Pergantian siang dan malam, serta tidurnya manusia di malam hari dan bangunnya mencari rezeki di siang hari. Manusia tidur di malam hari agar badannya mendapatkan ketenangan dan istirahat, untuk memulihkan tenaga-tenaga yang digunakan waktu bangunnya. Tidur dan bangun itu silih berganti dalam kehidupan manusia, seperti silih bergantinya siang dan malam di alam semesta ini. Dengan keadaan yang silih berganti itu seperti tidur dan bangun bagi manusia. Ia akan mengetahui nikmat Allah serta kebaikan Nya. Di waktu tidur manusia akan mendapatkan makanan yang baik bagi organ tubuhnya begitu juga dia akan mendapatkan di waktu bangun pergerakan anggota tubuhnya dengan leluasa.
Dalam ayat ini tidur di dahulukan dari bangun, padahal kelihatannya bangun itu lebih penting dari pada tidur. Karena di waktu bangun itu orang bekerja berusaha dan melaksanakan tugas. Tugas dan kewajibannya dalam hidup, yang terkandung dalam perkataan Nya. “dan usahamu mancari sebagian dari karunia Nya”. Agar nikmat tidur itu diperhatikan. Pada umumnya manusia itu sedikit sekali yang memperhatikannya. Tidur merupakan pengasingan manusia dan kesibukan-kesibukan hidup, dan terputusnya hubungan antara jiwanya dengan Zatnya sendiri. Seakan-akan identitasnya hilang di waktu itu. Dari segi inilah kebanyakan manusia memandang tidur itu sebagai suatu hal yang tidak penting. Ini adalah pengertian yang sudah salah dalam memahami nikmat yang besar itu yang dianugerahkan Tuhan kepada manusia.
Apabila tidur dianggap sebagai nikmat nyata, maka sesungguhnya Allah SWT telah menyediakan malam sebagai waktu yang tepat untuk tidur. Tidur adalah nikmat yang jelas seperti terbaca dalam firman Allah SWT dalam Q.S Al-Qashash ayat 72 :
Artinya: Katakanlah : “Terangkanlah kepadaku, jika Allah menjadikan untukmu siang itu terus menerus sampai hari kiamat, siapakah Tuhan selain Allah yang akan mendatangkan malam kepadamu yang kamu beristirahat padanya? Maka apakah kamu tidak memperhatikan?”.
Malam itu tak ubahnya sebagai layar yang menutupi makhluk-makhluk hidup termasuk manusia. Lalu Dia mengantarkan mereka kepada ketenangan, kemudian tidur.
Sesungguhnya malam itu merupakan kekuasaan yang memaksakan kehendaknya. Sebagaimana siang yang juga merupakan kekuasaan yang memaksakan kehendaknya kepada semua makhluk hidup. Yang terdahulu untuk tidur, dan yang terakhir untuk bangun. Yang tedahulu adalah mati kecil, karena dalam waktu tidur itu Allah memegang jiwa manusia kemudian dilepaskannya di wkatu dia bangun di siang hari, agar ia dapat bekerja, dan disempurnaknnya ajalnya yang telah di tentukan Nya. Allah berfirman dalam Q.S ayat Al-An’am ayat 60 :
Artinya: “Dan Dialah yang menidurkan kamu di malam hari dan Dia mengetahui apa yang kamu kerjakan pada siang hari, kemudian Dia membangunkan kamu pada
siang hari untuk disempurnakan (umurmu) yang telah di tentukan, kemudian kepada Allah-lah kamu kembali”.
An-Naba’ ayat 9-11 Ayat 9:
Artinya: “Dan Kami jadikan tidurmu untuk istirahat,”
Dan Kami jadikan tidurmu pada malam hari untuk beristirahat dari kesibukan pekerjaan pada siang hari, agar mengahasilkan berbagai-bagai mata pencaharian, supaya dengan istirahat waktu tidur itu, dapat mengembalikan daya dan kekuatan untuk melangsungkan pekerjaanmu pada keesokan harinya. Seandainya tidak diselingi oleh istirahat tidur tentu kekuatan akan merosot sehingga tidak dapat melangsungkan tugas sehari-hari.
Ayat 10:
Artinya : “Dan Kami jadikan malam sebagai pakaian[1546],”
[1546]. Malam itu disebut sebagai pakaian karena malam itu gelap menutupi jagat sebagai pakaian menutupi tubuh manusia.
Dan Kami jadikan malam sebagai pakaian. Maksudnya malam itu gelap menutupi permukaan bumi sebagaimana pakaian menutup tubuh manusia. Hal itu berarti bahwa malam itu berfungsi sebagai pakaian bagi manusia yang dapat menutupi aurat manusia di waktu tidur dari pandangan orang-orang yang mungkin melihatnya.
Demikian pula sebagai pakaian, maka gelap malam itu dapat melindungi dan menyembunyikan seseorang yang tidur dari bahaya atau musuh yang sedang mengancam.
Ayat 11:
Artinya: “Dan Kami jadikan siang untuk mencari penghidupan,”
Dan kami jadikan siang untuk berusaha dan mencari rezeki yang diperlukan dalam kehidupan dan untuk hidup bermasyarakat.
Begitulah Allah memberikan umat islam nikmat begitu luar biasanya dan ajaran islam yang sangat menganjurkan kepada manusia agar menggunakan waktu dengan tepat dan sesuai dengan kebutuhan. Manusia dianjurkan untuk senantiasa hidup dengan penuh keteraturan dan keseimbangan. Namun pada kenyataannya tidak semua sektor pekerjaan yang mampu menerapkan firman Allah SWT tersebut dengan beberapa alasan, dan terkadang ada sesuatu pekerjaan tertentu yang menuntut pekerjanya untuk bekerja pada waktu malam, misalnya pekerja-pekerja di Rumah Sakit termasuk juga pada karyawan di Instalasi Gizi RSUD Pasar Rebo Jakarta. Keinginan akan hasil produksi yang maksimal mengharuskan suatu perusahaan atau instansi yang memperkerjakan tenaga kerja melakukan kerja bergilir (Shift Work) pagi, siang, dan malam yang mengharuskan karyawan dipekerjakan 24 jam dengan penjadwalan atau rotasi tertentu (Astrand, 1986).
Berdasarkan hasil uji statistik, didapatkan Pvalue sebesar 0,373, artinya pada α = 5% dapat disimpulkan bahwa Shift kerja tidak memiliki hubungan yang bermakna dengan kelelahan kerja. Namun tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan Yusri (2006), menunjukkan bahwa berdasarkan uji statistik diketahui terdapat hubungan yang bermakna antara kerja shift dengan kejadian kelelahan dengan pvalue = 0,000. Penelitian lain oleh Tarigan (2006), diketahui bahwa pekerja merasa sangat lelah paling banyak pada pekerja shift malam yaitu sebesar 50%. Pada hasil uji statistik menunjukkan bahwa shift kerja berpengaruh terhadap terjadinya kelelahan kerja.
Hal ini mungkin disebabkan oleh penerapan shift kerja yang diterapkan oleh pihak Rumah Sakit khususnya untuk di Instalasi Gizi yaitu menerapkan sistem nerus, karyawan pada shift pagi dan shift siang memiliki jam kerja (7 jam) yang berbeda dengan jam kerja karyawan pada shift malam (11 jam), setiap sistem shift yang diberlakukan di Instalasi gizi ada waktu libur selama dua hari setelah 4 hari kerja, namun tidak terjadwal dengan baik.
Seluruh karyawan pernah bekerja pada semua shift sehingga kemungkinan karyawan mengalami kelelahan kerja yang sama setiap waktunya. Selain itu, karyawan juga di hadapkan oleh beban kerja yang semakin berat. Sehingga karyawan sebagian besar mengalami kelelahan kerja berat. Hal ini terlihat pada karyawan dengan shift kerja malam sebagian besar memiliki beban kerja sedang (66,7%). Kemudian karyawan dengan shift kerja pagi sebagian besar memiliki beban kerja sedang sebesar 66,7%, dan karyawan dengan shift kerja siang sebagian besar memiliki beban kerja sedang (27,3%).