BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2) Metode Pengukuran REBA
Stanton et, al (2005) menyatakan Rapid Entire Body Assesment (REBA) telah mengembangkan untuk menilai jenis dari postur pekerjaan yang tidak bisa diprediksi, ini didapat pada jasa pelayanan kesehatan dan jasa industri lainnya. Data dikumpulkan mengenai postur tubuh, besarnya gaya yang digunakan, tipe dari pergerakan aksi, gerakan berulang-ulang, dan rangkaiannya. Hasil dari skor REBA
adalah dihasilkan untuk memperlihatkan sebuah indikasi dari tingkat risiko dan kondisi penting untuk tindakan yang akan diambil.
Metode REBA digunakan untuk menilai postur pekerjaan. Metode REBA dapat digunakan ketika mengidentifikasi penilaian ergonomi di tempat kerja yang membutuhkan analisa postural lebih lanjut adalah diwajibkan dan untuk:
1. Keseluruhan tubuh pekerja digunakan,
2. Postur statis, dinamis, perubahan cepat dan tidak stabil,
3. Barang dengan beban berat atau tidak berat yang ditangani merupakan salah satu yang sering dilakukan atau yang tidak sering dilakukan.
4. Modifikasi di tempat kerja, peralatan, pelatihan, atau risiko perilaku yang diambil pekerja yang diamati sebelum atau sesudah pengamatan.
Dalam prosedur penilaian dengan menggunakan metode REBA terdapat 6 tahap (Stanton et al, 2005), yaitu:
a. Mengamati tugas (observasi pekerjaan)
Mengamati tugas untuk merumuskan sebuah penilaian tempat kerja ergonomi yang umum, termasuk akibat dari tata letak dan lingkungan pekerjaan, penggunaan peralatan-peralatan dan perilaku pekerja dengan menghitungkan risiko. Jika mungkin, rekam data menggunakan kamera atau video kamera.
b. Memilih Postur untuk Penilaian
Menentukan postur mana yang akan digunakan untuk menganalisis pengamatan pada langkah 1. Kriteria berikut ini dapat digunakan:
1. Postur yang paling sering diulang, 2. Postur yang alami dipertahankan,
3. Postur yang membutuhkan aktivitas otot atau tenaga paling besar, 4. Postur yang menyebabkan ketidaknyamanan,
5. Postur ekstrim, tidak stabil, terutama ketika tenaga dikerahkan,
6. Postur ditingkatkan melalui intervensi, pengukuran kendali atau perubahan lainnya.
Keputusan dapat didasari pada satu atau lebih dari kriteria diatas. Kriteria untuk memutuskan postur yang dianalisis harus dilaporkan dengan mencantumkan hasil atau rekomendasi.
c. Memberi Nilai pada Postur
Gunakan lembar penilaian dan nilai bagian tubuh untuk menilai postur. Nilai awal adalah untuk kelompok A yaitu batang tubuh, leher, dan kaki. Kelompok B yaitu lengan atas, lengan bawah, dan pergelangan tangan.
Untuk postur kelompok B dinilai terpisah untuk sisi kiri dan kanan. Catat poin tambahan yang dapat ditambahkan atau dikurangi, tergantung pada posisi. Sebagai contoh, dikelompok B lengan atas dapat ditunjang pada posisinya, sehingga nilainya dikurangi 1 dari nilai lengan atas tersebut.
d. Memproses Nilai
Tabel A digunakan untuk mendapatkan nilai tunggal dari batang tubuh, leher dan kaki. Nilai ini di catat di tabel lembar penilaian dan di tambah dengan nilai beban untuk mendapatkan nilai A, untuk tabel B merupakan penilaian dari lengan atas, lengan bawah, dan pergelangan tangan. Bagian-bagian dari tabel B yang diukur yaitu bagian kanan dan kiri. Nilai kemudian ditambah dengan nilai genggaman tangan untuk menghasilkan nilai B. Nilai A dan B dimasukkan ke
dalam tabel C, kemudian di dapatkan sebuah nilai tunggal, yaitu nilai C, kemudian di perolehlah nilai REBA sesuai tabel level hasil REBA.
e. Menetapkan nilai REBA
Jenis aktivitas yang dilakukan diwakili oleh nilai aktivitas yang ditambahkan dengan nilai C untuk memberi nilai REBA (akhir).
f. Menentukan action level
Nilai level risiko REBA kemudian dibandingkan dengan nilai level perubahan, yaitu kumpulan nilai yang paling sering berhubungan untuk mengetahui tingkat pentingnya membuat suatu perubahan.
g. Penilaian Ulang
Jika tugas berubah menjadi pengukuran pengendalian prosesnya dapat diulang. Nilai REBA yang baru dapat dibandingkan dengan yang sebelumnya untuk memonitor efektifitas perubahan.
Berdasarkan REBA Employee Assesment Worksheet (Hignett McAtamney, 2000 dalam stanton, 2005) Pertimbangan mengenai tugas atau pekerjaan kritis dari pekerjaan. Untuk masing-masing tugas, menilai faktor postur untuk menetapkan skor kepada masing-masing bagian tubuh, lembar data telah menyediakan sebuah format untuk proses penilaian ini. Skor dari tabel A dihasilkan dari nilai group A skor postur (tubuh, leher, dan kaki) yaitu:
1) Postur Leher
Penilaian posisi leher yaitu skor 1 (posisi leher 00 - 200 ke depan), skor 2 (posisi leher > 200 ke depan dan ke belakang), skor +1 (jika leher berputar atau miring ke kanan dan atau ke kiri, serta ke atas dan atau ke bawah).
Sumber : www.human.conell.edu Gambar 2.8
Penilaian Group A Posisi Leher 2) Postur Punggung
Penilaian posisi punggung adalah skor 1 (posisi punggung lurus atau 00), skor 2 (posisi 00 - 200 ke depan dan ke belakang), skor 3 (posisi 200 - 600 ke depan dan > 200 ke belakang), skor 4 (posisi > 600 ke depan), skor +1 (jika punggung berputar atau miring ke kanan dan atau ke kiri, serta ke atas dan atau ke bawah).
Sumber : www.human.conell.edu Gambar 2.9
3) Postur Kaki
Penilaian posisi kaki yaitu skor 1 (tubuh bertumpu pada kedua kaki, jalan, duduk), skor 2 (berdiri dengan satu kaki, tidak stabil), skor +1 (jika lutut ditekuk 300 - 600), skor +2 (jika lutut ditekuk > 600 ke depan).
Sumber : www.human.conell.edu Gambar 2.10
Penilaian Group A Posisi kaki Tabel 2.26
Penilaian Skor Tabel A
Tabel A Neck 1 2 3 Trunk Legs 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 Posture 2 2 3 4 5 3 4 5 6 4 5 6 7 3 2 4 5 6 4 5 6 7 5 6 7 8 4 3 5 6 7 5 6 7 8 6 7 8 9 Score 5 4 6 7 8 6 7 8 9 7 8 9 9
Tabel A merupakan penggabungan nilai dari group A untuk skor postur tubuh, leher dan kaki. Sehingga didapatkan skor tabel A. Kemudian skor tabel A dilakukan penjumlahan terhadap besarnya beban atau gaya yang dilakukan operator dalam melaksanakan aktifitas.
Tabel 2.27 Penilaian Skor Beban
Score 0 1 2 Plus 1
Load/Force ‹ 5 Kg 5-10 Kg › 10 Kg Bila ada perputaran atau gerakan
Skor A adalah penjumlahan dari skor tabel A dan skor beban atau besarnya gaya. Skor tabel A ditambah 0 (nol) apabila berat badan atau besarnya gaya dinilai < 5 Kg, ditambah 1 (satu) bila berat badan atau besarnya gaya antara kisaran 5-10 Kg, ditambah 2 (dua) bila berat badan atau besarnya gaya dinilai > 10 Kg. Pertimbangan mengenai tugas atau pekerjaan kritis dari pekerja, bila terdapat gerakan perputaran (twisting) hasil skor berat beban ditambah 1 (satu).
Melihat skor dari tabel B untuk Group B postur (lengan atas, lengan bawah, dan pergelangan tangan).
1) Postur Lengan Atas
Penilaian posisi bahu (lengan atas) yaitu skor 1 (posisi bahu 00 - 200 ke depan dan ke belakang), skor 2 (posisi bahu > 200 ke belakang, dan 200 - 400 ke depan), skor 3 (posisi bahu antara 450 - 900), skor 4 (posisi bahu > 900 ke atas), skor +1 (jika lengan berputar atau bahu dinaikkan atau di beri penahan), skor -1 (jika lengan di bantu oleh alat penopang terdapat orang yang membantu).
Sumber : www.human.conell.edu Gambar 2.11
Penilaian Group A Posisi Lengan Atas 2) Postur Lengan Bawah
Penilaian area siku yaitu skor 1 (posisi lengan 600 - 1000 ke depan), skor 2 (posisi lengan antara 00 - 600 ke bawah, dan > 1000 ke atas).
Sumber : www.human.conell.edu Gambar 2.12
Penilaian Group A Posisi Lengan Bawah 3) Postur Pergelangan Tangan
Penilaian area pergelangan tangan yaitu skor 1 (posisi pergelangan tangan 00 - 150 ke depan dan ke belakang), skor 2 (posisi pergelangan tangan > 150 ke depan dan ke belakang), skor +1 (jika terdapat penyimpangan pada pergelangan).
Sumber : www.human.conell.edu Gambar 2.13
Kemudian untuk menghasilkan skor B mengikuti tabel lembar pengumpulan data untuk grup B :
Tabel 2.28 Penilaian Skor Tabel B
Tabel B Lower Arm/Elbows
1 2 Upper Wrist 1 2 3 1 2 3 1 1 2 2 1 2 3 Arm 2 1 2 3 2 3 4 3 3 4 5 4 5 5 4 4 5 5 5 6 7 5 6 7 8 7 8 8 Score 6 7 8 8 8 9 9
Tabel B merupakan penggabungan nilai dari group B untuk skor postur lengan atas, lengan bawah, dan pergelangan tangan. Sehingga didapatkan skor tabel B. Kemudian skor tabel B dilakukan penjumlahan terhadap perangkai atau coupling dari setiap masing-masing bagian tangan.
Tabel 2.29 Penilaian Skor Coupling
Score Kategori Pertimbangan Penilaian
0 Good Well Fitting Handle and a Mid-Range Power Grip
1 Fair Hand Hold is Acceptable but not Ideal or Coupling is Accessible via another part of the body
2 Poor Hand hold is not Acceptable although possible
3 Unacceptable Awkward, Unsafe Grip, no handles, coupling is unaceptable using any other parts of the body
Skor B adalah penjumlahan dari skor tabel B dan perangkai atau coupling dari setiap masing-masing bagian tangan. Skor tabel B di tambah 0 (nol) yang berarti good atau terdapat pegangan pada beban dan operator mengangkat beban hanya dengan menggunakan separuh tenaga, di tambah 1 (satu) yang berarti fair atau terdapat pegangan pada beban walaupun bukan merupakan tangakai pegangan dan operator mengangkat beban dengan dibantu menggunakan tubuh lain, di tambah 2 (dua) yang berarti poor atau tidak terdapat pegangan pada beban, dan ditambah 3 (tiga) yang berarti unacceptable atau tidak terdapat pegangan yang aman pada beban dan operator mengangkat beban tidak dapat dibantu oleh anggota tubuh lain.
Skor C adalah dengan melihat tabel C, yaitu memasukkan skor tersebut dengan skor A dan skor B. Berikut ini adalah tabel skor C.
Tabel 2.30 Penilaian Skor C Score B 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 1 1 1 1 2 3 3 4 5 6 7 7 7 2 1 2 2 3 4 4 5 6 6 7 7 8 3 2 3 3 3 4 5 6 7 7 8 8 8 4 3 4 4 4 5 6 7 8 8 9 9 9 5 4 4 4 5 6 7 8 8 9 9 9 9 6 6 6 6 7 8 8 9 9 10 10 10 10 7 7 7 7 8 9 9 9 10 10 11 11 11 8 8 8 8 9 10 10 10 10 10 11 11 11 9 9 9 9 10 10 10 11 11 11 12 12 12 10 10 10 10 11 11 11 11 12 12 12 12 12 11 11 11 11 11 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 12 Skor REBA adalah penjumlahan dari skor C dan skor aktivitas.
Berikut ini adalah tabel untuk skor aktivitas. Tabel 2.31
Penilaian Skor Aktivitas
Score Criteria Activity Score
Plus 1 One or Body parts are static for longer than 1 minute Plus 1 Repeated small range actions e.g. repeated more than 4 times per
minute (not including walking)
Plus 1 Action causes rapid large change in posture or an unstable base
Skor C di tambah 1 (satu) dengan skor aktifitas apabila satu atau beberapa bagian tubuh bergerak secara statis untuk waktu yang lebih dari satu menit, terdapat beberapa pengulangan pergerakan 4 (empat) kali dalam satu menit (belum termasuk berjalan), dan pergerakan atau perubahan postur lebih cepat dengan dasar yang tidak stabil. Tahap terakhir dari REBA menilai action level dari hasil final skor REBA. Berikut ini adalah tabel Action level dari metode REBA.
Tabel 2.32
Level aksi dari skor REBA
REBA Score Risk Level Action (Including Further Assessment) 1 Sangat rendah Tidak perlu diubah
2 s/d 3 Rendah Mungkin butuh perubahan 4 s/d 7 Sedang Butuh perubahan
8 s/d 10 Tinggi Secepatnya diubah
11 s/d 15 Sangat tinggi Harus diubah sekarang juga
Level risiko dinilai sangat rendah bila skor REBA sama dengan 1 (satu) sehingga tidak perlu ada tindakan pengendalian. Tingkat risiko rendah bila skor REBA antara
2 sampai dengan 3, maka dimungkinkan perlu dilakukan pengendalian. Tingkat risiko sedang bila skor REBA antara 4 sampai dengan 7, maka perlu dilakukan tindakan pengendalian. Tingkat risiko sedang bila skor REBA antara 8 sampai dengan 10, maka perlu dilakukan tindakan pengendalian segera. Tingkat ririko sangat tinggi bila skor REBA antara 11 sampai dengan 15, maka perlu dilakukan tindakan pengendalian sekarang juga dan perlu mendapat perhatian lebih lanjut.
Melihat keterangan diatas dapat disimpulkan bahwa kelebihan menggunakan metode REBA adalah sebagai alat analisis postur yang cukup sensitif untuk postur kerja yang sukar diprediksi dalam bidang perawatan kesehatan dan industri lainnya. REBA melakukan assessment berdasarkan postur-postur yang terjadi dari beberapa bagian tubuh dan melihat beban atau tenaga yang dikeluarkan serta aktifitasnya. Perubahan nilai-nilai disediakan untuk setiap bagian tubuh, yang dimaksud untuk memodifikasi nilai dasar jika terjadi perubahan atau pertambahan faktor risiko dari setiap pergerakan atau postur yang dilakukan.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Asmara (2008) dengan menggunakan metode REBA yaitu menunjukkan bahwa sebesar 4,34% postur dengan action level 1; 73,91% postur dengan action level 2; 21,73% postur dengan action level 3 untuk stasiun pemasakan dan penyaringan pada tangan kanan. 30,43% postur dengan action level 1; 56,52% postur dengan action level 2; 13,04% postur dengan action level 3 untuk stasiun pemasakan dan penyaringan pada tangan kiri. Dan terdapat 84,61% postur dengan action level 2; 15,38% postur dengan action level 3 untuk stasiun pemotongan pada tangan kanan. 15,38% postur dengan action
level 1; 76,92% postur dengan action level 2; 7,69% postur dengan action level 3 untuk stasiun pemotongan pada tangan kiri.
2.2.11 Faktor Lingkungan Kerja
Di tempat kerja terdapat beberapa faktor yang mempengaruhi lingkungan kerja seperti faktor fisik, faktor kimia, faktor biologis dan faktor psikologis. Semua faktor tersebut dapat menimbulkan gangguan terhadap suasana kerja dan berpengaruh terhadap kesehatan dan keselamatan tenaga kerja (Tarwaka et, al, 2004). Menurut Fitriarni (2000) dalam Umyati (2009) bahwa faktor lingkungan seperti suhu, kebisingan, pencahayaan dan getaran akan berpengaruh terhadap kenyamanan fisik, sikap mental, dan kelelahan kerja. Faktor fisik merupakan komponen yang terdapat dilingkungan kerja seperti iklim kerja, kebisingan, penerangan, getaran dan radiasi, yang biasanya mempengaruhi tenaga kerja (Dep.Naker, 2004).