• Tidak ada hasil yang ditemukan

PAPARAN DAN ANALISIS DATA PENELITIAN

B. Focus Group Discussion (FGD) dengan Mahasiswa 1 Pergaulan Antarmahasiswa

2. Hubungan Dosen dan mahasiswa

Kondisi kedisiplinan antara dosen dan mahasiswa kurang terbangun, baik dalam menjalankan perannya maupun dalam memposisikan dirinya sebagai manusia. Zaman memang sudah berubah, umur sudah bertambah, bukan berarti kebiasaan kita ketika kecil yang selalu diajarkan mengenai hormat dan menghargai sopan santun, harus

juga bubrah, ketika berada di waktu kuliah. Dosen sebagai guru dan orang tua harus dihormati oleh mahasiswa, begitu juga mahasiswa harus dihargai oleh dosen, sehingga tercipta suana yang akrab, dan harmonis antara dosen dan mahasiswa.

Dosen harus memberi uswah, karena dosen dijadikan cermin oleh mahasiswa. Dosen bukan sekedar berperan sebagai penyalur ilmu secara kognisi, akan tetapi dosen harus lebih dari sekedar itu. Dosen harus menumbuhkan dan menyalurkan pekerti, menularkan prilaku yang baik, dan menumbuhkan sikap egaliternya dalam kehidupan kampus. Agar terciptanya suasana yang kekeluargaan, nyaman, dan system partnership yang humanis. Maka tidak salah kemudian ketika dosen dan mahasiswa STAI Salatiga dituntut kepekaan terhadap komitmen pembentukan akhlak al-karimah sebagai modal utama dalam dunia pendidikan Islam.

Ada sesuatu yang menarik, akan tetapi mungkin dari hampir setiap kita lupa dan tidak menjalankannya karena dianggap tidak penting. Ini adalah pelajaran yang kita lupakan, tetapi secara nilai ini adalah materi dasar dari kita hidup beretika dan bertata karma, sekaligus nilai luhur dari akhlak al-karimah yang islami, dan yakin ini tidak akan mengurangi nilai keilmuan bagi siapa yang melakukannya, yaitu pada setiap memulai dan mengakhiri perkuliahan dengan baca doa, bisa doa almaulhusa, atau doa apa saja, dan lebih bagus lagi jika selesai materi perkuliahan antara mahasiswa dan dosen bersalaman, atau mungkin berjabat tangan, karena agama mengajarkan; sesame mukmin kalau bertemu mengucap salam dan berjabat tangan.

3. Fasilitas

Pembagian tolilet wanita dan laki-laki adalah wilayah yang serius yang selalu mengisi rongga pikir civitas akademika STAIN Salatiga. Karena pemisahan secara jelas antara toilet perempuan dan toilet laki-laki gambaran dari meminimalisir dan meneguhkan etika pergaulan antarjenis kelamin. Karena nilai kelayakan yang berbicara. Ketika berduaduaan antara perempuan dan laki-laki mahasiswa dalam mengakses internet dipandang kurang etis, maka lebih tidak etis lagi adalah ketika toilet perempuan-dan toilet laki-laki hanya bibatasi selembar dinding dalam satu pintu. Menjadi pemandangan tidak indah ketika mahasiswa laki-laki dengan mahasiswa perempuan keluar berbarengan dari toilet ‘berbeda’ padahal mereka memang berbeda pula dalam cara membung hajatnya.

Mading yang berada di dalam kampus belum optimal penggunaanya, selain jumlahnya yang terbatas. Walaupun internet dan perpustakaan sudah ada, bukan berarti madding tidak perlu. Mading dapat menjadi tempat sirkulasi setiap informasi sekaligus wahana kreasi mahasiswa. Berbagai hhasil kreasi mahasiswa dapat dipublikasikan di mading tersebut. Sekecil apapun fungsi mading adalah kepastian. Dari surat kabar hingga pengumuman beasiswa dapat ditempel di mading.

Kebersihan di lingkungan STAIN Salatiga masih harus diperhatikan lagi, mengingat masih banyak terlihat pojok-pojok kampus yang kotor, dan tidak tersedianya tempat sampah baik di luar kelas maupun di dalam kelas, plus belum terbangunnya kesadaran masyarakat kampus untuk membuang sampah pada tempatnya. Dengan kondisi ini

untuk menumbuhkan sikap sadar akan kebersihan maka perlu disediakan tempat sampah secara memadai baik di ruang kelas maupun di lingkungan kampus.

Selain kebersihan yang menjadi pemikiran bersama, perihal merokok pun harus tertangani karena hal ini tidak bisa dipisahhkan dari ranah kebersihan. Merokok adalah kegiatan yang dapat menimbulkan tingkat kebersihan kampus berkurang, misalnya ketika selesai merokok maka punting akan menjadi sampah yang menimbulkan aroma yang tidak sedap. Membuang puntung rokok sembarangan berakibat pada tingkat kebersihan kampus. Sampah puntung rokok sangat mengganggu keindahan kampus, maka perlu dibuat batasan wilayah atau smoking area, yang dapat membuat nyaman si perokok dan dan tidak mengganggu kenyamana orang yang tidak merokok

Kesemrautan kampus STAIN Salatiga dapat disebabkan oleh berbagai factor; selain sempitnya arena kampus, banyaknya jumlah mahasiswa dan semakin bertambahnya jumlah alat transportasi yang sebanding dengan jumlah mahasiswa, maka semakin mempersempit tempat parkir, bahkan yang terparah lagi uara mesin yang masuk ke dalam ruangan ketika kuliah berlangsung. Hal ini harus cepat tertangani. Solusi yang bisa dilakukan adalah dilarangnya kendaraan masuk ke halaman kampus terutama di depan-depan kelas, karena jelas ini akan mengganggu proses perkuliahan. Atau dapat dilakukan dalam sebulan sekali ada program one free-day mecine, misalnya.

Mahasiswa STAIN Salatiga memandang mengenai berpakaian dan busana memang sangat beragam, akan tetapi rata-rata masuk pada kategori kurang sopan. Bagi mahasiswa STAIN Salatiga, bahwa pakaian yang sopan adalah yang tidak ketat, tidak transparan, dan sedikit longgar.

Akan tetapi yag terjadi, faktanya adalah mahasiswa STAIN Salatiga belum menyadari akan pentingnya identitas dirinya melalui cara berpakaian dan berbusana. Cara berpakain dan berbusana mereka masih belum islami; rambut panjang, tindikan, kalungan bagi laki-laki, dan bagi permpuannya masih menggunakan pakaian ketat, transparan plus seksi. Padahal kalau pun mengikuti model dan trand harus juga mampu mengukur dirinya. Mahasiswa harus mampu membedakan mana modis mana trand, mana yang pas dan cocok dipakai dengan modis-modisan yang tidak cocok, dan bahkan tidak pas, terlebih berkaitan dengan modis tapi sopan.

5. Kebijakan

Regulasi dan peraturan harus diberlakukan untuk meredam pelanggaran etika, sekaligus dapat menjadi acuan bagi mahasiswa dan umumnya bagi civitas akademika STAI Salatiga. Diadakan sanksi dan ketegasan bukan berarti mengesampingkan kesadaran mahasiswa, melainkan sebagai awal langkah untuk menuju kesadaran yang murni. Sanksi bukan hukuman melainkan proses tegas menunjukan arah menuju yang lebih benar, ketika dilakukan secara bersamaan dengan pembinaan.

Pembinaan dapat dilakukan melalui pembentukan tim, sosialisasi yang massif, dan kegiatan motivasi yang harus terus menerus dilakukan.

C. FGD dengan Pemilik Kos dan Tokoh Masyarakat di Lingkungan Kos

Dokumen terkait