• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan ekonomi

Dalam dokumen Hubungan ABK dan Toke Kapal (Halaman 110-115)

BAB III HUBUNGAN SOSIAL, BUDAYA TANGKAHAN UD.BUDI JAYA

4.2. Hubungan ABK dan Toke Kapal

4.2.2. Hubungan ekonomi

Secara intensif, relasi hubungan patron-klien terjadi di dalam aktivitas pranata ekonomi dan kehidupan sosial di kampung. Para patron ini memiliki status dan peranan sosial yang penting dalam kehidupan masyarakat nelayan, Kompleksitas relasi sosial patron-klien (vertikal) dan relasi sosial horisontal di antara mereka merupakan urat-urat struktur sosial masyarakat nelayan.Dalam aktivitas ekonomi perikanan tangkap di kalangan nelayan Madura misalnya, terdapat tiga pihak yang berperan besar, yaitu pedagang perantara(pangamba’), nelayan pemilik perahu, dan nelayan buruh (Kusnadi, 2000). Ketiga pihak terikat oleh hubungan kerja sama ekonomi yang erat. Pedagang perantara menyediakan bantuan dan pinjaman (uang) ikatan untuk nelayan pemilik dan nelayan buruh. Nelayan pemilik menyediakan bantuan dan pinjaman ikatan kepada nelayan buruh. Hubungan kerja sama ekonomi di antara mereka diikat oleh relasi patron-klien.

Relasi sosial ekonomi bebasis patron-klien ini berlangsung intensif dan dalam jangka panjang. Relasi sosial ekonomi akan berakhir jika terjadi persoalan yang tidak bisa diatasi di antara mereka, sehingga pihak nelayan pemilik dan nelayan buruh harus melunasi utangutangnya kepada pedagang perantara. Sedemikian dalamnya relasi patron-klien mendasari aktivitas ekonomi nelayan, sehingga ada peneliti yang menyebut organisasi ekonomi nelayan sebagai organisasi ”ekonomi patron-klien” (Elfindri. 2002)

Maka dengan demikian adapun hubungan ekonomi yang terjadi antara ABK dan Toke kapal di tangkahan UD.Budi Jaya bisa dilihat di beberapa Tabel Tunggal di bawah ini yaitu:

Tabel 4.7.

Menjelaskan kepada siapa seorang ABK akan meminta pertolongan suatu pinjaman pada saat kapal tidak pergi melaut

Kategori Presentase A B C D E Sahabat Tetangga Teman Toke kapal Tokoh agama 18,00 22,00 16,00 38,00 6,00 Jumlah 100,00 N=50 Tabel 4.8.

Menjelaskan mengenai kepada siapa seorang nelayan ABK, meminta pertolongan pada saat membutuhkan suatu pinjaman saat kapal pergi melaut.

Kategori Presentase A B C D E Sahabat Tetangga Teman Toke kapal Tokoh agama 16,00 24,00 26,00 34,00 0 Jumlah 100,00 N=50

Dari dua(2) table diatas bisa dijelaskan bahawa hubungan ekonomi yang terjadi diantara ABK dan Toke kapal selain pembagian upah, bisa dilihat dari data yang diperoleh adanya kecenderungan seorang ABK akan meminta pertolongan kepada patronnya yaitu Toke kapal yang mana berupa suatu pinjaman uang untuk memenuhi kebutuhan hidupnya pada saat didarat dengan Presentase 38,00 persen

pada saat didarat terutama pada saat kapal belum berangkat yaitu saat musim terang bulan dan 34,00 persen pada saat dilaut terutama pegangan modal pada saat kapal hendak pergi melaut, hal tersebut bisa terjadi dikarenakan ABK sebagai seorang klien sangat bergantung pada Toke kapal yang mana bertindak sebagai patron, ketika ABK tersebut mengalami gangguan keuangan biasanya orang yang pertama sekali yang mereka jumpai yaitu Toke kapal karena adanya sebuah UUD dan perjanjian yang telah dibuat dalam sebuah tangkahan tersebut yang mewajibkan seorang Toke Kapal agar dapat memberi sebuah pinjaman pada saat nelayan ABK membutuhkan pinjaman tersebut

Menurut penuturan informan saya bang Raja Harahap (41):

“Yang memberi pinjaman Toke kapal, dikarenakan adanya suatu

perjanjian antara ABK dan Toke kapal dan menurut UDD

Tangkahan”

Dalam hal ini adapun sautu pinjaman yang diberikan oleh Toke kapal kepada ABK tergantung pada jabatan dan posisi mereka pada sebuah kapal nelayan tersebut, namun demikian jabatan seperti juragan, apit dan kuanca lebih sangat sering dapat perhatian lebih dari Toke kapal ketimbang anggota kapal yang lain hal tersebut dilihat dari besar suatu pinjaman yang mereka dapat. Menurut beberapa penuturan informan saya berdasarkan urutan jabatan yaitu Juragan, apit dan kuanca kapal;

Berdasarkan penuturan informan saya bang Lukman Sarumpait (44):

Yang memberi pinjaman Toke kapal, besar pinjamannya tergantung Toke kira-kira paling keras 1.000.000 juta

Berdasarkan penuturan informan saya bang Hasan Basri (46):

“Toke, berupa bantuan keungan kira-kira besar pinjaman sekitar

Berdasarkan penuturan informan saya bang Raja Harahap (44):

“Toke kapal, berupa uang kira-kira 500.000 ribu rupiah pada saat kapal belum atau sudah pergi melaut, dikarenakan menurut UDD berlaku ditangkahan atau pun di kapal-kapal nelayan dan karna masih ada hubungan kerja”

Namun tidak selamannya seluruh ABK dapat perlakuan seperti itu Karena ada sebagian ABK kapal walaupun memiliki jabatan seperti tukang masak, tukang lampung, tukang haluan, mereka kadang-kadang tidak bisa meminjam kepada Toke kapal dan mencari orang yang menyediakan pinjaman yang biasa disebut dengan istilah berlangganan yang mana disini langganan yang dipilih oleh ABK biasanya orang yang mereka kenal dan percaya kepada mereka, disini seorang ABK harus memberikan ikan hasil pancingan mereka pada saat kapal pulang kepada langganan yang ABK pilih, sebagai syarat atau sebagai jaminan bagi seorang ABK agar dapat pinjaman dari langganan mereka dan juga sebagai alat untuk membayar pinjaman ABK kepada langganan mereka.

Menurut penuturan dari informan saya bang Herman (32):

Urusan pinjaman sama langganan kita, tidak ada urusan sama Toke, itulah kita harus mencari langganan tempat kita mintak tolong dan

orang yang menyediakan pinjaman bagi kita”

Maka dalam hal ini seorang ABK yang tidak memiliki jabatan tidak akan bisa mendapat pinjaman dari Toke kapal dan susuh mencari langganan, dikarenakan anggota tersebut tidak memiliki jaminan yang bisa mereka pertanggung jawabkan, yang ditandai dengan seringnya anggota tersebut berpindah-pindah kapal, dan tidak pernah menetap di kapal yang sama tergantung keinginan mereka masing-masing.

Menurut penuturan dari informan saya Pak J. Butar-butar (50)

“Tidak ada pinjaman, modal nekat saja, dipinjampun pasti tidak

keanak kasih, tidak ada jaminan”

Tabel 4.9.

Menjelaskan mengenai tanggapan ABK mengenai hasil pembagian upah terhadap hasil tanggapan ikan

N=50

Dari tabel diatas dapat dijelaskan bahwa adanya suatu hubungan ekonomi menyebabkan terjadinya suatu hubungan transaksi antara ABK dan Toke Kapal pada saat proses pembagian upah, dalam hal ini pembagian upah tersebut bisa bersifat adil dan juga bisa bersifat tidak adil, tergantung pada posisi seorang nelayan ABK di kapal tersebut, namun dalam hal ini dari data tabel diatas dilihat bahwa adanya kecenderungan seorang ABK lebih banyak memilih kategori cukup adil dengan Presentase 36,00 persen, dikarenakan pembagian upah tersebut sudah ditentukan atau disepakati sebelumnya dan nelayan ABK beranggapan bahwa Toke kapal yang menyediakan segala perlangkapan kapal, seperti penyediaan alat tangkap, perbelanjaan,dan lain-lain, maka oleh sebab itu menurut nelayan ABK pembagian hasil upah tersebut cukup adil dilihat dari besaran pengeluaran seorang Toke pada saat kapal mau berangkat.

Kategori Presentase A B C D E Biasa saja Cukup adil Seimbang

Sangat tidak puas Tidak adil 22,00 36,00 16,00 14,00 12,00 Jumlah 100,00

Menurut penuturan informan saya bang Hasan Basri (46):

“Cukup adil, karena tokelah yang mengeluarkan modal, kita Cuma modal tenaganya saja, walupun tidak sebanding dengan tenaga yang kita keluarkan, tapi ketentuan sudah seperti itu adil, tidak adil kita

terima saja, yang penting bisa memenuhi kebutuhan hidup”

Namun demikian tidak semuanya nelayan ABK menerima dan berkata cukup adil dalam pembagian upah tersebut adanya suatu ketidakpuasan yang mereka peroleh membuat seorang ABK merasa tidak adil, dan sangat tidak puas terhadap hasil pembagian upah tersebut yang titandai dengan adanya pemasukkan lain yang mereka peroleh dari hasil tangkapan ikan yang mana biasa disebut dengan ikan pancing supaya dapat memenuhi kebutuhan hidup mereka.

Menurut penuturan informan saya bang Raja Harahap (44):

“Pembagian upah tersebut tidak sesuai, harus ada tambahan dari hasil ikan pancing barulah dapat memenuhi kebutuhan hidup sehari- hari

Dalam dokumen Hubungan ABK dan Toke Kapal (Halaman 110-115)

Dokumen terkait