• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan ABK dan Toke Kapal

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Hubungan ABK dan Toke Kapal"

Copied!
153
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN ABK DAN TOKE KAPAL

SKRIPSI

Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Sosial

Dalam Bidang Antropologi

DISUSUN OLEH :

Reza Mayendra 100905061

DEPARTEMEN ANTROPOLOGI SOSIAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(2)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

Halaman Persetujuan

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan : Nama : Reza Mayendra Tanjung

NIM : 100905061

Departemen : Antropologi Sosial

Judul : HUBUNGAN ABK DAN TOKE KAPAL

Medan, Januari 2016

Dosen Pembimbing Ketua Departemen

Drs. Zulkifli, M.A. Dr.Fikarwin Zuska

NIP. 19601101 198601 1 001 NIP. 19621220 198903 1 005

Dekan Fakultas Ilmu Sosial Dan Politik

(3)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

PERNYATAAN ORIGINALITAS

“Hubungan ABK dan Toke Kapal”

SKRIPSI

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan disuatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebut dalam daftar pustaka.

Apabila dikemudian hari terbukti lain atau tidak seperti yang saya nyatakan disini, saya bersedia diproses secara hukum dan siap menanggalkan gelar kesarjanaan saya.

Medan, Januari 2016 Penulis

(4)

ABSTRAK

Reza Mayendra Tanjung, 2015, Judul: Hubungan ABK dan Toke Kapal. Skripsi ini terdiri dari 5 bab. 111 halaman, 3 foto, 24 tabel, serta lampiran

Penelitian ini di latar belakangi oleh banyak masyarakat kota sibolga menggantungkan hidupnya sabagai nelayan, sehingga menimbulkan suatu pola hubungan antara nelayan ABK dan Toke kapal, hubungan tersebut memunculkan suatu aspek berupa hubungan sosial,ekonomi dan budaya antara nelayan ABK dan Toke Kapal, selain itu ada suatu komonitas kecil dalam suatu Tangkahan tersebut memunculkan terjadinya solidaritas, pelapisan sosial dan kepemimpinan antara sesama nelayan ABK dan Toke kapal, khususnya pada hubungan Patro-klien antara keduanya,untuk itu peneliti ingin mencoba mengungkapkan hubungan yang terjadi antara nelayan ABK dan Toke kapal maupun itu dari sistem pembagian kerja, hubungan dan sistem pembagian upah atau komunitas kecil yang terdapat di Tangkahan UD.Budi Jaya kota Sibolga tersebut.

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian metode etnografi, adapun teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu observasi dan wawancara mendalam. Hal ini bertujuan untuk mengetahui secara lebih mendalam tentang sistem pembagian kerja, hubungan ABK dan Toke kapal, atau juga sistem pembagian upah yang terdapat di Tangkahan UD.Budi jaya kota Sibolga, adapun informan nya adalah kebanyakan nelayan yang bekerja di Tangkahan tersebut.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa adanya sistem pembagian kerja yang terjadi antara sesam nelayan ABK maupun Toke kapal, meyebabkan munculnya tingkatan atau jabatan dari masing-masing nelayan, yang mana tingkatan tersebut bepengaruh dalam proses menjalin suatu hubungan antara sesama nelayan ABK maupun Toke kapal, tidak bisa dipungkiri hubungan yang terjadi antara ABK dan Toke kapal tidak telepas dari namanya hubungan sosial,ekonomi dan budaya, hubungan tersebut dapat berpengaruh dalam menjalin suatu proses pekerjaan, dikarenakan adanya hubungan tersebut bisa mempengaruhi penghasilan yang didapat oleh nelayan ABK, selain itu hubungan yang terjadi antara nelayan ABK dan Toke kapal akan memunculkan suatu sitem pembagian upah diantara keduanya yang mana pembagian upah tersebut muncul dikarenakan hubungan ikatan kerja yang terjadi antara nelayan ABK dan Toke kapal .dengan adanya pembagian upah tersebut akan memunculkan ketidakseimbangan atau ketidakadilan bagi nelayan ABK dan Toke Kapal.

(5)

UCAPAN TERIMAKASIH

Puji dan syukur peneliti panjatkan kepada Allah SWT, karena atas izin dan karuniaNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan skripsi dengan judul “Hubungan ABK dan Toke Kapal” Penelitian ini dilakukan sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar sarjana S1 Antropologi Sosial di Departemen Antropologi Sosial, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara.

Wawasan pengetahuan yang peneliti dapatkan selama menjalani perkuliahan di jurusan Antropologi Sosial sangat begitu banyak dan karena pelajaran dan pengetahuan itu pula membuat rasa kepercayaan diri menjadi modal keyakinan yang kuat dalam diri peneliti dan itu juga salah satu yang menjadikan alasan peneliti untuk memberanikan diri masuk kedalam lingkungan baru, banyak pengalaman yang diajarkan oleh ilmu- ilmu Antropologi yang basic dan objek utamanya yaitu masyarakat.

(6)

Mayarani Tanjung yang selalu memberikan doa dan dukungan penuh dari awal sampai akhir, Terimakasih buat kakak dan adekku aku sayang kalian.

Ucapan terimakasih juga kepada Bapak Drs. Zulkifli. MA. selaku dosen pembimbing skripsi yang telah banyak memberikan ilmu, arahan, motivasi, waktu, tenaga, perhatian dan bimbingannya mulai dari penyusunan proposal skripsi sampai akhirnya penyelesaian skripsi ini, semoga beliau selalu dalam keadaan sehat dan bersemangat dalam menjalani rutinitas sehari-hari sebagai pelopor yang berperan dalam membangun karakter dalam mencerdaskan bangsa, jasa dan dukungannya tidak akan pernah terlupakan sampai akhir hayat.

Ucapan terimakasih juga kepada Drs. Edi saputra siregar selaku dosen Pembimbing Akademik yang juga telah memberikan waktu berharganya buat peneliti. Ucapan terimakasih juga kepada Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si sebagai seorang pemimpin dan pemberi kebijakan bagi seluruh civitas Akademika FISIP USU.

Ucapan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada Bapak Dr. Fikarwin Zuska, selaku ketua Departemen Antropologi yang memberikan banyak arahan dan pembelajaran yang sangat berharga buat kedepan yang tentunya arahan, nasehat dan ilmu yang diberikan menjadi bekal peneliti dalam membentuk kepribadian yang lebih baik, semoga beliau juga selalu dalam keadaan sehat lahir dan bathin agar bisa selalu menjadi acuan bagi mahasiswa khususnya mahasiswa Antropologi Sosial untuk menjadi mahasiswa yang berkualitas.

(7)

diingat. Demikian juga kepada Kak Nurhayati dan Kak Sofi selaku staf administrasi Departemen Antropologi yang telah banyak memberikan bantuan baik dalam mengurus berkas dan memberikan kelancaran administrasi selama dalam masa perkuliahan. Dan juga ucapan terimakasih kepada Informan dalam penelitian skripsi ini yang telah memberikan informasi berharga untuk pengumpulan data-data yang diperlukan dalam penelitian.

Pada kesempatan ini juga peneliti mengucapkan terimakasih kepada semua kerabat Antropologi Sosial FISIP USU khususnya angkatan 2010, dan kepada teman seperjuangan yang selalu menemani ketika senang dan susah tanpa ada pernah merasa mengeluh dalam memotivasi peneliti baik dalam hal kuliah maupun masalah kehidupan sehari-hari, rasa sanjungan dan terimakasih diperuntukkan kepada Zulham Rusdi, Muhammad Nasir Lubis, Desy Iriana, Andi Sasongko, Eki Gunawan , Shely Indriani, Elisa Novianti, Kamal Arif, Deni S. Nasution dan Hari Afandi Valentino, dan juga ucapan terimakasih kepada kerabat Simson Simanullang, Ramot, Dapot silalahi, Efendi, Omri Retno, Dina Aulia Mayasari, Gintarius Ginting, Tati Samarinda, Roida Silaban, Rina, Laura, Helpi Yohana, Risa, Febri, Debora, Candra, Mark Rafael, Iyan, Mario, Gorat, Job, Sakti, Sabam, Ramot, Leo dan lainnya yang selalu memberikan informasi atas ketidaktahuan peneliti baik dalam tugas-tugas selama kuliah maupun informasi dalam mempersiapkan berkas-berkas admiministrasi selama perkuliahan dan telah menjadi teman seperjuangan yang baik,

(8)

Dani, Hafis, Ansari dan Arsyad yang telah memotivasi dan menyemangati saya dalam proses penyelesaian skripsi ini

Terimakasih buat semuanya semoga Allah SWT senantiasa memberikan kebahagiaan bagi semua pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini.

Medan, Januari 2016

Penulis

(9)

RIWAYAT HIDUP

Reza Mayendra Tanjung atau yang akrab dipanggil Reza, lahir pada tanggal 06 Juni 1992 di daerah Simelue Aceh . Anak ke 2 dari 3 (tiga) bersaudara dari pasangan Maizar dan Raziana. Saya telah menyelesaikan pendidikan Sekolah Dasar Negeri (SDN) 084080 Kota Sibolga pada tahun 2004 dan menempuh sekolah di SMP Negeri 5 Kota Sibolga dan selesai pada tahun 2007. Dan kemudian melanjut ke SMA Negeri 2 Kota Sibolga dan selesai pada tahun 2010. Kemudian melanjutkan ke tingkat perguruan tinggi dan lulus S1 Program Studi Antropologi Sosial angkatan 2010 Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.melalui jalur SNMPTN

Berbagai kegiatan studi yang diikuti selama masa studi adalah sebagai berikut :

1. Peserta Inisiasi dalam kegiatan penyambutan mahasiswa baru Departemen Antropologi Sosial Tahun 2010 FISIP USU, dengan Tema “ Menjalin

Kebersamaan dalam Keanekaragaman untuk mewujudkan kekerabatan “ yang

dilaksanakan di Parapat pada tanggal 01-03 Oktober 2010.

2. Melakukan PKL 1 yang diikuti oleh mahasiswa yang mengambil mata kuliah PKL 1, selam tiga hari di Lau simomo, kecamatan Kabanjahe pada tahun 2011

(10)

4. Mengikuti pelatihan “Training Of Fasilitator” Angkatan II oleh Departemen Antropologi Sosial FISIP USU, yang dilaksanakan di Wisma Syariah Harikita pada tanggal 24-25 april 2012.

5. Mengikuti seminar dan diskusi publik “ Kota-kota di Sumatera: enam kisah kewarganegaraan dan demokrasi” pada tahun 2012.

6. Panitia inisiasi dalam kegiatan Penyambutan Mahasiswa Baru (PMB) Departemen Antropologi Sosial FISIP USU pada tahun 2012.

7. Melakukan PKL II atau Magang di Dinas Pariwisata Kota Medan Provinsi sumatera utara pada tahun 2014

Demikian kata pengantar dari peneliti, semoga skripsi ini bermanfaat dalam memberikan kontribusi demi kemajuan ilmu pengetahuan.

(11)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas kehendan-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dan segala hal yang berkaitan dalam memenuhi persyaratan untuk memperoleh gelar sarjana dalam bidang Antropologi Sosial di Fakultas Ilmu Sosoal dan Ilmu politik, Universitas Sumatera Utara.

Skripsi ini berjudul “HUBUNGAN ABK DAN TOKE KAPAL” yang berisi kajian etnografi yang didasarkan pada wawancara mendalam serta observasi yang dilakukan penulis di lapangan.

Dalam Bab I penulis menjelaskan latarbelakang mengapa tertarik melakukan penelitian ini, juga terdapat tinjauan pustaka yang terdapat di dalamnya teori-teori untuk mempermudah penulisan skripsi ini, ada juga tiga rumusan masalah yang menjadi pokok permasalahan pertanyaan dalam penelitian, juga dalam bab ini terdapat tujuan dan manfaat penelitian serta menjelaskan metode penelitian yang digunakan dan rangkuman pengalaman lapangan penelitian.

Dalam Bab II penulis menjelaskan gambaran umum letak lokasi penelitian berupa sejarah singkat Kota Sibolga, Mendepskripsikan Kota Sibolga secara geografis, demografi, sosial dan kultural. Serta menjelaskan SDM kelautan dan Perikanan di Kota Sibolga. Selain itu penulis juga menjelaskan tentang Sarana dan Prasarana Perikanan yang digunakan oleh Masyarakat Pesisir di Kota Sibolga.

(12)

dan Toke Kapal di Tangkahan UD.Budi Jaya, seperti Hubungan Sosial, Ekonomi dan Budaya. Dan juga menjelaskan bagaimana sistem pembagian upah di Tangkahan UD. Budi Jaya Kota Sibolga.

Bab V yang menjadi bagian penutup dari skripsi ini yang berisi kesimpulan dan saran. Kesimpulan akan menjelaskan rangkuman dari keseluruhan isi skripsi dimulai dari Bab I hingga sampai Bab IV, setelah itu penulis memberikan sedikit Saran untuk semua pembaca. Tak ada gading yang tak retak demikian pula dengan Skripsi ini tentu masih jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, penulis dengan senang hati menerima kritik dan saran dari berbagai pihak untuk perbaikan selanjutnya serta sebagai bahan pembelajaran untuk tulisan-tulisan selanjutnya.Penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua orang khususnya bagi para pembaca baik mahasiswa maupun masyarakat umum terutama bagi masyarakat Nelayan.

Medan, Januari 2016 Penulis

(13)

DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN

PERNYATAAN ORIGINALITAS ... i

ABSTRAK ... ii

UCAPAN TERIMAKASIH ... iii

RIWAYAT HIDUP ... vii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI... xi

DAFTAR TABElL ... xiii

DAFTAR FOTO ... xiv

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Tinjauan Pustaka ... 4

1.3. Rumusan Masalah ... 10

1.4. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 10

1.5. Metodologi Penelitian ... 12

1.5.1. Lokasi Penelitian ... 12

1.5.2. Metode Penelitian ... 12

1.5.3. Pengalaman Penelitian ... 16

BAB II GAMBARAN UMUM 2.1. Sejarah... 25

2.2. Letak Geografis ... 31

2.3. Kependudukan ... 32

2.3.1. Jumlah penduduk ... 32

2.3.2. Agama ... 35

2.3.3. Suku bangsa ... 35

2.4. Mata pencaharian hidup ... 36

2.5. Sistem kekerabatan ... 38

2.6. Iklim ... 41

2.7. Sarana dan prasarana ... 41

BAB III HUBUNGAN SOSIAL, BUDAYA TANGKAHAN UD.BUDI JAYA 3.1. Gambaran ... 50

3.2. solidaritas ... 60

3.2.1.Gotong Royong Tolong Menolong ... 60

3.2.2.Gotong Royomg Kerja Bakti ... 61

3.2.3.Musawarat Dan Jiwa Musawarat ... 63

3.3.Pelapisan sosial ... 64

3.3.1. Kepandaian ... 66

3.3.2. Keanggotaan kaum kerabat ... 67

3.3.3. Kekuasaan ... 68

3.3.4. Pangkat ... 70

3.3.5. Kekayaan ... 70

3.4. Kepemimpinan ... 71

3.4.1. Popularitas ... 71

3.4.2. wewenang ... 72

(14)

BAB IV HUBUNGAN ANAK BUAH KAPAL (ABK) DAN TOKE KAPAL

4.1. Sistem Pembagian Kerja Antara ABK dan Toke Kapal ... 75

4.2.Hubungan ABK dan Toke Kapal ... 79

4.2.1. Hubungan sosial ... 80

4.2.2. Hubungan ekonomi ... 93

4.2.3. Hubungan budaya ... 98

4.3. Sistem Pembagian upah ... 106

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Analisa Data ... 118

5.2. Kesimpulan ... 130

5.3. Saran ... 132

DAFTAR PUSTAKA ... 134 LAMPIRAN

1. Foto

(15)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 :Jumlah penduduk, Rata-Rata Anggota rumah Tangga ... 33

Tabel 2.2 :Penduduk Menurut Usia dan Jenis Kelamin ... 34

Tabel 2.3 :Sarana dan Prasarana sektor kelautan ... 42

Tabel 2.4 :Data SDM Kelautan dan Perikanan ... 43

Tabel 2.5 :Jumlah Perahudan Kapal ... 45

Tabel 2.6 :Jenis dan Jumlah Alat Tangkap Ikan ... 46

Tabel 2.7 :Perkembangan Jumlah Produksi Perikanan ... 47

Tabel 4.1 :ABK Menagalami Gangguan Kesehatan ... 81

Tabel 4.2 :ABK Mengalami kemalangan, Meminta pertolongan ... 84

Tabel 4.3 :Meminta Perlindungan Ketika Dapat Ancaman ... 86

Tabel 4.4 :Menjelaskan Hubungan Sesama Nelayan ... 88

Tabel 4.5 :Pekerjaan atau usaha Lain Yang Dilakukan ABK ... 89

Tabel 4.6 :Menjelaskan Ikatan Sesama Nelayan ... 91

Tabel 4.7 :Menjelaskan Pinjaman Pada Saat Didarat ... 94

Tabel 4.8 :Menjelaskan Pinjaman Pada Saat Dilaut ... 94

Tabel 4.9 :Tanggapan ABK Mengenai Hasil Pembagian ... 97

Tabel 4.10 :Meminta Pertolongan Dana Pesta Pernikahan ... 99

Tabel 4.11 :Meminta Pertolongan Dana Sunat Rasul ... 102

Tabel 4.12 :Meminta Pertolongan Dana Turun Karai ... 104

Tabel 4.13 :Hasil Pembagian Upah ... 107

Tabel 4.14 :Pengahasilan Nelayan Pulang Pertama Kali ... 113

Tabel 4.15 :Pengahasilan Nelayan Selama Satu Minggu ... 114

Tabel 4.16 :Pengahasilan Nelayan Selama Satu Bulan ... 115

(16)

DAFTAR FOTO

Foto 1. Tangkahan UD.Budi Jaya ... 51

Foto 2. Kapal yang sedang bersender di Tangkahan ... 53

Foto 3. Kapal dilihat dari depan ... 54

Foto 4. Bagian depan (haluan) kapal ... 55

Foto 5. Mesin lampu kapal ... 55

Foto 6. Mesin induk kapal ... 56

Foto 7. Bak penyimpanan ikan ... 57

Foto 8. Daun nibus ... 57

Foto 9. Jaring ikan ... 58

Foto 10. Pekerja Tangkahan Pada Saat Pembokaran Ikan ... 61

Foto 11. Tukang Pilih Pada Saat Pembokaran Ikan ... 62

(17)

ABSTRAK

Reza Mayendra Tanjung, 2015, Judul: Hubungan ABK dan Toke Kapal. Skripsi ini terdiri dari 5 bab. 111 halaman, 3 foto, 24 tabel, serta lampiran

Penelitian ini di latar belakangi oleh banyak masyarakat kota sibolga menggantungkan hidupnya sabagai nelayan, sehingga menimbulkan suatu pola hubungan antara nelayan ABK dan Toke kapal, hubungan tersebut memunculkan suatu aspek berupa hubungan sosial,ekonomi dan budaya antara nelayan ABK dan Toke Kapal, selain itu ada suatu komonitas kecil dalam suatu Tangkahan tersebut memunculkan terjadinya solidaritas, pelapisan sosial dan kepemimpinan antara sesama nelayan ABK dan Toke kapal, khususnya pada hubungan Patro-klien antara keduanya,untuk itu peneliti ingin mencoba mengungkapkan hubungan yang terjadi antara nelayan ABK dan Toke kapal maupun itu dari sistem pembagian kerja, hubungan dan sistem pembagian upah atau komunitas kecil yang terdapat di Tangkahan UD.Budi Jaya kota Sibolga tersebut.

Penelitian ini menggunakan jenis penelitian metode etnografi, adapun teknik pengumpulan data yang digunakan yaitu observasi dan wawancara mendalam. Hal ini bertujuan untuk mengetahui secara lebih mendalam tentang sistem pembagian kerja, hubungan ABK dan Toke kapal, atau juga sistem pembagian upah yang terdapat di Tangkahan UD.Budi jaya kota Sibolga, adapun informan nya adalah kebanyakan nelayan yang bekerja di Tangkahan tersebut.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa adanya sistem pembagian kerja yang terjadi antara sesam nelayan ABK maupun Toke kapal, meyebabkan munculnya tingkatan atau jabatan dari masing-masing nelayan, yang mana tingkatan tersebut bepengaruh dalam proses menjalin suatu hubungan antara sesama nelayan ABK maupun Toke kapal, tidak bisa dipungkiri hubungan yang terjadi antara ABK dan Toke kapal tidak telepas dari namanya hubungan sosial,ekonomi dan budaya, hubungan tersebut dapat berpengaruh dalam menjalin suatu proses pekerjaan, dikarenakan adanya hubungan tersebut bisa mempengaruhi penghasilan yang didapat oleh nelayan ABK, selain itu hubungan yang terjadi antara nelayan ABK dan Toke kapal akan memunculkan suatu sitem pembagian upah diantara keduanya yang mana pembagian upah tersebut muncul dikarenakan hubungan ikatan kerja yang terjadi antara nelayan ABK dan Toke kapal .dengan adanya pembagian upah tersebut akan memunculkan ketidakseimbangan atau ketidakadilan bagi nelayan ABK dan Toke Kapal.

(18)

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Penelitian tentang hubungan sosial antara nelayan ABK dan nelayan pemilik kapal(Toke kapal) di tangkahan di kota Sibolga, di latar belakangi oleh sebagian besar penduduknya bermata pencaharian sebagai nelayan, tedapat Sekitar 8,61 % (8.142 jiwa) penduduk bekerja atau menggantungkan hidupnya sebagai nelayan. Letak kota Sibolga berdekatan langsung dengan Teluk Tapian (Samudera Hindia) memiliki kekuatan armada berjumlah 678 perahu atau kapal penangkapan ikan yang terdiri dari perahu tanpa motor, perahu motor temple dan kapal motor memungkinkan nelayan Sibolga menghasilkan 54098 Ton ikan setiap tahunnya.

Secara khusus nelayan Kota Sibolga dikelompok menjadi 2(dua) yaitu nelayan ABK dan Toke kapal, Nelayan ABK bertugas untuk mengoperasikan alat tangkap ikan pada saat pergi melaut sedangkan toke kapal bertugas untuk menyediakan fasiltas berupa modal dan alat tangkap ikan, interaksi kedua kelompok tersebut diduga menyebabkan terbentuknya suatu pola hubungan yang sangat penting atau berperan besar terhadap proses reproduksi dan ekonomi hasil perikanan di kota Sibolga.

(19)

buruh, Nelayan pemilik menyediakan bantuan dan pinjaman ikatan kepada nelayan buruh, Hubungan kerja sama ekonomi di antara mereka diikat oleh relasi patron-klien. Relasi sosial ekonomi bebasis patron-klien ini berlangsung intensif dan dalam jangka panjang. Relasi sosial ekonomi akan berakhir jika terjadi persoalan yang tidak bisa diatasi di antara mereka, sehingga pihak nelayan pemilik dan nelayan buruh harus melunasi utang-utangnya kepada pedagang perantara.

Keberadaan berbagai kelompok yang ada di tengah-tengah masyarakat nelayan kota Sibolga di duga menyebabkan hubungan atau pola klien, Hubungan ini bermula adanya interaksi dan hubungan dengan sesama nelayan ataupun dengan pemilik modal, hal tersebut membuat seorang nelayan akan memiliki suatu kelompok dalam usaha untuk membantu atau menjalankan proses penangkapan ikan, dengan adanya suatu kelompok menyebab terjadinya proses ketidakseimbangan antara yang satu dengan yang lainnya, yang berakibat terbentuknya satu kekuasaan diantara nelayan ABK dan Toke Kapal, dimana kekuasan tersebut akan membuat nelayan ABK dapat dikendalikan oleh pihak yang berkuasa yang mana sering kita sebut dengan istilah Toke kapal, dengan terbentuknya Toke kapal meneyebabkan nelayan ABK yang tidak mempunyai modal akan bergantung pada Toke Kapal tersebut untuk miminjamkan modal agar kapalanya dan perahunya dapat pergi melaut. Hal tersebut memang sudah biasa terjadi dikalangan nelayan Sibolga, dengan sering disebutkan kata pinjaman pada saat mereka hendak pergi melaut.

(20)

Kapal kepada nelayan ABK khusus pada saat hendak pergi melaut, dengan adanya musim penceklik bagi seorang nelayan ABK, membuat Toke kapal sangat berperan penting untuk kelangsungan hidup seorang nelayan ABK untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.

Dengan adanya pertolongan tersebut membuat nealyan ABK harus rela menjual hasil Tangkapan ikannya kepada Toke kapal walaupun hasil yang diperoleh tidak seimbang dengan hasil yang di dapat, terbentuknya pola hubungan seperti ini akan memunculkan suatu pola hubungan yang mana biasa disebut dengan istilah patron-klien, menurut para peneliti dengan menggunakan perspektif etik. Dalam hubungan ini klien dihadapkan pada persoalan pelunasan kredit yang tidak pernah berakhir yang sebenarnya ini adalah jebakan patron untuk memperlancar usahanya, namun menurut nelayan dengan menggunakan perspektif emic, kuatnya pola patron klien didalam masyarakat nelayan disebabkan oleh kegiatan perikanan yang penuh resiko dan ketidakpastian sehingga tidak ada pilihan lain bagi mereka selain bergantung pada pemilik modal(patron).

(21)

hubungan tersebut sekaligus merupakan instrument paredaman konflik dan pemeliharaan sistem sosial.

Dengan demikian dikarnakan sebagian besar penduduk kota Sibolga bermata pencaharian sebagai seorang nelayan, peneliti tertarik untuk mengkaji lebih dalam mengenai permasalahan yang terjadi antara Anak buah kapal dan Toke Kapal, dalam suatu masyarakat nelayan khususnya menganai hubungan dan sistem produksi. yang berkaitan dengan judul Hubungan ABK dan Toke Kapal khususnya ditangkahan UD. Budi Jaya yang terletak diwilayah pesisir kota Sibolga.

1.2. Tinjauan Pustaka

Jaringan sosial pada suatu masyarakat menunjukkan berbagai tipe hubungan sosial yang terikat atas dasar identitas kekerabatan, ras, etnik, pertemanan, ketetanggaan, ataupun atas dasar kepentingan tertentu. jaringan sosial masyarakat adalah struktur sosial masyarakat itu sendiri. Jaringan sosial adalah pola hubungan sosial di antara individu, pihak, kelompok atau organisasi. Jaringan sosial memperlihatkan suatu hubungan sosial yang sedang terjadi sehingga lebih menunjukkan proses daripada bentuk. (Menurut Warner (dalam Scott, 1991) hubungan sosial yang terjadi bersifat mantap/permanen, memperlihatkan kohesi dan integrasi bagi bertahannya suatu komunitas, serta menunjukkan hubungan timbal balik. Dengan demikian, suatu komunitas pada dasarnya merupakan kumpulan hubungan yang membentuk jaringan sebagai tempat interaksi antara satu pihak dengan pihak lainnya. Menurut Mitchell, (dalam Scott, 1991) kekuatan jaringan dipengaruhi oleh resiprositas, intensitas, dan durabilitas hubungan antar pihak.

(22)

dibanding pihak lain, atau terjadi hubungan patron-klien. Hubungan diagonal adalah hubungan dua pihak di mana salah satu pihak memiliki dominasi sedikit lebih tinggi dibanding pihak lainnya. Hubungan horizontal adalah hubungan dua pihak di mana masing-masing pihak menempatkan diri secara sejajar satu sama lainnya. Pada kenyataannya dalam suatu komunitas, termasuk komunitas nelayan, ke tiga bentuk jaringan ini saling tumpang tindih dan bervariasi, serta bentuk yang satu tidak dapat secara tegas dipisahkan dari bentuk lainnya (Rudiatin, 1997). Jaringan sosial ini merupakan salah satu bentuk strategi nelayan dalam menghadapi lingkungan pekerjaannya yang tidak menentu (Rudiatin; Kusnadi, 2000).

Kehidupan nelayan terutama nelayan tradisional dianggap sebagai kelompok masyarakat miskin dan seringkali dijadikan objek eksploitatif oleh para pemilik modal(Bailey, 1982). Harga ikan sebagai sumber pendapatannya dikendalikan oleh para pemilik modal atau para pedagang/tengkulak (Mubyarto dan Dove, 1985), sehingga distribusi pendapatan menjadi tidak merata. Ketergantungan para nelayan tradisional kepada para pemilik modal cukup besar karena pendapatan mereka tidak menentu, baik untuk memenuhi kebutuhan produksi ataupun kebutuhan hidup rumah tangganya. Dalam penyediaan alat produksi, nelayan seringkali harus membina hubungan dengan pihak penyandang dana. Nelayan pun membina hubungan dengan ABK yang akan membantunya dalam kegiatan penangkapan ikan.

(23)

pertemanan, seperti hubungan antar nelayan. Kedua pola hubungan sosial tersebut terjadi pada kelompok nelayan kecil (tradisional) atau pun pada kelompok nelayan besar. Namun, pola hubungan dalam kelompok nelayan besar lebih kompleks dari pada dalam kelompok nelayan kecil, baik dari segi kuantitas atau pun kualitasnya.

1

Menurut Scoot (1972:92) menjelaskan ciri ikatan Patron Klien sebagai berikut :

Terdapat ketidaksamaan dalam pertukaran (inequality of exchange). Yang mana menurut asumsi sementara hal itu bisa terjadi di karenakan, adanya tingkatan atau posisi yang berbeda antara patron dan klien tersebut, dalam hal ini patron akan lebih di untungkan dari segi pertukaran, walaupun klien mendapat fasilitas dan pertolongan dari patron, namun klien akan sangat dirugikan pada saat pertukaran hasil penangkapan ikan;

Adanya sifat tatap muka (face to face character). Dari pernyataan tersebut dapat diasumsikan bahwa, dengan adanya sifat tatap muka (face to face character) membuat pantron dan klien akan mengenal karakter masing-masing, mempererat hubungan, atau mempermudah hubungan transaksi (pertukaran) yang akan dilakukan oleh kedua belah pihak.;

Ikatan ini bersifat luwes dan meluas (diffuse flexibility). Maka dalam hal ini menurut asumsi, suatu ikatan tidak akan terlepas dari namanya suatu hubungan, yang mana suatu ikatan akan terjalin kalau adanya keperluan atau kepentingan kerja, suatu ikatan akan bersifat luwes dan meluas dikarnakan adanya hubungan tetangga, persahabat, kedekatan dimasa lalu, dan bantuan tenaga.

1

(24)

Selanjutnya, Legg (1983:29) juga mengemukakan ada 3 (tiga) syarat terbentuknya ikatan Patron Klien yaitu:

a. Para sekutu (partners) menguasai sumber-sumber yang tidak dapat di perbandingkan (noncomparable resources);

b. Hubungan tersebut “mempribadi” (person-alized);

c. Keputusan untuk mengadakan pertukaran didasarkan pada pengertian saling menguntungkan dan timbal balik (mutual benefit and reciprocity).

Mempehatikan batasan-batasan pengertian yang dikemukakan di atas, dapat dikatakan bahwa ketidak seimbangan pertukaran dalam hubungan patron-klien harus dilihat dari sisi norma timbal-balik (norm of reciprocity) dalam masyarakat, seperti yang diungkapkan Gouldner (1977:35) bahwa:

“orang seharusnya membantu mereka yang menolongnya, dan jangan menyakiti para penolong tersebut”.

Meskipun demikian, tidak sama transaksi sosial bersifat simetris dan berdasarkan pertukaran sosial yang seimbang, karena menurut Blau (1964:336):

“resiprositas memang mampu menimbulkan keseimbangan struktur sosial, tetapi dibalik itu ia bisa menciptakan ketidakseimbangan di tingkat lain”

Maka apabila dilihat dari sistem kekerabatan pada suatu masyarakat, ada beberapa pendapat yang berkaitan dengan sistem kekerabatan dengan hubungan patron-klien. Berkaitan dengan hal itu Wolf (1964:7) mengatakan bahwa:

“Hubungan patron-klien berbeda dengan kekerabatan karena kekerabatan merupakan hasil sosialisasi yang didalamnya terkandung rasa saling percaya untuk mencapai tujuan; sedangkan hubungan patron-klien bersifat persahabatan instrumental dan relasi terjadi karena tiap pihak mempunyai saling kepentingan”

(25)

nelayan. Adapun konsep pembagian kerja pada masyarakat nelayan yaitu menghasilkan ragam posisi atau status dan peranan yang berbeda. Perbedaan ini terletak pada peranan dalam proses produksi penangkapan ikan yang memunculkan adanya konsep pembagian kerja antara toke (nelayan pemilik), nelayan penyewa, dan buruh nelayan (ABK).

Dalam suatu konsep pembagian kerja pada kapal nelayan terdiri dari beberapa macam kapal yaitu: Kapal pukat cincin dioperasikan oleh sekitar 20-23 orang nelayan dengan pembagian kerja 1 orang nahkoda, 1 orang wakil nahkoda, 1 orang kepala kamar mesin (Kuanca), 1 orang juru masak dan sisanya adalah anak buah kapal. Kapal pukat ikan dioperasikan oleh sekitar 12-17 orang nelayan dengan pembagian kerja 1 orang nahkoda, 1 orang wakil nahkoda, 1 orang kepala kamar mesin (Kuanca), 1 orang juru masak dan sisanya adalah anak buah kapal. Kapal pukat udang dioperasikan oleh sekitar 8-11 orang nelayan dengan pembagian kerja 1 orang nahkoda, 1 orang wakil nahkoda, 1 orang kepala kamar mesin (Kuanca), 1 orang juru masak dan sisanya adalah anak buah kapal2.

Dengan adanya sistem ikatan kerja (patron client) Toke yang berperan dominan dalam kehidupan nelayan, mengunci potensi-potensi konflik yang bisa muncul dengan adanya kesenjangan ekonomi antara pandega (ABK) dengan Toke. Namun ada juga berbagai bentuk pelanggaran yang terjadi di kalangan nelayan yang bisa diartikan sebagai bentuk perlawanan terhadap implikasi serius modernisasi. Kebijakan modernisasi telah menyebabkan daya dukung lingkungan menjadi rusak akibat hanya terkonsentrasi pada peningkatan hasil tangkapan. Sebab hampir selama tiga dasawarsa dilaksanakannya modernisasi perikanan, sosialisasi pemahaman yang

2

(26)

baik terhadap lingkungan kelautan yang menjadi investasi pengetahuan dan pengertian diabaikan pemerintah yang membuat terjadinya degradasi lingkungan yang fatal. Ketimpangan yang terjadi antara pandega dan juragan pasca modernisasi perikanan tangkap semakin cukup mencolok. Hal ini bisa terjadi karena Toke yang memiliki akses ekonomi semakin menguat status ekonomi dan kekuasaannya dengan memiliki alat alat tangkap yang modern. Ketergantungan pandega terhadap juragan semakin menjadi-jadi ketika sumber daya perairan sudah dalam batas yang over fishing dieksploitasi habis-habisan dengan alat-alat yang modern.

Konspirasi diantara kelompok-kelompok yang ingin mempunyai keuntungan lebih besar dengan menghalalkan segala cara terjadi manakala sudah tidak memiliki grup/ kelompok melaut sendiri dan ingin segera mendapat hasil dengan modal yang minim. Ketimpangan yang terjadi memenag cukup mencolok karena adanya perbedaan distribusi penguasaan modal perikanan (perahu dan alat tangkap) dan modal di luar perikanan (uang). Jadi ada nelayan sebagai majikan kareba mempunyai modal yang besar kemudian ada nelayan yang tidak mempunyai apa-apa dan hanya menggantunggkan nasib kepada nelayan yang kaya.

Ketergantungan pandega terhadap juragan semakin menjadi-jadi ketika sumber daya perairan sudah dalam batas yang over fishing dieksploitasi habis-habisan dengan alat-alat yang modern. Eksploitasi bisa terjadi karena adanya ketergantungan terhadap majikan hal ini bisa terjadi karena juragan yang memiliki akses ekonomi semakin menguat status ekonomi dan kekuasaannya dengan memiliki alat alat tangkap yang modern.

(27)

mempertahankan sistem sosial dan mengadaptasi system sosial terutama bagi kenyataan sosial yang selalu mengalami perubahan.

1.3. Rumusan Masalah

Dari Latar belakang di atas maka penulis akan menarik rumusan masalah yang menjadi dasar kajian dalam penelitian ini ke dalam beberapa pertanyaan penelitian: 1. Dalam proses produksi penangkapan ikan memunculkan adanya konsep

pembagian kerja antara nelayan pemelik (Toke) dan nelayan buruh (ABK): Bagaimana sistem pembagian kerja antara ABK, dan Toke Kapal di Tangkahan UD. Budi Jaya Sibolga ?

2. Adanya pembagian kerja tersebut menentukan terbentuknya suatu kelompok kerja antara ABK dan Toke kapal yang akan memunculkan suatu hubungan antara atasan dan bawahan: Bagaimana hubungan antara ABK, dan Toke Kapal di Tangkahan UD. Budi Jaya Sibolga ?

3. Dengan adanya hubungan dan pembagian kerja tersebut memungkinkan terjadinya ikatan antara ABK dan Toke Kapal yang mana akan terbentuknya suatu permohonan atau permintaan dalam suatu pertukaran atau pembagian untuk memenuhi kebutuhan ekonomi : Bagaimana sistem pembagian upah antara ABK, Kuanca dan Toke Kapal UD. Budi Jaya Sibolga ?

1.4.1. Tujuan dan Manfaat Penelitian

(28)

1.4.1. Tujuan

Adapun Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara ABK, Kuanca dan Toke Kapal. Penelitian ini juga akan menjadi bagian dari suatu karya ilmiah yang mendeskripsikan suatu hubungan antara ABK (Anak Buah Kapal), dan Toke kapal, dimana masih banyak orang yang tidak mengetahui tentang hubungan tersebut. Penelitian ini akan mengungkap dan menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi di lapangan mengenai hubungan yang terjadi antara ABK dan Toke kapal.

Diharapkan setelah penelitian ini masyarakat luas dan pemerintah dapat mengetahui hubungan yang sebenarnya terjadi antara Anak Buah Kapal (ABK) dan Toke kapal.

1.4.2. Manfaat

(29)

1. 5. Metodologi Penelitian 1.5.1. Lokasi penelitian

Lokasi penelitian ini dilaksanakan di kotamadya Sibolga, yang mana terletak di jalan Mojopahit No 148 kelurahan Aek habil, kec. Sibolga selatan, kota Sibolga, Prov.Sumatera utara, Dimana penduduk Kota Sibolga tersebut rata-rata mata pencaharian utamanya adalah sebagai nelayan yang mana menggantungkan hidupnya dari hasil laut, adapun beberapa alasan peneliti memilih lokasi ini adalah dikarenakan tangkahan UD. Budi jaya merupakan salah satu tangkahan yang masih beroperasi dengan sangat baik untuk menghasilkan hasil perikanan di kota Sibolga, banyaknya jenis kapal, yang mana terdiri dari Pukat rapat, pukat Tongkol, bagan, atau juga masih salah satu tangkahan yang masih tempat bersandarnya Pukat Harimau (PI) dan juga salah satu tangkahan yang menerapakan jasa pengurus untuk menjembati nelayan ABK dan Toke kapal, atau juga banyaknya nelayan ABK berada ditempat tersebut membuat peneliti mudah untuk mencari informasi mengenai penelitian mengenai hubungan ABK dan Toke kapal, Disamping itu pula Tangkahan UD.budi jaya merupakan Tangkahan yang lokasi paling dekat dengan tempat pemasok atau juga pengeriman ekspor ikan di kota Sibolga.

1.5.2. Metode Penelitian

(30)

Observasi

Observasi yaitu salah satu jenis alat pengumpul data yang alami dalam penelitian etnografi, oleh karenanya alat pengumpul data ini digunakan untuk mengumpulkan informasi terkait Hubungan ABK dan Toke kapal. Disertai dengan pemahaman, penafsiran, dan pemaknaan yang terdapat dalam pola-pola hubungan sosial yang terjadi.

Wawancara Mendalam

Wawancara mendalam adalah alat pengukur data yang penting dalam penelitian etnografi, karena dengan alat ini informasi yang di harapkan dapat digali secara lebih mendalam dan terfokus, sebagai pedoman dalam pelaksanaanya di buat interview guide, informasi yang di harapkan dapat di peroleh yaitu; berupa data-data terkait antara lain; Apa yang melatar belakangi hubungan Toke dengan Nelayan dapat berlangsung secara terus-menerus, Bagaiamana atau pra syarat apa hubungan sosial dapat terjadi, strategi apa yang di lakukan oleh pihak yang terlibat untuk mengatasi berbagai persoalan terkait ekonomi, sosial, budaya dan data-data yang bersifat kualitatif di peroleh melalui kuesioner. Adapun 3 jenis informan dalam penelitian ini yaitu:

a. Informan Pangkal

(31)

b. Informan Kunci

Informan kunci adalah informan yang paham dengan apa yang menjadi masalah penelitian, informan ini merupakan mereka yang terlibat langsung dalam kehidupan nelayan peneliti menetapkan informan kunci dalam peneletian ini yaitu nelayan ABK seperti Tekong, apit, tukang lampung, tukang haluan, tukang masak, kuanca, kenek dan anggota kapal.

c. Informan biasa

informan biasa merupakan mereka yang dapat memberikan informasi tambahan atau mereka yang turut membantu peneliti dalam memberikan informasi-informasi mengenai kajian masalah penelitian, untuk informan biasa peneliti memilih Toke kapal

Wawancara Secara Tertutup

Adapun alat pengukur data lain yang di gunakan adalah kuesioner yang mana sebagai alat pengukur data “pedamping” dari observasi dan wawancara mendalam,

hal ini di gunakan untuk memperoleh data-data yang lebih cenderung bersifat kualitatif misalnya data-data ekonomi, pola-pola jaringan sosial, dan lain-lain, meskipun demikian data-data penelitian tetap bersumber dari alat pengumpul data observasi dan wawancara mendalam.

Sample

(32)

untuk menjawab masalah penelitian ini, Akan tetapi proses pemilihan sample untuk wawancara mendalam ini berdasarkan, jenis kelamin, umur, pekerjaan, tingkatan sosial, dan perwakilan kelompok.

Analisa Data

Teknik analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisa secara kualitatif. Data yang terkumpul akan dianalisa, dikategorisasikan, dibandingkan, dan dihubungkan (dicari hubungan - hubungannya yang saling terkait satu dengan yang lainnya), untuk mencapai tujuan yang sesuai dengan masalah penelitian. Melalui cara penganalisaan data tersebut diharapkan dapat ditemukan konsep dan kesimpulan yang menjelaskan laporan dan hasil penelitian yang disusun secara sistematis untuk mendeskripsikan secara objektif mengenai hubungan dan pembagian kerja antara ABK, Kuanca, Toke Kapal.

Bahan Visual (Fotografi)

Peneliti menggunakan dokumentasi visual untuk menguatkan data yang diperoleh baik dari hasil observasi maupun wawancara. Metode bahan visual yang digunakan berupa fotografi3. Kelebihan dari bahan visual sebagai bahan yang menyimpan berbagai informasi yang sangat berguna di dalam suatu penelitian. Bahan fotografi dapat berupa foto, grafis, film, video, kartun, mikrofilm, slide dn sebagainya sehingga disebut saja semuanya sebagai bahan visual (Bungin, 2011: 126 ).

 Studi Kepustakaan

Literatur dipakai dalam studi kepustakaan. Literatur digunakan untuk melengkapi data yang berhubungan dengan penelitian ini. Penulusuran literatur (studi pustaka) yang berhubungan dengan data-data tentang hubungan dan konsep

(33)

pembagian kerja nelayan yang terdiri dari ABK, Kuanca, dan Toke Kapal dan literatur mengenai metode penelitian sosial yang akan menghasilkan keterangan yang dapat membantu dan mempertajam analisis dan melengkapi data, laporan peneliti; skripsi, artikel, opini, surat kabar dan perkembangan teknologi yang begitu pesat juga membantu dalam pencarian informasi melalui media online4 seperti internet.

1.5.3. Pengalaman Penelitian

Pada hari pertama penelitian ( tanggal 2 april 2015, pukul 10.00 Wib ) peneliti mumulai untuk penelitian kelapangan, pertama-pertama peneliti menuju tangkahan UD.budi jaya untuk menjumpai pengurus tangkahan yang telah dibuat janji ingin bertemu hari ini, sesampainya disana peneliti langsung memarkirkan kendaraan dan menghubungi pengurus tangkahan tersebut untuk memberitahukan bahwa peneliti sudah berada di tangkahan UD.budi jaya, pengurus tangkahan pun langsung menjumpai peneliti pada saat sedang berada diparkiran kereta yang telah diberitahukan peneliti sebelumnya.

Pada saat itu peneliti melihat seorang laki-laki dengan baju kemeja kotak-kotak dan celana yang berwarna abu-abu menghampiri peneliti pada saat berada diparkiran, dengan senyum pengurus tangkahan itu berkata terhadap peneliti, adek yang ingin penelitian disini? peneliti menjawab iya bang, pengurus tangkahan tersebut pun bertanya berapa lama adek penelitaian disini dan emangnya mengenai apa adek teliti? peneliti pun menjawab selama kurang lebih 1 bulan bang, mengenai hubungan ABK dan Toke kapal, dengan nada yang sedikit lembut pengurus tangkahan berkata oh iyalah, dengan sifat terbuka penguruspun menerima peneliti dengan baik, sebelum bertanya lebih dalam, penelitipun berkenalan langsung dengan pengurus tangkahan tersebut.

4

(34)

Ternyata nama pengurus Tangkahan terebut adalah bang buyung, dengan respon yang cukup baik penelitipun memberikan surat penelitian lapangan yang telah diurus sebelumnya kepada bang buyung, bang buyungpun menerima surat tersebut lalu membacanya dan menjadikan surat penelitian tersebut sebagai bentuk pertanggung jawaban kepada Tangkahan UD.budi jaya, peneliti langsung bertanya kepada bang buyung mengenai persoalan atau data yang ingin dicari pada saat dilapangan, penelitipun membagi kuesioner kepada bang buyung untuk di isi sebagai perlengkapan data, setelah selesai mengisi kuesioner yang telah dibagi oleh peneliti kepada bang buyung, penelitipun mengeluarkan pertanyaan selanjutnya berupa interview guide yang akan ditanyakan kepada bang buyung, akan tetapi pada saat peneliti mau bertanya terdengar dari kejauhan suara yang memanggil nama bang buyung ,karena ada suatu kepentingan yang harus dikerjakan, bang buyung pun mengambil sikap dan berkata kepada peniliti, (“maaf dulu ya dek bang dipanggil Toke pula , karena kapal mau berangkat hari ini, kalau gitu nanti malam adek

datang aja kerumah abang, alamatnya di jalan SM. Raja, gang kaje-kaje, catat

nomor bang, sebelum nanti malam kerumah telpon dulu abang, biar bisa abang

menyesuaikan waktu, ok dek ).

(35)

peneliti bertanya lebih dalam, peneliti menjelaskan maksud dan tujuan peneliti kepada bang andi waktu dilapangan.

Namun lagi-lagi setelah peneliti sudah dekat dan bang andi menerima maksud dan tujuan peneliti , datang seorang bapak-bapak yang memakai jaket kulit mendekati peneliti dan berkata kepada bang dani, “ udah siap dek pekerjaanya,

kapalnya belum berangkatnyakan, makan siang dulu kita diluar, bang dani pun menjawab “ ayolah bang aku udah lapar juga ini bang dani pun mendekati peneliti

dan berkata “maaf ya bang diajak bapak ini pula aku makan siang, lain kali aja kita

lanjutin pertanyaan nya bang” setalah itu bang dani meninggal peneliti dengan menumpangi becak yang dikendarai oleh bapak yang memakai jaket kulit tersebut. Di hari pertama peneliti memang mudah mendapatkan informan tetapi hanya gara-gara kesibukan dan waktu yang tidak tepat, peneliti hanya sedikit mendapatkan informasi mengenai data yang diperlukan, setelah itu peneliti menuju parkiran kereta dan langsung pulang kerumah untuk makan siang.

(36)

tu pun menjawab itu nak masuk gak kecil itu, terus aja kedalam, dan berkata kepada seorang anak kecil temani bang ini dulu kerumah ayahnya si pita, anak tersebutpun menunjukan jalan menuju rumah bang buyung, setelah memasuki sekitar kurang lebih tiga gang kecil.

Akhirnya peneliti sampai juga ketempat tujuan, setelah sampai disana peneliti mengucap salam sebelumnya, ketika sudah diperbolehkan masuk dan dipersilakan duduk barulah peneliti masuk kerumah tersebut, pada saat itu bang buyung lagi asik melakukan pekerjaan sampingan yaitu sebagai tukang batu akik, setelah selesai mengikis batu akik tersebut bang buyungpun mendatangi peneliti yang sudah duduk diruang tamu rumahnya, dengan senyum bang buyung berkata, maaf ya nunggu ya dek, biasalah dek melakukan kerja sampingan pada duduk aja dirumah, peneliti menjawab iya bang gak apa-apa ini aja baru nyampai, setealah itu bang buyung berkata apa emangnya yang, adek mau tanyakan, peneliti pun mengeluarkan interview guide yang sudah dipersiapkan sebelumnya, mengenai Hubungan ABK dan Toke Kapal bang seperti komunitas, pembagian kerja hubungan sosial, ekonomi ,dan budayanya.

(37)

penelitipun pulang kerumah untuk menutup hari pertama pada saat penelitian lapangan.

Tiba lah esok hari peneliti berkunjung kembali ke Tangkahan UD.Budi Jaya untuk melanjutkan penelitian sebelumnya, setelah sampai disana peneliti meleihat sekelompok orang yang lagi besantai disebuah warung, dekat penuh keyakinan penelitipun melangkah menuju warung tersebut, setiba sampai disana peneliti duduk di sebuah kursi yang kosong dan mengambil sebuah gorengan yang ada di meja warung tersebut, setelah menikamati sebuah gorengan, penelitipun mendekati seorang bapak-bapak yang badannya agak sedikit gemuk, berambut pendek, dan memakai baju kemeja kotak-kotak yang sedang asik ngobrol dengan teman-temannya, peneliti menyapa abang tersebut, dengan muka agak sidikit bingung bapak itu berkata, “ ada apa ya dek”.

(38)

Pada saat itu pula peneliti mendapat informasi bahwa salah satu kapal nelayan sudah pulang dari laut, dan pembagian PU nya akan dilaksanakan di warung depan Tangkahan togu, informasi tersebut peneliti dapat dari seorang nelayan yang cukup dekat dengan peneliti atau dibilang sudah seperti saudara, dengan suadara yang bernama bang andi tersebut peneliti menuju warung tersebut untuk mendapatkan data yang diperlukan, setelah sampai disana bang andi memperkenalkan nelayan yang lain kepada peneliti dan menjelaskan maksud dan tujuan peneliti datang kesini, dengan dibantu oleh peneliti nelayan yang lain bersikap welcome, akan tetapi ada, nelayan bertannya kepada peneliti ini ada surat lapangannyakan, kalau gak ada kami malas melayani soalnya kami semua lagi sibuk, dan ternyata nelaya tersebut adalah seorang Apit kapal yang ditugaskan oleh Tekong untuk mengatur segala kepentingan anggota yang lain, dengan senang hati peneliti menjawab “ada bang, suratnya sudah peneliti

kasih sama bang Buyung, apit tersebutpun menjawab oh iyalah, barulah nelayan tersebut welcome untuk menerima peneliti.

(39)

Tamsir Panggabean yang posisinya sebagai tukang lampung dalam sebuah kapal, penelitipun langsung memberikan kuesioner diringi dengan pertanyaan interview guide kepada bang Tamsir Panggaban, tidak terasa peneliti telah selesai melakukan wawancara dengan bang Tamsir Panggabean, penelitipun mengucapkan terima kasih kepada beliau dan melanjutkan penelitian kembali.

Setelah itu peneliti bergerak menuju meja yang berada tepat dibawah televisi, karena disitu terlihat seorang laki-laki yang mengenakan kaos oblong dan memakai celana pendek yang sedang menikamti roti dan kopi panasnya, penelitipun mendekati laki-laki tersebut, dan langsung berkenalan dengan beliau ternyata beliau adalah Bang Herman yang posisinya sebagai Tukang masak dikapal tersebut, tidak tunggu waktu lama penelitipun sudah dekat dengan bang herman dan langsung mewawancarai beliau sama seperti sebelumnya dengan memberikan kuesioner dan dilengkapi dengan interview guide peneliti melakukan wawancara dengan bang herman, tidak terasa waktu sudah menunjukkan jam 16.4, penelitipun telah selesai melakukan wawancara dengan bang Herman, pada saat itu juga peneliti berterima kasih banyak dengan semua para nelayan yang telah membantu dalam proses perlengkapan data peneliti, setelah itu peneliti pulang kerumah ditandai dengan sudah redahnya hujan yang turun sebelumnya.

Pada hari selanjutnya peneliti menuju Tangkahan UD. Budi Jaya, pada saat itu pula peneliti mendapatkan informasi bahwa salah satu kapal nealyan sudah pulang dari laut, penelitipun bergegas bergerak kearah kapal tersebut untuk mendapatkan data yang diperoleh, setelah asik mengabadikan gambar leawat sebuah foto, peneliti bertanya kepada salah satu nelayan yang turun dari kapal tersebut, nelayan itupun menjawab “kalu mau bertanya nanti aja dek soalnya kami lagi sibuk, kalua mau nanti

(40)

kami nanti pembagian PU nya” penelitupun menjawab ok bang, dan meminta nomor

HP bang tersebut, setelah itu peneliti meninggal Tangkahan UD.Budi jaya untuk menuju rumah dikarenakan jam sudah menunjukkan waktunya untuk makan siang.

Tidak terasa jam sudah menunjukkan pukul 15.00 wib peneliti bergegas menuju derah pondok batu dengan mengendarai sepeda motor peneliti menuju warung kopi tersebut, setelah sampai disana peneliti tidak langsung berjumpa dengan nelayan dikarenakan mereka belum berkumpul, terpaksa peneliti harus menunggu kedatangan nelayan diwarung tersebut, sudah setengah jam berlalu waktu sudah menunjukkan jam 15.30 wib akhirnya yang ditunggu-tunggu datang juga, peneliti langsung berjumpa dengan nelayan yang telah membuat janji sebelumnya ternyata nelayan tersebut jabatannya sebagai apit dalam sebuah kapal tersebut yang memiliki cirri-ciri berkulit hitam, badannya kurus, memakai baju kemeja kotak-kotak yang sedang sibuk membagikan PU hasil tangkapan ikan kepada seluruh anggota kapal.

Penelitipun berkenalan dengan nelayan tesebut ternyata nama nelayan yang posisinya sebagai Apit tersebut adalah bang Hasan basri, penelitipun langsung memulai wawancara dengan bang Hasan basri, akan tetapi pada saat peneliti ingin memulai pertanyaan ada seseorang nelayan lain yang berkata kepada peneliti “ ini ada anggaran dananya dek.” Penelitipun tersenyum dan menjelaskan maksud dan

(41)

Hasan basri karena sudah membatu untuk melengkapi data penelitian yang diperlukan, sebelum para nelayan pulang, salah satu nelayan meminta agar mengabadikan momen ini dalam sebuah foto, setelah selesai berfoto para nelayan pulang kerumah masing-masing, begitu juga dengan peneliti yang menutup hari ini dengan pulang kerumah untuk beristirahat.

(42)

BAB II

GAMBARAN UMUM

2.1.Sejarah

Kota Sibolga merupakan salah satu kota terkecil yang berada di daerah sumatera utara yang mana berdekatan dengan gunung dan pesisir pantai, Dengan luas wilayah 3.356,60 ha yang terdiri dari 1.126,9 ha daratan Sumatera, 238,32 ha daratan kepulauan, dan 2.171,6 ha lautan. Yang memiliki batas wilayah, sebelah utara berbatasan langsung dengan Kabupaten Tapanuli Tengah, sebelah timur berbatasan langsung dengan Kabupaten Tapanuli Tengah, sebelah selatan berbatasan langsung dengan Kabupaten Tapanuli Tengah dan sebelah barat berbatasan langsung dengan Teluk Tapian. Adapun Pulau-pulau yang termasuk dalam kawasan Kota Sibolga adalah Pulau Poncan Gadang, Pulau Poncan Ketek, Pulau Sarudik dan Pulau Panjang, Sementara sungao-sungai yang dimiliki, yakni Aek Doras, Sihopo-hopo, Aek Muara Baiyon dan Aek Horsik.

(43)

orang Batak, lalu dikalikan jumlah turunan yang sudah sembilan itu, itu berarti sama dengan 297 tahun. Maka kalau titik tolak perhitungan adalah tahun 1998, yaitu waktu diselenggarakannya Seminar Sehari Penetapan Hari Jadi Sibolga pada 12 Oktober 1998, itu berarti ditemukan angka 1701 tahun.

Tentang nama atau sebutan Sibolga, dicerita-kan bahwa pada awal-nya Ompu Datu Hurinjom yang membuka perkampungan Simaninggir, mempu-nyai postur tubuh tinggi besar, di samping memiliki tenaga dalam yang kuat. Adalah tabu bagi orang Batak menyebut nama seseorang secara langsung apalagi orang tersebut lebih tua dan dihormati, maka untuk menyebut nama kampung yang dibuka Ompu Datu Hurinjom dipakai sebutan “Sibalgai” yang artinya kampung atau huta untuk orang yang tinggi besar. Asal kata Sibolga dengan pengertian tersebut lebih dapat diterima daripada untuk istilah “Bolga-Bolga” yaitu nama sejenis ikan yang hidup di pantai berawa-rawa; atau istilah “Balga Nai” yang berarti besar untuk menunjukkan ke arah luasnya lautan. Orang Batak biasanya menggunakan kata “bidang” untuk menggambarkan sesuatu yang luas, bukan kata balga yang berarti besar.

(44)

Sidempuan antara tahun 1885-1906, namun predikat itu akhirnya kembali lagi ke Sibolga berdasarkan Staadblad yang dikeluarkan pada 1906 itu.

Dalam perjalanannya, pada 1850, di masa Mohd Syarif menjadi Datuk Poncan, bersama-sama dengan Residen Kompeni Belanda bernama Conprus, mereka pindah dari Pulau Poncan ke Pasar Sibolga. Pada tahun ini pula rawa-rawa besar itu ditimbun untuk menyusunnya menjadi sebuah negeri .

Sibolga jolong basusuk ,Banda digali urang rantau, Jangan manyasa munak barisuk, Kami sapeto dagang sansei”

Maksudnya yakni bahwa pada mulanya Kota Sibolga ini dibangun dengan menggali parit-parit dan bendar-bendar untuk mengeringkan rawa-rawa besar itu, dengan menggerakkan para narapidana (rantai) serta ditambah dengan tenaga-tenaga rodi, ditim-bunlah sebagian rawa-rawa itu dan berdirilah negeri baru Pasar Sibolga.

Di masa Sibolga dibangun menjadi kota, istana raja yang berada di tepi Sungai Aek Doras dan pemukiman di sekelilingnya dipindahkan ke kampung baru, Sibolga Ilir. Di atas komplek tersebut dibangun pendopo Residen dan perkantoran Pemerintah Belanda. Walaupun pada tahun 1871 Belanda menghapuskan sistem pemerintahan raja-raja dan diganti dengan Kepala Kuria, namun Anak Negeri menganggapnya tetap sebagai Raja dan sebagai pemangku adat. Sementara Datuk Poncan di Sibolga diberi jabatan sebagai Datuk Pasar dan tugasnya memungut pajak anak negeri yang tinggal di Kota Sibolga terhadap warga Cina perantauan, Di dalam melaksanakan tugasnya, Datuk Pasar dibantu oleh Panghulu Batak, Pangulu Malayu, Pangulu Pasisir, Pangulu Nias, Pangulu Mandailing dan Pangulu Derek.

(45)

Sibolga masuk Distrik Sibolga, sebagaimana beberapa resort kekuriaan. Untuk memudahkan kontrol berdasarkan Besluit Gubernur Jenderal Hindia Belanda, Keresidenan Tapanuli dibagi menjadi tujuh Afdeling yaitu Afdeling Singkil, Sibolga, Nias, Barus, Natal, Angkola dan Mandailing. Sedangkan Afdeling Sibolga terdiri dari beberapa distrik yakni Distrik Sibolga, Distrik Kolang, Tapian Nauli, Sarudik, Badari, dan Distri Sai Ni Huta. Pada masa Pemerintahan Militer Jepang, Kota Sibolga dipimpin oleh seorang Sityotyo (baca: Sicoco) di samping jabatannya selaku Bunshutyo (baca: Bunsyoco), tapi dalam kenyataanya adalah Gunyo yang memegang pimpinan kota sebagai kelanjutan dari Kepala Distrik yang masih dijabat oleh bekas demang, ZA Sutan Kumala Pontas.

Pada masa pendudukan Jepang, Mohammad Sahib gelar Sutan Manukkar ditunjuk sebagai Kepala Kuria dengan bawahan Mela, Bonan Dolok, Sibolga Julu, Sibolga Ilir, Huta Tonga-tonga, Huta Barangan dan Sarudi. Beliau inilah yang menjadi Kepala Kuria yang terakhir di Sibolga karena setelah zaman kemerdekaan, sekitar tahun 1945 istilah Kepala Kuria praktis sudah tidak ada lagi. Mengenai Sejarah Kuno Sibolga Tidak dapat diketahui secara pasti sejak kapan bumi Teluk Tapian Nauli mulai dihuni orang. Namun berdasarkan sejumlah catatan sejarah, diperkirakan sejak tahun 1500 sudah terjadi hubungan dagang antara para penghuni Teluk Tapian Nauli dengan dunia luar yang paling jauh yakni negeri orang-orang Gujarat dan pendatang dari negeri asing lain seperti Mesir, Siam, Tiongkok. Para golongan terkemuka Tapian Nauli juga sudah dikenal di Mesopotamia, paling tidak melalui sejarah lisan yang dibawa saudagar Arab.

(46)

Tapian Nauli saat itu merupakan salah satu bukti. Ketika itu keberadaan Teluk Tapian Nauli sangat penting. Selain sebagai pangkalan pengambilan garam, dusun ini terkenal juga sebagai pangkalan persinggahan perahu-perahu mancanegara guna mengambil air untuk keperluan pelayaran jauh. Peranan Teluk Tapian Nauli sebagai pangkalan persinggahan dan pelabuhan dagang semakin dikukuhkan ketika Belanda dan Inggris memasuki wilayah itu di kemudian hari. Kapal Belanda di bawah pimpinan Gerard De Roij datang kepantai Barat Sumatera Teluk Tapian Nauli pada 1601. Sedangkan Inggris memasuki wilayah ini pada 1755.

Kota Sibolga dahulunya merupakan Bandar kecil di Teluk Tapian Nauli dan terletak di Poncan Ketek. Pulau kecil ini letaknya tidak jauh dari kota Sibolga yang sekarang ini. Diperkirakan Bandar tersebut berdiri sekitar abad delapan belas dan sebagai penguasa adalah “Datuk Bandar”. Kemudian pada zaman pemerintahan

kolonial Belanda, pada abad sembilan belas didirikan Bandar Baru yaitu Kota Sibolga yang sekarang, karena Bandar di Pulau Poncan Ketek dianggap tidak akan dapat berkembang. Disamping pulaunya terlalu kecil juga tidak memungkinkan menjadi Kota Pelabuhan yang fungsinya bukan saja sebagai tempat bongkar muat barang tetapi juga akan berkembang sebagai Kota Perdagangan. Akhirnya Bandar Pulau Poncan Ketek mati bahkan bekas-bekasnya pun tidak terlihat saat ini. Sebaliknya Bandar Baru yaitu Kota Sibolga yang sekarang berkembang pesat menjadi Kota Pelabuhan dan Perdagangan.

Pada zaman awal kemerdekaan Republik Indonesia Kota Sibolga menjadi ibukota Keresidenan Tapanuli di bawah pimpinan seorang Residen dan membawahi beberapa “Luka atau Bupati”. Pada zaman revolusi fisik Sibolga juga menjadi tempat

(47)

102 Tanggal 17 Mei 1946, Sibolga menjadi Daerah Otonom tingkat “D” yang luas wilayahnya ditetapkan dengan Surat Keputusan Residen Tapanuli Nomor: 999 tanggal 19 November 1946 yaitu Daerah Kota Sibolga yang sekarang. Sedang desa-desa sekitarnya yang sebelumnya masuk wilayah Sibolga On Omne Landen menjadi atau masuk Daerah Kabupaten Tapanuli Tengah. Dengan dikeluarkannya Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1956 Sibolga ditetapkan menjadi Daerah Swatantra Tingkat II dengan nama Kotapraja Sibolga yang dipimpin oleh seorang Walikota dan daerah wilayahnya sama dengan Surat Keputusan Residen Tapanuli Nomor: 999 tanggal 19 November 1946.

Selanjutnya dengan Undang-Undang Nomor: 18 tahun 1956 Daerah Swatantra Tingkat II Kotapraja Sibolga diganti sebutannya menjadi Daerah Tingkat II Kota Sibolga yang pengaturannya selanjutnya ditentukan oleh Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1974 tentang Pokok-Pokok Pemerintahan Daerah yang dipimpin oleh Walikota sebagai Kepala Daerah. Kemudian hingga sekarang Sibolga merupakan Daerah Otonom Tingkat II yang dipimpin oleh Walikota Kepala Daerah.

(48)

2.2. Letak Geografis

Adapun letak geografis Kota Sibolga adalah 01°42ʹ- 01°46ʹ Lintang Utara dan 98°46ʹ- 98°48ʹ Bujur Timur . Dalam hal ini kota Sibolga terletak di dibagian

pantai barat pulau sumatera yang memiliki luas wilayah  10,77 km2, yang terdiri dari daratan sumatera  8,89 km2 (82,56%) dan daratan kepulauan  1,88 km2 (17,44%) (Sumber Badan Pusat Statistik Kota Sibolga), Yang memiliki batas wilayah, sebelah utara berbatasan langsung dengan Kabupaten Tapanuli Tengah, sebelah timur berbatasan langsung dengan Kabupaten Tapanuli Tengah, sebelah selatan berbatasan langsung dengan Kabupaten Tapanuli Tengah dan sebelah barat berbatasan langsung dengan Teluk Tapian.

(49)

penjualan ikan, Pasar inpres, PLTA, Perusahaan Aqua, atau tempat pengambilan air minum isi ulang yang ada di kota Sibolga, yang terakhir adalah Sibolga sambas yang memiliki luas 1,57 km2 yang terdiri dari kelurahan Pancuran Pinang, Pancuran Kerambil, Pancuran Dewa,Pancuran Bambu, Daerah ini merupakan suatu daerah yang menjadi pintu masuknya ekspor dan impor barang yang ada di kota Sibolga, dengan letak berdirinya lokasi PT (persero) Pelabuhan Cabang I Sibolga, dan kantor ASDP Sibolga yang berada di daerah keluruhan Sibolga sambas tersebut.

2.3. Kependudukan

2.3.1 Jumlah Penduduk

(50)

Tabel 2.1.

Jumlah Penduduk, Rumah Tangga dan Rata-rata Anggota Rumah Tangga Menurut Kecamatan dan Kelurahan Tahun 2013

(Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Sibolga)

Tabel diatas menjelaskan bahwa jumlah penduduk yang ada dikota Sibolga berdasarkan rata-rata jumlah anggota rumah tangga kebanyakan berjumlah 5 kepala anggota rumah tangga disetiap kelurahan, walaupun demikian ada juga sebagian kelurahan yang hanya berjumlah 3-4 anggota rumah tangga disetiap kelurahan tersebut, dikarenakan jumlah rata-rata anggota rumah tangga yang terdapat disetiap kelurahan berjumlah 5 anggota keluarga menyebabkan jumlah pekerja nelayan bertambah banyak khususnya dikelurahan yang memiliki pertumbuhan jumlah NO Kecamatan/

District Kelurahan/ Suburban Jumlah Penduduk/ Population (orang/person) Jumlah Rumah Tangga /Numberof Household Ratarata Anggota RumahTangga /Average Household Size

1 SibolgaUtara 20346 4640 4

Sibolga Ilir 6234 1339 5

Angin Nauli 3604 885 4

HutaTonga Tonga 2730 669 4

Huta Barangan 2257 535 4

Simare-mare 5221 1242 4

2 Sibolga Kota 14611 3383 4

Kota Baringin 2166 538 4

Pasar Baru 1408 408 3

Pasar Balakang 5654 1191 5

Pancura Gerobak 5383 1246 4

3 Sibolga Selatan 30559 6288 5

Aek Habil 6432 1315 5

Aek Manis 9184 1971 5

Aek Parombunan 10013 1973 5

AekMuara Pinang 4930 1029 5

4 SibolgaSambas 20465 4340 5

Pancuran Pinang 4815 1008 5

Pancuran Kerambil

2963 670 5

Pancuran Dewa 5059 1089 5

[image:50.595.82.555.147.563.2]
(51)
[image:51.595.109.526.351.617.2]

penduduk yang rata-rata jumlah anggota rumah tangga berkisar 5 anggota, salah satunya kelurahan yang terdapat didaerah Aek Habil, kelurahan Aek Habil adalah salah satu keluruhan yang memiliki jumlah penduduk berkisar 5 jumlah anggota rumah tangga, oleh sebab itu dengan jumlah tersebut menyebabkan Kelurahan Aek Habil mejadi salah satu kelurahan yang menghasilkan pekerja nelayan terbanyak di kota Sibolga, hal tersebut menjadi salah satu alasan peneliti memilih kelurahan Aek Habil sebagai tempat melakukan penelitian khususnya mengeai nelayan yang terdapat di kota Sibolga.

Tabel 2.2.

jumlah Penduduk menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin Tahun 2013

Kelompok Umur Age Group

Laki-Laki/Male Perempuan/Female Jumlah/Total

0-4 5 095 4 820 9 915

5-9 4 905 4 622 9 527

10-14 4 240 4 339 8 579

15-19 4 177 4 076 8 253

20-24 4 050 3 860 7 910

25-29 3 906 3 801 7 707

30-34 3 672 3 424 7 096

35-39 3 117 2 864 5 981

40-44 2 550 2 514 5 064

45-49 2 181 2 312 4 493

50-54 1 865 2 049 3 914

55-59 1 495 1 560 3 055

60-64 952 1 075 2 027

65-69 453 631 1 084

70-74 257 454 711

75+ 185 480 665

(Sumber : Badan Pusat Statistik Kota Sibolga)

(52)

yang berumur 50-75+ tahun. Yang mana jumlah laki-laki/perempuan yang terbanyak dikategori anak-anak/remaja berumur 0-4 tahun berjumlah 9915 yang terdiri dari 5095 jenis kelamin laki-laki dan 4820 jenis kelamin perempuan, selanjutnya dikategori dewasa jumlah laki-laki/perempuan tebanyak terdapat pada umur 30-34 tahun berjumlah 7096 yang terdiri dari 3672 jenis kelamin laki-laki dan 3424 jenis kelamin perempuan, dan yang terakhir kategori orang tua jumlah laki-laki/perempuan tebanyak berada pada umur 50-54 tahun berjumlah 3914 yang terdiri dari 1865 jenis kelamin laki-laki dan 2049 jenis kelamin perempuan.

2.3.2 Agama

Selain dari keberagaman etnis, kota Sibolga juga memiliki keberagamanagama yang di anut masyarakatnya, berdasarkan sensus yang diadakan oleh biro pusat statistik kota Sibolga untuk laporan tahun 2008, mayoritas penduduk Sibolga beragama Islam yang mencapai 47.763 jiwa atau sekitar 58,46 persen dari total penduduk Sibolga.dan agama Kristen Protestan sekitar 26.436 jiwa atau sekitar 32,36 persen, berikutnya agama Kristen Katolik sekitar 4.259 jiwa atau sekitar 5,21 persen, Budha 3000 jiwa, Hindu 115 jiwa dan penganut agama Kepercayaan sekitar 0,1 persen. (sumber bps Sibolga)

2.3.3 Suku Bangsa

(53)

setempat.Budaya yang berkembang umumnya dapat disaksikan pada berbagai upacara-upacara seremonial yang dilaksanakan, seperti upacara adat, perkawinan, perayaan hari-hari bersejarah, festival dan lain-lain.Kota Sibolga dikenal dengan julukan “ negeri berbilang kaum” karena terdiri dari berbagai macam etnis. Terbilang

± 15 (lima belas) etnis yang ada di Kota Sibolga yaitu: Etnis Batak toba, Pesisir, Mandailing, Minang, Jawa, Nias, Tionghoa, Melayu, India, Simalungun, Karo, Aceh, Angkola, Padang Lawas, Bugis. Pada umunya setiap kelompok etnis di Sibolga membentuk perkumpulan yang bertujuan untuk membina kesatuan dan kebersamaan etnis tersebut. Bahkan dalam etnis-etnis tersebut masih ada perkumpulan dibawahnya seperti pekumpulan marga, perkumpulan berdasarkan daerah asal dan lain-lain.Untuk menjaga keharmonisan hubungan antar etnis dan antar tradisi adat yang berbeda-beda maka dibentuklah Forum Komunikasi Lembaga Adat (FORKALA). Dan khusus untuk etnis Batak telah dibentuk Lembaga Adat Masyarakat Batak Sibolga Tapanuli Tengah (LAMBASA-TT) yang bertujuan untuk pengembangan adat batak di Sibolga Tapanuli Tengah serta kegiatan-kegiatan yang terkait dengan itu. (Dispundar Kota Sibolga).

2.4. Mata Pencarian Hidup

Masyarakat Suku Pesisir sebagai penduduk asli dikawasan Pesisir Pantai Barat Sumatera Utara mempunyai mata pencaharian sebagai Nelayan, Petani, Pedagang, PegawaiNegeri, ABRI, Buruh, Pengerajin, Penarik becak, dan lain-lain.Sesuai dengan alam pantai, tentunya sebagian besar mata pencaharian penduduknya adalah sebagai nelayan.

(54)

Brerikut merupakan beberapa jenis nelayan serta cara menangkap ikan :

1. Nelayan Pamukek

Nelayan Pamukek adalah nelayan yang menggunakan pukat atau jaring untuk menangkap ikan dilaut, yang digerakkan oleh mesin maupun tenaga manusia untuk menarik jaring dan mengangkat ikan tangkapannya.

2. Nelayan Penjaring

Nelayan yang pekerjaannya menangkap ikan dilaut dengan mempergunakan jaringyang digerakkan oleh mesin dan tenaga manusia bersama - sama baik ditengah laut maupun ditepi pantai.

3. Pukek Tapi

Nelayan yang pekerjaannya menangkap ikan dengan pukat ditepi pantai dengan mempergunakan tenaga manusia yang ditarik dari kejauhan 1 km dari pantai bersama-sama dan biasanya para Nelayan Pamuge akan membeli ikan yang telah siap dipasarkan kepada masyarakat ditempat penangkapan ikan.

4. Nelayan Pamuge

Nelayan pamuge adalah nelayan yang pekerjaannya membeli ikan dari nelayan ditengan laut, dari para nelayan penjaring atau nelayan yang menangkap ikan ditengah laut.

5. Nelayan Paralong-alaong/Parlanja

(55)

6. Nelayan Panjamu

Nelayan Panjamu adalah nelayan yang pekerjaannya hanya menjemur ikan yang telah dibelinya dari nelayan penjaring dan kemudian setelah ikan kering maka akan dijual kepada nelayan pagudang (orang yang membeli ikan yang sudah kering un tukdipasarkan kedaerah lain).

7. Nelayan Pagudang

Nelayan Pagudang adalah nelayan yang pekerjaannya sebagai pembeli ikan yang sudah dijemur oleh nelayan panjamu untuk dikumpulkan ditempat pergudangannya dan dijual kepada para pedagang ikan dari luar kota Sibolga.

2.5. Sistem Kekerabatan

Sitem kekerabatan pada masyarakat pesisir Sibolga mengikuti garis keturunan dari ayah atau sering disebut patrialinea. Karena dalam kehidupan keseharian, adat pesisir bersentuhan langsung dengan adat batak khususnya adat Batak

Gambar

Tabel diatas menjelaskan bahwa jumlah penduduk yang ada dikota Sibolga
Tabel 2.2.
Tabel 2.3. Sarana dan Prasarana Pendukung Sektor Kelautan dan Perikanan
Tabel 2.4.
+7

Referensi

Dokumen terkait

*DPEDU0HNDQLVPHWUDQVIHUKLGURJHQDVLNDWDOLWLNSROLLVRSUHQDROHKGLLPLGD )LJXUH3RO\LVRSUHQHFDWDO\WLFWUDQVIHUK\GURJHQDWLRQE\GLLPLGDPHFKDQLVP :DNWXSHQDPEDKDQUHDNWDQ

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya yang berlimpah sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan menyusus

Jenis banjir ini biasanya berlangsung dalam waktu lama dan sama sekali tidak ada tanda-tanda gangguan cuaca pada waktu banjir melanda dataran – sebab peristiwa alam yang

memperlihatkan bahwa responden yang paling banyak adalah ibu yang memberikan ASI eksklusif pada bayinya ketika berusia 0-6 bulan dan mempunyai bayi dengan status gizi baik yaitu

Berdasarkan perhitungan di atas dapat disimpulkan bahwa tanah dasar yang diberi PVD dengan beban timbunan di atasnya mengalami pemampatan sehingga terjadi

Evaluasi Penawaran dilaksanakan berdasarkan Dokumen Pengadaan Nomor : 001/Pustu/VIII/2017 tanggal 24 Agustus 2017, Berita Acara Penjelasan Dokumen Pengadaan, dan

The study of soil moisture plays an important role in understanding the hydrologic cycle. Though it accounts for less than 1/10000th of total earth ’s water content,

Dalam hubungan supply chain yang baik terdapat aspek sosial pengadaan yang baik dengan adanya hal tersebut hubungan antar supplier dan konsumen terjadi knowledge