• Tidak ada hasil yang ditemukan

Faktor Eksternal

Faktor eksternal dalam penelitian ini adalah faktor-faktor yang berasal dari luar diri individu atau lingkungan yang berhubungan seseorang untuk ikut berpartisipasi dalam program PNPM-Mandiri. Faktor eksternal meliputi kepemimpinan formal/informal, intensitas sosialisasi kegiatan pada Program Pinjaman Bergulir Desa Kotabatu, Kecamatan Ciomas, Kabupaten Bogor.

Keaktifan Pemimpin

Keaktifan pemimpin adalah kemampuan pemimpin desa dalam mengajak masyarakat mengikuti kegiatan yang dilihat dari keaktifan pemimpin dan frekuensi kedatangannya dalam kegiatan tersebut. Data dapat dilihat pada Tabel 14. Responden yang merasakan kemampuan pemimpin tinggi dalam meningkatkan partisipasi masyarakat sebanyak 12 orang (26.66%) dan responden yang merasakan kemampuan pemimpin rendah dalam meningkatkan partisipasi masyarakat sebanyak 33 orang (73.33%). Responden yang merasakan keaktifan pemimpin tinggi adalah responden yang tempat tinggalnya berdekatan dengan ketua RT/RW, responden yang sering mengunjungi kantor desa atau keluarga dari ketua RT/RW tersebut.

Tabel 14 Sebaran jumlah dan persentase responden menurut faktor eksternal dalam Program Pinjaman Bergulir di Desa Kotabatu

Faktor eksternal (n=45) Jumlah

(orang) Persentase (%)

Keaktifan pemimpin Tinggi 12 26.67

Rendah 33 73.33

Intensitas komunikasi Tinggi 18 40.00

Rendah 27 60.00

Intensitas sosialiasi kegiatan

Tinggi 14 31.11

Rendah 31 68.89

Keaktifan fasilitator Tinggi 10 22.22

Rendah 35 77.78

Intensitas Komunikasi

Intensitas komunikasi adalah frekuensi penyampaian informasi, ide, sikap, atau emosi dari satu orang atau kelompok ke orang atau kelompok lainnya oleh tim pendamping/fasilitator. Data dapat dilihat pada Tabel 14. Responden yang merasakan penyampaian informasi oleh tim pendamping/fasilitator tinggi dalam meningkatkan partisipasi masyarakat sebanyak 18 orang (40%) dan responden yang merasakan penyampaian informasi oleh tim pendamping/fasilitator rendah dalam meningkatkan partisipasi masyarakat sebanyak 27 orang (60%). Hal tersebut dikarenakan kurangnya jumlah anggota UPK yang hanya ada satu orang

saja, yaitu bu WI. Terbatasnya akses dan waktu untuk selalu berkomunikasi dengan seluruh anggota Program Pinjaman Bergulir yang tersebar di seluruh wilayah Desa Kotabatu. Hal ini mengakibatkan intensitas komunikasi antara tim pendamping dan anggota Program Pinjaman Bergulir lemah.

Intensitas Sosialisasi Kegiatan

Intensitas sosialisasi kegiatan adalah frekuensi pertemuan yang diikuti oleh masyarakat untuk menambah informasi tentang suatu kegiatan. Data dapat dilihat pada Tabel 14. Responden yang merasakan frekuensi pertemuan oleh tim pendamping/fasilitator tinggi dalam meningkatkan partisipasi masyarakat sebanyak 14 orang (31.11%) dan responden yang merasakan frekuensi pertemuan oleh tim pendamping/fasilitator rendah dalam meningkatkan partisipasi masyarakat sebanyak 31 orang (68.88%). Kegiatan pelatihan atau pendampingan oleh tim pendamping atau fasilitator hanya dilakukan jika ada perintah dari pusat saja, tidak berdasarkan permasalahan yang terjadi di anggota KSM Program Pinjaman Bergulir. Hal tersebut mengakibatkan kurangnya pengetahuan masyarakat dalam menjalankan modal bantuan usaha dari Program Pinjaman Bergulir, seperti permasalahan tentang beberapa mantan anggota Program Pinjaman Bergulir yang tidak mengembalikan uang program karena merasa uang tersebut juga berasal dari uang masyarakat.

Keaktifan Fasilitator

Keaktifan fasilitator adalah frekuensi tim pendamping dalam mendampingi dan membantu masyarakat di lapangan. Data dapat dilihat pada Tabel 14. Responden yang merasakan frekuensi tim pendamping/fasilitator dalam mendampingi masyarakat tinggi sebanyak 10 orang (22.22%) dan responden yang merasakan frekuensi tim pendamping/fasilitator dalam mendampingi masyarakat rendah sebanyak 35 orang (77.77%). Kurangnya komunikasi dan sosialisasi kegiatan oleh fasilitator menjadi penyebab rendahnya keaktifan fasilitator yang dirasakan oleh anggota KSM. Berdasarkan informasi di lapangan, banyak responden yang tidak mengenal pak KM sebagai fasilitator. Sebagian besar responden hanya mengenal bu WI sebagai anggota UPK yang sering memberitahu informasi tentang Program Pinjaman Bergulir.

Hubungan Faktor Eksternal dengan Tingkat Partisipasi Masyarakat

Tabulasi silang antara faktor eksternal (keaktifan pemimpin formal/ informal, intensitas komunikasi, intensitas sosialisasi kegiatan dan keaktifan fasilitator) dengan tingkat partisipasi masyarakat disajikan dalam tabel-tabel berikut. Uji statistik yang dilakukan dengan menggunakan korelasi rank- Spearman, akan menguji hubungan antara keaktifan pemimpin formal/informal, intensitas komunikasi, intensitas sosialisasi kegiatan dan keaktifan fasilitator dengan tingkat partisipasi masyarakat pada Program Pinjaman Bergulir Di Desa Kotabatu, Kecamatan Ciomas, Kabupaten Bogor.

Hubungan Keaktifan Pemimpin Formal/Informal dengan Tingkat Partisipasi Masyarakat

Keaktifan pemimpin adalah kemampuan pemimpin desa (kepala desa, kepala RW dan kepala RT) dalam mengajak masyarakat mengikuti kegiatan yang dilihat dari keaktifan pemimpin dan frekuensi kedatangannya dalam kegiatan tersebut. Berdasarkan Tabel 15, dapat dilihat pada kategori keaktifan pemimpin yang rendah, tingkat partisipasi masyarakat tergolong rendah. Sebaliknya pada kategori keaktifan pemimpin yang tinggi, tingkat partisipasi masyarakat cenderung tinggi. Hal ini menunjukan tidak terdapat kecenderungan hubungan antara tingkat keaktifan pemimpin formal/informal dengan tingkat partisipasi masyarakat dalam Program Pinjaman Bergulir.

Tabel 15 Hubungan keaktifan pemimpin dengan tingkat partisipasi masyarakat dalam Program Pinjaman Bergulir di Desa Kotabatu

Keaktifan pemimpin Tingkat partisipasi Rendah Tinggi n % n % Rendah 19 57.58 14 42.42 Tinggi 3 25.00 9 75.00

Uji statistik dilakukan dengan menggunakan Rank Spearman (Lampiran 5), dengan nilai signifikansi yaitu sebesar 0.055. Hal ini menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara keaktifan pemimpin formal/informal dengan tingkat partisipasi masyarakat pada selang kepercayaan 95% (p>0.05). Berdasarkan hasil tersebut, maka tolak Hipotesis 2 yaitu bahwa keaktifan pemimpin tidak berhubungan nyata dengan tingkat partisipasi masyarakat dalam Program Pinjaman Bergulir di Desa Kotabatu, Kecamatan Ciomas, Kabupaten Bogor.

Penelitian ini membuktikan bahwa tidak terdapat hubungan nyata antara keaktifan pemimpin formal/informal dengan tingkat partisipasi masyarakat. Hal ini berbeda dengan pendapat Tjokroamidjojo dalam Girsang (2011) yang mengungkapkan faktor-faktor yang perlu mendapatkan perhatian dalam partisipasi masyarakat salah satunya adalah faktor kepemimpinan, dalam menggerakkan partisipasi sangat diperlukan adanya pimpinan dan kualitas. Masyarakat mengetahui adanya Program Pinjaman Bergulir dengan mencari-cari informasi secara mandiri ke kantor desa atau melalui tim pendamping dan relawan dari PNPM. Peran pemimpin seperti kepala desa, ketua RW dan ketua RT kurang terlihat di beberapa wilayah. Hal ini seperti yang diungkapkan oleh responden yaitu sebagai berikut:

“... RT sama RW ngasih tau malah pas saya udah dapet uang aja.

Telat ngasih taunya soalnya saya cari-cari dari desa langsung” (NA 59 tahun)

Hal ini diperkuat oleh pendapat responden yang tidak merasakan keaktifan pemimpin, yaitu sebagai berikut:

“ ... saya tau dari kader posyandu aja neng, bu YN dia suka ngasih tau ke warga-warga” (LI 32 tahun)

Hubungan Intensitas Komunikasi dengan Tingkat Partisipasi Masyarakat

Intensitas komunikasi adalah frekuensi penyampaian informasi, ide, sikap, atau emosi dari satu orang atau kelompok ke orang atau kelompok lainnya. Berdasarkan Tabel 16, dapat dilihat pada kategori intensitas komunikasi yang rendah, tingkat partisipasi masyarakat tergolong rendah. Sebaliknya pada kategori intensitas komunikasi yang tinggi, tingkat partisipasi masyarakat tergolong tinggi. Hal ini menunjukan terdapat kecenderungan hubungan antara tingkat intensitas komunikasi dengan tingkat partisipasi masyarakat dalam Program Pinjaman Bergulir.

Tabel 16 Hubungan intensitas komunikasi dengan tingkat partisipasi masyarakat dalam Program Pinjaman Bergulir di Desa Kotabatu

Intensitas komunikasi Tingkat partisipasi Rendah Tinggi n % n % Rendah 18 66.67 9 33.33 Tinggi 4 22.22 14 77.78

Uji statistik dilakukan dengan menggunakan Rank Spearman (Lampiran 5), dengan nilai signifikansi yaitu sebesar 0.003. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara intensitas komunikasi dengan tingkat partisipasi masyarakat pada selang kepercayaan 99% (p<0.01). Berdasarkan hasil tersebut, maka terima Hipotesis 2 yaitu bahwa intensitas komunikasi berhubungan nyata dengan tingkat partisipasi masyarakat dalam Program Pinjaman Bergulir di Desa Kotabatu, Kecamatan Ciomas, Kabupaten Bogor.

Penelitian ini membuktikan bahwa terdapat hubungan nyata antara intensitas komunikasi dengan tingkat partisipasi masyarakat. Hal ini serupa dengan pendapat Tjokroamidjojo dalam Girsang (2011) yang mengungkapkan faktor-faktor yang perlu mendapatkan perhatian dalam partisipasi masyarakat adalah faktor komunikasi berupa gagasan-gagasan, ide, kebijaksanaan dan rencana-rencana baru akan mendapat dukungan bila diketahui dan dimengerti oleh masyarakat. Semakin efektif komunikasi antara tim pendamping, tokoh-tokoh masyarakat dan masyarakat yang mengikuti Program Pinjaman Bergulir dapat berdampak terhadap tingkat partisipasi masyarakat yang efektif pula. Intensitas komunikasi dilakukan oleh tim pendamping yaitu bu WI, dengan memberitahukan informasi tentang pencairan uang, jatuh tempo pengembalian pinjaman dan pelatihan-pelatihan yang akan dilaksanakan.

Hubungan Intensitas Sosialisasi Kegiatan dengan Tingkat Partisipasi Masyarakat

Intensitas sosialisasi kegiatan adalah frekuensi pertemuan yang diikuti oleh masyarakat untuk menambah informasi tentang suatu kegiatan. Berdasarkan Tabel 17, dapat dilihat pada kategori intensitas sosialisasi kegiatan yang rendah, tingkat partisipasi masyarakat tergolong rendah. Sebaliknya pada kategori intensitas sosialisasi kegiatan yang tinggi, tingkat partisipasi masyarakat tergolong tinggi. Hal ini menunjukan terdapat kecenderungan hubungan antara tingkat intensitas sosialisasi kegiatan dengan tingkat partisipasi masyarakat dalam Program Pinjaman Bergulir.

Tabel 17 Hubungan intensitas sosialiasi kegiatan dengan tingkat partisipasi masyarakat dalam Program Pinjaman Bergulir di Desa Kotabatu

Intensitas sosialiasi kegiatan Tingkat partisipasi Rendah Tinggi n % n % Rendah 19 61.29 12 38.71 Tinggi 3 21.43 11 78.57

Uji statistik dilakukan dengan menggunakan Rank Spearman (Lampiran 5), dengan nilai signifikansi yaitu sebesar 0.013. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara intensitas sosialiasi kegiatan formal/informal dengan tingkat partisipasi masyarakat pada selang kepercayaan 95% (p<0.05). Berdasarkan hasil tersebut, maka terima Hipotesis 2 yaitu bahwa intensitas sosialiasi kegiatan berhubungan nyata dengan tingkat partisipasi masyarakat dalam Program Pinjaman Bergulir di Desa Kotabatu, Kecamatan Ciomas, Kabupaten Bogor.

Penelitian ini membuktikan bahwa terdapat hubungan nyata antara intensitas sosialiasi kegiatan dengan tingkat partisipasi masyarakat. Hal ini diperkuat pula oleh pernyataan yang diberikan oleh fasilitator Desa Kotabatu yaitu sebagai berikut:

“... biasanya kalau pelatihan-pelatihan seperti kemarin yang dilakukan di kantor desa itu kasusional, dan kita ngasih pelatihan itu kalau ada jadwal dari atas aja. Misalkan ada laporan dari anggota atau UPK kalau ada KSM yang mulai renggang baru kita adain pelatihan penguatan KSM supaya mereka stabil lagi” (Fasilitator Desa Kotabatu)

Hubungan Keaktifan Fasilitator dengan Tingkat Partisipasi Masyarakat

Keaktifan fasilitator adalah frekuensi tim pendamping dalam mendampingi dan membantu masyarakat di lapangan. Berdasarkan Tabel 18, pada kategori keaktifan fasilitator yang rendah, tingkat partisipasi masyarakat cenderung rendah. Sebaliknya pada kategori keaktifan fasilitator yang tinggi, tingkat partisipasi masyarakat tinggi. Hal ini menunjukan terdapat kecenderungan hubungan antara tingkat keaktifan pemimpin formal/informal dengan tingkat partisipasi masyarakat dalam Program Pinjaman Bergulir.

Tabel 18 Hubungan keaktifan fasilitator dengan tingkat partisipasi masyarakat dalam Program Pinjaman Bergulir di Desa Kotabatu

Keaktifan fasilitator Tingkat partisipasi Rendah Tinggi n % n % Rendah 20 57.14 15 42.86 Tinggi 2 20.00 8 80.00

Uji statistik dilakukan dengan menggunakan Rank Spearman (Lampiran 5), dengan nilai signifikansi yaitu sebesar 0.039. Hal ini menunjukkan bahwa

terdapat hubungan yang signifikan antara keaktifan fasilitator formal/informal dengan tingkat partisipasi masyarakat pada selang kepercayaan 95% (p<0.05). Berdasarkan hasil tersebut, maka terima Hipotesis 2 yaitu bahwa keaktifan fasilitator berhubungan nyata dengan tingkat partisipasi masyarakat dalam Program Pinjaman Bergulir di Desa Kotabatu, Kecamatan Ciomas, Kabupaten Bogor.

Penelitian ini membuktikan bahwa terdapat hubungan nyata antara keaktifan fasilitator dengan tingkat partisipasi masyarakat. Hal ini diperkuat oleh fakta di lapang yaitu kebanyakan dari responden tidak mengenal fasilitator, karena mereka jarang mengikuti pelatihan-pelatihan yang diadakan, seperti yang diungkapkan oleh responden sebagai berikut:

“... saya gak kenal sama pak KM neng, yang saya tau bu WI aja” (IN 40 tahun)

Hal ini serupa dengan pendapat HN berusia 50 tahun sebagai responden dalam penelitian ini, yaitu sebagai berikut:

“... saya kalo dateng pelatihan mah dateng aja, tapi gak tau yang ngomong di depan siapa namanya” (HN 50 tahun)

Ikhtisar

Faktor eksternal dalam penelitian ini adalah faktor-faktor yang berasal dari luar diri individu atau lingkungan yang berhubungan seseorang untuk ikut berpartisipasi dalam program PNPM-Mandiri. Faktor eksternal meliputi kepemimpinan formal/informal, intensitas sosialisasi kegiatan pada Program Pinjaman Bergulir Desa Kotabatu, Kecamatan Ciomas, Kabupaten Bogor.

Keaktifan pemimpin diuji dengan menggunakan uji statistik Rank Spearman (Lampiran 5), dengan nilai signifikansi yaitu sebesar 0.055. Berdasarkan hasil tersebut, maka tolak Hipotesis 2 yaitu bahwa keaktifan pemimpin tidak berhubungan nyata dengan tingkat partisipasi masyarakat dalam Program Pinjaman Bergulir di Desa Kotabatu, Kecamatan Ciomas, Kabupaten Bogor. Peran pemimpin seperti kepala desa, ketua RW dan ketua RT kurang terlihat di beberapa wilayah, sehingga masyarakat mengetahui adanya Program Pinjaman Bergulir dengan mencari-cari informasi secara mandiri ke kantor desa atau melalui tim pendamping dan relawan dari PNPM.

Intensitas komunikasi diuji dengan menggunakan uji statistik Rank Spearman (Lampiran 5), dengan nilai signifikansi yaitu sebesar 0.003. Penelitian ini membuktikan bahwa terdapat hubungan nyata antara intensitas komunikasi dengan tingkat partisipasi masyarakat. Semakin efektif komunikasi antara tim pendamping, tokoh-tokoh masyarakat dan masyarakat yang mengikuti Program Pinjaman Bergulir dapat berdampak terhadap tingkat partisipasi masyarakat yang efektif pula.

Intensitas sosialiasi kegiatan diuji dengan menggunakan uji statistik Rank Spearman (Lampiran 5), dengan nilai signifikansi yaitu sebesar 0.013. Penelitian ini membuktikan bahwa terdapat hubungan nyata antara intensitas sosialiasi kegiatan dengan tingkat partisipasi masyarakat. Keaktifan fasilitator diuji dengan

menggunakan uji statistik Rank Spearman (Lampiran 5), dengan nilai signifikansi yaitu sebesar 0.039. Penelitian ini membuktikan bahwa terdapat hubungan nyata antara keaktifan fasilitator dengan tingkat partisipasi masyarakat.

HUBUNGAN TINGKAT PARTISIPASI MASYARAKAT

Dokumen terkait