• Tidak ada hasil yang ditemukan

Catatan: Berhubungan

Gambar 1 Kerangka Pemikiran

Faktor Internal: 1. Usia 2. Tingkat pendidikan 3. Jenis pekerjaan 4. Tingkat Pendapatan Faktor Eksternal: 1. Keaktifan pemimpin formal/informal 2. Intensitas komunikasi 3. Intensitas sosialisasi kegiatan 4. Keaktifan fasilitator

Tingkat partisipasi masyarakat - Tahap pengambilan

keputusan

- Tahap pelaksanaan

- Tahap menikmati hasil

- Tahap evaluasi

Tingkat Pencapaian:

1. Peningkatan fasilitas sarana sosial dan ekonomi 2. Peningkatan peluang usaha 3. Peningkatan partisipasi masyarakat dalam kegiatan ekonomi pedesaan 4. Peningkatan pendapatan rumahtangga 5. Peningkatan kemandirian warga dalam menunjang kebutuhan hidup

Hipotesis

Berdasarkan dari kerangka pemikiran yang telah dibuat, maka hipotesis yang dirumuskan dalam penelitian adalah:

1. Terdapat hubungan nyata antara faktor internal (usia, tingkat pendidikan, jenis pekerjaan dan tingkat pendapatan) dengan tingkat partisipasi masyarakat pada Program Pinjaman Bergulir Desa Kotabatu, Kecamatan Ciomas, Kabupaten Bogor.

2. Terdapat hubungan nyata antara faktor eksternal (keaktifan pemimpin formal/informal, intensitas komunikasi, intensitas sosialisasi kegiatan dan keaktifan fasilitator) dengan tingkat partisipasi masyarakat pada Program Pinjaman Bergulir Desa Kotabatu, Kecamatan Ciomas, Kabupaten Bogor.

3. Terdapat hubungan nyata antara tingkat partisipasi masyarakat dengan tingkat pencapaian yang diperoleh masyarakat pada Program Pinjaman Bergulir Desa Kotabatu, Kecamatan Ciomas, Kabupaten Bogor.

Definisi Operasional Faktor internal

Faktor internal atau karakteristik individu adalah faktor-faktor yang terdapat dalam individu responden yang dapat memotivasi diri atau merupakan dorongan dalam diri untuk ikut berpartisipasi dalam program PNPM-Mandiri. Faktor internal meliputi usia, tingkat pendidikan, jenis pekerjaan dan tingkat pendapatan pada Program Pinjaman Bergulir Desa Kotabatu, Kecamatan Ciomas, Kabupaten Bogor.

1. Usia adalah lama hidup responden pada saat penelitian dilakukan yang dihitung sejak hari kelahiran yang dinyatakan dalam satuan tahun. Pengelompokkan usia berdasarkan data di lapang dan dibedakan dalam skala ordinal.

a. Usia 20 sampai 40 tahun, diberi skor 1 b. Usia 41 sampai >80 tahun, diberi skor 2

2. Tingkat pendidikan adalah jenjang sekolah formal tertinggi yang pernah diikuti oleh responden. Tingkat pendidikan dikategorikan ke dalam beberapa kategori berdasarkan data BPS per Mei 2012 membagi tingkat pendidikan tertinggi yang ditamatkan 2010-2012 dan diukur dalam skala ordinal.

a. Tidak sekolah, diberi skor 1 b. SD, diberi skor 2

c. SMP, diberi skor 3 d. SMA/SMK, diberi skor 4

3. Jenis Pekerjaan adalah kegiatan yang langsung memperoleh penghasilan berupa uang. Jenis pekerjaan dikategorikan berdasarkan keadaan di lapangan dan diukur dengan skala nominal.

b. Ibu rumahtangga, diberi kode 2 c. Buruh/pedagang, diberi kode 3 d. Karyawan swasta, diberi kode 4

4. Tingkat pendapatan adalah jumlah rupiah pemasukan atau pendapatan total yang diperoleh konsumen dalam sebulan. Tingkat pendapatan digolongkan berdasarkan Upah Minimum Kabupaten Bogor tahun 2013 dikelompokkan ke dalam dua kategori pendapatan dan diukur dalam skala ordinal.

a. <Rp2 042 000, diberi skor 1 b. >Rp2 042 000, diberi skor 2

Faktor Eksternal

Faktor eksternal adalah faktor-faktor yang berasal dari luar diri individu atau lingkungan yang berhubungan seseorang untuk ikut berpartisipasi dalam program PNPM-Mandiri. Faktor eksternal meliputi keaktifan pemimpin formal/informal, intensitas komunikasi, intensitas sosialisasi kegiatan dan keaktifan fasilitator pada Program Pinjaman Bergulir Desa Kotabatu, Kecamatan Ciomas, Kabupaten Bogor.

1. Keaktifan pemimpin adalah kemampuan pemimpin desa (kepala desa, kepala RW dan kepala RT) dalam mengajak masyarakat mengikuti kegiatan yang dilihat dari keaktifan pemimpin dan frekuensi kedatangannya dalam kegiatan tersebut. Keaktifan pemimpin diukur dalam skala ordinal yang digolongkan menjadi:

1. Kemampuan pemimpin formal/informal dalam menyampaikan informasi tentang Program Pinjaman Bergulir, dikategorikan menjadi:

a. Rendah, diberi skor 1 b. Tinggi, diberi skor 2

2. Kemampuan pemimpin formal/informal dalam mengarahkan masyarakat untuk terlibat dalam Program Pinjaman Bergulir, dikategorikan menjadi:

a. Rendah, diberi skor 1 b. Tinggi, diberi skor 2

3. Kemampuan pemimpin formal/informal ketika Program Pinjaman Bergulir sedang terlaksana, dikategorikan menjadi:

a. Rendah, diberi skor 1 b. Tinggi, diberi skor 2

4. Kemampuan pemimpin formal/informal dalam menyampaikan informasi dalam tahap evaluasi Program Pinjaman Bergulir, dikategorikan menjadi:

a. Rendah, diberi skor 1 b. Tinggi, diberi skor 2

Berdasarkan kategori tersebut, maka dapat dikategorikan keaktifan pemimpin formal/informal yang diperoleh tinggi (skor 7-8) skor 2 dan keaktifan pemimpin formal/informal yang diperoleh rendah (skor 4-6) skor 1.

2. Intensitas komunikasi adalah frekuensi penyampaian informasi, ide, sikap, atau emosi dari satu orang atau kelompok ke orang atau kelompok lainnya. Intensitas komunikasi diukur dalam skala ordinal yang digolongkan menjadi:

1. Frekuensi proses komunikasi yang dilakukan oleh tim pendamping/fasilitator dalam menyampaikan informasi tentang Program Pinjaman Bergulir, dikategorikan menjadi:

a. Rendah, diberi skor 1 b. Tinggi, diberi skor 2

2. Frekuensi proses komunikasi yang dilakukan oleh tim

pendamping/fasilitator dalam mengarahkan masyarakat untuk terlibat dalam Program Pinjaman Bergulir, dikategorikan menjadi:

a. Rendah, diberi skor 1 b. Tinggi, diberi skor 2

3. Frekuensi proses komunikasi yang dilakukan oleh tim

pendamping/fasilitator ketika Program Pinjaman Bergulir sedang terlaksana, dikategorikan menjadi:

a. Rendah, diberi skor 1 b. Tinggi, diberi skor 2

4. Frekuensi proses komunikasi yang dilakukan oleh tim

pendamping/fasilitator dalam tahap evaluasi Program Pinjaman Bergulir, dikategorikan menjadi:

a. Rendah, diberi skor 1 b. Tinggi, diberi skor 2

Berdasarkan kategori tersebut, maka dapat dikategorikan intensitas komunikasi yang diperoleh tinggi (skor 7-8) skor 2 dan intensitas komunikasi yang diperoleh rendah (skor 4-6) skor 1.

3. Intensitas sosialisasi kegiatan adalah frekuensi pertemuan yang diikuti oleh masyarakat untuk menambah informasi tentang suatu kegiatan. Intensitas sosialisasi diukur dalam skala ordinal yang digolongkan menjadi:

1. Frekuensi pengaruh sosialisasi kegiatan yang dilakukan oleh tim pendamping/fasilitator pada awal diadakan Program Pinjaman Bergulir, yang dikategorikan menjadi:

a. Rendah, diberi skor 1 b. Tinggi, diberi skor 2

2. Frekuensi pengaruh sosialisasi kegiatan yang dilakukan oleh tim pendamping/fasilitator ketika diadakan Program Pinjaman Bergulir, yang dikategorikan menjadi:

a. Rendah, diberi skor 1 b. Tinggi, diberi skor 2

3. Frekuensi pengaruh sosialisasi kegiatan yang dilakukan oleh tim pendamping/fasilitator ketika Program Pinjaman Bergulir sedang terlaksana, yang dikategorikan menjadi:

a. Rendah, diberi skor 1 b. Tinggi, diberi skor 2

4. Frekuensi pengaruh sosialisasi kegiatan yang dilakukan oleh tim pendamping/fasilitator dalam tahap evaluasi Program Pinjaman Bergulir, yang dikategorikan menjadi:

a. Rendah, diberi skor 1 b. Tinggi, diberi skor 2

Berdasarkan kategori tersebut, maka dapat dikategorikan intensitas sosialisasi kegiatan yang diperoleh tinggi (skor 7-8) skor 2 dan intensitas sosialisasi kegiatan yang diperoleh rendah (skor 4-6) skor 1.

4. Keaktifan fasilitator adalah frekuensi tim pendamping dalam mendampingi dan membantu masyarakat di lapangan. Keaktifan diukur dalam skala ordinal yang digolongkan menjadi:

1. Frekuensi keaktifan fasilitator pada tahap pengambilan keputusan Program Pinjaman Bergulir, yang dikategorikan menjadi:

a. Rendah, diberi skor 1 b. Tinggi, diberi skor 2

2. Frekuensi keaktifan fasilitator pada tahap pelaksanaan Program Pinjaman Bergulir, yang dikategorikan menjadi:

a. Rendah, diberi skor 1 b. Tinggi, diberi skor 2

3. Frekuensi keaktifan fasilitator pada tahap menikmati hasil Program Pinjaman Bergulir, yang dikategorikan menjadi:

a. Rendah, diberi skor 1 b. Tinggi, diberi skor 2

4. Frekuensi keaktifan fasilitator pada tahap evaluasi Program Pinjaman Bergulir, yang dikategorikan menjadi:

a. Rendah, diberi skor 1 b. Tinggi, diberi skor 2

Berdasarkan kategori tersebut, maka dapat dikategorikan keaktifan fasilitator yang diperoleh tinggi (skor 7-8) skor 2 dan keaktifan fasilitator yang diperoleh rendah (skor 4-6) skor 1.

Tingkat Partisipasi

Tingkat partisipasi adalah keikutsertaan anggota atau masyarakat dalam semua tahapan kegiatan kelompok yang meliputi tahap pengambilan keputusan, pelaksanaan, evaluasi dan menikmati hasil pada Program Pinjaman Bergulir Desa Kotabatu, Kecamatan Ciomas, Kabupaten Bogor.

1. Tahap pengambilan keputusan adalah keikutsertaan responden dalam mengikuti rapat/penyusunan rencana suatu kegiatan. Tahap pengambilan keputusan yang dinilai adalah keaktifan secara kehadiran, peran dalam kegiatan rapat, keaktifan masyarakat dalam memberikan masukan dan kemampuan mengidentifikasi masalah dalam kegiatan. Mengetahui tingkat partisipasi dalam pengambilan keputusan digunakan lima butir pertanyaan dengan jawaban yang dikategorikan menjadi:

a. Tidak, diberi skor 1 b. Ya diberi skor 2

2. Tahap pelaksanaan program adalah keikutsertaan responden dalam pelaksanaan kegiatan. Partisipasi diukur berdasarkan sumbangan materi dan bentuk tindakan yang dilakukan. Mengetahui tingkat partisipasi dalam pelaksanaan program digunakan lima butir pertanyaan dengan jawaban yang dikategorikan menjadi:

b. Ya, diberi skor 2

3. Tahap menikmati hasil adalah keikutsertaan responden dalam memanfaatkan program yang telah dilaksanakan. Mengetahui tingkat partisipasi dalam menikmati hasil digunakan lima butir pertanyaan dengan jawaban yang dikategorikan menjadi:

a. Tidak, diberi skor 1 b. Ya, diberi skor 2

4. Tahap evaluasi adalah keikutsertaan responden dalam memberikan masukan demi perbaikan pelaksanaan program selanjutnya. Mengetahui tingkat partisipasi dalam evaluasi digunakan lima butir pertanyaan dengan jawaban yang dikategorikan menjadi:

a. Tidak, diberi skor 1 b. Ya, diberi skor 2

Berdasarkan kategori tersebut, maka dapat dikategorikan tingkat partisipasi masyarakat dapat dikategorikan menjadi, tingkat partisipasi tinggi (skor 31-40) skor 2 dan tingkat partisipasi rendah (skor 20-30) skor 1.

Tingkat Pencapaian

Tingkat pencapaian adalah capaian yang dapat dirasakan manfaatnya oleh masyarakat dari Program Pinjaman Bergulir Desa Kotabatu, Kecamatan Ciomas, Kabupaten Bogor.

1. Meningkatnya fasilitas sarana sosial yang ada di Desa Kotabatu, yang dikategorikan menjadi:

a. Tidak diberi skor 1 b. Ya diberi skor 2

2. Meningkatnya fasilitas sarana ekonomi yang ada di Desa Kotabatu, yang dikategorikan menjadi:

a. Tidak diberi skor 1 b. Ya diberi skor 2

3. Meningkatnya peluang usaha untuk masyarakat yang mengikuti Program Pinjaman Bergulir di Desa Kotabatu, yang dikategorikan menjadi:

a. Tidak diberi skor 1 b. Ya diberi skor 2

4. Meningkatnya partisipasi masyarakat dalam kegiatan ekonomi pedesaan setelah mengikuti Program Pinjaman Bergulir di Desa Kotabatu, yang dikategorikan menjadi:

a. Tidak diberi skor 1 b. Ya diberi skor 2

5. Meningkatnya pendapatan rumahtangga masyarakat setelah mengikuti Program Pinjaman Bergulir di Desa Kotabatu, yang dikategorikan menjadi: a. Tidak diberi skor 1

6. Meningkatnya kemandirian warga dalam menunjang kebutuhan hidup masyarakat Desa Kotabatu setelah mengikuti Program Pinjaman Bergulir di Desa Kotabatu, yang dikategorikan menjadi:

a. Tidak, diberi skor 1 b. Ya, diberi skor 2

Berdasarkan kategori tersebut, maka dapat dikategorikan hasil yang diperoleh masyarakat menjadi, tingkat pencapaian yang diperoleh rendah (skor 8- 11) skor 1 dan tingkat pencapaian yang diperoleh tinggi (skor 12) skor 2. Hasil tersebut diperoleh dari penggolongan rata-rata pembagian nilai pada keseluruhan jawaban responden.

Dokumen terkait