• Tidak ada hasil yang ditemukan

Faktor Internal

Faktor internal dalam penelitian ini merupakan karakteristik responden yang terdiri dari usia, tingkat pendidikan, jenis pekerjaan dan tingkat pendapatan responden pada Program Pinjaman Bergulir Desa Kotabatu, Kecamatan Ciomas, Kabupaten Bogor.

Usia

Penelitian ini responden mengambil secara acak dengan jumlah 45 orang. Data dapat dilihat pada Tabel 7. Kategori usia dalam penelitian ini dibagi menjadi dua yaitu 20 sampai 40 tahun sebanyak 20 orang (44.44%) dan 41 sampai >80 tahun sebanyak 25 orang (55.56%). Sebagian besar responden yang mengikuti Program Pinjaman Bergulir berusia 41 sampai >80 tahun.

Tabel 7 Sebaran jumlah dan persentase responden menurut faktor internal dalam Program Pinjaman Bergulir di Desa Kotabatu

Karakteristik individu (n=45) Jumlah

(orang) Persentase (%)

Usia 20 sampai 40 tahun 20 44.44

41 sampai >80 tahun 25 55.56 Tingkat pendidikan Tidak sekolah 3 6.67 SD 22 48.89 SMP 12 26.67 SMA/SMK 8 17.77 Jenis pekerjaan Tidak bekerja 0 0 Ibu rumahtangga 43 95.56 Buruh/pedagang 2 4.44 Karyawan swasta 0 0 Tingkat pendapatan < Rp2 042 000 32 71.11 > Rp2 042 000 13 28.89 Tingkat Pendidikan

Penelitian ini membagi tingkat pendidikan responden berdasarkan data BPS, tingkat pendidikan tertinggi yang ditamatkan 2010-2012. Data dapat dilihat pada Tabel 7. Responden yang tidak sekolah sebanyak tiga orang (6.67%), responden yang menamatkan Sekolah Dasar sebanyak 22 orang (48.89%), responden yang menamatkan Sekolah Menengah Pertama sebanyak 12 orang (26.67%) dan responden yang menamatkan Sekolah Menengah Atas/Sekolah Menengah Kejuruan sebanyak delapan orang (17.77%). Rata-rata pendidikan responden yang mengikuti Program Pinjaman Bergulir adalah Sekolah Dasar sebanyak 48.88%.

Jenis Pekerjaan

Jenis pekerjaan adalah kegiatan yang langsung memperoleh penghasilan berupa uang. Jenis pekerjaan dikategorikan berdasarkan keadaan di lapang. Data dapat dilihat pada Tabel 7. Responden yang mengikuti Program Pinjaman Bergulir dibagi menjadi beberapa kategori yaitu tidak bekerja, ibu rumahtangga, buruh/pedagang dan karyawan swasta. Responden yang bekerja sebagai ibu rumahtangga sebanyak 43 orang (95.56%) dan sebagai buruh/pedagang dua orang (4.44%). Rata-rata pekerjaan yang diikuti oleh responden adalah sebagai ibu rumahtangga.

Tingkat Pendapatan

Tingkat pendapatan adalah jumlah rupiah pemasukan atau pendapatan total yang diperoleh konsumen dalam sebulan. Tingkat pendapatan digolongkan berdasarkan Upah Minimum Kabupaten Bogor tahun 2013. Data dapat dilihat pada Tabel 7. Responden yang memperoleh pendapatan di bawah Rp2 042 000 sebanyak 32 orang (71.11%), sedangkan responden yang memperoleh pendapatan di atas Rp2 042 000 sebanyak 13 orang (28.89%). Sebagian besar pendapatan responden yang mengikuti Program Pinjaman Bergulir berada pada katergori di bawah Rp2 042 000 sebanyak 71.11%, artinya program tersebut tepat sasaran karena sebagian besar warga yang pendapatannya di bawah UMP mengikuti Program Pinjaman Bergulir untuk meningkatkan pendapatan rumahtangganya.

Tingkat Partisipasi

Partisipasi adalah proses aktif inisiatif diambil oleh warga komunitas sendiri, dibimbing oleh cara berfikir mereka sendiri, dengan menggunakan sarana dan proses (lembaga dan mekanisme) dimana mereka dapat menegaskan kontrol secara efektif (Nasdian 2012). Bentuk partisipasi masyarakat di Desa Kotabatu Kecamatan Ciomas Kabupaten Bogor dalam Program Pinjaman Bergulir dimulai dari tahap pengambilan keputusan, tahap pelaksanaan, tahap menikmati hasil dan tahap evaluasi. Tingkat partisipasi yang digunakan sesuai dengan tahapan partisipasi menurut Cohen dan Uphoff seperti yang dikutip Girsang (2011), menjelaskan pengertian partisipasi adalah keterlibatan aktif masyarakat dalam proses pengambilan keputusan, pelaksanaan, pemanfaatan hasil dan evaluasi.

Secara umum, tingkat partisipasi masyarakat di Desa Kotabatu Kecamatan Ciomas Kabupaten Bogor dapat dilihat pada Tabel 8. Data pada Tabel 8 menunjukkan bahwa tingkat partisipasi masyarakat berada pada cenderung tinggi. Penelitian ini melihat tingkat partisipasi masyarakat dari keaktifan masyarakat tersebut dalam mengikuti kegiatan Program Pinjaman Bergulir dari tahap pengambilan keputusan, tahap pelaksanaan, tahap menikmati hasil dan tahap evaluasi di Desa Kotabatu, Kecamatan Ciomas, Kabupaten Bogor.

Tabel 8 Sebaran jumlah dan persentase responden menurut tingkat partisipasi dalam Program Pinjaman Bergulir di Desa Kotabatu

Tingkat partisipasi (n=45) Jumlah (orang) Persentase (%)

Tinggi 23 51.11

Rendah 22 48.89

Tingkat Partisipasi pada Tahap Pengambilan Keputusan

Tahap pengambilan keputusan Cohen dan Uphoff dalam Girsang (2011), tahap pengambilan keputusan merupakan tahapan partisipasi diwujudkan dalam keikutsertaan masyarakat dalam kegiatan rapat. Tahap pengambilan keputusan dalam penelitian ini adalah proses perencanaan yang melibatkan masyarakat dalam mengambil keputusan pada sebuah program. Tingkat partisipasi responden pada setiap tahapan dalam kegiatan Program Pinjaman Bergulir dapat dilihat pada Tabel 9.

Tabel 9 Tingkat partisipasi responden pada setiap tahapan di Desa Kotabatu Kecamatan Ciomas Kabupaten Bogor

Tahapan partisipasi Tingkat partisipasi Rendah Tinggi n % n % Pengambilan keputusan 32 71.11 13 28.89 Pelaksanaan 21 46.67 24 53.33 Menikmati hasil 3 6.67 42 93.33 Evaluasi 33 73.33 12 26.67

Keterangan: n = jumlah responden

Berdasarkan data Tabel 9, terlihat bahwa pada tahap pengambilan keputusan, responden yang memiliki tingkat partisipasi rendah yaitu sebesar 71.11% dan tingkat partisipasi tinggi yaitu sebesar 28.89%. Pada tahap ini rata- rata responden hanya mengikuti pada awal pertemuan pembentukan kelompok KSM saja, sedangkan untuk pertemuan selanjutnya diwakilkan oleh ketua kelompok atau anggota lainnya yang memiliki waktu untuk mengikuti pelatihan. Pertemuan yang dilakukan biasanya membahas mengenai perencanaan yang didasari oleh keinginan masyarakat. Penelitian ini melihat bagaimana kehadiran responden dalam mengikuti pelatihan pada awal, peran responden sebagai struktur anggota (ketua, sekretaris, bendahara, pembicara dan lain-lain) dalam pelatihan, masukan dan kritik yang diberikan responden dalam pelatihan, solusi-solusi yang diberikan responden dalam pelatihan dan peran responden dalam menentukan kegiatan-kegiatan yang akan dilaksanakan dalam Program Pinjaman Bergulir.

Tingkat partisipasi pada tahap pengambilan keputusan ini rendah karena keterlibatan masyarakat pada saat pelatihan, baik dalam memberikan ide, pendapat, masukan, dan kritikan cukup rendah, seperti yang diungkapkan salah satu responden sebagai berikut:

“ ... saya ikut pelatihan tapi pas awal aja yang penting bayar aja tiap tempo. Paling ketua aja yang sekarang dateng” (ZN 38 tahun)

Hal ini serupa dengan pendapat SR berusia 39 tahun yang menjadi responden dalam penelitian ini, yaitu sebagai berikut:

“... saya ikut pernah sekali pas di awal aja neng, paling dengerin aja saya mah kalo kelompok lain yang suka ngomong- ngomong gitu”

Tahap pengambilan keputusan ini kurang menggali aspirasi dari masyarakat, karena sebagian besar peserta pelatihan hanya mendengarkan apa yang dijelaskan oleh pembicara, tidak ada komunikasi yang bersifat timbal balik antar pendengar dan pembicara.

“... di awal aja pas pembagian uang sama dijelasin cara bayarnya sama yang bapak-bapak ngomong di depan” (YH 55 tahun)

Hal ini serupa dengan pendapat LL berusia 35 tahun yang menjadi responden dalam penelitian ini, yaitu sebagai berikut:

“... kalau pelatihan cuma nyimak aja, soalnya tiap pelatihan sama aja teorinya gitu-gitu aja”

Kegiatan pelatihan selanjutnya biasanya hanya diwakilkan oleh satu orang anggota lain atau ketua kelompok. Responden juga tidak hadir dalam kegiatan karena waktu pelatihan yang biasanya dilaksanakan pada hari Sabtu-Minggu pukul 09.00 WIB-selesai. Pada waktu tersebut responden yang sebagian besar adalah ibu rumahtangga tidak dapat mengikuti pelatihan tersebut karena harus mengurus keluarga di rumah dan menjaga barang dagangannya di warung.

Tingkat Partisipasi pada Tahap Pelaksanaan

Tahap pelaksanaan merupakan merupakan tahap terpenting dalam pembangunan, sebab inti dari pembangunan adalah pelaksanaannya. Wujud nyata partisipasi pada tahap ini dapat digolongkan menjadi tiga, yaitu partisipasi dalam bentuk sumbangan pemikiran, bentuk sumbangan materi dan bentuk keterlibatan sebagai anggota proyek (Cohen dan Uphoff dalam Girsang 2011).

Tabel 9 menunjukkan bahwa partisipasi responden pada tahap pelaksanaan berada pada kategori tinggi, yaitu sebesar 53.33% dan partisipasi responden pada tahap pelaksanaan berada pada kategori rendah, yaitu sebesar 46.67%. Pada tahap ini responden cukup aktif dalam kegiatan pelaksanaan Program Pinjaman Bergulir. Penelitian ini melihat bagaimana responden ikut memilih teman kelompok dalam melaksanakan program, menyebarkan informasi pada tetangga, mengikuti kegiatan-kegiatan yang ada dalam pelatihan, memberikan sumbangan berupa bantuan materi atau tenaga, dan aktif dalam pelaksanaan Program Pinjaman Bergulir.

Tingkat partisipasi pada tahap pelaksanaan ini tinggi, hal ini dikarenakan kesadaran responden yang cukup baik terhadap kegiatan-kegiatan dalam Program Pinjaman Bergulir dan rasa kepemilikan untuk menjaga agar program ini berjalan dengan baik. Seperti yang diungkapkan oleh salah satu responden sebagai berikut:

“... di sini orangnya agak susah jadi milih yang bener aja neng, soalnya pernah ada masalah juga dulu sama penggadaian sistemnya sama kayak yang dari desa. Tapi gak pernah dibayarin sama ketuanya neng, saya sampe disidang di penggadaian” (ID 55 tahun)

Responden memilih teman sekelompok yang berada pada wilayah yang sama, misalnya masih dalam satu lingkup RT dan RW. Hal ini bertujuan untuk mempermudah kordinasi antar anggota kelompok dalam mengembalikan pinjaman per jatuh tempo setiap bulan.

“... di sini mah yang milih mbak ED (ketua kelompok) aja. Yang kenal deket aja” (EN 32 tahun)

Menurut pendapat salah satu responden yang menjadi ketua kelompok, pemilihan anggota kelompok biasanya didasari oleh kedekatan tempat tinggal. Selain itu, biasanya ketua kelompok yang aktif untuk mencari-cari informasi dalam pelaksanaan program ini agar kelompok KSM-nya tidak tertinggal informasi terbaru dari tim pendamping atau fasilitator.

Tingkat Partisipasi pada Tahap Menikmati Hasil

Tahap menikmati hasil, yang dapat dijadikan indikator keberhasilan partisipasi masyarakat pada tahap perencanaan dan pelaksanaan proyek. Selain itu, dengan melihat posisi masyarakat sebagai subjek pembangunan, maka semakin besar manfaat proyek dirasakan, berarti proyek tersebut berhasil mengenai sasaran (Cohen dan Uphoff dalam Girsang 2011). Penelitian ini melihat bagaimana manfaat yang dirasakan oleh responden, pengetahuan-pengetahuan yang diperoleh dari pelatihan yang dilaksanakan, memiliki teman atau relasi di kelompok lain dan memelihara Program Pinjaman Bergulir dengan baik.

Berdasarkan Tabel 9, partisipasi masyarakat dalam tahap menikmati hasil dikategorikan tinggi, yaitu sebesar 93.33% dan partisipasi masyarakat dalam tahap menikmati hasil yang dikategorikan rendah, yaitu sebanyak 6.67%. Tahap menikmati hasil melihat bagaimana masyarakat yang menjadi sasaran dari kegiatan pinjaman bergulir ini dapat merasakan manfaat dari kegiatan tersebut. Responden yang telah mengikuti Program Pinjaman Bergulir, kondisi pendapatan rumahtangganya menjadi lebih baik daripada sebelumnya. Hal ini dilakukan dengan menciptakan peluang usaha untuk masyarakat dari modal yang dipinjamkan oleh PNPM tersebut. Responden di Desa Kotabatu merasakan manfaat yang besar, seperti yang diungkapkan oleh responden sebagai berikut:

“ ... peluang usaha meningkat si neng, tapi jadi banyak yang jualan gorengan. Pendapatannya jadi kadang laku kadang lumpuh. Namanya juga jualan” (SR 41 tahun)

Hal ini serupa dengan pendapat ER berusia 42 tahun yang menjadi responden dalam penelitian ini, yaitu sebagai berikut:

“... program ini sedikit membantu untuk modal usaha.

Syaratnya cuma KTP, KK terus biasanya dicek sama kelurahan”

Bentuk sumbangan berupa materi atau tenaga juga biasanya dilakukan oleh responden, seperti yang diungkapkan oleh salah satu responden sebagai berikut:

“... suka ngasih buat pengurus tapi seikhlasnya aja, soalnya kasian suka keliling-keliling” (LN 32 tahun)

Bentuk pemeliharaan Program Pinjaman Bergulir telah dilaksanakan agar program tersebut berjalan dengan baik dapat ditunjukan oleh pendapat dari salah satu responden yaitu sebagai berikut:

“ ... biasanya kalo di kelompok ini suka ada uang iuran Rp2 000 per orang untuk upah jalan anggota yang nyetor ke desa, anggep aja uang jalan. Soalnya kalo gak digituin mana mau neng gantian nyetor, masa harus saya (ketua kelompok) yang nyetor terus mending kalo gak repot, anak lagi sakit masa di gendong- gendong ke desa kan jauh” (IR 39 tahun)

Masyarakat juga merasa lebih giat dalam menjalankan usaha karena adanya tambahan modal atau modal utama untuk berjualan. Hal ini juga dapat meningkatkan kemandirian masyarakat dalam menunjang kebutuhan hidup setelah mengikuti Program Pinjaman Bergulir di Desa Kotabatu, Kecamatan Ciomas, Kabupaten Bogor.

Tingkat Partisipasi pada Tahap Evaluasi

Tahap evaluasi dianggap penting sebab partisipasi masyarakat pada tahap ini dianggap sebagai umpan balik yang dapat memberi masukkan demi perbaikan pelaksanaan proyek selanjutnya (Cohen dan Uphoff dalam Girsang 2011). Berdasarkan Tabel 9 pada tahap evaluasi partisipasi masyarakat memiliki kategori yang rendah yaitu, sebesar 73.33% dan pada tahap evaluasi partisipasi masyarakat memiliki kategori yang tinggi yaitu, sebesar 26.67%. Tahap evaluasi dilihat dari bagaimana keikutsertaan masyarakat dalam menilai hasil kerja yang telah dilakukan.

Tahap evaluasi, responden jarang mengikuti proses evaluasi pada pelatihan yang dilaksanakan oleh tim pendamping dan fasilitator. Penelitian ini tahap evaluasi melihat bagaimana keikutsertaan responden dalam mengiktui proses evaluasi pada pelatihan dan rapat, pembuatan laporan/pembukuan tentang Program Pinjaman Bergulir setiap bulan/tahun untuk mengetahui sejauhmana kelancaran program tersebut dan pembuatan bukti berupa foto, rekaman atau video sebagai bukti telah mengikuti kegiatan Program Pinjaman Bergulir di Desa Kotabatu Kecamatan Ciomas Kabupaten Bogor. Rendahnya partisipasi masyarakat dalam tahap evaluasi ini dikarenakan tidak adanya kesadaran dari responden untuk mengetahui sejauhmana kelancaran program tersebut. Hal ini seperti diungkapkan oleh responden yaitu sebagai berikut:

“ ... yang bikin pembukuan-pembukuan gitu mah biasanya dari desa, saya cuma tandatangan aja tiap pencairan” (HD 55 tahun)

Masyarakat merasa tidak tertarik untuk melakukan tahap evaluasi tersebut. Mereka menganggap kalau dalam tahap evaluasi lebih baik dilakukan oleh ketua kelompok saja, seperti yang diungkapkan oleh responden sebagai berikut:

“ ... Biasanya yang bikin kayak gitu si bu NH (ketua kelompok), saya cuma bayar aja tiap bulan” (DI 48 tahun)

Hal ini serupa dengan pendapat IO berusia 39 tahun yang menjadi responden dalam penelitian ini, yaitu sebagai berikut:

“... yang bikin gitu bu WI (penanggungjawab program)

biasanya saya cuma nyetor perbulan aja”

Responden yang rendah pada tahap evaluasi, biasanya hanya mengumpulkan bukti berupa foto warung, barang dagangan dan pelaku usaha. Bukti tersebut dikumpulkan pada awal pembentukan kelompok sebagai syarat peminjaman selain fotokopi KTP dan kartu keluarga.

Hubungan Faktor Internal dengan Tingkat Partisipasi Masyarakat

Tabulasi silang antara faktor internal (usia, tingkat pendidikan, jenis pekerjaan dan tingkat pendapatan) dengan tingkat partisipasi masyarakat disajikan dalam Tabel 10-13. Uji statistik yang dilakukan menggunakan uji Rank Spearman

dan Chi-Square. Uji Rank Spearman dilakukan untuk melihat hubungan antara usia, tingkat pendidikan dan tingkat pendapatan dengan tingkat partisipasi masyarakat dalam Program Pinjaman Bergulir di Desa Kotabatu, Kecamatan Ciomas Kabupaten Bogor. Uji Chi-Square dilakukan untuk melihat hubungan antara jenis pekerjaan dengan tingkat partisipasi masyarakat dalam Program Pinjaman Bergulir di Desa Kotabatu, Kecamatan Ciomas, Kabupaten Bogor.

Hubungan Usia dengan Tingkat Partisipasi Masyarakat

Usia adalah lama hidup responden pada saat penelitian dilakukan yang dihitung sejak hari kelahiran yang dinyatakan dalam satuan tahun. Berdasarkan Tabel 10, dapat dilihat bahwa responden yang berusia 20 sampai 40 tahun memiliki tingkat partisipasi yang tinggi, sementara responden yang berusia 41 sampai >80 tahun memiliki tingkat partisipasi yang rendah. Berdasarkan hasil tersebut dapat dikatakan terdapat kecenderungan hubungan antara usia dengan tingkat partisipasi.

Tabel 10 Hubungan usia dengan tingkat partisipasi masyarakat dalam Program Pinjaman Bergulir di Desa Kotabatu

Usia Tingkat partisipasi Rendah Tinggi n % n % 20 sampai 40 tahun 6 30 14 70 41 sampai >80 tahun 16 64 9 36

Hasil uji statistik dengan menggunakan uji Rank Spearman (Lampiran 5), dengan hasil nilai signifikansi yaitu sebesar 0.023. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang signifikan antara usia dengan tingkat partisipasi masyarakat pada selang kepercayaan 95% (p<0.05). Berdasarkan hasil tersebut, maka terima Hipotesis 1 yaitu bahwa usia berhubungan nyata dengan tingkat

partisipasi masyarakat dalam Program Pinjaman Bergulir di Desa Kotabatu, Kecamatan Ciomas, Kabupaten Bogor.

Penelitian ini membuktikan bahwa terdapat hubungan nyata antara usia dengan tingkat partisipasi masyarakat. Responden yang berusia 20 sampai 40 tahun lebih berpartisipasi karena mereka lebih aktif untuk mengikuti kegiatan- kegiatan Program Pinjaman Bergulir. Selain itu, responden yang berusia 20 sampai 40 tahun lebih dipercaya untuk menjadi ketua kelompok dan mengurus kelompok. Responden yang berusia 41 sampai >80 tahun jarang mengikuti kegiatan-kegiatan Program Pinjaman Bergulir, responden hanya menerima informasi dari ketua kelompok. Hal ini karena mereka lebih memilih untuk beristirahat di rumah karena jarak kantor desa yang jauh dari tempat tinggalnya. Hal ini sependapat dengan Slamet dalam Yulianti (2012) yang mengemukakan secara teoritis, terdapat hubungan antara ciri-ciri individu dengan tingkat partisipasi seperti usia dalam kegiatan pembangunan akan sangat berpengaruh pada partisipasi.

Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Tingkat Partisipasi Masyarakat

Tingkat pendidikan adalah jenjang sekolah formal tertinggi yang pernah diikuti oleh responden. Berdasarkan Tabel 11, dapat dilihat bahwa sebagian besar responden yang tidak sekolah memiliki tingkat partisipasi yang rendah, responden yang berpendidikan SD memiliki tingkat partisipasi yang cenderung tinggi, responden yang berpendidikan SMP sebagian besar memiliki tingkat partisipasi yang rendah dan responden yang berpendidikan SMA/SMK memiliki tingkat partisipasi tinggi. Berdasarkan hasil tersebut dapat dikatakan tidak terdapat kecenderungan hubungan antara tingkat pendidikan dengan tingkat partisipasi.

Tabel 11 Hubungan tingkat pendidikan dengan tingkat partisipasi masyarakat dalam Program Pinjaman Bergulir di Desa Kotabatu

Hasil uji statistik dengan menggunakan uji Rank Spearman (Lampiran 5), dengan nilai signifikansi yaitu sebesar 0.897. Hal ini menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara tingkat pendidikan dengan tingkat partisipasi masyarakat pada selang kepercayaan 95% (p>0.05%). Berdasarkan hasil tersebut, maka tolak Hipotesis 1 yaitu bahwa tingkat pendidikan tidak berhubungan nyata dengan tingkat partisipasi masyarakat dalam Program Pinjaman Bergulir di Desa Kotabatu, Kecamatan Ciomas, Kabupaten Bogor.

Penelitian ini membuktikan bahwa tidak terdapat hubungan nyata antara tingkat pendidikan dengan tingkat partisipasi masyarakat. Hal ini berbeda dengan pendapat Plumer dalam Yulianti (2012) yang menjelaskan beberapa faktor yang mempengaruhi masyarakat untuk mengikuti proses partisipasi salah satunya adalah tingkat pendidikan. Faktor pendidikan sangat berpengaruh bagi keinginan

Tingkat pendidikan Tingkat partisipasi Rendah Tinggi n % n % Tidak sekolah 2 66.67 1 33.33 SD 10 45.45 12 54.55 SMP 9 75.00 3 25.00 SMA/SMK 1 12.50 7 87.50

dan kemampuan masyarakat untuk berpartisipasi serta untuk memahami dan melaksanakan tingkatan dan bentuk partisipasi yang ada. Partisipasi masyarakat Desa Kotabatu yang memiliki pendidikan sampai Sekolah Dasar memiliki tingkat partisipasi yang tinggi karena mereka perlu untuk memahami dan melaksanakan partisipasi dengan baik, agar mereka dapat diberikan kepercayaan oleh tim pendamping dalam Program Pinjaman Bergulir dan tidak memiliki kendala yang nantinya dapat menyebabkan sulit pengembalian pinjaman per jatuh tempo.

Hubungan Jenis Pekerjaan dengan Tingkat Partisipasi Masyarakat

Jenis pekerjaan adalah kegiatan yang langsung memperoleh penghasilan berupa uang. Berdasarkan Tabel 12, dapat dilihat bahwa responden yang memiliki pekerjaan sebagai ibu rumahtangga memiliki tingkat partisipasi sedikit lebih tinggi, sementara responden yang bekerja sebagai buruh atau pedagang memiliki tingkat partisipasi yang relatif seimbang. Berdasarkan hasil tersebut dapat dikatakan tidak terdapat kecenderungan hubungan antara jenis pekerjaan dengan tingkat partisipasi.

Tabel 12 Hubungan jenis pekerjaan dengan tingkat partisipasi masyarakat dalam Program Pinjaman Bergulir di Desa Kotabatu

Jenis pekerjaan Tingkat partisipasi Rendah Tinggi n % n % Ibu rumahtangga 21 48.84 22 51.16 Buruh/pedagang 1 50.00 1 50.00

Hasil uji statistik dengan menggunakan uji Chi-Square (Lampiran 6), dengan hasil nilai signifikansi yaitu sebesar 0.974. Hal ini menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan yang signifikan antara jenis pekerjaan dengan tingkat partisipasi masyarakat pada selang kepercayaan 95% (p>0.05). Berdasarkan hasil tersebut, maka tolak Hipotesis 1 yaitu bahwa jenis pekerjaan tidak berbeda nyata dengan tingkat partisipasi masyarakat dalam Program Pinjaman Bergulir di Desa Kotabatu, Kecamatan Ciomas, Kabupaten Bogor.

Masyarakat yang berprofesi sebagai ibu rumahtangga memiliki tingkat partisipasi tinggi. Hal ini sesuai dengan keadaan di lapang yaitu sebagian besar masyarakat adalah ibu rumahtangga yang memiliki usaha di rumahnya seperti berjualan makanan, sayuran, minuman, kredit baju, kredit makanan per minggu dan buruh bengkel sepatu. Masyarakat yang berprofesi sebagai ibu rumahtangga mengikuti Program Pinjaman Bergulir dengan motivasi untuk memenuhi kebutuhan rumahtangga sehari-hari dan membantu suami dalam memenuhi kebutuhan hidup.

Hubungan Tingkat Pendapatan dengan Tingkat Partisipasi Masyarakat

Tingkat pendapatan adalah jumlah rupiah pemasukan atau pendapatan total yang diperoleh konsumen dalam sebulan. Berdasarkan Tabel 13, dapat dilihat bahwa responden yang memiliki pendapatan di bawah Rp2 042 000 memiliki tingkat partisipasi yang tinggi, sementara responden yang memiliki pendapatan di atas Rp2 042 000 memiliki tingkat partisipasi rendah. Berdasarkan

hasil tersebut dapat dikatakan tidak terdapat kecenderungan hubungan antara tingkat pendapatan dengan tingkat partisipasi.

Tabel 13 Hubungan tingkat pendapatan dengan tingkat partisipasi masyarakat dalam Program Pinjaman Bergulir di Desa Kotabatu

Tingkat pendapatan Tingkat partisipasi Rendah Tinggi n % n % < Rp2 042 000 15 46.87 17 53.13 > Rp2 042 000 7 53.85 6 46.15

Hasil uji statistik dengan menggunakan uji Rank Spearman (Lampiran 5), dengan nilai signifikansi yaitu sebesar 0.680. Hal ini menunjukkan bahwa kecenderungan hubungan tersebut tidak signifikan antara tingkat pendapatan dengan tingkat partisipasi masyarakat pada selang kepercayaan 95% (p>0.05%). Berdasarkan hasil tersebut, maka tolak Hipotesis 1 yaitu bahwa tingkat pendapatan tidak berhubungan nyata dengan tingkat partisipasi masyarakat dalam Program Pinjaman Bergulir di Desa Kotabatu, Kecamatan Ciomas, Kabupaten Bogor.

Responden yang memiliki pendapatan rendah cenderung lebih berpartisipasi dibandingkan dengan responden yang memiliki pendapatan tinggi. Hal ini dikarenakan adanya motivasi untuk memperoleh bantuan dari Program Pinjaman Bergulir dan memanfaatkan bantuan tersebut secara efektif dengan menggunakannya sebagai modal usaha, sebagai cara untuk meningkatkan pendapatan dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Ikhtisar

Faktor internal dalam penelitian ini merupakan karakteristik responden yang terdiri dari usia, tingkat pendidikan, jenis pekerjaan dan tingkat pendapatan responden pada Program Pinjaman Bergulir Desa Kotabatu, Kecamatan Ciomas, Kabupaten Bogor. Partisipasi adalah proses aktif inisiatif diambil oleh warga

Dokumen terkait