IV.2. PEMBAHASAN
IV.2.2. Hubungan Frekuensi Denyut Jantung dengan Lokasi Lesi
Dari penelitian ini didapatkan bahwa dari distribusi frekuensi denyut jantung baik istirahat, duduk, saat menahan napas ataupun setelah menahan napas dijumpai frekuensi denyut jantung dalam batas normal, dan tidak dijumpai takikardi maupun bradikardi pada penelitian ini.
Sehingga dari penelitian ini tidak terdapat hubungan yang signifikan antara frekuensi denyut jantung baik saat istirahat, duduk, saat menahan napas maupun setelah menahan napas dengan lokasi lesi stroke. Dan juga dari penelitian tidak dijumpai perbedaan frekuensi denyut jantung dengan berbagai stimulus dengan lokasi lesi stroke iskemik. Namun dari penelitian didapatkan kecenderungan frekuensi denyut jantung yang lebih tinggi pada lokasi lesi hemisfer kanan dibandingkan dengan hemisfer kiri.
Berdasarkan teori, mekanisme serebral memiliki peran penting pada kecenderungan perbedaan denyut jantung dibandingkan denyut jantung normal. Mekanisme tersebut kemungkinan berasal dari ventrikular atau keadaan aritmia lain masih belum dipastikan. Terdapat juga ketidakseimbangan antara kiri/kanan yang mengganggu tonus vagal kiri dapat menyebabkan kelainan irama atrioventrikular dan ventrikel secara paralel dengan efek perubahan unilateral pada tonus simpatis.
Atau,bahwa ketidakseimbangan parasimpatis/simpatis kanan dapat menyebabkan takiaritmia supraventrikular. Dimana pasien dengan stroke sisi kanan telah terbukti memiliki peningkatan frekuensi takikardi supraventrikular (Naver dkk,1996). Pada penelitian hanya menunjukkan adanya kecenderungan peningkatan denyut jantung pada lesi stroke sebelah kanan dibandingkan pada sisi kiri.
Pada penelitian ini dijumpai bahwa pasien dengan lesi pada frontal dan insula kanan menunjukkan tidak terdapat peningkatan pada denyut jantung dengan berbagai stimulasi. Dimana menurut penelitian lain menyatakan bahwa pasien dengan lesi hemisfer kanan menunjukkan penurunan respon denyut jantung terhadap berbagai stimulasi. Hal ini bisa kemungkinan akibat dari lesi langsung pada jalur parasimpatis atau bias akibat lesi simpatis dengan efek sekunder pada fungsi vagal, namun keduanya masih belum jelas. Dengan semakin rendahnya variabilitas denyut jantung akan berhubungan dengan konsekuensi peningkatan risiko terjadinya kematian mendadak pada beberapa pasien. (Naver dkk, 1996).
Pada penelitian ini dijumpai uji statistik terhadap frekuensi denyut jantung dengan berbagai stimulasi tidak dijumpai signifikan berbeda dengan penelitian-penelitian lain yang signifikan diakibatkan penelitian ini hanya menilai denyut jantung dalam 1 menit pengukuran dan tidak selama 24 jam dimana terdapat variasi frekuensi denyut jantung dalam 24 jam sehingga bisa terdapat bias.
IV.2.2.1.Hubungan Frekuensi Denyut Jantung saat Istirahat dengan Lokasi Lesi Stroke Iskemik
Pada penelitian ini tidak didapatkan hubungan yang signifikan secara statistik antara frekuensi denyut jantung saat istirahat dengan lokasi lesi stroke baik pada hemisfer kiri maupun hemisfer kanan dengan nilai p=0,309. Namun dari uji statistik di atas dijumpai lokasi lesi hemisfer kanan memiliki peringkat rangking yang lebih tinggi dibandingkan dengan hemisfer kiri (8,94 vs 6,58) dimana peringkat yang lebih tinggi
menunjukkan kemungkinan frekuensi denyut jantung yang lebih tinggi saat istirahat.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian dari Naver dkk tahun 1996 didapatkan bahwa tidak ada perbedaan denyut jantung dan tekanan darah saat istirahat pada pasien dengan stroke jika dibandingkan dengan pasien kontrol, dan tidak ada perbedaan yang signifikan antara subgrup dari pasien yang dibandingkan berdasarkan lesi pada otak (p<0,01).
IV.2.2.2.Hubungan Frekuensi Denyut Jantung Saat Duduk dengan Lokasi Lesi
Pada penelitian ini tidak didapatkan hubungan yang signifikan secara statistik antara frekuensi denyut jantung saat duduk dengan lokasi lesi stroke baik pada hemisfer kiri maupun hemisfer kanan dengan nilai p=0,342. Namun dari uji statistik di atas dijumpai lokasi lesi hemisfer kanan memiliki peringkat rangking yang lebih tinggi dibandingkan dengan hemisfer kiri (8,89 vs 6,67) dimana peringkat yang lebih tinggi menunjukkan kemungkinan frekuensi denyut jantung yang lebih tinggi saat duduk.
Hal ini sejalan dengan penelitian oleh Naver dkk tahun 1996 didapatkan bahwa saat melakukan aktivitas seperti berdiri dalam 30 detik, terdapat peningkatan denyut jantung pada pasien dengan stroke yang lebih besar jika dibandingkan dengan kontrol, namun tidak ada perbedaan yang signifikan antara pada perubahan denyut jantung pada pasien dengan stroke berdasarkan lokasi lesi kiri ataupun kanan.
IV.2.2.3.Hubungan Frekuensi Denyut Jantung Saat Menahan Napas dengan Lokasi Lesi
Pada penelitian ini tidak didapatkan hubungan yang signifikan secara statistik antara frekuensi denyut jantung saat menahan napas dengan lokasi lesi stroke baik pada hemisfer kiri maupun hemisfer kanan dengan nilai p=0,675. Namun dari uji statistik di atas dijumpai lokasi lesi hemisfer kanan memiliki peringkat rangking yang lebih tinggi dibandingkan dengan hemisfer kiri (8,39 vs 7,42) dimana peringkat yang lebih tinggi menunjukkan kemungkinan frekuensi denyut jantung yang lebih tinggi saat menahan napas.
Hal ini sejalan dengan penelitian oleh Naver dkk tahun 1996 didapatkan bahwa saat melakukan aktivitas dengan menggenggam selama 3 menit, terdapat peningkatan denyut jantung pada pasien dengan stroke, namun tidak ada perbedaan yang signifikan antara pada perubahan denyut jantung pada pasien dengan stroke berdasarkan lokasi lesi kiri ataupun kanan (p=0,01).
IV.2.2.4.Hubungan Frekuensi Denyut Jantung Setelah Menahan Napas dengan Lokasi Lesi
Pada penelitian ini tidak didapatkan hubungan yang signifikan secara statistik antara frekuensi denyut jantung setelah menahan napas dengan lokasi lesi stroke baik pada hemisfer kiri maupun hemisfer kanan dengan nilai p=0,256. Namun dari uji statistik di atas dijumpai lokasi lesi hemisfer kanan memiliki peringkat rangking yang lebih tinggi dibandingkan
dengan hemisfer kiri (9,06 vs 6,42) dimana peringkat yang lebih tinggi menunjukkan kemungkinan frekuensi denyut jantung yang lebih tinggi setelah menahan napas.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian dari Naver dkk tahun 1996 didapatkan bahwa tidak ada perbedaan denyut jantung dan tekanan darah saat istirahat pada pasien dengan stroke jika dibandingkan dengan pasien kontrol, dan tidak ada perbedaan yang signifikan antara subgrup dari pasien yang dibandingkan berdasarkan lesi pada otak (p<0,01).