• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan antara Gejala Climateric dengan Penerimaan Diri

BAB II LANDASAN TEORI

D. Hubungan antara Gejala Climateric dengan Penerimaan Diri

Ketika memasuki masa dewasa pertengahan, perempuan akan mengalami siklus transisi dalam hidup mereka yaitu climateric. Climateric ini terjadi dikarenakan mulai menurunnya hormon estrogen sehingga fungsi metabolisme menjadi berkurang dan gejala climateric mulai dirasakan oleh perempuan. Oleh karena itu, pengertian gejala climateric adalah indikator yang muncul secara fisiologis dan psikologis pada perempuan yang disebabkan oleh hormon akibat peralihan dari fase reproduksi menuju fase masa tua (Baziad, 2003; Kartono, 2007; Reber & Reber, 2010).

Mulai berkurangnya hormon estrogen ini memberikan pengaruh bagi keberfungsian fisiologis dan psikologis perempuan. Ketika hormon estrogen menurun maka aliran darah menuju ke otak menjadi berkurang dan menyebabkan metabolisme otak berkurang (Proverawati, 2010). Hal tersebut karena neurotransmiter (pengantar pesan) di otak tidak berjalan normal (Proverawati, 2010). Neurotransmiter tersebut antara lain hormon dopamin, hormon serotonin, dan hormon endorphin.

Fungsi hormon dopamin antara lain mengatur fungsi motorik, meregulasi emosi, proses pembelajaran perilaku, kekebalan tubuh, motivasi, dan perilaku seks (Proverawati, 2010). Fungsi hormon serotonin antara lain mengatur suasana hati dan mengatur aktivitas tidur (Proverawati, 2010). Sedangkan fungsi hormon endorphin antara lain

persepsi rasa nyeri, pernafasan, suhu tubuh, tekanan darah, ingatan, dan tingkah laku seksual (Proverawati, 2010). Ketika pesan dari otak yang harus ditransmisikan ke bagian-bagian tubuh tidak tersampaikan dengan sempurna maka perempuan mulai merasakan berbagai gejala yang terjadi pada tahap climateric (Proverawati, 2010).

Gejala climateric secara garis besar terdiri dari pertama, gejala fisiologis yang terdiri dari merasakan pusing dan tertekan di kepala, bertambahnya berat badan, merasa sulit bernafas dan terasa lemas, adanya rasa sakit di bagian payudara, hot flush, keringat di malam hari dan merasakan sakit di bagian sepanjang leher serta punggung (Neugarten & Kraines, 1965). Kedua, gejala psikologis yang terdiri dari merasa cemas dan mudah marah, merasa sedih dan depresi, mudah tersinggung, merasa takut dan panik, dan merasa cemas dengan keadaan tubuh saat ini (Neugarten & Kraines, 1965).

Pada masa usia dewasa pertengahan perempuan akan mengalami konsep pemerolehan dan kehilangan (Santrock, 2012). Pada masa ini perempuan akan mengalami masa puncak pada dukungan sosial budaya seperti pendidikan, karir, dan relasi, akan tetapi perempuan akan kehilangan fungsi fisiologis dan psikologisnya (Santrock, 2012). Kondisi yang cukup membingungkan antara adanya kesempatan untuk mengalami masa puncak, namun fungsi biologis semakin menurun sehingga membuat perempuan merasa rendah diri dan sulit untuk menerima dirinya (Hurlock, 1980).

Penerimaan diri adalah sikap menerima dan terbuka terhadap segala kelebihan dan kelemahan yang dimilikinya, merasa telah memiliki kepuasan hidup dan kebahagiaannya, sehingga tidak hanya terbuka untuk diri sendiri tetapi juga terbuka dengan lingkungan yang dimilikinya (Hurlock, 1974; Johnson, 1981; Shepard, 1979; Supratiknya, 1995; Sheerer, 1949, dalam Cronbach, 1963). Penerimaan diri ini dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain keadaan fisik, dukungan sosial, pendidikan, usia, konsep diri yang stabil, pola asuh, perspektif diri, kesesuaian identitas diri dengan pendapat sosial, pengalaman sukses, kondisi emosi yang menyenangkan, perilaku sosial yang mendukung, harapan-harapan yang realistis, dan pemahaman diri.

Margaretha dan Paramita (2013) mengatakan bahwa semakin individu menerima dirinya maka semakin individu mampu menyesuaikan berbagai kondisi individu saat ini. Hal ini karena penerimaan diri yang dimiliki individu berfungsi sebagai pengetahuan tentang diri yang melibatkan proses seseorang dalam menghadapi kenyataan dan keadaan hidupnya (Margaretha & Paramita, 2013). Tidak hanya itu, penerimaan diri ini juga penting untuk dimiliki perempuan karena penerimaan diri dapat memberikan kontribusi bagi diri individu yaitu mengenai tanggung jawab atas kondisi yang dialaminya (Margaretha & Paramita, 2013). Sehingga dapat dikatakan bahwa penerimaan diri merupakan cara individu untuk dapat menyesuaikan diri dari berbagai perubahan kondisi fisiologis

ataupun psikologis yang sedang dialaminya pada saat ini (Margaretha & Paramita, 2013).

Aris dan Rinaldi (2015) dalam penelitiannya menemukan bahwa penerimaan diri perempuan dikatakan baik apabila perempuan tersebut memiliki regulasi emosi yang baik. Dalam penelitian tersebut, permasalahan yang dihadapi subjek adalah gejala-gejala yang muncul pada tahap climateric menyebabkan emosi perempuan menjadi tidak stabil dan bersifat negatif. Sehingga perempuan menjadi kurang mampu untuk mengenal, mengatur, dan mengendalikan emosi negatif seperti rasa cemas dan khawatir akan gejala climateric yang menyebabkan perubahan pada fisiologis dan psikologisnya. Hal ini menyebabkan perempuan menjadi kurang siap untuk menghadapi dan menerima perubahan-perubahan yang terjadi pada dirinya.

Mampu atau tidaknya perempuan mengenal, mengatur, dan mengendalikan emosi berkaitan dengan regulasi emosi. Ketika regulasi perempuan baik maka mereka dapat mengenal emosi apa yang dirasakan sehingga membuat dirinya mampu untuk memahami emosi tersebut dan akhirnya dirinya dapat mengatur serta mengubah emosi tersebut sedemikian rupa dan memusatkan perhatiannya kembali sehingga perempuan mampu untuk membentuk perilaku yang tepat (Aris & Rinaldi, 2015). Aris dan Rinaldi (2015) menambahkan bahwa ketika perempuan dapat mengatur perilaku dengan tepat maka perempuan dapat memandang dirinya secara positif, menerima dirinya apa adanya, dan memiliki persepsi

yang realistis atas apa yang ia miliki, sehingga akhirnya membuat perempuan memiliki penerimaan diri yang positif.

Sebaliknya, ketika perempuan kurang mampu untuk mengenal dan memahami emosinya yang berarti regulasi emosi negatif menyebabkan kondisi emosi dalam diri perempuan menjadi tidak menyenangkan (Aris dan Rinaldi, 2015; Hurlock, 1974). Pada saat perempuan memiliki kondisi emosi kurang menyenangkan maka perilaku perempuan akan bersifat negatif (Hurlock, 1974). Kemudian evaluasi sosial terhadap diri perempuan menjadi negatif dan evaluasi sosial ini berdampak pada evaluasi diri yang tentu akan bersifat negatif, sehingga akan membentuk penerimaan diri yang bersifat negatif (Hurlock, 1974).

Hubungan antara gejala climateric dengan penerimaan diri perempuan dewasa pertengahan dapat dikatakan bahwa gejala climateric yang dikarenakan adanya penurunan dari hormon estrogen menyebabkan fungsi dari para neurotransmiter menjadi tidak normal (Proverawati, 2010). Sehingga ketika gejala climateric, yang terdiri atas gejala fisiologis dan gejala psikologis dirasakan oleh perempuan maka akan memunculkan suatu kekhawatiran yang menyebabkan kondisi emosi perempuan menjadi tidak menyenangkan.

Ketidakstabilan emosi ini pun dapat dipengaruhi oleh fungsi neurotransmiter yang sudah tidak berfungsi normal terutama dalam hal kemampuan perempuan di dalam regulasi emosi (Proverawati, 2010). Regulasi emosi ini berkaitan dengan kemampuan perempuan dalam

mengenal, memahami, dan mengatur emosinya, apakah positif atau negatif. Ketika regulasi emosi kurang stabil maka kondisi emosi dalam diri perempuan menjadi tidak menyenangkan dan akhirnya penerimaan diri perempuan menjadi negatif (Hurlock, 1974). Sebaliknya, ketika regulasi emosi cukup stabil maka kondisi emosi dalam diri perempuan menjadi menyenangkan dan akhirnya penerimaan diri perempuan menjadi positif (Hurlock, 1974).

Selain itu, seperti yang telah disebutkan bahwa gejala climateric ini terdiri dari gejala fisiologis. Gejala fisiologis ini muncul karena hormon estrogen yang menurun, kemudian mempengaruhi kondisi fisiologis perempuan. Kondisi fisiologis perempuan yang mengalami penurunan dapat disebutkan seperti tubuh menjadi mudah lemas, berat badan bertambah, ataupun sering merasakan sakit di punggung. Khairani (2012) mengatakan ketika kondisi fisiologis perempuan banyak mengalami perubahan maka mereka menjadi kurang percaya diri. Sehingga perempuan akan melihat dirinya berdasarkan kuantitas dari kondisi fisiologis yang dimilikinya bukan kualitas dari kondisi fisiologis yang perempuan miliki, sehingga pada akhirnya penerimaan diri perempuan pun terbentuk (Jersild, 1965). Penerimaan diri yang terbentuk itupun dapat bersifat positif atau sebaliknya bersifat negatif.

PENERIMAAN DIRI NEGATIF

Dokumen terkait