• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI

A. Tinjauan Pustaka

1. Hubungan Internasional

a. Pengertian Hubungan Internasional

Ilmu hubungan internasional merupakan kajian baru dalam deretan ilmu-ilmu sosial yang ada saat ini. Sekitar tahun 1930-an, ilmu ini dimulai dengan kegiatan penelitian dan pengkajian akademis. Jadi, ilmu hubungan internasional belum terlalu lama penelitiannya jika dibandingkan dengan ilmu-ilmu lain dan ilmu ini masih mengalami perkembangan (Soeprapto, 1997: 11).

Menurut Soeprapto (1997), istilah hubungan internasional diciptakan pertama kali oleh Jeremy Bantham. Sebagai suatu ilmu, hubungan internasional merupakan satu-kesatuan disiplin dan memiliki ruang lingkup serta konsep-konsep dasar. Dua sebab yang mendorong munculnya ilmu hubungan internasional adalah :

1) Adanya minat terhadap fenomena yang ada setelah Perang Dunia I selesai.

2) Perang Dunia I yang menelan korban manusia serta kerusakan-kerusakan materiil. Akibat dari Perang Dunia I tersebut, menimbulkan kesadaran betapa pentingnya kebutuhan untuk mencegah peperangan dan terselenggaranya ketertiban dunia (hlm. 12).

Secara sederhana pengertian hubungan internasional dipahami sebagai interaksi yang terjadi antara orang-orang tertentu, di mana interaksi tersebut telah melampaui batas yurisdiksi nasional sebuah negara. Pada dasarnya, tujuan utama studi hubungan internasional adalah mempelajari perilaku internasional yaitu perilaku aktor, negara maupun non negara, di dalam arena transaksi internasional, di mana perilaku tersebut bisa berupa perang, kerjasama, pembentukan aliansi, interaksi dalam organisasi

commit to user

Menurut T. May Rudy, hubungan internasional dapat disimpulkan sebagai berikut:

Hubungan Internasional adalah hubungan yang mencakup berbagai macam hubungan atau interaksi yang melintasi batas-batas wilayah negara dan melibatkan pelaku-pelaku yang berbeda kewarganegaraan, berkaitan dengan segala bentuk kegiatan manusia. Hubungan ini dapat berlangsung baik secara kelompok maupun secara perorangan dari suatu bangsa atau negara, yang melakukan interaksi baik secara resmi maupun tidak resmi dengan kelompok atau perorangan dari bangsa atau negara lain (1993: 3).

Menurut Nasution (mengutip dari simpulan EH. Carr, 1965), munculnya hubungan internasional sebagai bidang studi sendiri adalah keinginan setiap negara untuk memahami sebab-sebab terjadinya konflik dan membina dunia lebih damai yang dilakukan sesudah perang dunia pertama. Sekitar tahun 1920 sampai 1930-an, studi hubungan internasional dipelajari melalui tiga jalur. Pertama, hubungan internasional dipelajari melalui penelaahan kejadian-kejadian yang sedang terjadi dan mencoba dibuat urutan kejadian. Sehingga setiap kesalahpahaman dan konflik antarbangsa bisa dihindari. Kedua, hubungan internasional dipelajari melalui studi tentang organisasi internasional. Ini didasarkan pada kesimpulan bahwa konflik bisa diselesaikan jika diciptakan suatu aturan atau tata tertib hukum yang didukung oleh organisasi seperti Liga Bangsa-Bangsa. Ketiga,

studi hubungan internasional pada masa itu adalah sebuah analisa yang menitikberatkan pada ekonomi internasional (Nasution, 1984: hlm. 1-5).

Menurut Nasution, ada beberapa pendekatan dalam hubungan internasional (mengutip dari simpulan Crayson Kirk) yang di antaranya: 1) Pendekatan Historis, para sejarawan meneliti hubungan internasioanl

sebagai sejarah mutakhir saja, sehingga orang kehilangan banyak data mengenai peristiwa waktu lampau.

2) Pendekatan Legalistis, para ahli hukum memandang aspek-aspek legal dari hubungan antar negara itu saja, tanpa berusaha mencari sebab-sebab tidak sempurnanya peraturan hukum.

commit to user

3) Pendekatan Ideal, para idealis yang memandang sistem hubungan internasional lebih sempurna akan melakukan penyelidikan atas konflik yang terjadi (1984: 16).

Hubungan Internasional dapat dilihat dari berkurangnya peranan negara sebagai aktor dalam politik dunia dan meningkatnya peranan aktor-aktor non-negara. Bagi beberapa aktor-aktor non-negara, batas-batas wilayah secara geografis tidak dihiraukan. Hingga saat ini ilmu hubungan internasional telah mengalami perkembangan yang signifikan. Setidaknya, dapat dilihat dari perkembangan ruang lingkup kajian dan aktor-aktor di dalam hubungan internasional, yang awalnya terbatas pada kajian keamanan dan negara kemudian melibatkan aktor-aktor non-negara dan isu-isu yang beragam, seperti ekonomi, sosial, lingkungan dan sebagainya (Johari, 1985).

Untuk mengimbangi ketegangan masalah dunia, urusan luar negeri merupakan salah satu masalah pokok bagi setiap negara. Posisi setiap negara berbeda-beda, tetapi semua negara beranggapan kalau politik luar negeri sebagai priroritas yang penting. Menurut Prawirasaputra (1984), menyatakan bahwa politik luar negeri adalah kumpulan kebijakan suatu negara untuk mengatur hubungan-hubungan luar negerinya yang merupakan bagian dari kebijakan nasional dan semata-mata dimaksudkan untuk mengabdi kepada tujuan-tujuan yang telah ditetapkan. Oleh karena itu, politik luar negeri suatu negara mencerminkan kemampuan masyarakatnya (hlm. 7).

Politik luar negeri dapat memberi pengaruh positif dan negatif kepada warga negara. Hubungan yang dijalin dengan negara lain merupakan

kebijakan pemerintah untuk melindungi dan menyejahterakan

masyarakatnya. Landasan politik luar negeri dari beberapa negara adalah untuk memajukan nilai-nilai budayanya. Tetapi, dalam kenyataannya setiap negara akan menghadapi negara lain yang juga ingin memajukan budaya-budaya mereka. Pada dasarnya politik internasional merupakan usaha-usaha untuk memperjuangkan perbedaan budaya suatu negara agar dikenal dan diakui oleh seluruh masyarakat di berbagai negara. Kesepakatan dalam menentukan kepentingan nasional adalah langkah pertama dalam

commit to user

merumuskan tujuan politik luar negeri. Untuk menciptakan kebijakan yang sesuai dengan kepentingan nasional maka pemerintah harus menyesuaikan dengan sarana dan prasarana yang ada dalam negaranya. Dalam situasi tertentu suatu tindakan pemerintah harus mencapai kepentingan nasional.

Tindakan pemerintah dalam politik luar negeri bertujuan untuk mencapai sasaran yang dianggap sebagai kepentingan nasional. Oleh karena itu, kepentingan nasional yang telah dibuat harus dirumuskan dan dipertahankan oleh seluruh masyarakat. Kepentingan nasional bersifat abadi, sehingga suatu negara akan selalu terlibat dalam permasalahan dunia. Namun, apabila situasi dan masalah politik luar negeri berubah maka tujuan dari kepentingan nasional akan berubah pula dan diperlukan tujuan yang baru (Nasution, 1989: 7).

Organisasi untuk politik luar negeri dapat dikatakan sama di semua pemerintahan, yang berbeda adalah kepala pemerintahan. Kepala pemerintahan memegang peranan penting dalam urusan luar negeri dengan bantuan para penasihat seperti Kabinet, Dewan Resolusi dan lain-lain. Namun, bantuan yang terpenting adalah dari Menteri Luar Negeri yang secara administratif mengepalai departemen dan mengurusi kebijakan luar negeri serta menjadi penasihat resmi dari kepala pemerintahan. Untuk mengambil suatu keputusan luar negeri, pemerintah akan berunding terlebih dahulu dengan Menteri Luar Negeri. Keputusan tersebut dibuat menurut situasi dan kondisi negaranya (Nasution, 1989: 15).

Menurut W. Coplin dan M. Marbun (1992: 32), pengambilan keputusan luar negeri merupakan campuran antara:

1) Keputusan politik luar negeri secara umum

Merupakan serangkaian keputusan yang diekspresikan melalui pernyataan-pernyataan kebijakan dan tindakan langsung. Sasaran politik luar negeri bisa menjangkau lingkungan internasional atau sekelompok negara tertentu.

commit to user

2) Keputusan yang bersifat administratif

Keputusan ini dibuat oleh anggota birokrasi pemerintah yang bertugas melaksanakan hubungan luar negeri negaranya. Departemen luar negeri merupakan organisasi birokratis yang utama, namun badan pemerintah lainnya, seperti dinas militer, dinas intelejen, dan departemen perdagangan juga sering terlibat dalam pengambilan keputusan administratif yang memengaruhi kebijakan luar negeri.

3) Keputusan yang bersifat kritis

Merupakan kombinasi dari keputusan secara umum dan keputusan bersifat administratif. Keputusan kritis mempunyai dampak luas terhadap kebijakan umum suatu negara dan bisa mengarah kepada situasi kritis meskipun dampaknya menjangkau semua negara.

Adanya kepentingan nasional membuat politik luar negeri perlu dikembangkan ke berbagai negara melalui kerjasama internasional.

Kerjasama internasional adalah bentuk hubungan yang dilakukan oleh suatu negara dengan negara lain yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan rakyat dan untuk kepentingan negara-negara di dunia. Kerjasama internasional yang meliputi kerja sama di bidang politik, sosial, pertahanan keamanan, kebudayaan, dan ekonomi, berpedoman pada politik luar negeri masing-masing negara. Kerjasama dilakukan apabila manfaat yang diperoleh akan lebih besar daripada konsekuensi-konsekuensi yang harus ditanggung (Soeprapto, 1997: 181).

Beberapa masalah yang terjadi, mengharuskan pemerintah saling

berhubungan dengan mangajukan pemecahan, perundingan atau

pembicaraan mengenai masalah yang dihadapi, mengemukakan berbagai bukti teknis untuk menopang pemecahan masalah tertentu dan mengakhiri perundingan dengan membentuk suatu perjanjian. Proses seperti ini disebut

(1993), kerjasama internasional dapat didefinisikan sebagai pola kerjasama yang melintasi batas-batas negara, dengan didasari struktur yang jelas dan lengkap serta melaksanakan fungsinya secara berkesinambungan dan

commit to user

mengusahakan agar tercapai tujuan-tujuan yang diperlukan serta disepakati bersama, baik antara pemerintah dengan pemerintah maupun antara sesama kelompok non-pemerintah pada negara yang berbeda (hlm. 3).

Menurut Soeprapto (1997), bahwa penggolongan kerjasama internasional dibagi dalam empat bentuk yaitu:

1) Kerjasama Global

Adanya keinginan yang kuat dari berbagai bangsa di dunia untuk bersatu dalam suatu wadah yang mampu mempersatukan cita-cita bersama merupakan dasar utama bagi kerjasama global.

2) Kerjasama Regional

Merupakan kerjasama antar negara yang secara geografis letaknya berdekatan. Kerjasama tersebut bisa berada dalam bidang pertahanan tetapi juga bisa di bidang lain seperti pertanian, hukum, kebudayaan, dan lain sebagainya.

3) Kerjasama Fungsional

Permasalahan maupun metode kerjasama menjadi semakin kompleks disebabkan oleh semakin banyak berbagai lembaga kerjasama yang ada. Walaupun kompleksitas dan banyak permasalahan yang dihadapi dalam kerjasama fungsional baik di bidang ekonomi maupun sosial, untuk pemecahannya diperlukan kesepakatan dan keputusan politik.

4) Kerjasama Ideologi

Pengertian ideologi merupakan alat dari suatu kelompok kepentingan untuk membenarkan tujuan dan perjuangan kekuasaan. Berbagai

kelompok kepentingan berusaha mencapai tujuannya dengan

memanfaatkan berbagai kemungkinan yang terbuka di forum global (hlm. 182).

Menurut K. J. Holsti (1995), ada beberapa alasan mengapa suatu negara melakukan kerjasama dengan negara lain, yaitu:

1) Demi meningkatkan kesejahteraan ekonominya, di mana melalui kerjasama dengan negara lain, negara tersebut dapat mengurangi biaya

commit to user

yang harus ditanggung dalam memproduksi suatu produk kebutuhan bagi rakyatnya karena keterbatasan yang dimiliki negara tersebut; 2) Untuk meningkatkan efisiensi yang berkaitan dengan pengurangan

biaya;

3) Karena adanya masalah-masalah yang mengancam keamanan bersama; 4) Mengurangi kerugian negatif yang diakibatkan oleh tindakan-tindakan

buruk dari negara lain.

Menurut Muhadi Sugiono (2006), ada beberapa faktor yang perlu diperhatikan dalam kerjasama internasional. Pertama, negara bukan lagi sebagai aktor eksklusif dalam politik internasional melainkan hanya bagian dari jaringan interaksi politik, militer, ekonomi dan kultural bersama-sama dengan aktor-aktor ekonomi dan masyarakat sipil. Kedua, kerjasama internasional tidak lagi semata-mata ditentukan oleh kepentingan masing-masing negara yang terlibat di dalamnya, melainkan juga oleh institusi internasional, karena institusi internasional seringkali bukan hanya mengelola berbagai kepentingan yang berbeda dari negara negara anggotanya, tetapi juga bisa memaksakan kepentingannya sendiri (hlm. 6).

Dari beberapa pendapat di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa hubungan internasional adalah hubungan antara dua negara atau lebih yang sama-sama menginginkan kemajuan bagi masyarakatnya dengan menjalin kerjasama di bidang politik, ekonomi, sosial, budaya dan keamanan. Di samping itu, hubungan internasional ini juga digunakan sebagai sarana untuk menyelesaikan masalah yang terjadi di berbagai negara. Korea Utara melakukan hubungan internasioanl dengan Rusia, China, Korea Selatan dan beberapa negara komunis.

Politik yang dilakukan pemerintah merupakan politik isolasi, yang di mana masyarakat tidak diperbolehkan untuk berhubungan dengan masyarakat negara lain. Namun, pada masa Kim Jong Il sistem pemerintahan berubah. Pemerintah mulai mendekati negara-negara lain yang berada di sekitar Korea. Korea Utara menjalin kerjasama di bidang ekonomi dengan Cina, Korea Selatan, Jepang dan Uni Soviet. Negara Korea Selatan

commit to user

merupakan negara yang paling banyak memberikan bantuan dan kerjasama kepada pemerintah Korea Utara. Hal itu karena kedua negara tersebut sedang berusaha untuk mengadakan reunifikasi Korea.

b. Sarana Hubungan Internasional

Sarana hubungan internasional menurut Wayan Suydnanya yang dikutip dari J. Frankel (2010), ada berbagai sarana yang dapat dipergunakan oleh negara-negara dalam melakukan hubungan internasional, yaitu:

1) Diplomasi

Diplomasi merupakan seluruh kegiatan untuk melaksanakan politik luar negeri suatu negara dalam hubungannya dengan bangsa dan negara lain. Diplomasi dapat bersifat bilateral (melibatkan dua negara) atau multilateral (melibatkan lebih dari dua negara). Instrumen diplomasi ada dua yaitu departemen luar negeri yang berkedudukan di ibukota negara, yang merupakan pusat hubungan intenasional dalam negara dan perwakilan diplomatik yang berkedudukan di ibukota negara penerima yang merupakan wakil dari negaranya.

Dalam mewakili negara dan bangsanya, seorang diplomat memiliki tiga fungsi dasar yaitu sebagai lambang, sebagai wakil yuridis yang sah sesuai hukum internasional dan sebagai perwakilan politik. Sedangkan tugas seorang diplomat dapat dibagi menjadi empat fase pokok diplomasi, yaitu: perwakilan (representation), perundingan

(negotiation), laporan (reporting) dan perlindungan kepentingan bangsa,

negara dan warga negaranya di luar negeri. 2) Propaganda

Propaganda adalah usaha sistematis untuk memengaruhi pikiran, emosi dan tindakan suatu kelompok demi kepentingan masyarakat umum. Ada dua hal yang membedakan diplomasi dengan propaganda, yaitu:

a) Propaganda ditujukan kepada rakyat negara tersebut, bukan pemerintahnya.

commit to user

b) Propaganda dilakukan hanya demi kepentingan negara pembuat propaganda.

3) Ekonomi

Hubungan internasional melalui sarana ekonomi tidak mutlak dilakukan oleh pemerintah, namun pihak swasta dapat berperan besar, baik selama masa damai maupun dalam situasi perang. Semua negara terlibat dalam hubungan ekonomi untuk mendapatkan barang yang tidak dapat diproduksinya sendiri. Keuntungan lainnya dari perdagangan internasional adalah diperolehnya suatu barang melalui sistem produksi yang efisien dan murah.

4) Kekuatan Militer dan Perang

Berlawanan dengan ekonomi, bidang militer benar-benar dikuasai oleh pemerintah. Bidang militer sangat memengaruhi diplomasi karena memiliki kekuatan militer yang tangguh akan menambah rasa percaya diri, sehingga bisa mengabaikan ancaman-ancaman dan tekanan lawan yang dapat mengganggu kepentingan nasionalnya. Kekuatan militer diperlihatkan dalam parade militer di hari-hari nasional untuk menggertak dan memeringatkan negara-negara lawan sehingga perang dapat dihindarkan. Jikalaupun menjadi sebuah keputusan, perang merupakan pilihan terakhir.

Pemerintah Korea Utara menggunakan semua sarana hubungan internasional untuk menutupi kekurangan negaranya dan melindungi pemerintahan yang diwariskan secara turun temurun. Sarana hubungan yang sering digunakan untuk menjalin kerjasama yaitu melalui kerjasama ekonomi. Korea Utara merupakan negara yang mengalami perekonomian yang buruk sehingga masyarakatnya mengalami penderitaan dan memerlukan bantuan dari negara lain.

c. Pola Interaksi Hubungan Internasional

Pola interaksi hubungan internasional tidak dapat dipisahkan dengan segala bentuk interaksi yang berlangsung dalam pergaulan masyarakat

commit to user

internasional, baik oleh pelaku negara-negara maupun oleh pelaku-pelaku bukan negara (Holsti, 1997). Pola hubungan atau interaksi ini dapat berupa: 1) Kerjasama

2) Persaingan 3) Pertentangan

Konflik dan kompetisi merupakan hal-hal yang tidak mudah terhindarkan dalam interaksi hubungan internasional. Masalahnya adalah bagaimana menempuh langkah-langkah untuk membina upaya bersama guna mengurangi dan menghindari konflik yang mungkin terjadi. Sumber konflik bisa terletak pada kelangkaan sumber-sumber daya dan egosentrisme masing-masing negara atau kesatuan sosial tertentu, artinya aspirasi untuk terus meningkatkan kekuatan serta kedudukan dalam hubungan dengan negara-negara lain atau kesatuan sosial lainnya akan terus meningkat (Suprapto, 1997).

Dalam kajian hubungan internasional, konflik tidak selalu berarti perang atau langsung berada pada taraf setara perang, tetapi bisa berupa krisis hubungan diplomatik, protes, penolakan, tuduhan, tuntutan, peringatan, ancaman, tindakan balasan, serta pemboikatan produk. Timbulnya konflik bisa dipicu oleh sikap dan tindakan saling tidak percaya di antara dua atau lebih entitas sosial yang berbeda. Solusi yang perlu dicapai dan dikembangkan adalah kerjasama. Pola-pola kerjasama multilateral dan global perlu ditingkatkan, karena akan semakin luas masalah global yang tidak bisa diatasi oleh beberapa negara saja, tetapi perlu pemecahan masalah bersama-sama oleh banyak negara (Nasution, 1984).

Menurut Wayan Suydnanya (2010), ada tiga macam pola hubungan antar bangsa, yaitu:

1) Pola Penjajahan

Penjajahan pada hakikatnya adalah penguasaan oleh suatu bangsa atas bangsa lain yang ditimbulkan oleh perkembangan paham kapitalis, di mana negara penjajah membutuhkan bahan mentah untuk produksi industrinya dan juga pasar bagi hasil industrinya.

commit to user

2) Pola Ketergantungan

Umumnya terjadi pada negara-negara berkembang yang karena kekurangan modal dan teknologi untuk membangun negaranya, terpaksa

mengandalkan bantuan negara-negara maju yang akhirnya

mengakibatkan ketergantungan pada negara-negara maju tersebut. 3) Pola Hubungan Sama Derajat

Pola hubungan ini sulit diwujudkan, namun merupakan pola hubungan paling ideal yang menuntut penghormatan atas kodrat manusia sebagai makhluk yang sederajat tanpa memandang ideologi, bentuk negara ataupun sistem pemerintahannya. Politik luar negeri menghindarkan bangsa jatuh ke paham kebangsaan yang sempit atau

Chauvinisme yang mengagung-agungkan bangsa sendiri namun

memandang rendah bangsa lain dan menghindari paham Kosmopolitisme

yang memandang seluruh dunia sebagai negeri yang satu dan sama sehingga mengabaikan negeri sendiri.

Ketika melakukan kerjasama dan hubungan internasional ini, pemerintah dibantu oleh departemen luar negeri yang dipimpin seorang menteri luar negeri, para duta dan konsul yang diangkat kepala pemerintahan untuk negara-negara lain serta duta-duta dan konsul-konsul negara lain yang diterima oleh menteri luar negeri. Dalam menerima duta dan konsul negara lain, menteri yang menerima juga harus meminta persetujuan dari kepala negara asal duta dan konsul tersebut dalam bentuk Surat Kepercayaan (lettre de credance).

Korea Utara menerapkan pola hubungan kerjasama dengan Korea Selatan. Akan tetapi, hubungan dengan Amerika Serikat merupakan pola persaingan karena pemerintah Korea Utara menganggap Amerika Serikat ingin menguasai wilayah Semenanjung Korea. Selain itu, Korea Utara juga sangat tergantung pada bantuan Korea Selatan. Hal tersebut karena Korea Utara yang perekonomiannya buruk memerlukan bantuan ekonomi dari Korea Selatan yang telah menjadi negara maju dengan industrinya yang menyebar di seluruh dunia.

commit to user

2. Kebijakan

a. Pengertian Kebijakan

Menurut Mas sofa yang dikutip dari Said Zainal Abidin (2004), secara harfiah pengertian dari ilmu kebijakan publik adalah terjemahan langsung dari kata policy science. Istilah kebijakan yang diterjemahkan dari kata policy memang biasanya dikaitkan dengan keputusan pemerintah, karena pemerintah yang mempunyai wewenang atau kekuasaan untuk mengarahkan masyarakat dan bertanggung jawab melayani kepentingan umum. Arti dari kebijakan itu sendiri adalah suatu peraturan yang dibuat pemerintah untuk memajukan masyarakatnya dan dijadikan pedoman untuk menjalankan pemerintahan.

Kata policy secara etimologis berasal dari kata polis dalam bahasa Yunani (Greek), yang berarti negara. Dalam bahasa latin kata ini menjadi

politia, artinya negara. Dalam bahasa Inggris lama, kata tersebut menjadi

policie, yang pengertiannya berkaitan dengan urusan pemerintah atau

administrasi pemerintah. Uniknya dalam bahasa Indonesia, kata

policy

tersebut mempunyai konotasi tersendiri yaitu mempunyai arti kata bijaksana atau bijak. Kebijakan merupakan suatu peraturan yang dibuat pemerintah sedangkan kebijaksanaan merupakan suatu sikap tegas dalam pengambilan keputusan saat terjadi pertemuan tertentu. Orang yang bijaksana mungkin tidak pakar dalam sesuatu bidang ilmu, namun memahami hampir semua aspek kehidupan.

Menurut Mas Sofa yang dikutip dari Said Zainal Abidin (2004), bahwa Hugh Heglo menyebutkan kebijakan sebagai

intended to accomplish atau sebagai suatu tindakan yang

bermaksud untuk mencapai tujuan tertentu. Definisi Heglo ini, selanjutnya diuraikan oleh Jones dalam kaitan dengan beberapa isi dari kebijakan.

Pertama, tujuan. Di sini yang dimaksudkan adalah tujuan tertentu yang

dikehendaki untuk dicapai (the desired ends to be achieved). Dalam kehidupan sehari-hari tujuan yang hanya diinginkan saja bukan tujuan, tetapi

commit to user

sekedar keinginan. Setiap orang boleh saja berkeinginan apa saja, tetapi dalam kehidupan bernegara keinginan tidak diperhitungkan. Kedua, rencana atau proposal yang merupakan alat atau cara tertentu untuk mencapainya.

Ketiga, program atau cara tertentu yang telah mendapat persetujuan dan

pengesahan untuk mencapai tujuan yang dimaksud. Keempat, keputusan yaitu tindakan tertentu yang diambil untuk menentukan tujuan, membuat dan menyesuaikan rencana, melaksanakan dan mengevaluasi program dalam masyarakat. Selanjutnya, Jones merumuskan kebijakan sebagai

forts in and

(perilaku yang tetap dan berulang dalam hubungan dengan usaha yang ada di dalam dan melalui pemerintah untuk memecahkan masalah umum). Definisi ini memberi makna bahwa kebijakan itu bersifat dinamis.

Menurut Dahlan (1989), bahwa kebijakan adalah arah tindakan yang direncanakan untuk mencapai sesuatu sasaran. Dalam hal ini terdapat tiga masalah. Pertama, kebijakan luar negeri suatu negara menunjukan dasar-dasar umum yang dipakai pemerintah untuk bereaksi terhadap lingkungan internasional. Di lain pihak, suatu kebijakan merupakan arah tindakan yang ditujukan pada satu sasaran, maka suatu negara akan mempunyai banyak macam kebijakan karena banyaknya sasaran yang ada padanya. Masalah

kedua, suatu kebijakan selalu menyangkut keputusan dan tindakan.

Tindakan untuk mencapai sasaran dapat dihasilkan dari kebijakan, apabila keputusan itu merupakan hasil dari pemikiran yang membuat kebijakan. Keputusan resmi yang telah dituangkan di atas kertas biasanya mencakup sedikitnya tiga unsur penjelasan dan petunjuk bagi siapa saja yang bertanggung jawab dalam hal pelaksanaannya, yaitu:

1) Perumusan sasaran yang jelas.

2) Sifat tindakan yang akan diambil dinyatakan secara jelas sebagai pembimbing dan pengarahan bagi pejabat lainnya.

3) Bentuk-bentuk dan jumlah kekuatan nasional yang akan dipergunakan dalam pencapaian sasaran.

commit to user

Kebijakan menurut Lasswell dan Kaplan yang dikutip oleh Said

Dokumen terkait