• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Kandungan C-Organik Substrat terhadap Kepadatan Moluska Hasil analisis regresi linier sederhana antara kandungan C-Organik

HASIL DAN PEMBAHASAN

7. Hubungan Kandungan C-Organik Substrat terhadap Kepadatan Moluska Hasil analisis regresi linier sederhana antara kandungan C-Organik

terhadap kepadatan Moluska pada Minggu I di Dusun II Pulau Sembilan Kecamatan Pangkalan Susu Kabupaten Langkat Provinsi Sumatera Utara menghasilkan Model hubungan antara kandungan C-Organik dengan kepadatan Moluska ditunjukkan dengan persamaan y = 15x + 16,83. Koefisien korelasi (R2) yang diperoleh adalah sebesar 0,069 artinya pengaruh kandungan C-Organik terhadap kepadatan Moluska sebesar 69%. Koefisien determinasi (r) yang diperoleh adalah r = 0,263 artinya antara kandungan C-Organik dengan kepadatan Moluska berkorelasi positif tetapi lemah (Gambar 21).

Dari hasil analisis uji Anova diperoleh nilai F hitungnya sebesar 402,002 dan F Tabelnya sebesar 7,708, jika F hitung > F Tabel, maka dapat dinyatakan bahwa secara bersamaan kandungan C-Organik berpengaruh signifikan terhadap kepadatan Moluska, dengan nilai signifikan sebesar 0,00003 (p < 0,05), maka dapat disimpulkan secara simultan (bersama-sama) kandungan C-Organik berpengaruh signifikan terhadap kepadatan Moluska (Lampiran 10).

Hasil analisis regresi linier sederhana antara kandungan C-Organik terhadap kepadatan Moluska pada Minggu II di Dusun II Pulau Sembilan Kecamatan Pangkalan Susu Kabupaten Langkat Provinsi Sumatera Utara menghasilkan Model hubungan antara kandungan C-Organik dengan kepadatan Moluska ditunjukkan dengan persamaan y = 25x - 47,16. Koefisien korelasi (R2) yang diperoleh adalah sebesar 0,206 artinya pengaruh kandungan C-Organik terhadap kepadatan Moluska sebesar 26%. Koefisien determinasi (r) yang

diperoleh adalah r = 0,453 artinya antara kandungan C-Organik dengan kepadatan Moluska berkorelasi positif tetapi lemah (Gambar 22).

Dari hasil analisis uji Anova diperoleh nilai F hitungnya sebesar 134,134 dan F Tabelnya sebesar 7,708, jika F hitung > F Tabel, maka dapat dinyatakan bahwa secara bersamaan kandungan C-Organik berpengaruh signifikan terhadap kepadatan Moluska, dengan nilai signifikan sebesar 0,00031 (p < 0,05), maka dapat disimpulkan secara simultan (bersama-sama) kandungan C-Organik berpengaruh signifikan terhadap kepadatan Moluska (Lampiran 10).

Hasil analisis regresi linier sederhana antara kandungan C-Organik terhadap kepadatan Moluska pada Minggu III di Dusun II Pulau Sembilan Kecamatan Pangkalan Susu Kabupaten Langkat Provinsi Sumatera Utara menghasilkan Model hubungan antara kandungan C-Organik dengan kepadatan Moluska ditunjukkan dengan persamaan y = 65x - 198,8. Koefisien korelasi (R2) yang diperoleh adalah sebesar 0,119 artinya pengaruh kandungan C-Organik terhadap kepadatan Moluska sebesar 11,9%. Koefisien determinasi (r) yang diperoleh adalah r = 0,346 artinya antara kandungan C-Organik dengan kepadatan Moluska berkorelasi positif tetapi lemah (Gambar 23).

Dari hasil analisis uji Anova diperoleh nilai F hitungnya sebesar 5,392 dan F Tabelnya sebesar 7,708, jika F hitung < F Tabel, maka dapat dinyatakan bahwa secara bersamaan kandungan C-Organik tidak berpengaruh signifikan terhadap kepadatan Moluska, dengan nilai signifikan sebesar 0,08 (p > 0,05), maka dapat disimpulkan secara simultan (bersama-sama) kandungan C-Organik tidak berpengaruh signifikan terhadap kepadatan Moluska (Lampiran 10).

Hasil analisis regresi linier sederhana antara kandungan C-Organik terhadap kepadatan Moluska pada Minggu IV di Dusun II Pulau Sembilan Kecamatan Pangkalan Susu Kabupaten Langkat Provinsi Sumatera Utara menghasilkan Model hubungan antara kandungan C-Organik dengan kepadatan Moluska ditunjukkan dengan persamaan y = -120x + 450,3. Koefisien korelasi (R2) yang diperoleh adalah sebesar 0,544 artinya pengaruh kandungan C-Organik terhadap kepadatan Moluska sebesar 54,4 %. Koefisien determinasi (r) yang diperoleh adalah r = -0,738 artinya antara kandungan C-Organik dengan kepadatan Moluska berkorelasi negatif tetapi kuat (Gambar 24).

Dari hasil analisis uji Anova diperoleh nilai F hitungnya sebesar 8,171 dan F Tabelnya sebesar 7,708, jika F hitung > F Tabel, maka dapat dinyatakan bahwa secara bersamaan kandungan C-Organik berpengaruh signifikan terhadap kepadatan Moluska, dengan nilai signifikan sebesar 0,04 (p > 0,05), maka dapat disimpulkan secara simultan (bersama-sama) kandungan C-Organik berpengaruh signifikan terhadap kepadatan Moluska (Lampiran 10).

Hasil analisis regresi linier sederhana antara kandungan C-Organik terhadap kepadatan Moluska pada Minggu V di Dusun II Pulau Sembilan Kecamatan Pangkalan Susu Kabupaten Langkat Provinsi Sumatera Utara menghasilkan Model hubungan antara kandungan C-Organik dengan kepadatan Moluska ditunjukkan dengan persamaan y = -155x + 428,1. Koefisien korelasi (R2) yang diperoleh adalah sebesar 0,62 artinya pengaruh kandungan C-Organik terhadap kepadatan Moluska sebesar 62 %. Koefisien determinasi (r) yang diperoleh adalah r = -0,789 artinya antara kandungan C-Organik dengan kepadatan Moluska berkorelasi negatif tetapi kuat (Gambar 25).

Dari hasil analisis uji Anova diperoleh nilai F hitungnya sebesar 6,941 dan F Tabelnya sebesar 7,708, jika F hitung < F Tabel, maka dapat dinyatakan bahwa secara bersamaan kandungan C-Organik tidak berpengaruh signifikan terhadap kepadatan Moluska, dengan nilai signifikan sebesar 0,05 (p > 0,05), maka dapat disimpulkan secara simultan (bersama-sama) kandungan C-Organik berpengaruh signifikan terhadap kepadatan Moluska (Lampiran 10).

Hasil analisis regresi linier sederhana antara kandungan C-Organik terhadap kepadatan Moluska pada setiap Minggu pengamatan di Dusun II Pulau Sembilan Kecamatan Pangkalan Susu Kabupaten Langkat Provinsi Sumatera Utara menghasilkan Model hubungan antara kandungan C-Organik dengan kepadatan Moluska ditunjukkan dengan persamaan y = 26x + 129,8. Koefisien korelasi (R2) yang diperoleh adalah sebesar 0,110 artinya pengaruh kandungan C-Organik terhadap kepadatan Moluska sebesar 11 %. Koefisien determinasi (r) yang diperoleh adalah r = -0,331 artinya antara kandungan C-Organik dengan kepadatan Moluska berkorelasi negatif lemah (Gambar 26).

Dari hasil analisis uji Anova diperoleh nilai F hitungnya sebesar 61,941 dan F Tabelnya sebesar 7,708, jika F hitung > F Tabel, maka dapat dinyatakan bahwa secara bersamaan kandungan C-Organik berpengaruh signifikan terhadap kepadatan Moluska, dengan nilai signifikan sebesar 0,001 (p > 0,05), maka dapat disimpulkan secara simultan (bersama-sama) kandungan C-Organik berpengaruh signifikan terhadap kepadatan Moluska (Lampiran 10).

Dari hasil yang diperoleh dapat dikatakan bahwa kepadatan Moluska lebih erat kaitannya dengan kerapatan mangrove dibandingkan dengan kandungan C-Organik di dalam substrat. Karena diketahui bahwa Moluska membutuhkan

ekosistem mangrove sebagai tempat berlindung, pemijahan dan mencari makan. Maka semakin rapat keadaan mangrove maka semakin baik pula tempat Moluska berlindung dan mencari makan. Selain tempat berlindung, mangrove juga dapat menjadi sumber penyedia makanan bagi Moluska maupun organisme yang terdapat di sekitarnya, hal ini sesuai dengan Rangan (2010), menyatakan bahwa ekosistem hutan mangrove dapat menyediakan habitat yang baik bagi kolonisasi berbagai fauna yaitu dengan adanya naungan, substrat dasar yang lembab, pohon sebagai tempat menempel dan yang terpenting yaitu kelimpahan detritus organik sebagai makanan. Selanjutnya mereka membagi fauna hutan mangrove berdasarkan habitatnya yaitu, fauna yang hidup di atas permukaan tanah (surface fauna/epifauna), fauna yang hidup meliang di dalam tanah (infauna) dan fauna yang hidup menempel di pohon mangrove. Gastropoda adalah salah satu yang mendominasi ekosistem mangrove.

Meskipun kepadatan Moluska tidak begitu berpengaruh terhadap kandungan Organik pada substrat, tetapi substrat maupun kandungan C-Organik nya memiliki peranan penting terhadap kehidupan Moluska, seperti yang dinyatakan oleh Riniatsih dan kushartono (2009) bahwa substrat mempunyai peranan penting bagi kehidupan gastropoda. Umumnya gastropoda hidup disubstrat untuk menentukan pola hidup, ketiadaan dan tipe organisme. Ukuran sangat berpengaruh dalam menentukan kemampuan gastropoda dan bivalvia menahan sirkulasi air. Bahan organik dan tekstur sedimen sangat menentukan keberadaan dari gastropoda dan bivalvia. Tekstur sedimen atau substrat dasar merupakan tempat untuk menempel dan merayap atau berjalan, sedangkan bahan organik merupakan sumber makanannya.